The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Oct 28, 2012
Kutarunggu Kekacauan Melanda Kerajaan Hanuya
Oleh Marsigit
Awama:
Ha ha..he ..he ha ha..he..he..aku punya, tapi ini rahasia lho. “Itu tu si Ahilu dan Pampilu katanya sudah tidak diakui sebagai murid oleh sanga Bagawat, bahkan sekarang dia telah diusir dari percabaan Kutarunggu. Kenapa dia diusir oleh gurunya, karena dia dianggap munafik telah mengingkari janji tidak mau membuka tutup cupu seperti yang telah diucapkan. Dia memang pengecut karena takut resiko seperti yang dialami oleh Stigmapangla”.
Pratika:
Wahai Awama aku diberi dhong. Kelihatannya engkau merasa nikmat walaupun tanpa makan, minum dan bukan karena uang. Apakah yang membuatmu semangat? Apakah yang membuatmu semangat adalah kata-katamu yang engkau ucapkan tadi? “Itu tu si Ahilu dan Pampilu katanya sudah tidak diakui sebagai murid oleh sanga Bagawat, bahkan sekarang dia telah diusir dari percabaan Kutarunggu. Kenapa dia diusir oleh gurunya, karena dia dianggap munafik telah mengingkari janji tidak mau membuka tutup cupu seperti yang telah diucapkan. Dia memang pengecut karena takut resiko seperti yang dialami oleh Stigmapangla”.
Cantraka:
Wahai Awama dan Pratika, engkau sudah tahu ta? Engkautahu dari mana bahwa “Itu tu si Ahilu dan Pampilu katanya sudah tidak diakui sebagai murid oleh sanga Bagawat, bahkan sekarang dia telah diusir dari percabaan Kutarunggu. Kenapa dia diusir oleh gurunya, karena dia dianggap munafik telah mengingkari janji tidak mau membuka tutup cupu seperti yang telah diucapkan. Dia memang pengecut karena takut resiko seperti yang dialami oleh Stigmapangla”.
Candraka:
Lhoo Cantraka, Awama dan Pratika, engkau sudah tahu ta bahwa “Itu tu si Ahilu dan Pampilu katanya sudah tidak diakui sebagai murid oleh sanga Bagawat, bahkan sekarang dia telah diusir dari percabaan Kutarunggu. Kenapa dia diusir oleh gurunya, karena dia dianggap munafik telah mengingkari janji tidak mau membuka tutup cupu seperti yang telah diucapkan. Dia memang pengecut karena takut resiko seperti yang dialami oleh Stigmapangla”.
Pampilu:
Kelihatannya bukan cuma engkau yang mengetahui perihal demikian. Aku dan Rakata juga sudah mengetahui bahwa “Itu tu si Ahilu dan Pampilu katanya sudah tidak diakui sebagai murid oleh sanga Bagawat, bahkan sekarang dia telah diusir dari percabaan Kutarunggu. Kenapa dia diusir oleh gurunya, karena dia dianggap munafik telah mengingkari janji tidak mau membuka tutup cupu seperti yang telah diucapkan. Dia memang pengecut karena takut resiko seperti yang dialami oleh Stigmapangla”.
