Oct 28, 2012

Kutarunggu Sang Rakata Menyatukan Lima Gunung (Kedua)




Oleh Marsigit

Nahayu:
Wahai Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala, terimaksih engkau telah memenuhi undanganku. Aku juga tidak hanya mengundang dirimu semua, tetapi aku juga mengundang banyak kerabat yang lain.



Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala:
Aku mendengar ada panggilan kepadaku tetapi aku tidak melihat bentuk dan rupanya. Siapakah engkau itu?

Ramasita:
Ohh...rupanya engkau semua belum melihat bisa melihat Nahayu. Bolehkah aku bantu agar engkau bisa melihat Nahayu. Tetapi ada syarat-syaratnya engkau bisa melihat Nahayu.

Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala:
Apa syaratnya. Karena ini telah menjadi tantanganku, maka seberat apapun syaratnya aku ingin bisa melihat Nahayu.

Ramasita:
Syaratnya adalah engkau harus terbebas dari rasa memiliki dan rasa sombong. Jika hal ini engkau paksakan maka engkau akan tergelincir dan terperosok masuk kedalam jurang yang dalam di samping gunung itu. Apakah engkau sanggup melakukannya.

Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala:
Kalau rasa sombong aku berusaha mengatasinya dengan cara mohon ampun, tetapi rasa memiliki itu agak sulit. Karena hingga saat ini aku merasa memiliki banyak hal. Aku memiliki kegiatan, aku memiliki warga, aku memiliki fasilitas, aku memiliki kuasa dst. Bagaimana aku bisa menjalankan tugas-tugasku jika aku tidak boleh mempunyai rasa memiliki.

Ramasita:
Demikianlah ketetapannya. Tinggal engkau sanggup atau tidak.

Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala:
Aku sanggup, tetapi bagaimana kalau sebentar saja syarat-syarat itu aku jalani.

Ramasita:
Walaupun engkau hanya melihat sekejap perihal gunung itu, tetapi dampaknya luar biasa, dan akan mempengaruhi jalan hidupmu. Maka sifat tidak memiliki dan tidak sombong itu harus menjadi tujuan dan jiwa hidupmu.

Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala:
Baik kami sanggup

Ramasita:
Maafkan Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala, perkenankanlah aku membuka kacamatamu satu persatu. Sekarang bagaimana keadaannya?

Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala:
Ya Tuhan mohon ampunlah diri kami. Setelah Ramasita melepas kacamata kami, maka kami melihat Nahayu sebagai sebuah gunung. Terlihat olehku gunung itu menghampar begitu luasnya, tetapi semuanya tampak kami rendah darinya. Kalihatannya dirinya berada di puncak gunung . Kamanapun dia melangkah maka semua ngarai dan satwa di dalamnya selalu mengikutinya. Bahkan kamipun yang lain pun menyesuaikan dengan gerak langkahnya. Kami juga perlu memberi jalan, ada yang berjalan beriringan, dst. Wah kami menjadi agak bimbang. Padahal di daerah kami, maka kami merupakan gunung-gunung yang paling tinggi tiada bandingannya.

Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala:
Wahai Ramasita apakah makna dari semua ini?

Nahayu:
Itulah suratan takdir wahai Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala. Katahuilah, bahwa sebenar-benar dirimu adalah gunung paling tinggi di daerahmu masing-masing. Maka tidaklah mudah engkau melihat Nahayu, karena hal yang demikian sama artinya engkau berusaha mengakui kedudukannya. Maka hanya dengan jalan tidak merasa memiliki dan tidak sombong serta berpikir kritis itulah engkau mampu menghargai dirinya.

Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala:
Ya Tuhan ampunilah diriku yang bebal ini. Dikarenakan pertolongan Ramasitalah aku engkau buka hijabku sehingga aku engkau perkenankan bisa melihat diriku sendiri dan melihat Nahayu. Wahai Ramasita, ada peristiwa aneh yang aku alami setelah aku mampu melihat bahwa di sini aku tidak lebih tinggi dari Nahayu. Sedang peristiwa aneh itu adalah aku melihat seakan Nahayu selalu mengajakku bicara dengan kami. Kemudian dia memberi undangan kepada kami. Apa maknanya ini?

