Oct 16, 2010

Elegi Memahami Elegi

Oleh Marsigit

Mahasiswa:
Aku jengkel, aku marah, aku tak peduli, aku tersinggung...

Sep 22, 2010

Elegi Perbincangan Bukan Benar dan Bukan Salah


Elegi Seorang Hamba Menggapai Harmoni


Elegi Konferensi Daerah Imajiner

Oleh Marsigit

Akar:
Wahai rumput, apakah engkau mengikuti konferensi internasional imajiner baru-baru ini. Jika engkau mengikuti apakah hasil-hasilnya. Bolehkah aku sebagai akarmu memperoleh sedikit pengalaman darimu.

Elegi Konferensi Patung Filsafat

Oleh Marsigit

Logos:
Supaya bangsaku lebih dapat mengenal dirinya sendiri, maka aku akan menyelenggarakan konferensi patung filsafat. Aku persilahkan para patung filsafat untuk mengenalkan diri, memamerkan diri, mempromosikan diri. Tetapi jika para patung filsafat itu ingin kampanye mencari pendukung masing-masing, ya silahkan saja. Tetapi bagaimanapun aku akan tetap mengawasi dan mewaspadaimu semua. Saya akan menjadi moderator sekaligus pembahas. Wahai patung-patung filsafat, maka silahkanlah sekarang ini adalah waktumu untuk presentasi.

Elegi Merasionalkan Takdir

Oleh Marsigit

Elegi Menggapai Pondamen

Oleh Marsigit

Pondamen:
Siapakah diantara engkau yang dapat menjawab pertanyaan saya. Pertanyaanku adalah sebutkan peristiwa atau keadaan atau apapun yang engkau anggap bisa menjadi awal dari aktivitasmu?

Sep 20, 2010

Elegi Menggapai Bijak

Oleh Marsigit

Berikut saya nukilkan sebuah tanggapan dari Bapak Wahyudi tentang "bijak":

Assalamu 'alaikum wr. wb. saya setuju dengan Bapak bahwa dimensi yang berbeda sering mengakibatkan kesalahfahamn. yang harus dilakukan adalah. pihak yang sadar bahwa dimensinya rendah memfollow up kesadarannya dengan belajar...belajar dan belajar...membaca....membaca dan terus membaca. tapi bagi pihak yang berdimensi lebih tinggi seyogyanya bersikap bijak. seperti sikap yang ditampakkan oleh yang berilmu+bijak dalam elegi menggapai dimensi. salah satu sikap bijak orang yang berdimensi tinggi adala KHAATBUUNNASA 'ALA UQUULIHIM "Serulah manusia sesuai dengan kapsitas akal (intelektual) mereka(Al Hadist. Wallahu 'alam. terimakasih pak.

Elegi Seorang Hamba Menggapai Keputusan


Elegi Menggapai Rumah Paradoks


Elegi Pemberontakan Para Logos


Elegi Menggapai Karakter


Elegi Menggapai Hakekat Senin


Elegi Obrolan Filsafat ke Dua


Elegi Menggapai Bicara


Elegi Obrolan Filsafat


Elegi Hamba Menggapai Wadah dan Isi


Jul 31, 2010

Elegi Menggapai Dimensi


Elegi Menggapai Kenyataan


Elegi Menggapai Lengkap

Oleh Marsigit

Obyek pikir:
Wahai lengkap, siapakah diriku itu? Apakah keadaanku itu memenuhi kelengkapan? Mengapa banyak orang memikirkan diriku beraneka ragam?

Elegi Menggapai Mengada dan Pengada

Oleh Marsigit

Ada:
Wahai para ada, saatnya sudah marilah kita berpesta. Aku sengaja mengundangmu semua datang kemari untuk pesta. Kita perlu mengadakan pesta karena kita telah dinyatakan ada. Maka tak peduli siapakah kamu itu. Dirimu, karyamu, tulisanmu, pikiranku, temanmu, saudaramu, hatimu, logosmu, tesismu, anti-tesismu, sintesismu, pertanyaanmu, ikhlasmu, milikmu, persepsimu, pengamatanmu, pengetahuanmu, bahkan mitos-mitosmu. Pokoknya semua tanpa kecuali apa saja yang ada dan yang mungkin ada yang bisa engkau rasakan, engkau pikirkan atau engkau lakukan.

Elegi Menggapai Pengetahuan Obyektif

Oleh Marsigit

Subyek1:
Wahai pengetahuansatu dimanakah engkau sekarang?

Elegi Menggapai Kategori

Oleh Marsigit
(Diolah dari pemikiran Immanuel Kant)

Pengetahuan:
Wahai kategori-kategori, siapakah dirimu itu?