Bagawat:
Wahai para punggawa kerajaan Hanuya, bukankah aku telah mengatakan kepadamu agar wasapada terhadap perilaku Stigmaraja. Apa yang melanda kerajaan Hanuya itu sebetulnya ulah dan perilaku si Stigmaraja. Maka aku ingin mengingatkanmu semua, agar engkau tidak berlarut-larut termakan stigma yang ditebarkan oleh Stigmaraja, maka perhatikan ajaranku ini. Ajaranku itu berbunyi “Uraikanlah stigma itu kedalam komponen dasarnya, yaitu pikiran dan hati. Stigma adalah pikiran yang kalut dan hati yang kotor. Maka untuk menghindarinya gunakan pikiran kritismu dan gunakan hati bersihmu yaitu keikhlasanmu. Maka selalu berusaha dan bekerjalah dengan menggunakan kecerdasan pikiranmu dan menggunakan hati nuranimu. Dengan demikian maka engkau pun akan menjadi insan yang mandiri dalam menghadapi stigma. Cendekia mandiri dan bernurani itulah senjata pamungkas yang dapat engkau gunakan. Lapalkan dan hayatilah sesanti cendekia mandiri dan bernurani, niscaya engkau terbebas dari segala stigma”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Cerita ini cukup menjadi gambaran tentang apa yang sedang terjadi di masyarakat, dimana stigma dengan cepat menyebar dan memiliki dampak negatif. Stigma yang paling banyak bermunculan adalah hoax, yang entah bagaimana menyebar dan menyebabkan gonjang-ganjingnya keadaan sosial masyarakat. tak juga dapat dipungkiri bahwa hoax yang tersebar berkembang tanpa ada telaah lebih dalam. Menurut saya, meskipun penyebaran stigma bersifat sangat cepat, tetapi tetap bisa ditanggulangi dengan apa yang dituliskan diatas, yaitu selalu waspada dan menelaah stigma dengan hati dan pikiran. Terutama untuk para cendikia, agar ilmu yang didaptkan boleh menjadi salah satu senjata untuk melawan stigma.
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Stigma adalah satu kata dengan sejuta bahaya. Dalam perkuliahan dengan Pak Marsigit telah dijelaskan bahwa stigma adalah gejala bahasa yang sakit. Stigma itu melabelkan keadaan dengan bahasa. Satu kata itu menyebabkan kehancuran. Stigma itu determin menjatuhka sifat, jadi keadaan yang satu dijatuhkan dengan keadaan yang lain. Dengan menjatuhkan stigma bisa menjadi pembunuhan karakter kepada seseorang. Begitu berbahayanya stigma. Oleh karena itu untuk menghindarkan dari stigma-stigma maka gunakan pikiran yang kritis untuk menanggapi berbagai informasi-informasi dan gunakan hati nurani untuk selalu sadar akan godaan berupa stigma serta selalu berpikir positif.
Restu Widhi Laksana
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251022
Bismillahirrokhmanirrokhim
Apa yang telah disampaikan begawat dalam tulisan diatas adalah benar adanya. Proses terjadinya stigma menurut penjelasan dari tulisan di atas saya coba analogikan sebagai berikut. Seorang tetangga baru yang belum kita kenal kemudian dalam waktu yang singkat kekayaannya berkembang demikian pesat sehingga yang tadinya hidupnya sama-sama susah dengan kita sekarang bisa menjadi donatur masjid di lingkungan kita. Dalam hal ini asumsikan tetangga kita ini jarang sekali terlihat dirumah dan jarang sekali bergabung dan bersosialisasi dengan para tetangga. Yang kita amati bahwa banyak sekali silih berganti wanita yang keluar masuk rumahnya. Maka dari pikiran kita yang bingung melihat pesatnya kesuksesan tetangga ini kita menduga duga apa sih usahanya? kemudian dari hati yang buruk kita menemukan sebuah stigma oh mungkin dia jualan yang tidak benar dengan memanfaatkan para wanita yang silih berganti masuk kerumahnya. Alhasil dari pikiran yang makin kalut dan hati yang makin buruk tersebarlah kabar hoax seperti yang sekarang banyak terjadi. Maka banyaklah orang awam yang begitu saja menyebarkan berita ini tanpa penyelidikan mendalam terlebih dahulu.
