The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Oct 21, 2012
Elegi Refleksi Elegi
Mahasiswa:
Maaf Pak, masih banyak hal yang perlu kami tanyakan.
Marsigit:
Silahkan
Mahasiswa:
Lha, apakah yang disebut Filsafat Ilmu? Apa bedanya Filsafat Ilmu dengan Filsafat?
Marsigit:
Filsafat Ilmu mempelajari sumber-sumber ilmu, macam-macam ilmu dan pembenaran ilmu.
Filsafat Ilmu tidak lain tidak bukan adalah Epistemologi itu sendiri.
Mahasiswa:
Apa hubungan antara Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi?
Marsigit:
Ontologi mempelajari hakekat atau makna segala sesuatu. Epistemologi adalah metodenya. Sedangkan Aksiologi adalah normanya. Tiadalah metode berpikir tanpa obyek berpikir. Metode berpikir adalah epistemology, obyek berpikir adalah ontology, maka tiadalah dapat dipisahkan antara epistemology dan ontology.
Mahasiswa:
Apa hubungan antara Filsafat dengan Filsuf?
Marsigit:
Filsafat adalah pikiran para Filsuf. Maka mempelajari Filsafat adalah mempelajari Pikiran Para Filsuf. Adalah omong kosong jika engkau ingin mempelajari Filsafat tetapi tidak mempelajari Pikiran para Filsuf.
Mahasiswa:
Kalau begitu bagaimana aku bisa mempelajari pikiran para Filsuf dalam perkuliahan Bapak?
Marsigit:
Baca dan bacalah referensinya. Sumber Primer adalah Buku-buku karya Filsuf yang berisi pikiran mereka. Sumber Sekunder adalah buku-buku yang berisi Pikiran para Filsuf yang dituturkan oleh orang lain. Demikian ada sumber Tersier, Kuarter dst.
Mahasiswa:
Apa relevansi pikiran Pak Marsigit dalam perkuliahan Filsafat.
Marsigit:
Dalam perkuliahan Filsafat maka mahasiswa perlu mempelajari pikiran para Filsuf. Seorang Dosen Filsafat seperti saya berkewajiban menghadirkan pikiran para Filsuf dengan berbagai cara.
Mahasiswa:
Maksud saya, apakah pikiran Pak Marsigit mencerminkan Filsafat?
Marsigit:
Tidaklah mudah menerima amanah menjadi dosen Filsafat itu. Maka ujilah pikiran-pikiranku itu melalui tulisan-tulisanku dalam Elegi-elegi. Anda sendiri yang kemudian menentukan seberapa jauh pikirankumencerminkan Filsafat.
Mahasiswa:
Kenapa P Marsigit tidak menjelaskan Filsafat secara singkat, padat, gambling sehingga mudah dipelajari? Kemudian, apakah dan bagaimanakah metode mengajar Filsafat yang diterapkan?
Marsigit:
Aku berusaha membelajarkan Filsafat dengan metode filsafat. Aku membiarkan murid-muridku membangun sendiri Filsafatnya. Aku hanya berusaha sekeras mungkin melayani kebutuhan muridku dalam membangun Filsafat. Maka tidaklah aku memberikan Filsafat itu kepada murid-muridku, kecuali anda semua mencari dan membangunnya sendiri.
Mahasiswa:
Mengapa Bapak membuat Blog dan Elegi-elegi?
Marsigit:
Blog adalah teknologi, sedangkan Elegi adalah pikiranku. Jikalau engkau ingin belajar Filsafat kepadaku maka pelajarilah Pikiranku. Pikiranku sudah aku sebarkan di dalam Elegi-elegi.
Mahasiswa:
Paradigma apa yang melatarbelakangi cara Bapak mendidik kami?
