Oct 28, 2012

Kutarunggu Sang Rakata Menggelar Sidang Rakyat (pertama)




Oleh Marsigit

Rakata:
Wahai tamu undangan semua, tibalah saatnya kita menggelar sidang rakyat. Peserta sidang ini kelihatannya lengkap: ada para gunung Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala, ada sang Bagawat, ada Ramasita, ada Ahilu, ada Pampilu, ada Awama, ada Pratika, ada Cantraka. Saya juga melihat ada para stigma. Saya memohon sudilah sang Bagawat menjadi moderator pada persidangan ini.



Bagawat:
Terimakasih kepada Rakata yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menjadi moderator. Tetapi saya mempunyai permintaan, saya minta wewenang saya ditambah. Disamping sebagai moderator, saya juga ingin memposisikan diri saya sebagai fasilitator, dinamisator dan pembahas. Apakah permintaan saya diperbolehkan?

Rakata:
Silahkan

Bagawat:
Terimakasih. Saya ingin membagi sidang ini menjadi sidang pleno dan sidang rakyat. Pada sidang pleno saya akan bertanya dan memberi kesempatan kepada para gunung Rakata, Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala. Pada sidang rakyat saya ingin memberi kesempatan kepada peserta, siapa saja, yang ingin mengajukan pertanyaan atau tanggapan atau usul dst.

Bagawat:
Wahai Rakata, Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala, sebagai sebuah gunung, apakah yang engkau pahami tentang makna sebuah gunung itu. Silahkan jawab dari gunung yang paling rendah, yaitu Kasala.

Kasala:
Wahai sang Bagawat, bagiku gunung itu kekuasaan. Maka setinggi-tinggi tujuan hidupku adalah memperoleh dan menggunakan kekuasaan.

Kanwala:
Wahai sang Bagawat, bagiku gunung tidak hanya kekuasaan, tetapi gunung adalah pikiran. Maka setinggi-tinggi tujuan hidupku adalah memperoleh ilmu, kemudian aku gunakan ilmuku itu untuk mengelola kekuasaanku.

Ndadismen:
Wahai sang Bagawat, bagiku gunung tidak hanya kekuasaan, tetapi gunung adalah pikiran dan hatiku. Maka setinggi-tinggi tujuan hidupku adalah memperoleh ilmu yang berlandaskan iman dan taqwa, kemudian aku gunakan ilmuku dan hatiku itu untuk mengelola kekuasaanku.

Ndakiti:
Wahai sang Bagawat, bagiku gunung tidak hanya kekuasaan, tetapi gunung adalah pikiran dan hatiku, ketrampilan dan pengalamanku. Maka setinggi-tinggi tujuan hidupku adalah memperoleh ilmu yang berlandaskan iman dan taqwa, mencari ketrampilan dan pengalaman dan kemudian aku gunakan ilmuku, hatiku ketrampilanku dan pengalamanku itu untuk mengelola kekuasaanku.

Rakata:
Wahai sang Bagawat, bagiku gunung tidak hanya kekuasaan, tetapi gunung adalah pikiran dan hatiku, potensi, ketrampilan dan pengalamanku. Maka setinggi-tinggi tujuan hidupku adalah memperoleh ilmu yang berlandaskan iman dan taqwa, mengembangkan potensi, mencari ketrampilan dan pengalaman dan kemudian aku gunakan ilmuku, hatiku, potensiku, ketrampilanku dan pengalamanku itu untuk mengelola kekuasaanku demi kemaslahatan orang banyak.

Bagawat:
Apa yang selama ini aku khawatirkan ternyata terjadi. Aku mengkhawatirkan bahwa engkau semua kurang dalam dan kurang luas dan kurang komprehensif dalam memaknai kedudukanmu sebagai gunung. Walaupun jawaban Rakata adalah yang paling lengkap tetapi masih kurang mendalam kurang luas dan kurang komprehensif.

Bagawat:
Coba aku ingin bertanya kepada bukan gunung. Wahai Ramasita, apakah hakekat gunung itu menurut dirimu?