Maka disinilah solusi menangkal stigma bekerja yaitu berfikir kritislah pada sebuah kabar atau stigma yang telah disematkan atas sesuatu. Dengan berfikir kritis kita mencari tahu dan menjadi tahu darimana sumber sebuah berita, kebenaran dan keakuratan berita, konteks pembicaraan berita tersebut, atau malah bisa memahami konteks ruang dan waktu bagaimana berita tersebut terjadi. Dengan hati yang bersih dan ikhlas kita berprasangka baik kepada orang lain, ikhlas untuk mau berkenalan dan mengenal terlebih dahulu, mau ikhlas mendengarkan kedua belah pihak sebelum akhirnya menjustifikasi sesuatu. Maka kira-kira begitulah yang saya fahami.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Stigma menjatuhkan sifat yang satu dengan sifat yang lain. Pikiran dan hati yang kacau dan kalut dalam mitos yang gelap merupakan bentuk stigma negatif yang berkuasa. Pengaruh stigma sangatlah berbahaya, halus dalam kata-kata serta banyak yang tidak menyadari dan menghindarinya gara-gara stigma. Bahaya stigma akan mempengaruhi pikiran kita, salah satu untuk menghindarinya adalah gunakan pikiran kritismu dan tanyakan pada hati bersihmu dan berdoa kepada Allah SWT untuk diberikan perlindungan. Semoga kita tidak terkena dan terjebak dalam stigma. Aamin
Anggoro Yugo Pamungkas
ReplyDelete18709251026
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Berdasarkan artikel yang berjudul kutarunggu kekacauan melanda kerajaan hanuya diatas, menurut saya dalam cerita ini terdapat konflik antara bagawat dengan ahilu dan pampilu, dimana sang bagawat sudah tidak mau mengakui mereka sebagai murid. Hal itu karena sang bagawat merasa ahilu dan pampilu telah berbuat munafik dengan mengingkari janji tidak mau membuka tutup cupu seperti yang telah diucapkan. Nah dari hal ini, kita ambil segi positifnya. Sebagai seorang guru, jangan langsung menghakimi murid kita, karena belum tentu seratus persen kesalahan murid kita. Bisa jadi kita yang salah. Jadi, slalulah kenali dan pahami murid kita, serta intropeksi diri kita juga.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Dari elegi ini kita bisa memahami bahwa Sitgma memang sangat mudah merasuk kedalam diri manusia. Begitulah kenikmatan stigma yang dirasakan bagi orang yang menimpakannya karena pada dasarnya memfitnah, menggunjing, mengadu domba, mencari-cari kesalahan orang, dst itu memang merupakan suatu kenikmatan tetapi kenikmatan sesat yang dibawa oleh syaitan. Pikiran yang kalut dan hati yang kotor disitulah ladang syaitan untuk menanamkan kenikmatan yang sesat. Maka sebenar-benar manusia yang bukan penikmat stigma adalah insan yang CEMANI "Cerdas, Mandiri, dan Bernurani"
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Pergunakan hati dan pikiran dengan sebaik-baik perbuatan agar kita dapat terhindar dari pengaruh-pengaruh yang bisa membawa kita kepada keburukan. Sinergitas antara hati dan pikiran juga diperlukan agar setiap perbuatan kita selalu pada hal yang bermanfaat. Kritislah dalam bertindak memang perlu namun kritis yang tidak sesuai dengan ruang dan waktunya juga akan berdampak tidak baik buat diri pribadi maupun sekitarnya. Maka teguhkanlah hati dan pikiran agar kita menjadi insan yang mandiri dalam menghadapi stigma.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dari elegi diatas bahwa dalam melawan stigma diperlukan berpikir kritis, ikhlas dan hati yang bersih. Karena tanpa berpikir kritis, ikhlas, dan hati yang bersih maka pikiran kita akan berubah menjadi negatif (menjadi hati kita tidak bersih lagi). Dan selalu meminta perlindungan kepada Allah SWT.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Stigma adalah pikiran yang kalut dan hati yang kotor. Untuk terhindar dari stigma kita harus berpikir kritis dan menggunakan hati yang bersih atau ikhlas. Dalam setiap langkah dan perbuaatan kita harus berusaha dan bekerja dengan memadukan kecerdasan pikiran dan hati nurani secara harmoni. Berdasarkan pengertiannya maka stigma adalah suatu hal yang negatif. Ketika pikiran sedang kalut dan hati kotor maka kita cendrung akan semakin banyak berbuat kesalahan ataupun dosa. Untuk itu marilah kita selalu berusaha agar tidak terbelenggu pada stigma.