Marsigit:
Berdasarkan pengalaman saya, maka dengan ini aku proklamirkan bahwa aku telah menemukan dan mengembangkan Paradigma Belajar sebagai berikut: “Belajar adalah sintesis dari tesis-tesis dan anti-tesis anti tesis dari segala yang ada dan yang mungkin ada dari diriku maupun dari luar diriku yang merentang dalam ruang dan waktu, dengan cara menterjemahkan dan diterjemahkan, baik secara intensif maupun ekstensif”
Mahasiswa:
Wah saya agak bingung, karena kalimatnya telalu panjang. Singkatnya bagaimana Pak?
Marsigit:
Singkatnya, “Belajar itu kapanpun dan dimanapun secara kontinu”. Itulah relevansi penggunaan Blog, karena Blog akan menjamin dan menfasilitasi anda dapat belajar kapanpun dan di manapun.
Mahasiswa:
Kenapa Pak Marsigit pernah mengatakan bahwa pada akhir perkuliahan malah nantinya mahasiswa tidak bisa mendefinisikan Filsafat?
Marsigit:
Pada akhir kuliah anda akan tahu bahwa ada berbagai macam kebenaran. Jika kebenaran itu satu maka itu Monisme. Jika kebenaran itu mutlak maka itu Absolutisme. Jika kebanaran itu satu maka cukup mudah mendefinisikan Filsafat, yaitu cukup diambil dari sumbernya saja. Jika kebenaran itu banyak itu Pluralisme. Dalam Pluralisme, maka yang ada dan yang mungkin ada berhak mendefinisikan Filsafat. Jika demikian maka engkau tidak bisa hanya mengambil satu atau beberapa dari semuanya itu. Maka anda tak pernah mampu mendefinisikan Filsafat.
Mahasiswa:
Siapakah yang paling berhak mempelajari Filsafat? Apakah orang beragama? Apakah orang kafir boleh mempelajari Filsafat?
Marsigit:
Setiap orang bisa mempelajari Filsafat. Jika orang Islam berfilsafat maka semoga semakin baik ke Islamannya. Jika orang Majusi belajar filsafat maka semakin baik Majusinya. Jika orang Kafir berfilsafat maka mungin semakin Kafirlah dia.
Mahasiswa:
Kapan dan darimana kita mulai dan berhenti belajar Filsafat
Marsigit:
Anda dapat mempelajari Filsafat kapanpun dan dari manapun. Berhenti kapanpun dan di manapun.
Mahasiswa:
Siapakah orang yang paling bodhoh itu?
Marsigit:
Orang yang paling bodhoh adalah orang yang sudah merasa jelas.
Mahasiswa:
Siapakah orang yang paling pandai itu?
Marsigit:
Orang yang paling pandai bukanlah diriku.
Mahasiswa:
Siapakah orang yang paling seksi?
Marsigit:
Orang yang paling seksi adalah Barack Obama
Mahasiswa:
Siapa orang yang paling berbahaya?
Marsigit:
Orang yang paling berbahaya adalah diriku.
Mahasiswa:
Saya harus bagaimana Pak, karena kemarin tidak ikut ujian?
Marsigit:
Dunia adalah dirimu. Aku hanya menyaksikannya. Hidup ini berkomponen liner ke depan. Maka sabar, tawakal dan berdoalah secara ikhlas untuk menatap masa esokmu.
Mahasiswa:
Nilaiku Test Jawab singkat jelek Pak. Sedangkan Ujian tertulisnya sangat sulit. Terus bagaimana Pak, apakah saya terancam tidak lulus?
Marsigit:
Semua tes dan ujian bermanfaat untuk melihat diri dan introspeksi. Tes yang telah aku laksanakan menunjukkan lemahnya pikiran kita untuk mengetahui segala yang ada danyang mungkin ada di luar pikiranku. Jika demikian maka satu-satunya harapan adalah dengan cara membaca Elegi-elegi secara ikhlas.
Mahasiswa:
Apa yang dimaksud membaca Elegi secara Ikhlas?
Marsigit:
Pahamilah isinya. Bacalah komen-komennya. Sintesiskan pikiran yang lain dan hasilkanlah anti-tesis anti-tesisnya.
Mahasiswa:
Terimakasih Pak.