Ramasita:
Wahai sang Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala, Tuhan telah bermurah hati kepada dirimu semua maupun kepada Nahayu. Itu terbukti bahwa sudah dekat saatnya engkau diijinkan bersatu. Ini adalah peristiwa besar yang akan membawa dampak besar bagi kehidupan di sekitar gunung-gunung itu.

Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala:
Maaf Nahayu, kami agak risau dengan tema acaramu yang tertera dalam undanganmu itu. kami risau itu dikarenakan niatmu untuk menyatukan lima gunung, padahal ketahuilah bahwa diantara kita secara hakiki itu tidak dapat disatukan.

Nahayu:
Maaf sebelumnya jikalau engkau semua merasa tersinggung dengan tema tersebut. Kami tidaklah mempunyai niat sama sekali untuk menhyatukan lima gunung dengan pengertian yang engkau definisikan itu. Kami hanya ingin menjalin silaturakhim dan berkomunikasi satu dengan yang lain. Setidaknya kami mempunyai sifat yang sama yaitu sama-sama gunung. Nah, dari persamaan sifat itulah saya menginginkan komunikasi untuk mencari kesamaan-kesamaan yang lainnya untuk memecahkan persoalan-persoalan kita bersama. Singkat kata menyamakan persepsi begitulah.

25 comments:

  1. Yoga Prasetya
    18709251011
    S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A

    Kesombongan bagi seseorang yang memiliki tingkatan ilmu yang tinggi akan menghancurkan dirinya sendiri. Jika dalam pemikiran memiliki persepsi yang berbeda dengan pemikiran orang lain, hendaknya saling menghargai pendapat satu sama lain. ada kalimat yang menyatakan rambut boleh sama-sama hitam, namun isinya tak ada yang sama. Sehingga perbedaan itulah yang mengajarkan kita untuk berpikir kritis dan saling mengenal, menyatukan persepsi demi kemajuan bersama dengan berkomunikasi dengan baik.

    ReplyDelete
  2. Agnes Teresa Panjaitan
    S2 Pendidikan Matematika A 2018
    18709251013

    Menurut saya kesombongan dan rasa memiliki memiliki keterkaitan, ketika manusia meyakini memiliki apa yang hanya dititipkan sementara oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, maka manusia akan cenderung merasa ada kebanggaan yang berlebihan dan merasakan posisi yang lebih tinggi dari siapa yang tidak memiliki hal tersebut. Sehingga rasa memiliki adalah sesuatu yang patut untuk dihindari agar kesombongan tidak menghampiri diri. Selain itu, Rasa memiliki dan kesombongan akan menjadi salah satu faktor yang membuat manusia enggan untuk belajar dan enggan untuk bersyukur.

    ReplyDelete
  3. Aizza Zakkiyatul Fathin
    18709251014
    Pps Pendidikan Matematika A

    Kesombongan dan rasa memiliki adalah dua sifat setan yang akan menghancurkan manusia. Ilmu yang manusia miliki justru akan menjadi bumerang bagi dirinya manakala dalam hatinya terselip sedikit saja rasa sombong dan memiliki. Ingat bahwa semua di dunia ini hanyalah titipan dan yang pantas sombong hanyalah Alloh SWT. Maka untuk menghindarkan dari dua sifat tersebut adalah dengan terus berpikir dan gunakan hati yang jernih untuk selalu berdoa kepada Alloh. Serta jadikan ilmu yang telah kita miliki bermanfaat bagi orang lain. Dengan begitu ilmu akan terus berkembang dan terjalinlah persaudaraan dengan saling memberi ilmu. Menyatukan lima gunung dalam elegi ini adalah berusaha menjalin jejering sistemik. Karena jejaring sistemik sangat diperlukan untuk menyelesaiakn persoalan-persoalan bersama. Jejaring sistemik juga sebagai wadah bagi manusia untuk saling menejemahkan dan diterjemahkan.