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Berhati-hatilah dengan yang namanya Stigma karena stigma lebih kepada perlaku yang tidak baik. Stigma merupakan pikiran yang kalut dan hati yang kotor. Maka untuk dapat menghindari stigma bisa dengan meningkatkan pikiran kritis dan bersihkan hati. Misalnya saja ketika ada kabar miring terhadap seseorang. Janganlah kabar tersebut langsung dicerna dengan mentah-mentah tanpa menyelidiki terlebih dahulu apa yang sebenarnya terjadi. Karena kabar yang tidak sesuai akan menimbulkan fitnah dan dapat merugikan orang lain. Jadi sebagai seseorang yang berpengetahuan janganlah mudah termakan oleh kabar yang tidak sesuai, selidiki terlebih dahulu apa yang terjadi, barulah setelah itu bisa menarik kesimpulan yang sesuai.
Wassalamualaikum wr.wb.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Sifat munafik dan pengecut harus kita hindari. Berdasarkan hadits riwayat Al Bukhari dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda “Tanda-tanda orang munafik ada tiga : apabila ia berkata ia berdusta, apabila ia berjanji ia mengingkari, dan apabila ia diberi amanah ia khianat. Melalui hadits tersebut kita sebagai manusia senantiasa diperingatkan dan berhati-hati agar tidak termasuk golongan orang-orang munafik. Selain itu berhati-hatilah dengan stigma. Stigma ialah pikiran yang kalut dan hati yang kotor. Stigma harus dihadapi dengan berpikir kritis dan hati yang bersih. Dengan berpikir cerdas dan berhati nurani maka akan tercipta cendekia mandiri dan bernurani.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Elegi di atas disimpulkan bahwa di jaman power now ini sudah sangat banyak sekali stigma-stigma negatif yang bermunculan, penyebar hoax atau bahkan masyarakat-masyarakat yang terjebak boax dengan begitu mudahnya. Stigma bisa negatif dan positif, tinggal bagaimana kita menyikapinya.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Jujur pada elegi ini saya baru memahami mengapa Ahilu dan pampilu disebut munafik. Mereka disebut munafik karena sebelumnya Ahilu dan pampilu mengatakan bersedia menerima tantangan sang Begawat untuk membuka Cupu manik Astanala. Namun, setelah melihat apa yang dialami oleh Stigmapangla merekapun memutuskan untuk mengingkari janjinya. Janji adalah janji, yang akan tetap berhutang jika tidak dituntaskan, begitu berbahayanya mengucapkan kata-kata yang tidak mampu ditepati karena akan menyebabkan kemunafikan.
Stigma yang disebarkan oleh Stigmaraja adalah pikiran yang kalut dan hati yang kotor. Kebalikan dari stigma adalah stigma, stigma dapat dilawan dengan stigma pula. Oleh karenanya untuk melawan stigma yang disebarkan Stigmaraja gunakanlah pikiran kritis dan hati yang bersih.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
Stigma negatif mulai banyak bermunculan pada jaman sekarang, untuk menghindari stigma atau acap kali disebut cap maka kita harus membersihkan diri dan pikiran kita dengan terus belajar dan mendekat kepada Allah agar kita diluruskan dalam hati dan pikiran kita. manusia sebaiknya sadar bahwa kita itu tidaklah sempurna, pasti ada kelemahan dalam diri kita, sehingga jangan sampai memandang negatifatau memandang rendah orang lain.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
Manusia tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki. Sudah lumrah dan menjadi naluri bahwa manusia ingin lebih pintar, lebih kaya, lebih sukses atau lebih-lebih yang lainnya, karena hakekat manusia memnag selalau tidak pernah puas dengan selalu lebih-lebih dan lebih. Positifnya kita akan terus berusaha belajar untuk mencapai ambisi kita. Negatifnya kadang menghalalkan berbagai cara, menjadi sombong dan meremehkan yang lainnya. Maka sebenar benarnya hidup adalah sesuai dengan ruang dan waktu. Sesuai denganruang dan waktu untuk memaksimalkan potensi adalah hal yang baik, namun jangan dikotori dnegan menggunakan semua cara baik dan buruk karena akan mencederai suatu usaha. Sepatutunya manusia hanya bisa berusaha dan Tuhan yang menentukan hasil dari usaha manusia.
