The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Oct 20, 2012
Jargon Pertengkaran Guru dan Siswa
Oleh Marsigit
Orang tua berambut putih:
Hemm indah betul dunia itu. Semakin diungkap semakin banyak pula yang tidak aku tahu. Kenapa aku tidak bisa istirahat? Ancamannya adalah mitos. Tetapi diperbatasan sana aku telah menemukan bahwa mitos itu logos, dan logos itu mitos, tidak itu iya dan iya itu tidak, awal itu akhir dan akhir itu awal, berubah itu tetap dan tetap itu berubah, guru itu siswa dan siswa itu guru,...dst.
Tetapi aku sekarang sedang melihat para jargon telah menguasai dunia. Maka aku sedang menyaksikan bahwa dunia itu jargon dan jargon itu dunia.
Samar-samar aku melihat di kejauhan ada pertengkaran antara jargon guru dan jargon siswa. Wahai jargon guru dan jargon siswa dengarlah diriku sebentar. Mengapa engkau kelihatannya sedang berselisih. Jargon guru kelihatan sangat ganas dan kejam, sedangkan jargon siswa kelihatan sedang bersedih dan rendah diri. Tetapi aku melihat pertengkaran yang sangat tidak adil. Guru terlihat menempati kedudukan istimewa, lengkap dengan segala peralatannya untuk menghadapi siswa. Sedangkan siswa kelihatannya tak berbekal apapun. Bolehkah aku mengetahui pokok persoalannya?
Jargon guru:
Wahai orang tua berambut putih. Kenalkanlah aku adalah jargon guru. Sebenar-benar jargon itu adalah milikku. Maka tiadalah selain diriku dapat mengaku-aku memiliki jargon. barang siapa selain diriku mengaku-aku memiliki jargon, maka akan aku binasakan mereka itu. Maka saksikanlah wahai orang tua berambut putih, dengan lantang dan dengan penuh hikmat dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya aku proklamasikan bahwa jargon itu tidak lain tidak bukan adalah diriku. Jargon itu adalah kuasaku, jargon itu adalah jiwaku. Jika tidak ada jargon pada diriku maka tiadalah diriku itu. Maka beritahukanlah kepada siswa agar jangan sekali-kali mengklaim memiliki jargon. Jika para siswa tetap teguh pendirian maka dengan bengisnya aku akan hadapi mereka semua.
Jargon siswa:
Wahai orang tua berambut putih. Kenalkanlah aku adalah jargon siswa. Saya menyadari bahwa jargon para guru itu begitu kuat dan mengerikan bagiku. Tetapi ketahuilah bahwa sebenarnya diriku juga berhak mempunyai jargon. Maka perkenankanlah bahwa diriku juga memiliki jargon. Maka saksikanlah wahai orang tua berambut putih, serendah-rendah dan sekecil-kecil diriku, maka aku itu sebetulnya adalah jargon juga. Jargon itu pelindungku. Jargon itu jiwaku. Jika tidak ada jargon pada diriku maka tiadalah diriku itu. Maka beritahukanlah kepada guru agar menyadari bahwa diluar dirinya itu sebetulnya terdapat jargon diriku. Itulah sebenar-benar dan sebesar-besar ancaman bagi diriku, yaitu jargon para guru. Ketahuilah tiadalah guru itu jika tidak ada siswa. Maka tolonglah wahai orang tua berambut putih akan aku bisa melarikan diri dari cengkeraman jargon guru.
Orang tua berambut putih:
Wahai jargon guru. Supaya aku lebih mengerti tentang dirimu, maka ceriterakanlah tentang dirimu itu kepadaku. Siapakah dirimu, bagaimana dirimu, macam-macam dirimu, tujuan dirimu, dst.
Jargon guru:
Terimakasih orang tua berambut putih. Aku adalah jargon guru. Jikalau emosiku sudah terkendali maka aku dapat bercerita banyak tentang diriku kepadamu. Sebetul-betul yang terjadi tadi adalah aku telah sedikit berbohong kepadamu. Aku sebetulnya mengetahui bahwa jargon itu bukan hanya milikku, tetapi siswa pun mempunyai jargon. Tetapi ini off the record, jangan sampaikan kepada siswa. Mengapa? Karena jika engkau katakan hal ini kepada siswa maka kedudukanku sebagai guru akan terancam. Ketahuilah bahwa setinggi-tinggi tujuanku adalah menjadi guru yang kuat, yaitu sebear-benar guru. Dalam rangka untuk mencapai tujuanku sebagai guru sejati maka aku harus mengelola semua siswa sedemikian rupa sehingga semua siswaku itu terkendali dan dapat sepenuhnya aku kuasai. Maka aku melakukan segala daya dan upaya termasuk menggunakan jargonku agar siswa selalu dapat aku kuasai. Sebenar-benar ancaman bagi diriku di dunia ini adalah jargon-jargon para siswa. Maka aku sangat sensitif terhadap jargon para siswa. Dari pada jargon siswa menimbulkan masalah bagi diriku, maka lebih baik aku binasakan saja sebelum mereka lahir ke bumi.
Orang tua berambut putih:
Maaf jargon guru, saya belum begitu jelas dengan uaraian-uraianmu itu. Dapatkah engkau memberikan contoh konkritnya. Jika perlu silahkan para tertindasmu menyampaikan kepadaku.