    ReplyDelete
  4. Anggoro Yugo Pamungkas
    18709251026
    S2 Pend.Matematika B 2018

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    Berdasarkan artikel yang berjudul kutarunggu sang rakata menyatukan lima gunung (kedua) diatas, hampir sama dengan bagian yang kesatu, hanya dibagian ini saya ingin berkomentar bahwa tingginya suatu gunung itu tidak di nilai dari seberapa tingginya, namun dari panorama alam yang dimilikinya. Nah gunung itu ibarat manusia, manusia bukan dinilai dari tinggi badannya atau fisik yg lain, tetapi yang di nilai adalah seberapa bermanfaat manusia itu bagi orang lain dan seberapa baik akhlaknya bagi orang lain. Jadi, janganlah suka merasa iri atau sombong. karena rasa iri ata sombong akan membakar semua kebaikan yang pernah kita lakukan. Seperti api memakan kayu bakar.

    ReplyDelete
  5. Muh. Fachrullah Amal
    18709251036
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Untuk menyatukan dua atau lebih perspektif tidak memungkinkan apabila salah seorang saja terdapat dalam dirinya kesombongan. Ketahuilah bahwa sifat sombong itu adalah sifatnya syaitan, maka jauhilah dan tinggalkan hal-hal yang dapat menjerumuskan kita kepada kesombongan. Mohonlah pertolongan dan keteguhan kepada Allah Ta’ala agar senantiasa dalam lindunganNya dan terhindar dari bentuk-bentuk kesombongan. Begitupun dengan sikap rasa memiliki yang berlebihan, setiap orang perlu untuk mempunyai sikap rasa memiliki yang sewajarnya sesuai dengan ruang dan waktunya, dan apabila hal tersebut dimiliki secara berlebihan maka kesombongan akan semakin melekat pada dirinya.

    ReplyDelete
  6. Erma Zelfiana Surni
    18709251009
    S2. P.Matematika A 2018

    Assalamualaikum Wr. Wb
    Jika pada elegi sebelumnya inti bahasannya adalah gunung nomor tiga, maka pada elegi ini lebih membahas tentang keempat gunung lainnya. Di elegi ini saya memahami bahwa sifat sombong dan rasa memiliki tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang golongan tinggi saja tetapi juga dimiliki oleh golongan yang sedang, kecil, rendah, cukup besar, dst. Setiap golongan yang memiliki sifat sombong dan kepemilikan akan sama-sama merasa "tinggi"sehingga menutup kesadarannya bahwa diluar dirinya masih ada yang lebih tinggi.
    Betapa bahayanya jika semua golongan merasa "tinggi" maka tidak akan ada lagi yang mau mengalah, tidak akan ada lagi rasa saling menghargai, tidak akan ada lagi musyawarah mufakat, yang tinggi merendahkan yang rendah, yang rendah merendahkan yang tinggi, dst. Sebenar-benar menyatukan lima gunung adalah menyamakan persepsi dan menghargai perbedaan.

    ReplyDelete
  7. Hasmiwati
    18709251023
    S2 Pend.Matematika B 2018

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    Jabatan, kekuasaan hanya sementara tak pantaslah itu kita jadikan sebagai alasan menjadi sombong dan berkuasa kepada bawahan, kepada teman, pembantu, atau orang lain, apalagi kita baru mengenalnya. Mengapa manusia tidak boleh sombong? Sebab manusia adalah makhluk yang lemah, maka pantaskah makhluk yang lemah itu bermega-megahan dan sombong di hadapan penguasa langit dan bumi? Namun fenomena dan realita yang ada masih banyak manusia itu yang lupa hakikat dan jati dirinya, sehingga membuat dia sombong dan angkuh untuk menerima kebenaran, merendahkan orang lain, serta memandang dirinya sempurna segala-galanya.

    ReplyDelete
  8. Herlingga Putuwita Nanmumpuni
    18709251033
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Setiap orang memiliki sudut pandangnya masing-masing. Lalu bagaimana caranya kita bisa menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat kita? Jika kita tidak merasa memiliki dan tidak sombong serta tetap berpikir kritis maka kita mampu menghargai orang lain. Seharusnya kita memiliki sifat rendah hati, karena dengan rendah hati kita akan lebih mudah melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita sehingga kita bisa memperbaikinya.

