Oct 10, 2012

Forum Tanya Jawab 53: Dialog Filsafat




Oleh Marsigit

Orang tua berambut putih:
Wahai para elegi, berat rasanya aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu.



Para elegi:
Wahai orang tua berambut putih, janganlah engkau merasa ragu untuk menyampaikan sesuatu kepadaku. Berbicara lugaslah kepadaku, jangan sembunyikan identitasmu, dan jangan sembunyikan pula maksudmu.

Orang tua berambut putih:
Sudah saatnya aku menyampaikan bahwa saatnya kita berpisah itu juga sudah dekat. Mengapa? Jika aku terlalu lama dalam elegi maka bukankah engkau itu akan segera menjadi mitos-mitosku. Maka aku juga enggan untuk menyebut sebagai orang tua berambut putih. Aku juga ingin menanggalkan julukanku sebagai orang tua berambut putih. Bukankah jika engkau terlalu lama menyebutku sebagai orang tua berambut putih maka engkau juga akan segera termakan oleh mitos-mitosku. Ketahuilah bahwa orang tua berambut putih itu adalah pikiranku. Sedangkan pikiranku adalah diriku. Sedangkan diriku adalah Marsigit. Setujukah?

Para elegi:
Bagaimana kalau aku katakana bahwa Marsigit adalah pikirannya. Sedangkan pikirannya adalah ilmunya. Sedangkan ilmunya itu adalah orang tua berambut putih.

Marsigit:
Maafkan aku para elegi, bolehkah aku minta tolong kepadamu. Aku mempunyai banyak murid-murid. Apalagi mereka, sedangkan engkau pula akan segera aku tinggalkan. Maka murid-muridku juga akan segera aku tinggalkan. Mengapa aku akan segera meninggalkanmu dan meninggalkan murid-muridku? Itulah suratan takdir. Jika para muridku mengikuti jejakku maka dia melakukan perjalanan maju. Sedangkan jika aku tidak segera meninggalkan muridku maka aku aku akan menghalangi perjalanannya. Aku harus member jalan kepada murid-muridku untuk melenggangkan langkahnya menatap masa depannya.

Mahasiswa:
Maaf pak Marsigit. Saya masih ingin bertanya. Bagaimanakah menerapkan filsafat dalam kehidupan sehari-hari?

Marsigit:
Filsafat itu meliputi semuanya yang ada dan yang mungkin ada. Padahal dirimu itu termasuk yang ada. Maka dirimu itu adalah filsafat. Sedangkan kehidupan sehari-hari itu juga meliputi yang ada dan yang mungkin ada, maka kehidupan sehari-hari itu adalah filsafat. Sedangkan pertanyaanmu itu disamping telah terbukti ada, maka pertanyaan itu adalah awal dari ilmumu. Maka untuk menerapkan filsafat dalam kehidupan sehari-hari gunakanlah metode menterjemahkan dan diterjemahkan.

Mahasiswa Pendidikan Matematika:
Wahai Pak Marsigit, apakah sebenarnya filsafat pendidikan matematika itu? Dan apa bedanya dengan filsafat matematika? Dan apa pula bedanya dengan matematika?

Marsigit:
Pengertian matematika itu ada banyak sekali, sebanyak orang yang memikirkannya. Secara implicit, menurut Socrates matematika adalah pertanyaan, menurut Plato matematika adalah ide, menurut Arstoteles, matematika adalah pengalaman, menurut Descartes matematika adalah rasional, menurut Kant matematika adalah sintetik a priori, menurut Hegel matematika itu mensejarah, menurut Russell matematika adalah logika, menurut Wittgenstain matematika adalah bahasa, menurut Lakatos matematika adalah kesalahan, dan menurut Ernest matematika adalah pergaulan.

Mahasiswa Pendidikan Sain:
Maaf P Marsigit, saya ingin bertanya apakah perbedaan Sain, Filsafat Sain dan Filsafat Pendidikan Sain?