Jargon guru senior :
Wahai orang tua berambut putih. Kenalkanlah saya adalah jargon guru senior. Mulanya biasa saja bagi diriku, ketika aku sebagai tertindas. Tetapi kemudian tidak biasa bagi diriku ketika aku, entah kenapa, bisa terpilih sebagai senior. Ketika aku menjadi senior maka aku merasakan seluruh tubuhku bergetar dan bergemuruh mengalami perubahan jargon. Tadinya aku sangat menyayangi jargon-jargon ku sebagai tertindas. Maka setelah aku menjadi senior aku mulai kehilangan jargon tertindas, dan kemudian mulailah aku di dominasi oleh jargon senior. Ketahuilah bahwa dalam rangka untuk mempertahankan diriku sebagai senior, maka aku telah mengambangkan banyak tak berhingga jargon-jargon. Contoh sederhana dari jargonku itu adalah: sebagai tertindas itu harus jujur, sebagai tertindas itu harus peduli, sebagai tertindas harus patuh, sebagai tertindas harus bijak. Begitu aku menemukan para tertindasku tidak sesuai dengan jargonku maka aku segera menggunakan kekuasaanku sebagai senior. kekuasaanku sebagai senior itu mengalir melalui jargon-jargonku: sebagai senior itu harus jujur, sebagai senior itu harus peduli, sebagai senior itu harus patuh, sebagai senior itu harus bijak. Tetapi begitu aku menemukan bahwa diriku tidak sesuai dengan jargon-jargon, ternyata muncul jargon-jargonku yang lain: senior harus terhormat, senior harus wibawa, jangan tampakkan kelemahanmu, tutupilah kesalahanmu..dst. Maka jargon yang paling populer bagi diriku sebagai senior adalah: berbohong demi kebaikan, tidak adil demi keadilan, menghukum demi membebaskan..dst. Ternyata muncul jargon populer berikutnya: manusia itu tidak pernah terlepas dari kesalahan, maka demi menjaga statusku sebagai senior terpaksa aku harus menggunakan jargon topeng, yaitu topeng kepribadian. Sebenar-benar jargon topeng adalah menutupi segala kelemahanku dan dosa-dosaku di hadapan para siswa. Kalau bisa apakah jargon topengku itu dapat menyembunyikan diriku dari Tuhan? Oh orang tua berambut putih, janganlah engkau teruskan pertanyaanmu itu, dan janganlah rongrong kewibawaanku sebagai senior. Itulah diriku, yaitu sebenar-benar jargon guru senior. Maka aku sangat menyukai semua kesempatan di mana aku bisa memproduksi semua jargon-jargon guru senior, agar diketahui oleh para siswa-siswaku. Seminar, konferensi, workshop, pengajian, diskusi, kampanye, koran, radio, TV, debat ...semuanya aku manfaatkan untuk memproduksi jargon-jargonku.
Orang tua berambut putih:
Wahai jargon siswa. Supaya aku lebih mengerti tentang dirimu, maka ceriterakanlah tentang dirimu itu kepadaku. Siapakah dirimu, bagaimana dirimu, macam-macam dirimu, tujuan dirimu, dst.
Jargon siswa:
Terimakasih orang tua berambut putih. Aku adalah jargon siswa. Jikalau aku terbebas dari segala tekanan maka aku dapat bercerita banyak tentang diriku kepadamu. Sebetul-betul yang terjadi tadi adalah aku telah menyampaikan apa adanya kepadamu. Aku sebetulnya mengetahui tidak merdeka dan merasa takut oleh aktivitas para guru. Tetapi ini off the record, jangan sampaikan kepada guru. Mengapa? Karena jika engkau katakan hal ini kepada guru maka jiwaku bisa terancam. Padahal segenap jiwa ragaku itu tergantung sepenuhnya oleh guru-guruku. Ketahuilah bahwa setinggi-tinggi tujuanku adalah terbebas dari segala ancaman dan tekanan para guru. Dalam rangka untuk mencapai tujuanku sebagai siswa sejati maka aku harus memproduksi jargon-jargonku. Maka aku melakukan segala daya dan upaya termasuk menggunakan jargonku agar dapat terhindar dari perbuatan sewenang-wenang para guru. Sebenar-benar ancaman bagi diriku di dunia ini adalah jargon-jargon para guru. Maka aku sangat sensitif terhadap jargon para guru. Tetapi apalah dayaku sebagai siswa. Maka sebenar-benar diriku adalah tetap menjadi siswanya para jargon guru.
Orang tua berambut putih:
Maaf jargon siswa, saya belum begitu jelas dengan uaraian-uraianmu itu. Dapatkah engkau memberikan contoh konkritnya. Jika perlu silahkan para tertindasmu menyampaikan kepadaku.