Marsigit:
Terimakasih kembali. Selamat berjuang. Semoga sukses. Amin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Anggoro Yugo Pamungkas
ReplyDelete18709251026
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Berdasarkan elegi refleksi elegi diatas, menjelaskan bahwa dalam belajar filsafat itu tidak harus terpaku pada satu sumber, sumber primer atau sumber skunder ataupun yg lain dapat menjadi sumber belajar. Belajar filsafat bisa dengan mempelajari pikiran-pikiran para filsuf, Pak Marsigit sebagai salah satu filsuf di UNY bisa belajar dengan membaca elegi-elegi yang telah tertuang dalam blog ini. Semoga kami dapat mengambil hikmah dari pelajaran filsafat ini. Aamiin
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Belajar filsafat adalah belajar tentang pikiran para filsuf. Maka belajarnya adalah dengan cara berpikir secara intensif dan ekstensif. Metode yang digunakan Pak Marsigit sangat menginspirasi. Belajar filsafat dengan metode filsafat itu sendiri. Menghadirkan pikiran-pikiran para filsuf melalui elegi-elegi. Dari elegi-elelgi tersebut kemudian diberi makna dan direfleksikan. Dari metode ini tidak hanya menjadi tahu ilmu filsafat itu sendiri tetapi yang saya rasakan justru terbawa kepada kehidupan sehari-hari. Membaca elegi-elegi haruslah ikhlas namun dalam kehidupan pun semua yang kita lakukan, kita terima, kita rasakan jika dengan keikhlasan itulah nikmatnya dalam bersyukur. Terimakasih Prof.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Untuk berfilsafat kita harus membangun sendiri filsafat itu namun tetap memperhatikan dasar pemikiran-pemikiran para filsufnya. Belajar filsafat harus sacara mendalam dan meluas mengjangkau semua yang ada dan yang mungkin ada. Hal yang penting dalam belajar filsafat ialah ikhtiar dalam hati dan pikir. Ikhtiar dalam hati itulah keikhlasan dan ketetapan hati sementara ikhtiar dalam pikir itulah berpikir kritis. Pentingnya berpikir kritis ialah agar kita bisa menjalani proses berfilsafat yaitu menemukan berbagai anti tesis dari berbagai tesisnya serta mentesiskan keduanya. Orang yang berfilsafat tidak seharusnya serta merta menerima begitu saja semua pemikiran-pemikiran yang ada karena jika demikian maka berarti ia pasrah dalam pikirnya, pasrah dalam pikir berarti pasrah menerima mitos, pasrah dalam berpikir juga berarti tidak membangun filsafatnya. Maka orang yang berfilsafat itu adalah orang yang tidak berhenti pada satu atau beberapa kejelasan saja. Karena jika berhenti pada beberapa kejelasan saja tidaklah ia belajar filsafat secara mendalam. Dalam filsafat hati adalah komandan, karena jika tidak demikian hasil dari ikhtiar pikirnya akan meruntuhkan keyakinannya. Filsafat yang tidak disertai ketetapan hati, maka keyakinannya akan terombang ambing, tergoyahkan, dst dalam menerima dam memahami berbagai pemikiran-pemikiran. Filsafat tanpa komandan hati juga akan membuat pikir melampaui batas-batasnya.