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 PM A 2018
Banyak stigma yang tercipta di lingkungan sekitar kita. Untuk menghadapi stigma tidak mudah. Dalam menghadapi stigma, terkadang kita justru ikut dalam stigma itu. Untuk menghadapi stigma diperlukan hati dan pikiran yang bersih. Dengan hati dan pikiran yang bersih, maka kita akan dapat mengambil sikap yang tepat dalam menyikapi stigma yang terjadi.
Terima kasih
Tiara Cendekiawaty
ReplyDelete18709251025
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Stigma memiliki makna yang cenderung negatif. Pada jaman sekarang stigma dengan mudahnya muncul dimana saja, kapan saja, dan menimpa siapa saja. Hoak merupakan salah satu contoh dari stigma. Disadari atau tidak kita dengan mudahnya percaya dengan hoak padahal tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi atau lebih memilih mempercayai hoak daripada kenyataan itu sendiri. Senantiasa berpikir kritis dan mendekatkan diri kepada Allah dapat menjadi benteng untuk menghindari stigma-stigma tersebut.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Berdasarkan elegi tersebut bahwa stigma merupakan keadaan yang perlu kita waspadai. Stigma merupakan unsur yang negatif yang diperoleh dari pengaruh dari lingkungan yang menyebabkan pikiran dan hati yang kita miliki menjadi kalut dan kotor. Untuk dapat mencegah atau melawan stigma tersebut, hal yang harus kita lakukan yaitu berusaha dan bekerja keras dengan menggunakan pikiran dan hati yang kita miliki. Pikiran yang kita miliki harus selalu berpikir secara kritis dan dibarengi dengan keikhlasan dalam hati. Dengan melakukan hal tersebut, maka kita akan bisa menghadapi stigma-stigma yang ada.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Sebagian besar manusia memang senang ngobrol, berbincang-bincang dengan orang lain. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk interaksi social antar manusia. Namun, jika masing-masing tidak mempunyai iman yang kuat, maka manusia akan cenderung mudah untuk terjerumus dalam jebakan syeitan. Membicarakan keburukan-keburukan orang lain hingga lupa waktu. Kebiasaan inilah yang menyebabkan kabar-kabar burung, berita-berita hoax mudah tersebar. Apalagi dijaman yang serba modern seperti sekarang. Dengan hadirnya smartphone dan internet, berita apapun termasuk hoax sangat mudah tersebar. Oleh karena itu, agar dapat terhindar, manusia memang harus senantiasa berpikir kritis dan menggunakan hati nuraninya.
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Stigma merupakan kekacauan pikiran dan hati yang kotor akibat dari pengaruh lingkungannya. Jika dibiarkan terus menerus stigma akan semakin meluas. Stigma biasanya sangat halus dalam mempengaruhi seseorang. Maka untuk menghindarinya diperlukan pikiran yang kritis dan hati yang bersih. Hanya Allah yang dapat memberikan pertolongan bagi hambanya, maka kita harus senantiasa memohon pertolongan Allah SWT.