Marsigit:
Menurutku, pengertian Sain merentang pada dimensinya. Pada tataran Spiritual, Sain adalah Rakhmat dan Karunia Tuhan. Pada tataran Filsafat atau tataran Normatif, Sain adalah sumber-sumber ilmu, macam-macam ilmu dan pembenaran ilmu. Maka pada tataran Filsafat atau Normatif, Sain adalah Pikiran Para Filsuf; dia meliputi metode berpikir dan pembenarannya. Pada tataran Filsafat maka Sain itu tidak lain tidak bukan adalah Epistemologi itu sendiri. Pada tataran Formal, Sain adalah berbagai macam ilmu pengetahuan yang merupakan ilmu-ilmu bidang atau ilmu-ilmu cabang. Pada tataran Formal, umumnya Sain bersifat positive dengan metode utamanya adalah metode ilmiah. Sedangkan pada tataran Material, maka Sain merupakan teknologi (terapan) yang menghasilkan karya-karya atau produk yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, termasuk kebutuhan melakukan eksplorasi alam semesta. Sedangkan Filsafat Sain berusaha merefleksikan kerja dan karya para ilmuwan (saintis); mengapa dan bagaimana mereka menemukan suatu temuan, menghasilkan suatu produk dan dampak-dampaknya. Filsafat Pendidikan Sain berusaha merefleksikan Pendidikan Sain dalam konteks Ruang danWaktunya. Obyek dari Filsafat Pendidikan Sain adalah semua yang ada dan yang mungkin ada dalam Pendidikan Sain. Jadi obyeknya bisa meliputi Guru Sain, Metode Mengajar sain, Siswa Belajar Sain, Evaluasi Pembelajaran sain, Sumber Belajar Sain, dst.

Mahasiswa:
Wahai Pak Marsigit, tetapi aku tidak pernah menemukan semua ungkapanmu itu dalam buku-buku referensi primer?

Marsigit:
Ungkapan-ungkapanku itu adalah kualitas kedua atau ketiga. Kualitas kedua atau ketiga itu merupakan hasil refleksi. Filsafat adalah refleksi. Jadi hanya dapat diketahui melalui kajian metafisik.

Mahasiswa:
Apa pula yang dimaksud metafisik?

Marsigit:
Metafisik adalah setelah yang fisik. Maksudnya adalah penjelasanmu tentang segala sesuatu. Jadi jika engkau sudah berusaha menjelaskan sesuatu walaupun sangat sederhana, maka engkau telah melakukan metafisik. Maka dirimu itulah metafisik.

Mahasiswa Pendidikan Matematika:
Lalu apa bedanya matematika dengan filsafat matematika?

Marsigit:
Untuk matematika 3+5 = 8 itu sangat jelas dan final, dan tidak perlu dipersoalkan lagi. Mengapa karena matematika itu adalah meneliti. Jadi 3+5=8 itu dapat dipandang sebagai hasil penelitian matematika yang sangat sederhana dan terlalu sia-sia untuk mempersoalkan. Tetapi bagi filsafat kita berhak bertanya mengapa 3+5=8. Mengapa? Karena filsafat itu refleksi. Ketahuilah 3+5=8 itu, bagi filsafat, hanya betul jika kita mengabaikan ruang dan waktu. Tetapai selama kita masih memperhatika ruang dan waktu maka kita bias mempunyai 3 buku, 3 topi, 3 hari, dst…5 pensil, 5 pikiran, 5pertanyaan, dst…Maka kita tidak bisa mengatakan 3pensil +5 topi = 8 topi, misalnya.

Mahasiswa Pendidikan Matematika dan Mahasiswa Pendidikan Sain
Lalu apa relevansinya mempelajari filsafat dengan Pendidikan Matematika atau Pendidikan sain?