Ramasita:
Gunung tidak hanya kekuasaan, tetapi gunung adalah pikiran dan hati, potensi, ketrampilan dan pengalaman. Maka setinggi-tinggi tujuan hidup manusia adalah memperoleh ilmu yang berlandaskan iman dan taqwa, mengembangkan potensi, mencari ketrampilan dan pengalaman dan kemudian menggunakan ilmunya, hatinya, potensinya, ketrampilannya dan pengalamannya itu untuk mengelola kuasanya demi kemaslahatan sesama. Tetapi keteranganku itu belumlah cukup, karena pada hakekatnya hal yang demikian itu menjadi hak semua manusia untuk menggapai. Diakui atau tidak maka gunung adalah hak semua orang. Maka gunung adalah setiap orang dan setiap orang adalah gunung. Sedangkan tinggi rendahnya gunung itu relatif. Jika engkau datang kepadaku maka engkau harus mengakui gunungku. Setidaknya gunung pengetahuanku terhadap rumahku itu lebih tinggi dari pada pengetahuan tamuku. Itulah aku berhak mengklaim bahwa gunungku lebih tinggi dari tamuku.

Bagawat:
Kenapa bisa ada gunung tinggi dan gunung tertinggi?

Ramasita:
Itulah pengetahuan relatif dan pengetahuan obyektifku. Jika aku melihat ada sebuah gunung mempunyai pengikut gunung-gunung yang lain maka aku katakan gunung yang pertama sebagai gunung yang tinggi, demikian seterusnya sampai aku bisa menemukan gunung tertinggi. Sebenar-benar yang terjadi adalah tiadalah gunung tertinggi itu bagi manusia. Gunung tertinggi absolut hanyalah Tuhan Yang Maha Kuasa.

26 comments:

  1. Aizza Zakkiyatul Fathin
    18709251014
    Pps Pendidikan Matematika A

    Gunung dalam postingan ini dapat Saya simpulkan adalah capaian atau tujuan yang harus diperoleh setiap manusia. Telah dijelaskan bahwa tujuan hidup tersebut adalah memperoleh ilmu yang berlandaskan iman dan taqwa, mengembangkan potensi, mencari keterampilan dan pengalaman dan kemudian menggunakan ilmunya, hatinya, potensinya, keterampilannya dan pengalamannya itu untuk mengelola kuasanya demi kemaslahatan sesama. Tujuan hidup tersebut adalah hak setiap manusia untuk menggapainya. Sebenar-benar manusia hanya bisa menggapainya. Maka yang bisa dilakukan manusia adalah ikhitiar dengan selalu menggunakan pikiran dan hatinya serta berdoa kepada Alloh. Karena gunung yang tertinggi absolut hanyalah Alloh SWT.

    ReplyDelete
  2. Yoga Prasetya
    18709251011
    S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A

    Manusia selalu dihadapkan dengan keinginan yang lebih/ kekuasaan dalam menjalani kehidupan di dunia. Kekuasaan dengan bermaca-macam tipe. Banyak manusia di dunia memiliki niat dalam mencari ilmu untuk kekuasaan urusan duniawi. Bukan mencari ilmu dengan niat ikhlas, iman, dan taqwa. Sehingga timbulah sarjana yang tidak beretika, tak bermoral dan kurang sopan santun melakukan segala cara untuk mencapai sesuatu dengan cara tak baik. Sesungguhnya Ilmu dan kekuasaan yang Haqiqi hanyalah Milik Tuhan Semesta Alam; Allah SWT.

    ReplyDelete
  3. Anggoro Yugo Pamungkas
    18709251026
    S2 Pend.Matematika B 2018

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    Berdasarkan artikel yang berjudul kutarunggu sang rakata menggelar sidang rakyat (pertama) diatas, menurut saya gunung itu ciptaan Tuhan yang bermanfaat. Dengan adanya gunung, bumi menjadi stabil. Gunung itu ibarat manusia, diatas gunung yang rendah ada gunung yang tinggi, diatas gunung yang tinggi masih ada gunung yang sangat tinggi. Dan diatas gunung masih ada langit. Dan yang paling tinggi diatas semua yang tinggi didunia ini adalah Allah Subhanahuwata'ala.