Adanya elegi-elegi ini akan menunjukkan betapa beragamnya pendapat dari mahasiswa, beragamnya pendapat menunjukkan bahwa manusia memiliki pemikiran yang beragam. Itulah manfaat elegi ini diciptakan dari satu pemikiran (pemikiran Prof Marsigit) melahirkan banyak pemikiran-pemikiran dari mahasiswa. Disitulah letak esensi berfilsafatnya, bahwa berfilsafat itu dibangun sendiri oleh subyeknya.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Belajar filsafat ilmu dengan membaca pikiran para filsuf, namun sebagai pemula yang belajar filsafat dapat membaca elegi-elegi yang telah ditulis oleh Pak Marsigit sebagai sumber bacaan lain untuk memperkaya pengetahuan tentang filsafat. Sebagaimana tulisan elegi-elegi pak Marsigit tidaklah mudah untuk memahami dengan hanya membaca sekali apalagi metode penulisannya menggunakan konsep metafisik dan ontologis. Terdapat banyak penggunaan metode sintesis dan anti tesisnya. Karena setiap sintesis pasti memiliki anti tesisnya.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Belajar filsafat merupakan belajar olah pikir terhadap yang ada dan yang mungkin ada. Seperti belajar pada umumnya, belajar filsafat juga dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Salah satunya adalah dengan membaca artikel-artikel pada blog ini. Artikel-artikel pada blog ini sebagian besar memuat tentang pemikiran-pemikiran filsafat yang dikemas dalam elegi-elegi. Memahami makna yang terkandung dalam elegi memang tidak mudah. Maka dari itu, kita harus membacanya dengan ikhlas agar dapat memahaminya.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Saat melaksanakan perkuliahan filsafat di kelas, Pak Marsigit sering mengingatkan agar kita membaca elegi-elegi yang ada di blog beliau secara ikhlas. Membaca elegi secara ikhlas artinya kita harus mampu memahami isinya. Membaca juga komen-komen yang ada. Mampu mensintesiskan pikiran yang lain. Dan mampu menghasilkan anti-tesis anti-tesisnya. “Belajar itu kapanpun dan dimanapun secara kontinu”, belajar tidak harus saat berada di kelas, tidak harus di dalam perpustakaan, saat sedang menunggu antrian kita bisa sambil belajar. Belajar tidak boleh hanya sekali, tidak boleh hanya kadang-kadang, tapi harulah berkelanjutan.
Endah Kusrini
Delete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya setuju bahwa memang Prof Marsigit selalu menekankan bahwa belajar itu sejatinya bisa dilakukan kapan pun di manapun dan harus kontinu atau berkelanjutan. Belajar bukan hanya terbatas berada di dalam ruang kelas dan dipandu oleh seorang guru. Apa pun bisa kita jadikan sebagai sumber belajar. Dan sebagai guru, seharusnya mampu memotivasi siswa dan memfasilitasi siswa dalam belajar di mana pun dan kapan pun secara kontinu. Melalui blog seperti yang dicontohkan oleh Prof Marsigit ini adalah salah satu yang bisa digunakan.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Filsafat dan filsuf saling berhubungan karena filsafat merupakan pikiran para filsuf. Jika seseorang berfilsafat tanpa mempelajari pikiran para filsuf berarti ia belum berhasil dalam berfilsafat. Pikiran para filsuf dapat dipelajari dengan membaca referensi-referensi yang sudah ada. Referensi-referensi saat ini akan lebih mudah untuk dicari karena sudah semakin maju teknologi pada jaman sekarang. Apa yang ingin dicari bisa langsung dengan menggunakan internet. Bahkan yang jaraknya jauh saja bisa dijangkau. Sekarang sudah banyak fasilitas yang dapat digunakan untuk mendapatkan referensi. Jadi, seseorang benar-benar berfilsafat jika ia mau membaca dan memahami pikiran para filsuf.
Wassalamualaikum wr.wb
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Konstruktivisme. Itulah kata yang tepat untuk pembelajaran filsafat kita. Bapak Profesor Marsigit tidak menjelaskan filsafat secara gamblang, padat, dan singkat namun membiarkan kita membangun sendiri filsafat. Bapak Profesor Marsigit menyajikan filsafat dalam bentuk elegi-elegi. Elegi-elegi tersebut adalah hasil pemikiran beliau dalam filsafat. Jadi, jika kita ingin memahami filsafat, banyak-banyaklah membaca elegi-elegi beliau.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Filsafat merupakan hasil buah pikiran para Filsuf. Untuk dapat memahami filsafat berarti kita haru memahami pikiran para Filsuf. Untuk dapat memahaminya maka hal yang harus kita lakukan yaitu baca dan baca. Itulah hal yang sedang kita lakukan saat ini, yaitu baca dan baca elegi-elegi yang tersedia. Dengan membaca elegi-elegi yang ada secara tidak langsung memahami kita mengenai filsafat itu sendiri. Namun membaca elegi tersebut juga harus dilakukan dengan pikiran dan hati yang jernih, hal tersebut bertujuan agar kita dapat memahami dan menerjemahkan dengan baik makna yang terkandung dari setiap elegi.