Marsigit:
Pendidikan itu dapat diibaratkan sebagai gerbong kereta api. Demikian juga pendidikan matematika atau pendidikan sain. Filsafat itu dapat diibaratkan sebagai helicopter pengawal gerbong KA. Para pendidik, atau guru atau praktisi kependidikan jika tidak pernah mempelajari filsafat pendidikan atau filsafat pendidikan matematika atau filsafat pendidikan sain, mereka itu ibarat penunmpang KA tersebut. Maka bagaimana mungkin penumpang KA bisa mengetahui semua aspek sudut-sudut gerbong KA dalam perjalanannya. Maka filsafat pendidikan matematika atau filsafat pendidikan sain itu ibarat seorang penumpang KA itu keluar dari gerbong KA, kemudian keluar naik helicopter untuk mengikuti dan memonitor laju perjalanan KA itu. Maka orang yang telah mempelajari filsafat pendidikan matematika atau filsafat pendidikan sain jauh lebih kritis dan lebih dapat melihat dan mampu mengetahui segala aspek pendidikan matematika atau pendidikan sain..

Mahasiswa:
Aku bingung dengan penjelasanmu itu. Bisakah engkau memberikan gambaran yang lebih jelas?

Marsigit:
Filsafat itu adalah refleksi. Maka filsafat pendidikan matematika adalah refleksi terhadap pendidikan matematika, meliputi refleksi terhadap semua yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Padahal pendidikan matematika itu meliputi guru, matematika, murid, ruang, kegiatan, alat dst..banyak sekali. Padahal guru itu mempunyai sifat yang banyak sekali. Jadi ada banyak sekali yang perlu direfleksikan. Maka dalam filsafat pendidikan matematika, tantanganmu adalah bagaimana engkau bisa memperbincangkan semua obyek-obyeknya. Maksud meperbincangkan adalah menjelaskan semua dari apa yang dimaksud dengan semua yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Jelaskanlah apa arti bilangan phi? Jelaskanlah apa hakekat siswa diskusi? Jelaskan apa hakekat LKS? Jelaskan apa hakekat media pembelajaran matematika? Itu semua merupakan pekerjaan filsafat pendidikan matematika? Maka bacalah elegi-elegi itu semua, maka niscaya engkau akan bertambah sensitive terhadap pendidikan matematika. Sensitivitasmu terhadap pendidikan matematika itu merupakan modal dasar bagi dirimu agar mampu merefleksikannya. Hal yang demikian tentu berlaku untuk Filsafat Pendidikan Sain.

Mahasiswa:
Apakah filsafat itu meliputi agama?

Marsigit:
Filsafat itu olah pikir. Sedangkan agama itu tidak hanya olah pikir tetapi meliputi juga olah hati. Pikiranku tidak dapat memikirkan semua hatika. Artinya filsafat tidak mampu menjelaskan semua keyakinanku.

Mahasiswa:
Apa yang engkau maksud dengan jebakan filsafat?

Marsigit:
Jebakan filsafat itu artinya tidak ikhlas, tidak sungguh-sungguh, palsu, menipu, pura-pura, dsb. Maka jika engkau mempelajari filsafat hanya untuk mengejar nilai, itu adalah jebakan filsafat. Jika para guru peserta pelatihan, kemudian enggan melaksanakan hasil-hasil pelatihan setelah selesai pelatihan, itu adalah jebakan filsafat. Jika engkau pura-pura disiplin maka itu jebakan filsafat. Maka bacalah lagi elegi jebakan filsafat.

Mahasiswa:
Apa pantangan belajar filsafat?

Marsigit:
Belajar filsafat itu tidak boleh sepotong-sepotong. Kalimat-kalimat filsafat juga tidak bisa diambil sepenggal-penggal. Karena jika demikian maka tentu akan diperoleh gambaran yang tidak lengkap. Pantangan yang lain adalah jangan gunakan filsafat itu tidak sesuai ruang dan waktunya. Jika engkau bicara dengan anak kecil perihal hakekat sesuatu maka engkau itu telah menggunakan filsafat tidak sesuai dengan ruang dan waktunya.

Mahasiswa:
Apa tujuan utama mempelajari filsafat?