Elegi Menggapai Reduksi

Oleh Marsigit

Obyek pikir:
Wahai reduksi, siapakah diriku itu? Apakah keadaanku itu memenuhi kelengkapan? Mengapa banyak orang memikirkan diriku beraneka ragam?

Elegi Menggapai Tetap

Oleh Marsigit

Logos:
Aku sedang melihat gejolak. Apa gerangan? Oh rupa-rupanya mereka sudah berkerumun ingin menemuiku. Kalau tidak salah, walaupun banyak dan bermacam-macam, aku bisa mengenalinya. Mereka adalah para TETAP. Wahai para tetap, aku bisa menduga bahwa kedatanganmu kemari itu pasti karena ulah para BERUBAH. Aku memang telah menulis obrolan filsafat dimana hidup subur dan makmur para berubah itu. Maka silahkan aku perkenankan engkau menyampaikan keluhanmu masing-masing kepadaku.

Elegi Konferensi Kebenaran

Oleh Marsigit

Kebenaran:
Tidaklah mudah menyampaikan kebenaran. Aku telah menyaksikan para logos bertengkar memperebutkan kebenaran. Tetapi kelihatannya, tidak hanya para logos saja yang memperebutkan kebenaran, para mitos juga tidak kalah seru dalam memperebutkan kebenaran. Sedangkan aku masih menyaksikan bahwa para hati pun ternyata saling memperebutkan kebenaran. Maka aku berketetapan akan memanggil mereka semua untuk menyampaikan pikirannya masing-masing. Wahai para mitos, logos, dan hati, dengan ini aku mengundangmu semua untuk hadir pada acara konferensi kebenaran yang akan segera aku laksanakan. Silahkan masing-masing darimu menyampaikan kebenaranmu masing-masing.

Elegi Konferensi Para Keliru

Oleh Marsigit

Keliru:
Aku sedang berada dipersimpangan jalan. Aku dalam keadaan ragu-ragu antara harus berbicara atau diam saja. Tetapi aku melihat bahwa para anggotaku ternyata sama seperti saya. Mereka juga tampak mulai gelisah. Ternyata aku mengetahui sebabnya. Sebabnya adalah adanya konferensi yang baru saja diselenggarakan oleh para benar. Konferensi para benar telah mengusikku dan mengusik semua pengikutku, para keliru. Baiklah kalau begitu aku juga ingin mengadakan konferensi para keliru agar para anggotaku bisa mempresentasikan pemikirannya. Wahai para keliru, aku akan segera mengadakan konferensi. Maka dengan ini aku mengundang engkau semua untuk hadir. Silahkan aku memberi kesempatan kepada dirimu semua untuk menyampaikan pemikiranmu.

Elegi Konferensi Para Beda

Oleh Marsigit

Logos:
Ternyata urusanku itu tidak habis-habisnya. Satu persoalan dapat aku selesaikan, maka muncul persoalan yang lainnya. Sekarang aku menyaksikan fenomena lagi yang mungkin perlu kontribusiku untuk penyelesaiannya. Aku melihat sedang terjadi kegelisahan luar biasa dari para “BEDA”. Setelah aku cermati ternyata kegelisahan tersebut hampir erjadi di mana-mana. Oleh karena itu aku akan selenggarakan konferensi para beda. Wahai para beda, silahkan engkau presentasi karya-karyamu dalam konferensiku ini.

Elegi Perbincangan Para Tepat

Oleh Marsigit

Para tepat:
Aku merasa dimana-mana terdapat perbedaan tentang tepat. Diantara para anggotaku sudah mulai transparan menampilkan egonya masing-masing, sehingga terjadi keresahan. Tidaklah salah bila sekali waktu aku juga ingin mengundang para anggotaku itu untuk secara transparan pula menyampaikan visi dan misinya tentang tepat. Silahkan.

Elegi Perbincangan Para Sama

Oleh Marsigit

Para sama:
Mendengar konferensi para beda, geram rasanya aku ini. Para beda telah mengambil kesimpulan seakan-akan hanyalah mereka yang ada dan yang berhak ada. Dengan kesimpulan para beda tersebut seakan-akan aku dan pengikutku telah habis da finis dan telah hilang tertelan bumi. Padahal tidaklah demikian adanya. Bukankah setiap hari para manusia selalu memanggilku, memerlukanku, dan menggunakanku. Kalau begitu dengan ini aku akan memberi kesempatan kepada pengikutku untuk menyarakan suara hatinya. Silahkan.