    ReplyDelete
  4. Muh. Fachrullah Amal
    18709251036
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Puncak kesuksesan adalah tujuan yang dimiliki setiap individu, maka sudah seharusnya kesuksesan itu untuk diperjuangkan bukan diangan-angankan saja. Tujuan hidup seseorang berbeda-beda dalam konteks urusan dunia namun tiadalah yang utama melainkan bagaiaman mampu melibatkan hati dan pikiran menjadi satu yang saling bersinergi untuk meraih tujuan yang ingin dicapai, hal ini dapat menumbuhkan potensi-potensi yang terdapat dalam diri seseorang berdasarkan dari sekian pengalaman-pengalaman yang dilakukannya. Setinggi-tingginya tujuan hidup seseorang adalah memperoleh ilmu yang berlandaskan iman dan taqwa.

    ReplyDelete
  5. Erma Zelfiana Surni
    18709251009
    S2. P.Matematika A 2018

    Assalamualaikum Wr. Wb
    Dalam elegi ini saya memahami bahwa untuk mencapai puncak gunung kita harus berintegritas. Mengsinergikan hati dan pikiran, memanfaatkan segala potensi dan pengalaman, harus memiliki kecerdasan spritual yang baik, dst. Pada dasarnya mencapai puncak gunung adalah takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT kepada setiap manusia, karena setiap manusia diciptakan sebagai khalifah atau pemimpin dimuka bumi ini (Dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah : 30). Semua tergantung ikhtiar manusia itu sendiri dalam mencapai puncak gunungnya.

    ReplyDelete
  6. Erma Zelfiana Surni
    18709251009
    S2. P.Matematika A 2018

    Assalamualaikum Wr. Wb
    Setiap manusia memiliki versi "tinggi" pencapaian puncaknya masing-masing hal ini dikarenakan oleh keterbatasan manusia. Dosen matematika memang lebih tinggi dari mahasiswanya, tetapi ketika mobilnya mogok dan membawanya kebengkel, maka disini tukang bengkel yang hanya tamatan SMP bisa lebih tinggi dari dosen dalam hal permesinan mobil. Begitupun dengan petani tamatan SD tentu ilmu bercocok tanamnya lebih tinggi dari ahli matematika yang tidak menggeluti ilmu pertanian, dan masih banyak contoh yang lainnya. Tentu ini mengajarkan kita bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Adanya keterbatasan didalam setiap diri manusia akan melahirkan perbedaan diantara kita. Namun justru dari perbedaan itulah harusnya kita saling menghargai dan melengkapi karena tidak ada satupun manusia yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan manusia yang lainnya.

    ReplyDelete
  7. Hasmiwati
    18709251023
    S2 Pend.Matematika B 2018

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    Puncak kenikmatan dunia dipengaruhi oleh dua faktor: kekayaan dan kekuasaan. Keduanya, kekayaan dan kekuasaan, menurut Imam Ghazali, merupakan puncak kenikmatan dan kemewahan dunia. Dengan memiliki keduanya, seseorang dapat dengan mudah mencapai tujuan dan segala hal yang diinginkannya. Tidak mengherankan bila keduanya memiliki daya tarik tinggi dan selalu diperebutkan. Meskipun begitu, kekuasaan bukanlah sesuatu yang buruk pada dirinya sendiri. Seperti halnya kekayaan, kekuasaan merupakan sesuatu yang baik asal diperoleh dengan cara yang baik dan dipergunakan secara baik pula. Ini berarti kekuasaan tidak boleh dicari dengan jalan kebohongan, kecurangan, atau melanggar aturan main. Agama tidak boleh pula dijadikan sebagai alat untuk mencapai kekuasaan. Perbuatan yang disebut terakhir ini dinilai imam Ghazali sebagai tindakan kriminal atau pelecehan (jarimah) terhadap agama itu sendiri.

    ReplyDelete
  8. Herlingga Putuwita Nanmumpuni
    18709251033
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Pengetahuan itu sangat luas, sehingga pengetahuan bisa terbagi menjadi pengetahuan relatif dan pengetahuan obyektifku. Keduanya dibedakan menurut sudut pandang. Gunung-gunung yang dimaksud pada elegi ini bisa diibaratkan pencapaian-pencapain dalam hidup manusia. Dan untuk mencapai gunung tertinggi maka diperlukan usaha dan doa.