Marsigit:
Tujuan mempelajari filsafat adalah untuk bisa menjadi saksi. Mempelajari filsafat pendidikan matematika untuk menjadi saksi tentang pendidikan matematika. Tidaklah mudah menjadi saksi itu. Jika ada seminar tentang pendidikan matematika, tetapi engkau tidak ikut padahal mestinya engkau bisa ikut, maka engkau telah gagal menjadi saksinya pendidikan matematika. Itu hanyalah satu contoh saja. Jika ada perubahan kurikulum tentang pendidikan matematika dan engkau tidak menyumbangkan pemikiranmu padahal engkau mestinya bisa, maka engkau telah kehilangan kesempatanmu menjadi saksi. Jika ada praktek-praktek pembelajaran matematika yang tidak sesuai dengan hakekat matematika dan engkau tidak menyumbangkan pemikiranmu maka engkau telah gagal menjadi saksi. Tentu hal yang demikian berlaku untuk Filsafat Pendidikan Sain.

Mahasiswa:
Wahai Pak Marsigit, kenapa engkau melakukan ujian-ujian untuk kuliah Filsafat Ilmu? Padahal aku sangat ketakutan dengan ujian-ujian.

Marsigit:
Ujian itu ada dan jika keberadaannnya tersebar sampai kemana-mana untuk berbagai kurun waktu maka mungkin ujian itu termasuk sunatullah. Maka aku mengadakan ujian itu juga dalam rangka menjalani suratan takdir. Padahal bagiku tidaklah mudah untuk mengujimu, karena akan sangat berat mempertangungjawabkannya.

Mahasiswa:
Kenapa bapak kelihatan berkemas-kemas mau meninggalkanku?

Marsigit:
Aku tidak bisa selamanya bersamamu. Paling tidak itu fisikku, tenagaku, energiku, ruangku dan waktuku. Tetapi ada hal yang tidak dapat dipisahkan antara aku dan engkau, yaitu ilmuku dan ilmumu. Diantara ilmuku dan ilmuku ada yang tetap, ada yang sama, ada yang. Tetapi komunikasi kita tidak hanya tentang hal yang sama. Kita bisa berkomunikasi tentang kontradiksi kita masing-masing dan kebenaran kita masing-masing.

Mahasiwa:
Apa bekalku untuk berjalan sendiri tanpa kehadiranmu?

Marsigit:
Ketahuilah bahwa akhir dari pertemuan kita dalam ruang dan waktu yang ini, adalah awal dari perjuangan kita masing-masing. Engkau semua akan memasukki hutan rimbanya kehidupan yang sebenarnya di masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan matematika. Ketahuilah salah satu hasil yang engkau peroleh dari belajar filsafat adalah kemerdekaan berpikir, kemandirian, keterampilan dan daya kritis, serta keteguhan hati. Itulah bekal yang engkau miliki. Selalu berusaha tingkatkanlah dimensi pikiran dan hatimu, dengan cara menterjemahkan dan diterjemahkan.

Mahasiswa:
Bagaimana tentang elegi-elegimu itu?

Marsigit:
Bacalah elegi-elegi itu. Itu adalah karya-karyaku yang semata-mata aku berikan kepadamu. Tetapi bacalah elegi-elegi dengan daya kritismu, karena engkau telah paham bahwa setiap kata itu adalah puncaknya gunung es. Maka sebenar-benar ilmumu adalah penjelasanmu tentang kata-kata itu.

Mahasiswa:
Bagaimana dengan elegiku?