Elegi Perbincangan Para Banyak

Oleh Marsigit
(Khusus untuk perbincangan filsafat, dan bukan untuk referensi langsung ke pembelajaran matematika)

Para banyak:
Wahai orang tua berambut putih, sebentar dulu...janganlah tergesa pergi... Aku para banyak masih ingin menyampaikan pemikiranku kepadamu. Selama ini tiadalah orang itu peduli terhadapku dan terhadap para anggotaku. Tetapi aku selalu tertimpakan oleh pemikiran, sikap dan perbuatan mereka. Kalau yang lain juga sudah menyampaikan pemikiran melalui berbagai forum misalnya konferensi, seminar,perbincangan, dst, maka kami juga ingin melakukan hal yang sama.

Elegi Menggapai Awal

Oleh Marsigit

Awal:
Siapa yang dapat menjawab pertanyaanku? Apakah awal itu?

Elegi Menggapai Awal dan Akhir Kedua

Oleh Marsigit

Awal dan akhir adalah semua yang ada dan yang mungkin ada.
Maka tiadalah awal dan akhir itu di luar waktumu.

Mar 4, 2010

Elegi Anomali Sang Pemimpin

Oleh Marsigit

Pemimpin:

Aku deklarasikan dengan ini bahwa “AKU ADALAH ORANG TERDEPAN YANG MEMBERANTAS KORUPSI”

Koruptor:
Nyam..nyam...nyammm..mumpung ada kesempatan, mumpung mereka terlana...lumayan 7 trilyun...
Bailout...bailout....inilah kendaranku.

Rakyat:
Thunggg..thungg...thung...thung.....koruptor..koruptor....tangkap...tangkap....dia telah memanfaatkan Baiolout. Bailout itu salah...Barang siapa membelanya berarti dia termasuk membela korupsi....tangkap....tangkap.

Pemimpin:

Aku deklarasikan dengan ini bahwa “BAILOUT ITU BENAR”

Rakyat:
Huhh...hahh...lha... logikaku mengatakan kalau membenarkan Bailout yang ini berarti telah menjadi “ORANG TERDEPAN YANG MEMBELA KORUPSI”

Anomali:
Uhh...heh...heh.....heheh.............heh. Huh....hah...hah....heh.... hhhhhhhhhhh...hh........hhh..............hhh ...hahhhhhhhhhhh... .hhhhhhhhhhhhhhhhh................hehhhhhhhhhhhhh

Elegi Memilih Opsi A atau C

Oleh Marsigit:

Pimpinan:

Silahkan pilih yang mana Opsi A atau Opsi C? Opsi A: “Bailout itu benar”, sedangkan Opsi C:
“Bailout itu salah”

Pemilih 1:
Jika aku memilih Opsi C adalah “Bailout itu salah” berarti “Bailout itu tidak benar”.
Jika “Bailout itu tidak benar” berarti “Tidaklah, Bailout itu benar”.
Jika “Tidaklah, Bailout itu benar” berarti “ Bukanlah Opsi A”
Jika “Bukanlah Opsi A” berarti aku tidak memilih Opsi A”
Kesimpulan: Jika aku memilih Opsi C berarti tidaklah mungkin aku memilih Opsi A.

Pemilih 2:

Jika aku memilih Opsi A maka “Bailout itu benar”
Jika “Bailout itu benar” maka “Tidaklah bahwa Bailout itu salah”
Jika “Tidaklah Bailout itu salah” maka “Bukanlah Bailout itu salah”
Jika “Bukanlah Bailout itu salah” maka “Bukanlah Opsi C”
Jadi aku tidak memilih Opsi C
Kesimpulannya : Jika aku memilih Opsi A tidaklah mungkin akubisa memilih Opsi C

Abstain:

Saya ingin abstain saja. Abstain adalah tidak memilih kedua-duanya. Saya rela dikatakantidak bertanggungjawab karena tidak memilih.

Pemilih 3:
Wah aku bigung. Jika memilih Opsi A berarti aku mengakui kejahatan. Jika aku memilih Opsi C berarti aku kehilangan jabatan. Bagaimana jika aku memilih Opsi AC?
Opsi A : “Bailout benar” artinya “Tidaklah benar bahwa Bailout itu salah”, artinya bukanlah “Bailout itu salah”, artinya bukanlah Opsi C. Jadi Opsi A adalah lawan dan Opsi C, atau Opsi A adalah ingkaran dari Opsi C. Jika Opsi A benar maka Opsi C salah. Jika Opsi A salah maka Opsi C benar.
Jika digabungkan maka aku menemukan formula Opsi AC dan berbunyi “Bail Out benar dan Bailout salah”. Atau Opsi AC berbunyi :”Bailout itu benar dan salah”. Maka saya menemukan Opsi AC itu bersifat kontradiktif, artinya tidak mungkin terjadi, untuk suatu hal benar dan salah itu terjadi secara bersamaan.
Wah saya bingung, di satu sisi saya tidak mau mengakui kejahatan tetapi di sisi yang lain saya tidak mau kehilangan jabatan. Sementara saya tidak mau dikatakan tidak bertanggung jawab dikarenakan abstain.
Wah benar-benar bingung aku.