Jargon siswa tertindas :
Wahai orang tua berambut putih. Kenalkanlah saya adalah jargon siswa tertindas. Mulanya biasa saja bagi diriku, ketika aku sebagai tertindas. Tetapi kemudian tidak biasa bagi diriku ketika aku mempunyai guru senior . Ketika aku mempunyai guru senior aku merasakan seluruh tubuhku bergetar dan bergemuruh mengalami perubahan jargon. Tadinya aku sangat menyayangi jargon-jargon ku sebagai siswa tertindas. Maka setelah aku mempunyai guru senior aku mulai kehilangan jargon tertindas, dan kemudian mulailah aku di dominasi oleh jargon guru senior. Ketahuilah bahwa dalam rangka untuk mempertahankan diriku sebagai siswa tertindas yang hakiki, maka aku telah mengambangkan banyak tak berhingga jargon-jargon. Contoh sederhana dari jargonku itu adalah: sebagai siswa tertindas itu harus jujur, sebagai siswa tertindas itu harus peduli, sebagai siswa tertindas harus patuh, sebagai siswa tertindas harus bijak. Begitu aku menemukan diriku tidak sesuai dengan jargonku maka aku segera mohon ampun kepada Tuhan ku. Sementara kekuasaan guru seniorku itu mengalir melalui jargon-jargon senior: sebagai guru senior itu memang harus jujur, sebagai guru senior itu memang harus peduli, sebagai guru senior itu memang harus patuh, sebagai guru senior itu memang harus bijak. Tetapi begitu aku menemukan bahwa guru seniorku tidak sesuai dengan jargon-jargonnya, ternyata muncul jargon-jargonku yang lain: guru senior harus melindungi tertindas, guru senior harus menolong tertindas, dst. Maka jargon yang paling populer bagi diriku sebagai siswa tertindas adalah: yang penting selamat, hidup itu tidak neko-neko, manusia itu hanya mampir ngombhe, apalah gunanya status itu, gur senior itu tidak penting yang penting amal perbuatannya. Ternyata muncul jargon populer berikutnya: semua manusia itu pada hakekatnya sama saja, maka demi menjaga statusku sebagai tertindas sejati terpaksa aku harus menggunakan jargon topeng, yaitu topeng kepribadian. Sebenar-benar jargon topeng adalah menutupi segala kelemahanku dan dosa-dosaku di hadapan para guru. Agar aku selamat dari penindasan para jargon guru. Kalau bisa apakah jargon topengku itu dapat menyembunyikan diriku dari Tuhan? Oh orang tua berambut putih, janganlah engkau teruskan pertanyaanmu itu, dan janganlah rongrong kedudukanku sebagai siswa tertindas. Itulah diriku, yaitu sebenar-benar jargon siswa tertindas. Maka aku sangat menyukai semua kesempatan di mana aku bisa memproduksi semua jargon-jargon siswa tertindas, agar aku bisa berlindung dari ancaman para guru. Tetapi aku ternyata tidak bisa menggunakan seminar, konferensi, workshop, pengajian, diskusi, kampanye, koran, radio, TV, debat ...untuk memproduksi jargon-jargonku. Jangankan memproduksi jargon, untuk menghindar dari jargon guru saja saya kerepotan ketika saya berada di forum-forum itu.
Orang tua berambut putih:
Sudah jelas duduk perkaranya. Ternyata semuanya memerlukan jargon. Guru memerlukan jargon untuk memantapkan kedudukannya sebagai guru, sedangkan siswa memerlukan jargon untuk melindungi dirimya. Ketahuilah bahwa Tuhan itu maha bijaksana. Tuhan telah menciptakan segalanya termasuk suasana di mana guru dan siswa dapat hidup bersama-sama dalam jargon-jargonnya. Maka solusi yang terbaik adalah menterjemahkan dan diterjemahkan wahai engkau para guru dan siswa agar engkau saling memahami jargonmu masing-masing. Ketahuilah bahwa di batas sana, guru itu adalah siswa, dan siswa itu adalah guru. Maka semua jargonmu itu akan lenyap diperbatasan pikiranmu masing-masing. Saya ingin memperingatkan guru, janganlah engkau berlaku sombong dan sok kuasa terhadap murid-muridmu itu. Tiadalah sebenar-benar guru sejati. Sebenar-benar guru absolut adalah hanya Tuhan YME. Sebenar-benar bukan jargon adalah kuasa dan milik Tuhan YME.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Anggoro Yugo Pamungkas
ReplyDelete18709251026
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Berdasarkan jargon pertengkaran guru dan siswa diatas, saya menyimpulkan bahwa maksud dari jargon guru dan jargon siswa disini adalah sebagai tentang diri dan tindakan atau perbuatan yang mencerminkan atau yang menunjukkan keadaan guru dan siswa. Guru memiliki jargonnya sendiri untuk dapat menguasai siswa, sedangkan siswa memiliki jargonnya untuk dapat melindungi kesewenangan guru. Sedangkan menurut KBBI jargon adalah kosakata khusus yang digunakan dalam bidang kehidupan (lingkungan) tertentu.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteErma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Ketika jargon jargon ke egoisan sudah menguasai dan dikuasai guru, maka disitulah kita akan menemui guru yang berkuasa penuh dalam pembelajaran, tidak menghargai proses didalam diri siswa, tidak menerima kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam prosesnya, selalu menampakkan kekuatan dan kekuasaannya untuk membuat siswa tunduk dan patuh pada segala kenginan dan harapannya tanpa memperhatikan kebutuhan dan harapan mereka. Hal ini secara tidak langsung sudah menindas para siswa dengan memunculkan ketakutan-ketakutan didalam diri mereka, menindas dengan membunuh segala potensi dan kreativitas dalam diri siswa. Bentuk penindasan lainnya ialah selalu menganggap bahwa sumber ilmu satu-satunya berasal dari dirinya dan tidak memberikan kepercayaan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Ketika tak sesuai harapnya, siswa langsung di judge dengan segala sentimen-sentimen yang mengkerdilkan potensinya. Sebaik-baik guru ialah guru yang meminimalisir sekecil mungkin sifat dewa, sifat berkuasa, sifat maha tahu didalam dirinya.