Marsigit:
Buatlah dan gunakan elegi itu sebagai latihan untuk memperbincangkan yang ada dan yang mungkin ada. Tetapi gunakan dia itu sesuai dengan ruang dan waktunya. Sebenar-benar tantanganmu itu bukanlah elegi, tetapi adalah kemampuanmu menjelaskan semua yang ada dan yang mungkin ada dari pendidikan matematika. Sedangkan tugasmu adalah bagaimana murid-muridmu juga mampu mengetahui dan menjelaskan yang ada dan yang mungkin ada dari matematika sekolah yang mereka pelajari. Jika engkau ingin mengetahui dunia, maka tengoklah pikiranmu. Maka dunia matematika itu adalah pikiran siswa. Jadi matematika itu adalah siswa itu sendiri. Motivasi adalah siswa itu sendiri. Apersepsi adalah siswa itu sendiri. Maka berhati-hatilah dan bijaksanalah dalam mengelola tugas-tugasmu. Tugas-tugasmu adalah kekuasaanmu. Maka godaan yang paling besar bagi orang yang berkuasa adalah menggunakan kekuasaanmu. Padahal sifat dari kekuasaanmu itu selalu menimpa dan tertuju kepada obyek kekuasaanmu. Siapakah obyek kekuasaanmu itu. Tidak lain tidak bukan adalah murid-muridmu. Tiadalah daya dan upaya bagi murid-muridmu itu dalam genggaman kekuasaanmu kecuali hanya bersaksi kepada rumput yang bergoyang. Tetapi ingatlah bahwa suara rumput itu suara Tuhan. Maka barang siapa menyalahgunakan kekuasaan, dia itulah tergolong orang-orang yang berbuat dholim. Maka renungkanlah.

Mahasiswa:
Terimakasih pak Marsigit.

Marsigit:
Maafkan jika selama ini terdapat kesalahan dan kekurangan. Pakailah yang baik dariku, dan campakkan yang buruk dariku. Semoga kecerdasan pikir dan kecerdasan hati senantiasa menyertaimu. Semoga kita semua selalu mendapat rakhmat dan hidayah dari Allah SWT. Amien. …Selamat berjuang.

17 comments:

  1. Dini Arrum Putri
    18709251003
    S2 P Math A 2018

    Bagaimana menerapkan filsafat dalam kehidupan sehari-hari? saya pun juga masih bertanya-tanya kenapa pemikirkan saya selalu dianggap salah ketika sedang berfilsafat? namun Bapak Marsigit selalu bilang bahwa filsafat itu adalah olah pikir, salah satu objek filsafat adalah mengkaji yang ada dan yang mungkin ada. Menurut saya filsafat tidak hanya perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari namun tentang bagaimana kita berpikir secara filsafat dengan mengkaitkannya pada kehidupan sehari-hari.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Fany Isti Bigo
    18709251020
    PM A PPs UNY 2018

    Sebenar-benarnya filsafat itu adalah diri kita masing-masing yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Kehidupan kita merupakan yang ada dan yang mungkin ada, yang berupakan obyek dari filsafat. Dalam mempelajari filsafat pendidikan Matematika juga dapat bersumber dari kehidupan sehari-hari yang dapat kita gali sampai kita mampu untuk dapat memahaminya. Semuanya tidak hanya bersumber dari guru sebagai pendidik tetapi ilmu yang dipelajari dapat pula didapat dari pengetahuan awal siswa.

    ReplyDelete
  4. Cahya Mar'a Saliha Sumantri
    18709251034
    S2 Pendidikan Matematika B

    Assalamualaikum wr.wb.
    Mengenai jebakan filsafat yang sebenarnya sudah terasa dalam diri sejak dulu menjadi tamparan bagi diri ini untuk lebih menghindari jebakan tersebut dan mulai berjalan meninggalkan lubang jebakan filsafat itu. Kuragnya kepekaan terhadap diri sendiri yang hanya menganggap angin lalu semua makna peristiwa padahal itu termasuk kegiatan berfilsafat yang hanya akan menghancurkan pijakan dasar menuju permukaan menggapai filsafat. Padahal sudah cukup lama hidup di dunia dengan melakukan segala kegiatan berdasar filsafat tetapi tidak bisa memahami makna sebenarnya, tidak tahu menahu bagaimana filsafat bisa terhubung dengan diri ini, tidak ikhlas menjalani segala sesuatu karena berdasar filsafat, hal-hal itu menjadi penyebab bagaimana jebakan filsafat dimulai.