    ReplyDelete
  9. Aan Andriani
    18709251030
    S2 Pendidikan Matematika B

    Assalamualaikum wr.wb.
    Manusia dapat melihat kebaikan yang tertinggi jika dalam dirinya tertanam sifat tidak memiliki dan tidak sombong. Sesungguhnya apa dimiliki di dunia hanyalah sementara, semua hanya titipan dari Allah yang sewaktu-waktu bisa diambil. Jangan merasa paling kaya karena masih ada yang lebih kaya, jangan merasa paling cerdas karena masih ada yang lebih cerdas, jangan merasa paling baik karena masih ada yang lebih baik, dan sebagainya. Ingatlah bahwa di atas langit masih ada langit. Tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanyalah manusia yang berusaha untuk menjadi sempurna diantara ketidaksempurnaannya. Oleh karena itu, tidak ada gunanya berbuat sombong karena kesombongan itu akan menghancurkan diri sendiri.
    Wasalamualaikum wr.wb.

    ReplyDelete
  10. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
    Diperlukan pengendalian nafsu dalam diri dan jiwa yang harus tertancap sehingga sifat tamak dan merugikan bisa terhindar dan tujuan yang dirancang diawal bisa berjalan sesuai progresnya. Sifat yang merugikan terkadang memang sangat sulit mengendalikannya, tetapi dengan perlahan semua bisa berjalan, memang diperlukan pola pikir yang sehat agar hal itu berjalan sempurna serta kesejahteraan di dalamnya terwujud.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

    ReplyDelete
  11. Eka Puspita Sari
    18709251035
    S2 PM B 2018

    Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala adalah gambaran dari apa yang ad disekitar kita. Layaknya Nahayu yang tak ampu menyatukan mereka, kita sendiri pun tak mampu menyatukan mereka. Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala tak dapat disatukan, tapi mereka akan mengitari dan mengikuti kita dengan sendirinya jika kita terbebas dari jerat rasa memiliki dan rasa sombong. Berusaha menyatukan Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala hanya akan memupuk rasa memiliki dan akhirnya tumbuhlah rasa sombong. Naudzubillah
    Mengapa Ndakiti, Ndadismen, Kanwala dan Kasala akan mengitari dan mengikuti kita dengan sendirinya jika kita terbebas dari rasa memiliki dan rasa sombong? Itulah kuasa Tuhan. Sesederhana itu jawabannya, namun mengandung makna yang begitu dalam karena tak semua manusia menyadari itu.

    ReplyDelete
  12. Dini Arrum Putri
    18709251003
    S2 P Math A 2018 .

    Rasa memilki berujung denham sifat sombong, seolah-olah apa yang kita miliki di dunia ini bukanlah pemberian dari sang pencipta manusia berlomba lomba untuk memperoleh kekuasaan hanya semata mata untuk pamer bukan niat karena Allah. Sifat itulah yang akan membawa manusia selalu tersesat dalam melakukan kebaikan.

    ReplyDelete
  13. Seftika Anggraini
    18709251016
    S2 PM A 2018

    Pada prinsipnya, semua manusia adalah sama. Tidak ada yang lebih tinggi dari yang lainnya. Dari kesamaan itu lah manusia diharapkan dapat selalu bekerja sama dan saling tolong menolong untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ditemui agar mencapai tujuan bersama-sama, yaitu selamat dunia dan akhirat.
    Terima kasih

    ReplyDelete
  14. Fany Isti Bigo
    18709251020
    PPs UNY PM A 2018

    Syarat utama untuk mendapatkan sebuah ilmu adalah dengan menghindari sifat sombong dan sifat memiliki. Bahwa apa yang sudah kita miliki di dunia ini sebenarnya bukan milik kita karena semua yang kita miliki adalah titipan dari Allah dan kapan saja bisa diambil oleh Allah. Dan berhati-hatilah terhadap sifat sombong karena dengan ilmu yang kita miliki tidak akan berarti apa-apa jika kita sombong.

    ReplyDelete
  15. Tiara Cendekiawaty
    18709251025
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Menyambung dari postingan kutarunggu sang rakata menyatukan lima gunung (pertama) bahwa semakin menjulang tinggi suatu gunung maka semakin terlihatlah keindahannya. Begitu juga dengan manusia, semakin jauh dari sifat sombong dan rasa memiliki, semakin bermanfaat hidupnya, semakin kuat imannya maka semakin tinggilah derajat hidupnya dan semakin tenang pikiran dan hatinya.