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Elegi ini mengilustrasikan bagaimana jargon menjadi kekacauan. Setiap subjek di dunia ini pasti memiliki jargon. Jargon menjadikan semangat untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Oleh karena setiap subjek memilki jargon maka satu sama lain harus saling menghargai, tidak menutupi kesempatan, dan saling terjemah menterjemahkan. Guru itu seharusnya memberikan kesempatan kepada muridnya untuk berkembang. Tidak karena guru itu sudah lebih memiliki ilmu terlebih dahulu dari siswa lantas menjadi sombong dan akhirnya menutupi kesempatan siswa-siswanya untuk berkembang. Elegi ini menggambarkan ketika pendidikan masih menggunakan paradigma transfer of knowledge. Ilmu hanya dipindahkan dari kepala guru ke kepala siswa. Sehingga dalam pendidikan gunakan jargon-jargon yang bermanfaat satu sama lain. Agar hidup itu damai, tentram , tidak ada yang menindas dan tertindas.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Guru dan siswa merupakan komponen yang penting dalam proses pembelajaran. Keduanya saling berkaitan satu sama lain, Proses pembelajaran tanpa melibatkan siswa didalamnya maka dapat dikatakan proses pembelajaran yang berlansung tak bermakna. Begitu juga dengan siswa tanpa seorang guru sebagai fasilitatornya. maka dalam pembelajaran seorang guru membutuhkan jargon untuk melingungi dirinya dalam mengajar di dalam kelas. Guru memberikan ilmu yang diketahuinya dan mengajarkannya kepada siswa agar lebih bermanfaat. Sedangkan siswa juga berhak menerima ilmu yang diberikan oleh guru di dalam kelas dan siswa juga wajib mengamalkannya. Guru dan siswa seharusnya bisa menterjemahkan dan diterjemahkan dalam ruang dan waktunya. Dalam hal ini guru harus lebih mengerti, memperhatikan dan inovatif dalam mengembangkan pembelajaran agar siswanya dapat berkembang dengan baik.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Sebagai guru tentunya harus dapat menyesuaikan pembelajaran dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Namun ketika guru sudah dikuasai oleh jargon-jargonnya, hal tersebut akan sulit untuk terwujud. Hal tersebut sulit terwujud karena guru dan siswa memiliki jargonnya masing-masing. Jargon dari guru mengharuskan siswa untuk belajar sesuai dengan arahan dan petunjuk yang diberikan oleh guru, yang akan terjadi disini yaitu terhentinya potensi dan kreativitas yang dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu yang harus dilakukan oleh guru dan siswa yaitu saling menerjemahkan atau saling memahami satu dengan yang lainnya, dengan cara demikian maka akan mewujudkan proses pembelajaran yang diidamkan oleh guru dan siswa.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Guru merupakan salah satu profesi yang memiliki tanggung jawab besar. Akan tetapi, janganlah gunakan profesi tersebut sebagai sarana menguasai seluruh siswanya. Dan sebagai siswa juga tidak diperkenankan bertindak sesuai kehendaknya. Oleh karena itu, komunikasi menjadi salah satu kunci kesukesan pembelajaran. Guru dan siswa harus bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa solusi yang terbaik adalah menterjemahkan dan diterjemahkan. Guru tidak diperkenankan berlaku sombong dan sok kuasa terhadap murid-muridnya. Sebab, sebenar-benar guru absolut adalah hanya Tuhan Yang Maha Esa.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Jargon merupakan sebuah istilah yang melekat pada diri sesorang. Setiap orang berhak untuk memiliki jargonnya masing-masing, seluas-luasnya dunia maka seluas itulah jargon-jargon. Jargon itu bisa baik dan bisa juga buruk, apabila jargon tersebut baik maka bayangannya adalah jargon buruk sedangkan apabila jargon itu buruk maka bayangannya adalah jargon baik. Sebenar-benarnya jargon adalah mampu memberikan manfaat dan meniggalkan segala bentuk yang merugikan.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Setiap individu pasti membutuhkan orang lain, karena pada hakikatnya kita hidup pasti membutuhkan orang lain. Sama halnya dengan peristiwa antara guru dan siswa, di mana keduanya saling membutuhkan. Seorang guru tidak akan berfungsi kedudukannya sebagai guru jikalau tidak memiliki siswa, begitupun siswa tidak akan berfungsi kedudukannya sebagai siswa jikalau tidak ada guru, oleh karenanya dibutuhkan sinergitas antara keduanya yaitu guru dan siswa. Sesungguhnya Allah itu maha adil dan bijaksana, bahwa segalanya telah diatur sesuai dengan kadar dan kebutuhannya masing-masing. Sebenar-benar guru adalah mendidik dan memberikan contoh yang baik buat seluruh siswanya.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Kedudukan dalam pekerjaan menjadikan seseorang menjadi brutal, egois, atau malah menjadi tertib, taat, memahami, dan sebagainya. Oleh karena itu, memahami diri sendiri di posisi mana dan memahami posisi orang lain di mana maka jadikan itu sebagai alat utama agar menjadi satu visi dan misi keduanya. Bila posisi salah seorang lebih tinggi dari pada yang lain, tetap menjadi panutan dan menjadi motivator bagi yang lain dan mendukung segala upaya dan kerja keras yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sudah menjadi goal. Misalnya posisi guru dan siswa, posisi guru di sini jelas kedudukannya bisa dilihat lebih tinggi dari pada siswa, tetapi posisi tinggi ini mengharuskan guru untuk selalu menjadi motivator, mendukung, mendidik segala hal bagi siswa agar kedudukan guru bisa barokah bagi siswa-siswanya. Begitupun juga dengan siswa yang jangan menuntut lebih tinggi dari kedudukannya, karena kedudukan mereka akan bertambah seiring bertambahnya waktu hingga mereka mencapai kedudukan yang diinginkan.