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 PM A 2018
Objek filsafat meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Setiap objek pasti memiliki ontology dan epistemologinya. Ontologi berbicara tentang apa objek tersebut sedangkan epitemologi berbicara tentang bagaimana objek tersebut.
Terima kasih
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 PM A 2018
Setiap orang bisa belajar filsafat. FIlsafat sangat luas cakupannya. Jika filsafat itu dipelajari oleh banyak orang, maka filsafat tidak akan habis. Jika banyak orang yang mempelajari filsafat, bisa jadi akan semakin banyak lagi bahsan-bahasan dan pemikiran-pemikiran tentang fiklsafat. Semakin banyak bahasan filsafat, maka akan semakin banyak filsuf. Begitulah ilmu, yang tidak akan habis meskipun banyak yang mengonsumsi, justru akan semakin berkembang.
Terima kasih
Tiara Cendekiawaty
ReplyDelete18709251025
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Belajar filsafat ilmu berarti belajar membaca pikiran para filsuf. Dalam belajar filsafat dengan Prof, pikiran-pikiran para filsuf disajikan dalam bentuk elegi-elegi dalam blog ini. Dengan membaca elegi-elegi tersebut maka artinya kita sedang berusaha membaca pikiran-pikiran para filsuf. Memang tidak mudah memahaminya karena menggunakan bahasa analog tetapi begitulah proses dari belajar filsafat ilmu.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Yang saya peroleh dari elegi ini adalah bahwa Prof Marsigit sejatinya tengah berusaha untuk memfasilitasi mahasiswa dalam belajar filsafat melalui elegi-elegi yang telah beliau susun. Prof Marsigit tidak ingin membunuh atau mematikan karakter para mahasiswa dengan langsung memberikan atau mentrasfer pengetahuan beliau tentang filsafat, akan tetapi beliau mencoba untuk melatih para mahasiswa agar dapat membangun pikiran kami masing-masing, untuk membangun filsafat kami masing-masing. Prof Marsigit menyajikan elegi-elegi ini sebagai tambahan referensi dalam belajar filsafat disamping sumber-sumber primer tentang pemikiran para filsuf. Terima kasih Prof.
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Saya berkenalan dengan filsafat dan kemudian diperkenalkan dengan kalimat bahwa sebenar-benarnya filsafat adalah dirimu sendiri. Tentu saya menjadi bertanya-tanya apakah yang dimaksud dengan filsafat adalah dirimu sendiri, kemudian apakah perlu untuk mengetahui tentang teorinya ketika filsafat adalah diri sendiri. Namun seiring berjalannya waktu, saya kemudian memahami bahwa filsafat dekat dengan apa yang ada disekitar saya. Filsafat tidak jauh atau susah untuk dipelajari. Namun, tentu tidak menjadi jaminan bahwa tidak diperlukan pemikiran para filsuf dan bahan bacaan dalam menelaah dan mendalami filsafat ilmu. Sehingga berbagai cara dapat menjadi pendukung bagi mahasiswa untuk lebih memahami dan memperdalam filsafat ilmu.