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika 2018
Cerita diatas seperti menggambarkan kondisi masyarakat yang mudah termakan oleh stigma yang sangat cepat menyebar pada saat ini. stigma-stigma tersebut biasanya memiliki dampak negative terhadap masyarakat yang mana masyarakat semakin mudah terprovokasi sehingga mudah sekali menjudgment atau memberikan pembenaran sendiri. Bahkan sampai melakukan kejahatan-kejahatan immoral. Seperti apa yang telah dikatakan oleh Bagawat diatas, menurut saya untuk menanggulangi penyebaran stigma-stigma, elemen penting yang sangat dibutuhkan adalah hati dan pikiran yang bersih. Dengan hati dan pikiran yang bersih, kita bisa memfilter apa yang masuk dalam otak kita sehingga tidak turun ke hati bahkan sampai membawa penyakit hati. Oleh sebab itu, berusaha dan bekerja dengan menggunakan pikiran dan hati nurani sangat penting untuk dilakukan. Selain itu, mendekat kepada Sang Maha Pencipta akan menjadi tameng supaya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negative.
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Satu kata bisa menyebabkan kehancuran, apalagi suatu cerita atau berita yang tidak benar. Dalam hal ini stigma merupakan kekacauan dalam pikiran dan hati akibat dari lingkungannya. Dalam zaman modern sekarang ini stigma bisa kita sebut dengan berita hoax. Banyak sekali berita-berita hoax yang menjadikan masyarakat beripini buruk tentang sesuatu yang belum tentu kebenarannya dan kebanyakn juga berasal dari kekeliruan. Untuk itu hendaknya kita tidak cepat termakan hoax dan mempercayai hal-hal yang belum tentu kebenarannya.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Kadang manusia terjebak dengan berbagai stigma yang menyeruak di lingkungannya. Stigma akan memberikan pengaruh negative pada diri manusia, Stigma adalah pikiran yang kalut dan hati yang kotor. Uraikanlah stigma itu kedalam komponen dasarnya, yaitu pikiran dan hati. Ketika termakan stigma kita akan berperilaku buruk yang akan menjauhkan hati dan pikiran kita. Dalam menghadapi permasalah kita akan lebih didominasi oleh nafsu yang penuh dengan keakuan. Cepat atau lambat akan berbuah pada kesombongan yang akan menghancurkan masing-masing individu.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Stigma negatif berasal dari pikiran yang tidak kritis dan hati yang tidak bersih. Maka untuk melawan stigma tersebut hendaklah dengan selalu membiasakan berpikir kritis, sekaligus menjaga kebersihan hati, tetap ikhlas dalam menjalani kehidupan.
M. Ikhsan Ghozali
ReplyDelete19701261003
PEP S3 2019
Assalamu'alaikum wr.wb.
Dalam masyarakat, stigma sudah menjadi fenomena sosial yang mentradisi. Masyarakat, awam ataupun terdidik, seringnya terlalu mudah menilai/menghakimi seseorang meski belum tahu kebenaran persoalannya. Misalnya, masyarakat seringkali langsung mencap bahwa kelompok anak punk atau klub motor adalah kelompok berandalan karena penampilannya yang nyentrik dan terkadang suka terlibat masalah. Padahal tidak sedikit pula kelompok punk dan klub motor yang melakukan kegiatan-kegiatan positif dan memiliki misi sosial. "Don’t judge a book by its cover, because you will never get the chance to find out what lies within it," demikian kalimat yang sering diungkap. Meski begitu, seringkali stigma tersebut diberikan karena adanya pengalaman negatif terkait dengan orang atau kelompok yang diberi stigma.