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Dari postingan jargon pertengkaran guru dan siswa, saya belajar bahwa jargon sangan diperlukan untuk memantapkan kedudukan. Tetapi kedudukan tersebut tidak boleh disalah gunakan. Sebagai guru yang sifatnya akan ditiru siswa-siswanya memantaskan diri agar menjadi guru yang baik dan menjadi panutan untuk siswa-siswanya. Sedangkan siswa juga harus menyadari bahwa siswa adaah yang dibimbing guru dan harus mempunyai sopan santun pada guru. Guru yang mempunyai ilmu lebih dari siswanya tidak boleh sombong, siswa juga jika mempunyai pengetahuan yang lebih tidak boleh merendahkan gurunya. Karena sesungguhnya guru dan siswa saling melengkapi.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Dipereloh pesan dari artikel di atas : " Guru memerlukan jargon untuk memantapkan kedudukannya sebagai guru, sedangkan siswa memerlukan jargon untuk melindungi dirimya. Ketahuilah bahwa di batas sana, guru itu adalah siswa, dan siswa itu adalah guru. Maka semua jargonmu itu akan lenyap diperbatasan pikiranmu masing-masing ".
Meskipun kita seorang guru maka tetaplah jangan engkau berlaku sombong dan sok kuasa terhadap murid-muridmu itu. Tiadalah sebenar-benar guru sejati. Sebenar-benar guru absolut adalah hanya Tuhan YME. Sebenar-benar bukan jargon adalah kuasa dan milik Tuhan YME.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Guru, digugu lan ditiru. Guru menjadi panutan bagi siswa dalam melangkah. Apa yang guru ajarkan dapat mempengaruhi pola pikir siswa ke depannya. Jadilah guru sebagai fasilitator siswa. Jangan otoriter memaksa siswa agar menuruti semua kemauanmu. Jadilah guru yang memfasilitasi siswa. Biarkan siswa tumbuh alami dengan kemampuannya tanpa memaksanya menjadi yang kamu inginkan.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Setiap orang berhak memiliki jargon. Guru mempunyai hak untuk memiliki jargon dan siswapun juga berhak untuk memiliki jargon. Tidak ada yang bisa melarang setiap orang untuk memiliki jargon. Jargon diperlukan guru untuk memantapkan kedudukannya. Selain itu, jargon juga diperlukan oleh siswa untuk melindungi dirinya. Oleh karena itu, tibak baik jika harus adanya pertengkaran antara guru dan siswa. Sebagai seorang guru tidak bisa semena-mena terhadap siswanya dan sebagai seorang siswa juga tidak bisa menantang gurunya begitu saja. Sikap yang sok dan sombong dapat merugikan dirinya sendiri. Sesungguhnya Tuhan Maha Bijaksana karena Ia telah menciptakan suasana dimana guru dan siswa bisa hidup bersama-sama dalam jargon-jargonnya.
Wassalamualaikum wr.wb.
Restu Widhi Laksana
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251022
Bismillahirrokhmanirrokhim
Seorang guru dan siswa dapat dianalogikan seperti pohon. Seorang guru adalah pohon yang telah tumbuh sempurna, semakin tinggi ilmunya semakin tinggi dan besar batangnya, semakin banyak ilmunya semakin lebat pula daunnya. Jargon guru yang egosentris hanya menceritakan kepada tunas-tunas dibawahnya bahwa sinar matahari itu penting, sinar matahari itu terang, sinar matahari itu terdiri dari banyak warna. Begitu juga dengan hujan, seorang guru egosentris menceritakan bahwa hujan adalah butiran air yang jatuh dari langit, rasanya dingin sejuk. Tetapi hanya cerita dan tidak menunjukkan nya dan memberikan nya pada para tunas untuk mereka berkembang. Maka guru yang baik adalah yang membuka sedikit lebat daunnya, memangkas sedikit batangnya agar tunas murid dapat melihat sendiri dan merasakan cahaya matahari dan hujan yang turun. Sehingga mereka bisa berkembang menjadi pohon besar yan menakjubkan.
Tiara Cendekiawaty
ReplyDelete18709251025
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Setiap manusia harus memiliki jargon dalam hidupnya. Setiap manusia harus mampu menerjemahkan dan diterjemahkan agar jargonnya tetap dalam ruang dan waktunya. Apabila diterapkan dalam pembelajaran, guru harus mempunyai jargon yaitu memberikan pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa. Artinya guru harus dapar menyelami proses berpikir siswa selama pembelajaran dan tidak memaksakan kehendak kepada siswanya. Dengan begitu siswa dapat membangun dan mengembangkan pengetahuannya.