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Elegi refleksi elegi ini merupakan gambaran dari persoalan kami sebagai mahasiswa dan bagaimana cara bapak menjawab permasalahan kami. Memang dalam belajar filsafat kami merasa kesulitan karena berpikir apa yang para filsuf pikirkan itu sangat sulit. Bahkan membaca pikiran diri sendiri saja sangat sulit. Akan tetapi metode yang digunakan oleh Bapak dalam membelajarkan filsafat kepada mahasiswa sangatlah unik. Metode yang digunakan dapat melayani kebutuhan belajar mahasiswa dengan luasnya kesempatan mahasiswa dalam membangun filsafatnya sendiri. Elegi-elegi yang diposting dalam blog ini dapat menjadi sarana bagi mahasiswa untuk membangun filsafatnya. Dengan demikian, mahasiswa dapat terus menerus belajar filsafat tanpa melalui tatap muka, bahkan setelah 1 semester perkuliahan filsafat telah berakhir. Saya tengah merasakan banyak manfaat dari elegy-elegi dalam blog ini, elegy-elegi tersebut banyak mengajarkan saya untuk ikhlas, selalu berikhtiar, dan mendekatkan diri dengan Allah SWT.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Filsafat merupakan proses berpikir berdasarkan pemikiran para filsuf. Melalui elegi, kita dapat mempelajari pemikiran para filsuf. Elegi merupakan sarana yang sesuai karena tidak terbatas pada ruang dan waktu. Elegi disusun dengan menggunakan bahasa filsafat yaitu bahasa analog. Terdapat kesulitan untuk memahami bahasa analog yang terdapat dalam elegi. Dari elegy elegi ini lah kita menjadi sadar bahwa kita perlu berpikir secara ekstensif dan intensif. Yang dimaksud dengan berpikir secara ekstensif dan intensif yaitu belajar sedalam-dalamnya, berpikir seluas-luasnya, serta sabar, tawakal dan berdoa secara ikhlas agar kita mampu menjadi manusia yang bijaksana, paham terhadap ruang dan waktu
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika 2018
Filsafat berasal dari pemikiran para filsuf. Supaya dapat memahami filsafat maka kita harus memahami pemikiran para filsuf. Untuk memahami pemikiran para filsuf kita harus membaca kajian-kajiannya. Dengan membaca elegi-elegi hasil kaya Prof. Marsigit, dapat membantu kita untuk mengenali dan memahami apa sesungguhnya filsafat itu. elegi memahami elegi ini sesungguhnya adalah bagaimana cara kita mempelajari filsafat melalui pemikiran Prof. Marsigit yang dituangkan menjadi sebuah elegi. Elegi menganalogikan bahasa filsafat yang tidak mudah di mengerti menjadi bahasan filsafat yang lebih sederhana. Sehingga apa yang terkandung di dalamnya dapat dicerna oleh para pembelajar terutama mahasiswa.
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Suatu elegi juga merupakan suatu pendapat dari seorang filsuf misalnya, sehingga sangat diperlukan refleksi dari suatu pendapat atau pemikiran tersebut. Refleksi tersebut dimaksdukan untuk bisa memperbaiki, menambahkan atau menyempurnakan dari elegi sebelumnya. Refleksi juga bisa kita gunakan untuk lebih memahami makna-makna yang tersirat dari suatu bacaan agar dapat sampai pada pemahaman yang lebih dalam.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Filsafat adalah ikhlas untuk mau menerjemahkan dan diterjemahkan. Dalam berfilsafat kita harus mengesampingkan keakuan. Dimana orang yang paling bodoh adalah orang yang telah merasa jelas dan berilmu. Orang tesebutlah yang telah termakan stigma dan akan menghambatnya dalam berinteraksi dengan ilmu. Filsafat sangat berguna untuk melatih berpikir intensif dan ekstensif. Dengan demikian maka akan membuat seseorang dapat menghikmahi segala kejadian. Kebijakan inilah yang menuntun orang untuk melihat dari berbagai sudut pandang dimana akan melatih kita untuk instrospeksi.
Namun mohon dijelaskan pak…kenapa orang paling seksi adalah Barack Obama?
Sekar Hidayatun Najakh
ReplyDelete19701251007
S2 PEP A 2019
Assalamualaykum wr wb...