Mar 1, 2010

Elegi Persiapan Selamatan Raja Purna

Oleh Marsigit

Powernow:

Hai..sang Kumaratna...sebagai Perdana Menteri di negeri adi daya...apa
yang engkau ketahui tentang diriku sang Powernow rajamu itu? Apa juga yang
engkau ketahui tentang kekuasaanku? Apa juga yang engkau ketahui tentang
kemauan atau tujuanku? Tetapi engkau tidak perlu menyebut kekurangan atau
kelemahanku.

Kumaratna:
O..ooo.. sang maha raja sesembahanku. Tiadalah nama tersandang bagi diri
yang lain seindah namamu. Tiadalah seharum namamu. Tiadalah sepenting
namamu. Tiadalah sebermakna namamu. Sang Powernow itulah nama agung tiada
bandingan. Sadar atau tidak sadar maka segenap diri yang lain mengerti
akan kebesaran namamu. Tiadalah kurang satu apa dari diri namamu itu.
Tentu setiap kata-kataku dan kalimatku perihal namamu itu maka berlaku
pula bagi sifat-sifatmu. Hanyalah dirimu yang boleh nama itu sama dengan
si empunya nama. Maka namamu beserta dirimu telah menyatu menjadi absolut
bagi dirimu maupun bagi diri yang lain.

Powernow:
Heh..hah..hah..hah..hah. Kumaratna..kumaratna...tiadalah nama bagi diri
yang lain seindah namamu kecuali namaku. Tiadalah seharum namamu kecuali
namaku. Tiadalah sepenting namamu kecuali namaku. Tiadalah sebermakna
namamu kecuali namaku. Sang Kumaratna itulah nama bagi seorang Perdana
Menteri bagi negeri dengan raja agung tiada bandingan. Sadar atau tidak
sadar maka segenap diri yang lain mengerti akan kebesaran namamu kecuali
diriku. Tiadalah kurang satu apa dari diri namamu itu sebagai Perdana
Menteri. Tentu setiap kata-kataku dan kalimatku perihal namamu itu maka
berlaku pula bagi sifat-sifatmu. Hanyalah dirimu yang boleh memakai nama
Kumaratna. Tetapi nama itu tidak boleh sama dengan dirimu. Maka namamu
beserta dirimu tidak boleh menyatu menjadi absolut bagi dirimu maupun bagi
diri yang lain. Engkau harus bersifat relatif terhadap namamu. Mengapa?
Agar engkau tidak mampu menyamaiku. Hai ..Kumaratna..laporkanlah perihal
kekuasaanku itu?

Kumaratna:
O..ooo... Powernow ..sang rajaku. Engkau beserta negerimu telah berhasil
mengalahkan musuh-mushmu. Negeri kita telah berhasil mengembangkan sistem
dan teknologi canggih dan mutakhir sehingga mampu memenangkan setiap
peperangan multi dimensi: halus, lembut, kasar, hingga yang terdahsyat di
dunia sekalipun; kecil, sedang dan paling besar di dunia sekalipun; dekat,
sedang dan paling jauh didunia sekalipun.

Powernow:
Wah..senang aku mendengar laporanmu. bagaimana tentang cita-citaku dan
cita-cita negeriku?

Kumaratna:
Menurutku engkau telah berhasil mencapai cita-citamu, karena tiadalah ada
kompetitormu di dunia ini.

Powernow:

Bodhoh kamu! Itulah yang membedakan dirimu dan diriku. Engkau hanya mampu
melihat fisiknya saja. Wahai sang Kumaratna..ketahuilah bahwa
perjuanganku, perjuanganmu dan perjuanga segenap rakyatmu baru mencapai
separoh jalan. Aku belum merasa menjadi penguasa dunia absolut jika belum
secara absolut menguasai semua unsur-unsur dunia. Aku harus menguasa tidak
hanya yang fisik tetapi yang non fisik. Aku harus menguasa tidak hanya
yang material tetapi yang non-material. Aku harus menguasa tidak hanya
yang formal tetapi juga yang non-formal. Aku harus menguasa tidak hanya
yang normatif tetapi juga yang spiritual. Aku harus menguasa tidak hanya
Dunia Barat, Dunia Utara, tetapi juga Dunia Timur dan Dunia Selatan. Aku
harus menguasa tidak hanya semua Cantraka, Rakata, Cemani tetapi semua
Bagawat dan semua Transenden. Itulah sebabnya mengapa engkau undang
kemari itu adalah untuk membahas rencanaku menyelenggarakan Selamatan Raja
Purna.