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 PM A 2018
Setiap objek memiliki jargonnya masing-masing, begitu pula guru dan siswa. Guru memiliki jargonnya sendiri dan siswa memiliki jargonnya sendiri. Jargon masing-masing keduanya munul karena kepentingannya masing-masing. Namun harus diperhatikan bahwa guru dan siswa merupakan dua objek yang saling berinteraksi. Objek melakukan interaksi maka jargonnya harus melakukan interaksi juga. Interaksi dalam elegi ini adalah saling menterjemahkan dan diterjemahkan.
Terima kasih
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Keberhasilan pembelajaran tidak dapat terlepas dari kesesuaian proporsi antara peran guru dan peran siswa. Guru perlu membangun kerjasama dengan siswa. Penyalahgunaan kekuasaan oleh guru pada siswa dapat menimbulkan tekanan pada siswa bahkan bisa sampai membunuh potensi siswa. Sesungguhnya siswa memiliki potensi yang besar untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri. Guru yang baik ialah guru yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya secara aktif sesuai dengan intuisinya. Guru juga perlu memberikan pengalaman yang seluas-luasnya pada siswa agar mereka dapat mengembangkan intuisinya. Maka diterjemahkan dan menterjemahkan solusinya. Guru memahami siswa dan siswa juga memahami kedudukan guru.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Dalam dunia pendidikan ada peran pendidik dan terdidik yang sudah tersebar di seluruh penjuru dunia. Tidak selamanya menjadi pendidik harus merasa benar karena sama saja dengan tidak mau menerima kritikan dan tidak mau mengakui kesalahan. Begitu juga dengan menjadi peserta didik yang tidak selamanya hanya duduk dan menerima tetapi bisa maju selangkah demi kemajuan cara berpikirnya. Bila keduanya dipertemukan dalam satu ruang maka akan menjadi saling tolak menolak karena sikap guru yang hanya minta untuk diikuti dan siswa yang ingin maju dengan memberikan pemikirannya kepada guru bersangkutan. Bila guru bisa sedikit lebih lapang maka siswa akan lebih nyaman dalam mengutarakan pemikirannya dan guru bisa menerapkan apa yang diinginkan siswa tetapi tetap dimodifikasi agar tetap terarah sesuai kaidah pendidikan.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Jargon menggambarkan tentang ilmu. Ilmu memang salah satu hal yang harus dimiliki guru agar bisa mentransferkan nya kepada siswa. Siswa sendiri tidak kosong mereka juga memiliki ilmu yang mana sudah mereka dapatkan sebelumnya. Maka dari itu, guru janganlah beranggapan bahwa siswa itu kosong tapi siswa harus sudah punya sesuatu. Guru ada siswa dan siswa adalah guru menggambarkan bahwa guru diibaratkan seperti siswa yang mana akan belajar terus menerus sedangkan siswa adalah guru berarr dia akan menjadi guru untuk dirinya dan lingkungan sendiri.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat malam Prof.
Guru adalah panutan bagi siswanya. Artinya guru memberikan contoh terbaik dalam pembelajaran dan penerapan apa yang diperoleh ketika memberikan materi ajar. Dalam konteks ini, guru menjadi pusat pembelajaran karena Ia membagikan ilmu yang dimiliki kepada siswanya. Disisi lainnya, kondisi sebaliknya dapat pula terjadi. Dengan kata lain, siswa juga dapat menjadi seorang guru. Artinya siswa memiliki pengalaman lebih yang mungkin guru yang bersangkutan belum memilikinya. Oleh sebab itu, tidaklah menjadi masalah ketika siswa tersebut membagikan pengalaman yang dimiliki. Artinya guru dan siswa saling bersinergi dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh keduanya. Terima kasih.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Ketika proses kegiatan belajar mengajar, guru tidak boleh berlaku otoriter kepada siswa. Yang dimaksud otoriter ialah guru memaksakan kehendaknya kepada siswa. Guru harus mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang demokratis dan menyenangkan bagi siswanya. Kesuksesan dari sebuah pembelajaran bergantung pada kerjasama guru dan siswa. Guru dan siswa harus mampu bersama-sama menghidupkan suasana kelas. Guru harus mampu menghargai kemampuan siswanya dan memberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan masing-masing
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika 2018
Jargon pertengkaran guru dan siswa ini menggambarkan fenomena yang terjadi dalam pendidikan kita. Para guru terkadang bersifat otoriter sehingga siswa merasa tentindas. Karena terkadang guru overprotektif, suka menyuruh, dan tidak memperdulikan perasaan siswa. Jika dilihat dari sudut pandang guru, terkadang siswa lah yang membuat guru harus bersikap tegas. Misalnya siswa jarang mengerjakan PR yang diberikan oleh guru, sehingga membuat guru marah dan menghukum siswa tersebut. Tindakan yang diakibatkan oleh kemaraham sesungguhnya emmang tidak baik, namun manusia memang tempat berbuat salah. Sehingga antara guru dan siswa seharusnya bisa saling bekerjasama supaya dapat tercipta proses pembelajaran yang baik dan optimal.