    ReplyDelete
  9. Aan Andriani
    18709251030
    S2 Pendidikan Matematika B

    Assalamualaikum wr.wb.
    Gunung diumpamakan sebagai kekuasaan, hati, potensi, keterampilan, dan pengalaman. Gunung sudah dianggap sebagai kelebihan yang dimiliki oleh setiap manusia. Setiap gunung mempunyai tingkatan. Ada yang rendah, sedang, tinggi, bahkan ada juga yang tertinggi. Seperti halnya kecerdasan, ada memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, ada yang sedang-sedang saja, bahkan ada juga yang super. Namun sebagai seorang manusia hanya bisa menggapai gunung sesuai dengan batasnya saja dan tidak akan bisa menggapai gunung tertinggi, karena gunung tertinggi absolut hanyalah Allah SWT. Manusia tidak akan bisa untuk melebihinya, karena manusia hanyalah makhluk yang penuh dengan kekurangan dan keterbatasannya.
    Wassalamualaikum wr.wb.

    ReplyDelete
  10. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
    Tujuan hidup setiap orang itu berbeda-beda, ada yang menginginkan kekuasaan, ada yang menginginkan ilmu, dan lain sebagainya. Memaknai tujuan hidup dan kedudukan harus diperlukan kemampuan yang dalam dan pola pikir yang luas dan kemampuan yang komprehensif sehingga bisa menemukan tujuan hidup yang selaras dan tiada pola pilar yang berkehendak sendiri. Apapun tujuan hidup kita, libatkan Allah di dalamnya. Dan yang harus selalu diingat bahwasanya kita ini milik Allah dan kepadaNyalah kita akan kembali.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

    ReplyDelete
  11. Dini Arrum Putri
    18709251003
    S2 P Math A 2018

    Telah dijelaskan bahwa tujuan hidup manusia itu memang berbeda-beda. Namun tetap bahwa kehidupan manusia mempunyai landasan yaitu aturan aturan agama yang harus dijadikan dasar setiap kali kita ingin melakukan sesuatu. Menuntut ilmu dengan niat yang baik agar tidak terjebak mitos, memperoleh kekuasaan atau kekayaan dengan jalan yang baik dan agar terhindar dari stigma yang negatif atau hoax. Intinya adalah selalu melibatkan agama dan Tuhan.

    ReplyDelete
  12. Eka Puspita Sari
    18709251035
    S2 PM B 2018

    Bapak pernah mengatakan bahwa Filsafat adalah dirimu dan sebenar-benar filsafat adalah dirimu. Setiap orang adalah berbeda-beda, bahkan dengan diri sendiri pun diriku yang sekarang tidak sama dengan diriku nanti atau diriku tadi. Maka sangat wajar jika setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam memahami sesuatu tergantung ruang dan waktunya. Jika sebelumnya saya menggambarkan gunung sebagai iman, dalam elegi ini gunung tidak hanya iman. Seperti yang di ucapkan oleh Rakata “Gunung adalah pikiran dan hatiku, potensi, ketrampilan dan pengalamanku. Maka, setinggi-tinggi tujuan hidupku adalah memperoleh ilmu yang berlandaskan iman dan taqwa, mengembangkan potensi, mencari ketrampilan dan pengalaman dan kemudian aku gunakan ilmuku, hatiku, potensiku, ketrampilanku dan pengalamanku itu untuk mengelola kekuasaanku demi kemaslahatan orang banyak”.
    Gunung adalah setiap orang dan setiap orang adalah gunung. Kita berhak menganggap gunung pengetahuan kita tinggi daripada orang lain, namun haruslah berhati-hati dalam menganggap. Kita berhak menganggap gunung pengetahuan kita tinggi TETAPI dalam hal gunung pengetahuan kita terhadap diri kita sendiri atau terhadap rumah kita sendiri karena orang lain tidak mengetahui tentang rumah kita. Dan janganlah sesekali merasa atau menganggap gunung pengetahuan kita lebih tinggi dari pada orang lain selain tentang pengetahuanmu tentang dirimu.