Kumaratna:
O..ooo..ampunlah diriku yang lemah ini. Perkenankanlah hamba mengetahui
apa maksud dan tujuan menyelenggarakan Selamatan Raja Purna itu?

Powernow:
Hong...wilaheng...blis lanat..dewaku. Ketahuilah wahai Kumaratna.
Selamatan Raja Purna itu hanyalah merupakan sarana bagi diriku untuk
menguji unsur-unsur dunia bahkan akhirat, untuk mengetahui apa dan siapa
unsur-unsur dunia dan akhirat yang mendukungku, untuk mengetahui
unsur-unsur dunia dan akhirat yang memusuhiku. Selamatan Raja Purna itu
juga sekaligus untuk menguji kemampuan dan kekuasaanku, baik ke bawah, ke
atas, ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang, dan keseluruh arah.

Kumaratna:
Oh..ampun rajaku. Satu kalimat aku mendengar engkau ingin menaklukan sang
penguasa akhirat? Benarkah begitu?

Powernow:
Apakah kamu sudah berkurang pendenaranmu? Itulah yang selama ini tidak
engkau sadari. Setinggi-tinggi raja, sehebat-hebat raja belum tinggi dan
belum hebat namanya jika belum bisa menyatukan kekuasaannya baik di dunia
maupun di akhirat?

Kumaratna:
Oo..ooo...sang Powernow rajaku. Jikalau aku tidak berada di depanmu,
jikalau aku tidak dikarenakan berkahmu, jikalau aku tidak dikarenakan
kekuasaanmu, maka telah hancurlah diriku itu. Mengapa? Karena dengan
demikian aku telah berada bersama-sama dengan sebuah ciptaan yang akan
ganti berusaha menciptakan Sang Penciptanya. Bukankah itu dosa tak
terampuni? Engkau telah menyekutukan Tuhan. Engkau bahkan akan melanggar
semua aturan serta bertentangan dengan hukum alam dan kodrat. O..ooo...
ampunilah Tuhanku. Tetapi apalah dayaku. Jika aku melawan pasti aku akan
hancur berkeping-keping, tetapi jika aku ikut-ikuttan aku juga akan hancur
berkeping-keping. Oh Tuhan kenapa engkau uji aku dengan ujian seberat ini?

Powernow:
Hai...Kumaratna! Diajak bicara seorang raja..malah ngomel sendiri. Apa
yang kurang dari diriku itu? Apakah ada dari diriku yang meragukan dirimu
sehingga engkau ragu-ragu menjadikan aku sebagai sesembahan dan sebagai
tuhanmu?

Kumaratna:
Ampun..rajaku. Ti..ti..ti..adalah keraguan bagiku atas dirimu. Aku
serahkan hidup matiku kepadamu. Aku persembahkan segenap jiwa ragaku untuk
kejayaanmu.

Powernow:
Hah...hah...heh...heh...begitulah adabnya seorang bawahan. Jadi kalau
begitu apakah kamu setuju dengan rencanaku menyelenggarakan Selamatan Raja
Purna?

Kumaratna:
Seribu persen aku mendukung rencanamu itu. Bisakah aku mengerti secara
lebih rinci rencanamu itu?

Powernow:
Aku akan mengundang semua yang mengaku raja di muka dunia ini. Tetapi
ketahuilah bahwa undanganku itu bersifat absolut, artinya tiada satupun
seorang yang mengaku raja di muka bumi ini tidak hadir. Maka segenap cara
untuk mengundang mulai dari undangan resmi, undangan tidak resmi, berita,
kesadaran, dan kalau perlu paksakan harus ditempuh untuk menghadirkan
semua raja-raja. Jika ada walaupun hanya seorang raja yang tidak hadir
dikarenakan suatu hal maka itu pertanda kegagalan acaraku itu. Gunakan
pula segenap teknologi dan media untuk menyebarluaskan acara ini: koran,
televisi, komputer, handphone, dsb. Informasi tentang acara ini juga
bersifat absolut, artinya, ketika acara selamatan digelar, tiadalah
seorangpun dimuka bumi ini tidak memperhatikannya. Jika ada orang walaupun
hanya satu tidak memperhatikan acara selamatan ini, maka itu juga pertanda
gagalnya acara selematan itu.Camkan dan bersiaplah.