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Guru dan siswa sama-sama memiliki peranan penting dalam terciptanya proses belajar dan mengajar di dalam kelas. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan saat ini konsep pendidikan memang lebih berpusat pada siswa atau lebih dikenal dengan istilah student center. Guru berperan sebagai fasilitator dan membimbing siswa untuk dapat memahami materi dan menanamkan konsep lebih baik bagi siswa. Sehingga guru dituntut untuk lebih iovatif dalam pembelajaran serta siswa harus lebih aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Dalam pekerjaan, kedudukan menjadikan seseorang menjadi egois atau malah menjadi tertib, taat, memahami, dan sebagainya. Oleh karena itu, memahami diri sendiri di posisi mana dan memahami posisi orang lain di mana maka jadikan itu sebagai alat utama agar menjadi satu visi dan misi keduanya. Bila posisi salah seorang lebih tinggi dari pada yang lain, tetap menjadi panutan dan menjadi motivasi bagi yang lain dan mendukung segala upaya dan kerja keras yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sudah menjadi tujuan utama.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Contohnya posisi guru dan siswa, posisi guru kedudukannya lebih tinggi dari pada siswa, tetapi posisi tinggi ini mengharuskan guru untuk selalu menjadi motivator, mendukung, mendidik segala hal bagi siswa agar kedudukan guru bisa barokah bagi siswa-siswanya. Begitu pula dengan siswa yang jangan menuntut lebih tinggi dari kedudukannya, karena kedudukan mereka akan bertambah seiring bertambahnya waktu hingga mereka mencapai kedudukan yang diinginkan.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Dalam kehidupan setiap elemen memiliki kedudukan masing-masing. Kuat dan lemah kedudukan tersebut sangat bergantung dari sudut pandang. Yang jelas manusia selalu memagari diri dengan sesuatu untuk dapat melindunginya dari berbagai terpaan. Semua yang ada di dunia ini adalah relatif dan seringkali penilaian manusia itu dipengaruhi oleh ego sehingga memaksakan nilai terhadap sesuatu. Bahkan terkadang manusia menggunakan topeng untuk bertahan. Namun dibalik semua dinamika, Alloh telah menciptakan kehidupan yang seimbang. Oleh karena itu bersyukur dan menerjemahkan diterjemahkan adalah sesuatu yang pokok dalam hidup ini.
Tri Effiyanti
ReplyDelete19701261007
S3 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 2019
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dari pemaparan antar jargon guru dan siswa dapat kita lihat bahwa jargon guru diperlukan untuk memantapkan kedudukannya sebagai guru, begitu juga dengan jargon siswa digunakan sebagai pelindung dirinya. Nah, sebagai seorang guru, kita tidak boleh berlaku seenaknya kepada siswa. Memang kita harus mempunyai wibawa atas kedudukan kita, namun tindakan kita tidak boleh diluar batas yang semestinya dilakukan oleh guru. “Ketahuilah bahwa di batas sana, guru itu adalah siswa, dan siswa itu adalah guru.” dari kutipan tersebut dapat kita kaitkan dengan long life learning (pembelajaran sepanjang waktu). Jadi guru itu sendiri merupakan siswa dari pembelajaran sepanjang waktu. Belajar dari apa saja dari waktu yang diberikan di dunia ini. Dan itu akan terus berlaku hingga akhir hayatnya. Maka bersikaplah sewajarnya ketika kita berperan menjadi guru ataupun siswa. Tidak ada yang harus disombongkan. Karena sewaktu-waktu guru dapat berganti peran menjadi siswa. Dan siswa pun dapat menjadi peran sebagai guru.
Hanifah Nabila Hendral
ReplyDelete19701251003
S2 PEP A 2019
Assalamualaikum
menjadi guru adalah salah satu bukti rasa kasih sayang Allah kepada kita. Allah memberikan jalan kita untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya melalui mengajar. Guru itu mulia, oleh karena itu seperti nasihat yang dikatakan oleh orang tua berambut putih, janganlah kamu sebagai guru menjadi sombong. Hilangkan rasa sombong dari dalam hatimu dan fokuslah mencerdaskan anak bangsa dan raihlah pahala sebanyak-banyaknya.
wassalamualaikum
M. Ikhsan Ghozali
ReplyDelete19701261003
PEP S3 2019
Assalamu'alaikum wr.wb.
Hidup manusia diselimuti dengan jargon. Jargon-jargon ini terkait dengan berbagai aspek kehidupan: profesi, status, keadaan, sikap, kelompok, kedirian, dan sebagainya. Seperti cerita di atas, dallam dunia pendidikan, guru memiliki jargonnya sendiri, begitu pun siswa. Jargon-jargon ini bisa positif (baik), bisa juga negatif (buruk). Tidak jarang, jargon-jargon ini (yang negatif) kemudian menjadi stigma, yang akhirnya menjadikan seseorang yang memiliki atau jargon tersebut terkena stigma. Pada gilirannya, stigma inilah yang melekat, misalnya guru killer, kepala sekolah atau guru BK yang galak, murid yang bandel, murid yang tak tahu apa-apa.
D samping itu, jargon positif sesungguhnya adalah tantangan, godaan. Tidak jarang, jargon positif tersebut menjadi seseorang merasa baik, berkuasa, terhormat, dan sebagainya, sehingga menjadi sombong.