Pada hakikatnya tidak semua aspek didalam agama dapat dilogikakan. Karena memang manusia memiliki keterbatasan terkait dengan hal tersebut. Manusia sebatas dimampukan untuk berusaha belajar, berusaha memahami, berusaha berdoa, terutama berusaha patuh, selebihnya adalah mutlak urusan Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika ada kekeliruan mengenai urusan pembangunan dunia, bukan salah agamanya sebab agama mengajarkan bagaimana manusia dapat mencapai kesuksesan kehidupan dunia bahkan sampai pada kehidupan setelah adanya kematian. Jika ada ketidakseimbangan dalam urusan dunia, itu adalah salah manusianya bukan agamanya. Maka tetaplah unsur spiritual atau agama yang utama untuk landasan segala urusan, tetaplah Tuhan menjadi pusat kepatuhan. Agama bukan belenggu, tapi agama adalah jalan menuju kebenaran hakiki. Ibaratnya kita ingin menuju suatu tujuan, maka kita memilih melalui jalan yang terbaik dengan jalur-jalur yang sudah ada. Bisa saja kita melalui apapun yang kita anggap sebagai jalan, tapi tanpa adanya jalur, tidak akan ada jaminan kita bisa selamat sampai ke tujuan.
Terimakasih Prof.
Vera Yuli Erviana
ReplyDeleteNIM 19706261005
S3 Pendidikan Dasar 2019
Assalamualaikum Wr. Wb.
Belajar filsafat itu tidak harus terpaku pada satu sumber, sumber primer atau sumber skunder ataupun yg lain dapat menjadi sumber belajar. Untuk berfilsafat kita harus membangun sendiri filsafat itu namun tetap memperhatikan dasar pemikiran-pemikiran para filsufnya. Belajar filsafat harus sacara mendalam dan meluas mengjangkau semua yang ada dan yang mungkin ada. Hal yang penting dalam belajar filsafat ialah ikhtiar dalam hati dan pikir. Ikhtiar dalam hati itulah keikhlasan dan ketetapan hati sementara ikhtiar dalam pikir itulah berpikir kritis.
Yufida Afkarina Nizar Isyam
ReplyDelete19709251073
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Dari percakapan di atas terdapat sebuah kalimat bahwa orang yang bodoh adalah orang yang merasa jelas. Menurut saya memang benar, karena biasanya orang yang sudah merasa jelas atau bahkan merasa dirinya tahu segalanya, dia tidak akan mencoba mencari tahu lagi. Dia akan berhenti pada apa yang dianggap jelas itu tadi. Padahal sesungguhnya pengetahuan itu bisa dilihat dari berbagai sisi, tidak akan habisnya kita mempelajari sebuah pengetahuan itu. Jadi alangkah lebih baiknya kita merasa bahwa kita itu masih harus terus belajar dan mencari tahu lagi dan lagi.
Sarah desiana pahu
ReplyDelete19709251063
S2 PM D 2019
Hubungan filsafat dengan filsuf itu seperti yang dijabarkan filsafat berarti pikiran para filsuf. Artinya kita mempelajari pikirannya para filsuf. Saya sangat kagum dengan pikiran-pikiran filsuf yang bisa menghasilkan filsafat-filsafat yang begitu luar biasa. Saat ini sudah banyak buku-buku tentang filsafat, jadi akan lebih mudah bagi kita dalam mempelajari filsafat. Namun kembali lagi, berfilsafat tidak bisa dipelajari dalam sekali tapi harus berkali-kali sampai benar-benar paham filsafat sesungguhnya.
Sarah desiana pahu
ReplyDelete19709251063
S2 PM D 2019
"Orang yang paling berbahaya adalah diriku" hal yang demikian adalah benar adanya. Yang berbahaya itu adalah diri kita sendiri, kalau kita tidak bisa mengendalikan diri kita dengan baik maka akan berbahaya. Kita bisa melukai orang lain bahkan diri kita sendiri. Apalagi dalam hal berfilsafat, kalau kita tidak bisa mengendalikan cara berfilsafat kita dengan baik, maka bisa-bisa terjadi kesesatan dalam berfilsafat.