    ReplyDelete
  13. Seftika Anggraini
    18709251016
    S2 PM A 2018

    Gunung itu ibarat ilmu, pengetahuan, hati, kekuasaan, dan lain-lainnya yang semua itu bersifat relatif. Maksudnya relatif yaitu gunung tertinggi atau bukan itu memiliki sifat relatif terhadap pembandingnya. Namun yang perlu diketahui bahwa setiap kita menyatakan sesuatu dengan klaim tertinggi, sebenarnya kita dapat menemukan yang lebih tertinggi lagi. Setiap hal yang ada di dunia ini hanya suatu kerelatifan, lalu apa yang bisa dibanggakan. Yang absolut itu hanya Allah SWT.
    Terima kasih

    ReplyDelete
  14. Tiara Cendekiawaty
    18709251025
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Gunung tinggi dan gunung tertinggi itu bagaikan relatif dan absolut. Manusia boleh jadi memiliki kedudukan yang tinggi tetapi kedudukan tertinggi sejatinya hanya milik Allah. Manusia hanya berusaha mencapai kedudukan yang tinggi dengan mencari ilmu yang didasari iman dan takwa, mengembangkan potensi, keterampilan, pengalamannya, kemudian mengamalkannya agar bermanfaat bagi orang lain.

    ReplyDelete
  15. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  16. Deden Hidayat
    18709251032
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Sebenar-benarnya tujuan hidup kita adalah memperoleh suatu ilmu pengetahuan. Ilmu tersebut harus kita peroleh dengan didasari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Suatu ilmu dapat kita peroleh jika kita bisa menggunakan pikiran dan hati dengan ikhlas. Ilmu dari setiap orang bersifat relatif, terkadang ilmu yang dimiliki dirasa lengkap dan kadang juga tidak lengkap. Hal tersebut terjadi karena adanya ruang dan waktu yang berbeda dalam kehidupan kita. Tidak akan ada ilmu yang lengkap di dunia ini, karena yang lengkap hanyalah milik Allah SWT, tugas kita yaitu menggunakan ilmu tersebut sebagai sarana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

    ReplyDelete
  17. Endah Kusrini
    18709251015
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Menurut pendapat saya, gunung dalam tulisan ini berarti level manusia berdasarkan pandangan dan tujuan hidupnya. Level paling rendah adalah hidup hanya demi mencari kekuasaan, sementara level tertinggi adalah ketika tujuan hidup manusia agar dapat memberi manfaat kepada orang lain. Manusia yang tujuan hidupnya berada pada level yang rendah, justru menganggap bahwa dirinya tinggi, sementara semakin tinggi tujuan hidup seseorang justru ia menganggap bahwa dirinya rendah. Namun demikian, ukuran tinggi rendah manusia bersifat relative. Sebenar-benar ukuran tinggi rendah adalah penilaian dari Allah SWT.

    ReplyDelete
  18. Fabri Hidayatullah
    18709251028
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Setiap orang memiliki kekuasaan pengetahuan, keterampilan, hati, pikiran, pengalaman, dan lain sebagainya. Setiap orang juga memiliki potensi untuk dapat mencapai setinggi-tingginya hal-hal tersebut melalui ikhtiarnya masing-masing. Tinggi dan rendahnya sesuatu yang dapat dicapai tergantung pada seberapa besar usahanya dan doanya, tentu juga ditentukan oleh takdir-Nya. Selain itu, dari elegi ini dapat dipetik bahwa di dalam hidup ini, setiap orang hendaknya mengakui dan menyadari kelebihan yang dimiliki orang lain, tidak perlu saling mengolok bahkan bertengkar. Dengan adanya kelebihan yang berbeda tersebut juga akan menumbuhkan kesadaran bahawa sejatinya dalam hidup kita akan saling membutuhkan. Saling menghargai dan menghormati setiap kelebihan sehingga akan terwujud kehidupan yang harmonis.