Untuk itulah, penting bagi kita untuk selalu menggunakan pikiran kritis dan hati yang bersih agar tidak mudah menilai sesuatu sebelum mengetahui terdahulu kebenarannya. Apalagi di zaman seperti sekarang, di mana hoax bertebaran di mana-mana. Bagi yang tidak menggunakan akal pikiran yang kritis dan hati yang bersih, tentunya akan mudah ikut-ikutan, dengan beragam alasannya. Semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya agar terhindar dari sifat dan sikap semacam itu. Aamiin. Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Mira Amalia Yudhanti
ReplyDelete19701251014
S2 PEP A
Stigma adalah perilaku negatif pada pribadi seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Misalnya menyebarluaskan informasi yang belum jelas kebenarannya yang dapat merugikan orang lain dan bisa menimbulkan fitnah. Seharusnya sebelum menyebarkan informasi perlu adanya klarifikasi atau mencari sumber yang terpercaya. Untuk dapat terhindari dari pengaruh negatif tersebut manusia perlu memilah dengan menggunakan pikiran dan hatinya. Seperti kata begawat "Gunakan pikiran kritismu dan gunakan hati bersihmu yaitu keikhlasanmu".
Hidayatul wafiroh
ReplyDelete19701251010
S2 PEP A 2019
Stigma adalah pikiran yang kalut dan hati yang kotor. Di era sekarang banyak sekali stigma atau informasi yang terkadang belum tahu terbukti benar tidaknya atau biasa kita sebut hoax. Namun, banyak yang dengan mudahnya percaya tanpa mencari tahu sumber dan faktanya. Sehingga berakibat pada situasi yang tidak kondusif. Oleh karena itu, untuk menghindari semua itu kita harus menggunakan akal pikiran dengan kritis dan gunakan hati nurani sehingga kita terhindari dari stigma. Jangan menelan mentah-mentah informasi, kita perlu menggunakan akal pikiran untuk mencari kebenarannya sehingga terhindar dari fitnah dan hal yang tidak diinginkan.
Ngaenun Nangim
ReplyDelete19709251058
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Kenyataan yang terjadi bahwasannya stigma mempengaruhi kehidupan orang yang tidak kuat SQ dan EQ. Bahkan untuk orang yang kuat EQ dan SQ menurut seseorang, masih pula terrmakan oleh stigma. Keikhlasan yang digadang-gadang sang begawat adalah tips yang simple dikatakan, tapi untuk dilakukan sungguhlah tidak mudah. Seseorang dapat ikhlas jika sudut pandangnya sisi positif, mengambil hikmah pelajaran dari setiap masalah yang menimpa, dan mengesampingkan asumsi buruk yang menggoyahkan keikhlasan itu sendiri. Sungguh kejernihan hati banyak yang ingin digapai, namun hanya sedikit bahkan jarang yang memiliki kejernihan hati kecuali dia pilihan Allah SWT, seperti Nabi Agung Muhammad SAW.
Vera Yuli Erviana
ReplyDeleteNIM 19706261005
S3 Pendidikan Dasar 2019
Assalamualaikum Wr. Wb.
Suatu ilmu yang tidak pasti akan mengacaukan ilmu yang sudah dianggap pasti. Jika anggapan tersebut terjadi dalam matematika, maka orang akan semakin malas belajar matematika. Guru harus dapat memilih media metode dan model yang tepat kepada peserta didiknya untuk menguatkan ilmu matematikanya. Agar tidak ada anggapan bahwa matematika itu ilmu yang kacau.
Zuari Anzar
ReplyDelete19701251006
S2 PEP A 2019
Dari elegi diatas bahwa dalam melawan stigma diperlukan berpikir kritis,Ikhlas dan hati yang bersih. Karena tanpa berpikir kritis,Ikhlas, dan hati yang bersih maka pikiran kita akan berubah menjadi negatif (menjadi hati kita tidak bersih lagi).Itulah yang terjadi jika semua telah terhasut oleh stigma. Karena sebenarnya stigma itu lahir dari keputusasaan. Tidaklah kebaikan itu tertutupi jika bukan karena pikiran negatif yang mengahantuinya. Itulah keputuasaan. Tabirnya hanya bisa disingkapkan dengan pikiran yang kritis dan hati yang ikhlas.