    ReplyDelete
  5. Muh. Fachrullah Amal
    18709251036
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Setiap individu mampu untuk mengungkapkan olah pikirnya, karena filsafat adalah menyangkut pikiran dan sebenar-benar filsafat adalah dirimu. Filsafat itu menyangkut kehidupan sehari-hari, kemanapun dan dimanapun kita maka selalu ada filsafat karena filsafat terkait ruang dan waktu. Semakin seseorang mampu memaksimalkan kemampuan pikirannya maka semakin dia meningkatkan kemampuan filsafatnya. Kualitas seseorang dapat dilihat dari kebiasaannya. Namun bukanlah sesuatu yang menjadi penilaian utama dalam menilai seseorang.

    ReplyDelete
  6. Bayuk Nusantara Kr.J.T
    18701261006

    Berfilsafat artinya merenung dengan tujuan untuk menghadirkan kesadaran dalam menentukan setiap pilihan dan keputusan dalam hidup. Misalkan seorang guru merenung untuk apa dia mengajar. Tentu saja dalam menjawab suatu persoalan, kita membutuhkan proses refleksi demi mendapatkan jawaban yang hakiki. Namun, yang menjadi persoalan adalah apakah kita dapat menyisihkan waktu sejenak untuk merefleksikan hidup kita.

    ReplyDelete
  7. Aizza Zakkiyatul Fathin
    18709251014
    Pps Pendidikan Matematika A

    Dalam dialog filsafat ini Saya merasa sedang direfleksikan apa yang telah dipelajari dalam filsafat. Belajar filsafat dengan Pak Marsigit bukan hanya teori tetapi langsung pada prakteknya. Karena filsafat adalah refleksi. Referensi primer belajar filsafat adalah diri kita sendiri yaitu olah pikir kita.

    ReplyDelete
  8. Aizza Zakkiyatul Fathin
    18709251014
    Pps Pendidikan Matematika A

    Relevansi mempelajari filsafat seperti yang telah dijelaskan dengan analogi kereta dan penumpang dapat disimpulkan bahwa filsafat itu digunakan untuk mempelajari sesuatu secara komprehensif. Filsafat dalam pendidikan matematika tidak hanya teori dalam pendidkan matematika tetapi segala sesuatu yang ada dan dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika baik secara fisik maupun metafisik sebagai wujud refleksi dari pendidikan matematika.

    ReplyDelete
  9. Aizza Zakkiyatul Fathin
    18709251014
    Pps Pendidikan Matematika A

    Berakhirnya kuliah filsafat itu hanya berakhirnya ruang dan waktunya saja. Tetapi ilmu yang kita peroleh tidak akan berakhir. Ilmu itu akan tetap ada selama kita menggunakannya. Agama pun sudah menjelaskan bahwa ilmu yang bermanfaat dalam hal ini adalah ilmu yang tetap kita gunakan merupakan amal jariyah yang akan terus menerus mendapatkan pahala yang tidak akan pernah putus sampai hari akhir nanti. Terimakasih Prof atas ilmu-ilmu yang telah diberikan semoga menjadi amal jariyyah Bapak. Amiinn.

    ReplyDelete
  10. Tiara Cendekiawaty
    18709251025
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Sebenar-benar tantanganmu itu bukanlah elegi, tetapi adalah kemampuanmu menjelaskan semua yang ada dan yang mungkin ada. Kalimat ini benar-benar mewakili semuanya. Karena elegi yang ada menggunakan bahasa analog maka kita harus senantiasa memikirkan apa makna dari elegi tersebut dan bagaimana cara menererapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan dalam belajar filsafat kita harus mampu menerjemahkan dan diterjemahkan.