Pada hakikatnya, guru adalah pendidik, yang diberikan amanat untuk memberdayakan potensi siswanya secara maksimal, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektifnya. Begitupun siswa, sebenar-benar mereka adalah orang yang menjalani proses memberdayakan potensinya dengan bimbingan guru. Baik guru maupun siswa, sesungguhnya sedang menjalani ihtiar bersama untuk menjadi lebih baik, dengan hati yang bersih dan ikhlas. Guru menghargai dan menyayangi siswanya, siswa menghormati dan mencintai gurunya. Dengan begitu, jargon yang ada tidak menjadi stigma yang menyesatkan. Semoga Allah senantiasa mengampuni dan meindungi kita. Aamiin.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Hidayatul wafiroh
ReplyDelete19701251010
S2 PEP A 2019
Dari elegi di atas, bahwa sebagai guru janganlah berlaku sombong dan berkuasa pada siswa, berikanlah kesempatan siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemikirannya dengan menjadikan guru sebagai fasilitator. Ubahlah pikiran kita tentang guru yang baik adalah guru yang ditakuti menjadi guru yang baik adalah guru yang membangun pengtahuan dan pemahaman siswa. Namun, sebagai siswa kita juga harus tetap berpegah teguh pada nilai kesopanan sehingga kita tetap dapat berkembang dengan sopan santun yang baik.
Yufida Afkarina Nizar Isyam
ReplyDelete19709251073
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Sebagai guru memang harus terlihat bijaksana dan tidak menunjukkan kelemahan. Tapi tidak semata-mata juga guru menggunakan kekuasaan/kekuatan untuk menekan siswa. Guru merupakan pendidik dimana disini guru berlaku sebagai fasilitator bagi siswa untuk mengembangkan potensi dirinya. Guru tidak seharusnya memaksakan kehendak siswa harus seperti ini dan seperti itu, alangkah lebih baiknya jika guru mendampingi siswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Juga yang perlu diketahui adalah setinggi apapun ilmu kita, kita harus tetap belajar. Guru pun juga masih harus belajar untuk menjadi pribadi yang baik karena seperti yang diketahui bahwa guru adalah yang digugu dan ditiru.
Vera Yuli Erviana
ReplyDeleteNIM 19706261005
S3 Pendidikan Dasar 2019
Assalamualaikum Wr. Wb.
Elegi di atas dapat diketahui bagaimana suatu jargon ke egoisan yang sudah menguasai dapat menimbulkan kekacauan. Ketika guru yang berkuasa penuh dalam pembelajaran, tidak menghargai proses didalam diri siswa, tidak menerima kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam prosesnya, selalu menampakkan kekuatan dan kekuasaannya untuk membuat siswa tunduk dan patuh pada segala kenginan dan harapannya tanpa memperhatikan kebutuhan dan harapan mereka. seharusnya seorang guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk berkembang. Tidak karena guru itu sudah lebih memiliki ilmu terlebih dahulu dari siswa lantas menjadi sombong dan akhirnya menutupi kesempatan siswa-siswanya untuk berkembang.
Aulia Nur Arivina
ReplyDelete18709251051
S2 Pendidikan Matematika C 2018
Assalamu’alaikum wr.wb.
Baik guru maupun siswa, keduanya memerlukan jargon. Jargon bagi guru bertujuan untuk memantapkan kedudukannya sebagai guru, sedangkan siswa memerlukan jargon untuk melindungi dirinya. Tuhan telah menciptakan segalanya termasuk suasana di mana guru dan siswa dapat hidup selaras dan beriringan dalam jargonnya masing-masing. Maka solusi yang terbaik adalah menterjemahkan dan diterjemahkan wahai engkau para guru dan siswa agar engkau saling memahami jargonmu masing-masing. Ketahuilah bahwa di batas sana, guru itu adalah siswa, dan siswa itu adalah guru. Maksud dari kalimat tersebut adalah guru mengajar sesuai dengan bagaimana siswa belajar.
Zuari Anzar
ReplyDelete19701251006
S2 PEP A 2019
Guru haruslah senantiasa mengajarkan akhlak yang baik kepada muridnya. Namun mengajarkan akhlak melalui lisan saja tidaklah cukup. Guru juga harus memberikan teladan akan akhlak yang baik kepada muridnya dan pelajarnya. Selain sebagai seorang manusia yang biasa menjalani kehidupan sosial, karena statusnya itu, guru tentu punya kelakuan khusus, terutama dengan para muridnya, alasannya sederhana, karena guru adalah panutan dimana setiap tingkah lakunya, gerak geriknya, ucapannya akan jadi contoh yang utama bagi murid-muridnya, seandainya panutan tersebut tidak baik, maka rusaklah keutuhan sebuah pembelajaran, rusaklah harga sebuah pendidikan. Dikarenakan belajar di bawah tekanan maka tidak dipungkiri bila potensi kecerdasan siswa tidak berkembang secara masksimal dan tidak sesuai dengan zona pertumbuhan kecerdasan yang diharapkan.
Rona Happy Mumpuni
ReplyDelete19709251059
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Setelah membaca dialog yang berjudul "Jargon Pertengkaran Guru dan Siswa", saya merasa setiap guru memerlukan refleksi agar output yang dihasilkan semakin baik. Guru memang memegang peranan penting dalam pembelajaran, namun dominasi guru dalam pembelajaran perlu dibatasi. Seharusnya guru menjadikan dirinya sebagai seorang fasilitator, sehingga siswa bisa bisa lebih mengeksplor potensi yang ada pada dirinya. Pembelajaran sifatnya bukan memaksa, tetapi memfasilitasi. Siswa seharusnya diberi ruang untuk menunjukkan performance maksimalnya dalam setiap aktivitas belajar.