    ReplyDelete
  19. Fany Isti Bigo
    18709251020
    PPs UNY PM A 2018

    Dari elegi ini saya berpendapat bahwa apa yang diperdebatkan dari elegi ini adalah definisi ilmu. Ada manusia yang mendifinisikan ilmu sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan, ada yang untuk memperoleh kekuasaan dan melayani. Ilmu ini sebenarnya sistematis dan terstruktur. Ada yang menjelaskan mulai dari pengalaman, kemampuan dan sebagainya. Semuanya betul tetapi pada akhirnya adalah yang ditanya siapa gunung yang paling tinggi. Artinha gunung / ilmu yang melayani untuk banyak orang adalah gunung yang tertinggi dari segala gunung.

    ReplyDelete
  20. Septia Ayu Pratiwi
    18709251029
    S2 Pendidikan Matematika 2018

    Gunung diatas merupakan sebuah pencapaian manusia. Dikatakan diatas bahwa gunung adalah kekuasaan, pikiran, hati, ketrampilan, pengalaman, potensi. Akan tetapi hakekat gunung sebenarnya adalah ilmu pengetahuan. Semakin tinggi gunung yang didaki semakin tinggi pula ilmu yang diperoleh. Ibarat kata, mendaki gunung itu tidak mudah dan tidak pula susah. Menuntut ilmu juga seperti mendaki gunung, dari kejauhan gunung terlihat sangat tinggi akan tetapi jika mempunyai niat maka akan dengan mudah untuk mencapai puncaknya asalkan tidak tinggi hati atau sombong. Menuntut ilmu juga seperti itu, pada awalnya terasa sangat berat, selanjutnya akan terasa ringan atau mudah jika memang kita melakukannya dengan niat yang sungguh-sungguh, tulus, dan ikhlas. Pencapaian tertinggi hanya ada dalam sudut pandang manusia, sedangkan pencapaian tertinggi absolut hanyalah Tuhan Yang Maha Kuasa.

    ReplyDelete
  21. Rosi Anista
    18709251040
    S2 Pendidikan Matematika B

    Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup, keinginan untuk mencapai tujuan hidup tersebut tentu dimiliki oleh setiap manusia. Setiap manusia ingin sekali memiliki pencapaian tertinggi dalam hidupnya, karena hal tersebut akan menjadikan manusia merasa puas terhadap pencapaian tersebut. Akan tetapi saat sudah menggapai impian tersebut, hendaknya kita selalu bersyukur dan tidak lupa bahwa apa yang sudah kita dapatkan tidak akan terjadi tentunya tanpa kehendak dari yang Maha Kuasa.

    ReplyDelete
  22. Janu Arlinwibowo
    18701261012
    PEP 2018

    Ketinggian derajat manusia adalah relatif tergantung dari pemaknaan hidup masing-masing. Semakin mereka mampu memaknai hidup dengan baik, dalam hal ini mampun menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat mereka akan semakin tinggi. Semua yang ada di dunia bersumber pada ilmu, dilakukan, sebagai pengembangan potensi, untuk bberperilaku baik, sebagai suatu sarana ibadah. Namun, sesungguhnya semua itu relatif, karakteristik atau pikiran adalah milik setiap manusia, bahkan setiap manusia memiliki hak memilikinya. Oleh karena itu tiap manusia harus saling menghargai untuk menggapa gunung tertinggi.

    ReplyDelete
  23. Kartianom
    18701261001
    S3 PEP 2018

    Seseorang yang beruntung adalah seseorang yang labih baik daripada hari kemarin, sedangkan orang yang merugi adalah orang yang perbuatannya lebih buruk sekarang dibandingkan kemarin. Jadi setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik manusia haruslah berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi. Karena manusia itu tidak ada yang sempurna, kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.