    ReplyDelete
  16. Endah Kusrini
    18709251015
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Sombong memang penyakit hati paling berbahaya. Sombong dapat membutakan manusia. Menjadikan manusia sulit berkembang. Dengan memiliki sifat sombong, manusia merasa tidak mempunyai tandingan, merasa diri sudah paling hebat. Padahal, dunia ini relative. Bisa jadi hebat dalam hal tertentu namun ternyata lemah di bidang lain. Bisa jadi hebat dalam lingkup tertentu namun masih kalah hebat jika dibandingkan dengan lingkup yang lebih luas. Oleh karena itu, sudah selayaknya manusia rendah hati, terus belajar, dan memperbaiki diri. Hindarkan sifat sombong dalam diri. Bukalah mata dan hati. Sejatinya segala sesuatu adalah hanya karena ijin Illahi.

    ReplyDelete
  17. Fabri Hidayatullah
    18709251028
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing dan juga memiliki keahlian di bidangnya masing-masing sehingga bisa diibaratkan seperti gunung. Adanya kesombongan dan rasa memiliki yang bercokol di dalam hati akan menyebabkan setiap orang tidak mampu untuk melihat kelebihan orang lain dan kelemahannya dibandingkan dengan orang lain. Hanya dengan meluluhkan kesombongan dan perasaan memilikilah kita dapat saling melihat kelebihan yang dimiliki orang lain. Menyatukan lima gunung berarti menjalin silatuhmi, mengakui kehebatan masing-masing dan berdikusi bersama. Kemudian saling menuangkan keahlian dan pengetahuannya masing-masing untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama.

    ReplyDelete
  18. Septia Ayu Pratiwi
    18709251029
    S2 Pendidikan Matematika 2018

    Jika gunung diibaratkan sebuah kekuasaan, maka masing-masing mempunyai kekuasaan tertingginya. Penguasa di desa tidak lebih tinggi dari penguasa di kecamatan, begitupun penguasa di kecamatan tidak lebih tinggi dari penguasa di kabupaten, begitu seterusnya sampai penguasa tertinggi di suatu negara; presiden atau perdana menteri. Presiden atau perdana menteri di suatu negarapun tidak lebih tinggi dari penguasa yang lainnya, karena belum tentu presiden atau perdana menteri tersebut merupakan yang terkuat di dunia. seperti juga gunung, gunung tertinggi di suatu daerah belum tentu ia merupakan gunung tertinggi di dunia karena pasti ada yang lebih tinggi. Pelajaran yang dapat diambil yaitu sesungguhnya tidaklah elok jika manusia berlaku sombong karena sejatinya manusia hanya seujung kuku. Penguasa tertinggi di alam ini hanya Tuhan Yang Maha Esa dan hanya Dia yang berhak untuk berlaku sombong terhadap penciptaan-Nya. Dan orang yang benar-benar ikhlas dan rendah hati lah yang bisa mendekat dengan Rabb-nya.

    ReplyDelete
  19. Rosi Anista
    18709251040
    S2 Pendidikan Matematika B

    Ada banyak sekali manusia yang sukses dan sudah sampai pada pencapaian yang diinginkan, namun pencapaian yang dimiliki tersebut juga dibarengi kesombongan. Kesombongan adalah sifat yang tidak disukai Allah SWT. Banyak sekali orang hebat dan sukses pada akhirnya mengalami kehancuran dikarenakan sifat sombong tersebut. Selain itu seringkali sifat sombong menjadikan kita juga lupa untuk bersyukur atas pencapaian yang telah dimiliki. Sehingga hal tersebut menjadikan Allah murka terhadap umat-Nya.

    ReplyDelete
  20. Janu Arlinwibowo
    18701261012
    PEP 2018

    Sebenarnya di dunia ini adalah suatu bagian dengan variasi yang luar biasa. Aspek yang kompleks dengan nilai masing-masing membuat perbandingan antar nilai menjadi sangat sulit. Ditambah suatu prinsip relatifitas yang membuat tambah sulit dalam mengkorelasikan antar manusia. Oleh karena itu sebenarnya selalu ada langit diatas langit, selalu ada yang lebih berkualitas di banding yang paling berkualitas. Ini akan menjadi suatu deret tak hingga dimana kita membandingkan nilai di dunia, atau bahkan tidak akan menjadi deret ketika kita bertemu dengan masalah humanis yang kental dengan relatifitas. Oleh karena itulah manusia memiliki batasan-batasan karena sesungguhnya manusia tidak dapat menjangkau semuanya. Maka janganlah sombong adalah jalan untuk menjadi lebih besar.