    ReplyDelete
  11. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
    Semakin kritis pikiranmu,maka semakin engkau menggapai hakekat filsafatmu.
    Namun ingatlah, jangan sampai kritismu melebihi batasmu. Ingat, jangan sampai kritismu membuatmu menjauh dariNya. Jadikan agamamu sebagai pedomanmu dalam membangun kritismu. Boleh berpikir kritis, tapi tepat cara, tepat guna, dan tepat sasaran. Peribahasa mengatakan “malu bertanya sesat di jalan”, kemudian saya ingin menambahkan sendiri versi saya “malu bertanya sesat di jalan, banyak bertanya terpelesat di jurang” Berhati-hatilah. Terima kasih.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

    ReplyDelete
  12. Endah Kusrini
    18709251015
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Sesungguhnya sebenar-benar tujuan filsafat adalah menjadi saksi. Karena sejatinya kita tidak pernah bisa memiliki sesuatu. Manusia hanya bisa menjadi saksi atas segala hal. Meskipun kelihatannya sederhana, namun sejujurnya menjadi saksi bukanlah hal yang mudah. Menjadi saksi harus benar-benar mampu memberi sumbang sih terhadap apa yang kita saksikan. Itulah yang disebut sebagai mengada. Akan tetapi memang manusia tidak akan pernah bisa menjadi saksi yang benar-benar saksi. Manusia hanya bisa berusaha untuk menggapainya.

    ReplyDelete
  13. Yoga Prasetya
    18709251011
    S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
    Filsafat pendidikan matematika yang selama ini saya pelajari dengan Prof Marsigit akan berakhir dengan ruang dan waktu, karena setiap awal pasti ada akhir dan setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Namun, ilmu yang bapak berikan, bapak tuliskan melalui elegi-elegi filsafat, nasihat-nasihat yang tersirat di setiap tulisan dan berbagai macam ilmu yang telah saya baca tidak akan pernah saya lupakan. Sehingga nanti saya akan menghadapinya di kehidupan sehari-hari. Karena hakekatnya hidup ini penuh dengan filsafat. Namun filsafat yang sejati adalah yang selalu mengingatkan kita kepada Sang Maha Pencipta Allah SWT.

    ReplyDelete
  14. Atin Argianti
    18709251001
    PPs PM A 2018
    Sebenar-benarnya apa yang kita pikirka nadalah sebuah ilmu dan ilmu itu sebuah pengetahuan yang selalu bergerak. Sama halnya dengan berfilsafat, berfilsafat mengolah pikir yang dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan ilmu sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.

    ReplyDelete
  15. Atin Argianti
    18709251001
    PPs PM A 2018
    Matematika dengan filsafat matematika sangat berbeda. Matematika mengajarkan kita untuk mengetahui konsep cara mengerjakannya tetapi filsafat matematika lebih bagaimana menemukan cara yang berbeda tetapi tetap benar dalam sudut pandang itu. Dan karena filsafat itu relative, maka akan mengajarkan kita bagaimana cara berpikir cerdas untuk memecahkan sebuah persoalan.

    ReplyDelete
  16. Atin Argianti
    18709251001
    PPs PM A 2018
    Filsafat dan agama itu berbeda, dengan agama yang kita yakini dengan hati maka berfilsafat tidak akan tersesat dan menyesatkan. Karena dengan berlandasakan keyakinan filsafat akan terbentuk. Dan sebanr-benarnya filsafat adalah olah pikir dan agama adalah olah pikir dan olah hati yang keduanya berbeda dimensi.

    ReplyDelete
  17. Janu Arlinwibowo
    18701261012
    PEP 2018

    Salah satu yang membuat saya paling tertarik dalam elegy ini adalah kalimat terakhir bahwa Prof. Marsigit merelakan mahasiswanya untuk mencampakan semua hal yang dirasa kurang baik. Setiap orang ketika mengajar tentu mempersiapkan untuk menyampaiakn ilmu yang baik-baik, namun yang saya tangkap disini adalah kebaikan itu relative sehingga terkadang kebaikan satu dengan kebaikan lain berbeda. Sehingga dalam setiap tutur kata dapat memungkinkan ada kesalahan bagi oranglain yang menurut kita tidak salah. Oleh karena itu banyak minta maaf merupakan ungkapan merendahkan diri dan tidak sombong.

    ReplyDelete