    ReplyDelete
  24. M. Ikhsan Ghozali
    19701261003
    PEP S3 2019

    Assalamu;alaikum wr.wb.
    Gunung sebagai simbol bisa dimaknai secara beragam, seperti dalam cerita di atas. Secara sederhana, gunung bisa dimaknai sebagai tujuan yang hendak dicapai dengan melalui berbagai tantangan. Tujuan ini cenderung dimaknai secara duniawi dan nantinya menjadi jalan bagi tujuan ukhrowi. Setinggi apa pun gunung (tujuan), akan ada gunung (tujuan) lain yang lebih tinggi. Adapun gunung yang tertinggi bukanlah yang paling tinggi, sebab di atasnya masih ada langit yang di atasnya lagi masih ada langit lainya, dan yang sebenar-benarnya paling tinggi adalah Tuhan YME sebagai tujuan manusia sebagai hamba.
    Untuk bisa mencapai puncak gunung, dibutuhkan ihtiar secara sungguh-sungguh dan ikhlas berdasarkan niat, pertimbangan, dan persiapan yang benar serta do'a. Jadi, tidak bisa dilakukan sekadarnya, sebab kemungkinan untuk mencapai puncak gunung sangat kecil, kecuali nekat. Dalam proses mencapai puncak pun mesti dilakukan secara baik, tidak dengan menghalalkan segala cara. Dalam konteks pendakian, ada etiket yang mesti dipatuhi, tidak hanya terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan YME. Ada tiga hal yang ditekankan (1) Jangan membunuh sesuatu kecuali waktu; (2) Jangan mengambil sesuatu kecuali foto; (3) jangan tinggal sesuatu kecuali jejak kaki.
    Ada ungkapan yang menyebutkan bahwa "Setinggi-tingginya gunung, masih tinggi mata kakiku". Ungkapan ini menunjukkan bahwa sesungguhnya manusia memiliki kemampuan untuk mencapai kualitas diri yang tinggi (derajat, pangkat, ilmu, status sosial, spiritual, dll.). Yang mesti disadari bahwa keberhasilan tersebut bukanlah semata karena kemampuannya, tapi ada kuasa Tuhan YME. Maka, dalam proses mencapai puncak gunung tersebut (ilmu, jabatan, kekayaan, dll.) merupakan upaya mendekatkan diri pada-Nya sehingga mestinya selalu memohon ridho dan perlindungan dari-Nya. Momen saat mencapai puncaknya, dimaknai sebagai upaya berserah diri (ini biasanya disimbolkan dengan sujud syukur oleh para pendaki). Selanjutnya, saat kembali turun ke kaki gunung dan kembali ke tempat tinggal masing-masing, menunjukkan bahwasanya capaian setinggi apa pun hanyalah bersifat sementara, dan diharapkan capaian tersebut dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
    Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih.
    Wassaamu'alaikum wr.wb.

    ReplyDelete
  25. Hidayatul wafiroh
    19701251010
    S2 PEP A 2019

    Setiap manuasia adalah gunung dan gunung adalah setiap manusia. Gunung itu adalah pikiran, hati, potensi, dan keterampilan yang digunakan untuk memperoleh ilmu yang berlandaskan iman dan takwa. Sehingga ketika manusia memiliki kekuasaan, dia akan menggunakan ilmunya agar tidak menyalahgunakan kekuasaan. Jadi kita adalah gunung untuk ilmu-ilmu yang kita peroleh. Saat kita hendak mencari ilmu maka dakilah gunung-gunung ilmu itu dari setiap orang. Janganlah lelah untuk mendaki gunung-gunung ilmu tersebut karena kita tak akan menemukan gunung tertinggi itu dalam diri manusia melainkan hanya milik Allah SWT.

    ReplyDelete
  26. Mira Amalia Yudhanti
    19701251014
    S2 PEP A

    Gunung tidak hanya kekuasaan, tetapi gunung adalah pikiran dan hati, potensi, ketrampilan, dan pengalaman. Dari jawaban Ramasita menegaskan bahwa gunung ialah ilmu yang hendak dicapai untuk meraih kesuksesan masing-masing individu. Apabila ia ingin mencapai gunung tertinggi maka Ia harus bisa mendaki gunung tersebut. Caranya dengan mengakui dan memperdalam ilmu pengetahuan dari gunung yang lebih tinggi dari dirinya. Namun dalam mencari ilmu harus berlandaskan dengan niat yang tulus ikhlas mencari ridho Allah SWT karena setinggi-tingginya gunung adalah Allah SWT.

    ReplyDelete