    ReplyDelete
  21. Kartianom
    18701261001
    S3 PEP 2018

    Postingan di atas merupakan kelanjutan dari postingan sebelumnya. Apabila kesombongan ada pada hati kita hendaklah kita langsung memohon ampun kepada Tuhan. Begitu juga dalam menuntut ilmu, janganlah kita merasa telah mengetahui banyak hal. Teruslah belajar jangan berpuas diri, dan selalu memohon untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan ilmu yang kita peroleh.

    ReplyDelete
  22. M. Ikhsan Ghozali
    19701261003
    PEP S3 2019

    Assalamu'alaikum wr.wb.
    Masih terkait dengan kisah sebelumnya, yakni mengenai sifat dan sikap sombong yang bisa menutup mata dan hati akan adanya kehebatan lain di luar diri seseorang. Padahal, apa yang ia miliki sifatnya hanya sementara, semata-mata titipan dari Sang Pencipta. Tuhan YME sebagai pemilik bisa kapan pun mengambil apa pun yang ia miliki dan yang ia sombongkan dalam sekejap. Siapa pun hendaknya menggapai kualitas dirinya secara maksimal, tapi tidak hanya untuk kepentingan duniawi dan pribadi saja, melainkan juga ditujukan untuk kemashlahatan bersama dan kepentingan ukhrowi. Semoga Allah memberikan ampunan, rahmat, dan lindungan-Nya pada kita semua. Aamiin.
    Demikianlah yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih.
    Wassalamu'alaikum wr.wb.

    ReplyDelete
  23. Mira Amalia Yudhanti
    19701251014
    S2 PEP A

    Manusia biasanya lebih memperhatikan orang lain daripada dirinya sendiri. Padahal dalam ajaran Islam, melalui Al Qur'an, manusia justru dianjurkan untuk selalu melihat terhadap dirinya sendiri dan bukan orang lain atau biasanya disebut dengan instropeksi diri. Dengan mengetahui tentang dirinya sendiri, maka akan tumbuh kesadaran bahwa masih banyak pada dirinya yang harus diperbaiki, ditingkatkan, dan ditambah kebaikannya. Hal tersebut perlu dilakukan karena untuk menjauhkan diri dari sifat sombong dan angkuh terhadap orang lain.

    ReplyDelete
  24. Hidayatul wafiroh
    19701251010
    S2 PEP A 2019

    Sikap sombong dan rasa memiliki terhadap apa yang dimilikinya mampu menutup hati dan pikiran kita tentang siapa diri kita. Kita akan selalu merasa lebih akan siapapun dan bila kita tidak melepas rasa memiliki dan kesombongan maka kita akan mudah terjerumus pada hal yang tidak baik. Kemudian, setiap orang adalah gunung dan gunung adalah orang. Oleh karena itu, dibutuhkan komunikasi atau silaturahmi untuk saling bertukar pengalaman, pikiran, dan ilmu. Kita perlu mendaki setiap gunung-gunung tersebut untuk memperoleh berbagai ilmi, sehingga kita tidak akan sombong terhadap ilmu yang kita miliki karena akan selalu ada gunung-gunung yang lebih tinggi. Dan gunung tertinggi itu adalah milik Allah.

    ReplyDelete
  25. Zuari Anzar
    19701251006
    S2 PEP A 2019

    Sering kali orang sombong karena kekuasaan atau jabatan. Padahal kekuasaan dan jabatan juga tidak kekal. Ketika mati, maka kekuasaan pun hilang. Kita diganti dengan yang lain. Fir’aun raja Mesir yang sombong saat ini telah menjadi mayat yang tidak berdaya. Alexander the Great atau Iskandar Agung yang kerajaannya meliputi sebagian Afrika, Eropa, dan Asia saat ini tinggal tulang-belulang belaka. Hitler yang dulu ditakuti juga telah tiada begitu pula dengan musuh-musuhnya. Hanya Allah Maha Perkasa yang tetap kekal dan hidup abadi selama-lamanya.

    ReplyDelete