The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Sep 20, 2010
Elegi Obrolan Filsafat ke Dua
Oleh Marsigit
(Khusus untuk olah pikir filsafat dan tidak diperuntukkan untuk referensi pembelajaran matematika langsung di sekolah)
Q: Apakah yang disebut sama itu?
A: Sulit dijelaskan
Q: Apakah 2 + 3 sama dengan 5
A: Belum tentu
Q: Mengapa 2 + 3 belum tentu 5?
A: Mungkin 2+3 sama dengan 5.
Q: Mengapa masih mungkin?
A: Harus engkau buktikan dulu bahwa 2+3 memang sama dengan 5.
Q: Aku tunjukkan 2 jariku, kemudian 3 jariku, maka aku dapat menyebutkan bahwa 2 jariku ditambah 3 jariku sama dengan 5 jariku.
A: Kapan?
Q: Lha tadi.
A: Belum tentu nanti juga demikian.
Q: Lha bagaimana engkau membuktikannya?
A: Bagiku 2 + 3 itu berbeda dengan 5
Q: Baik apakah 5 sama dengan 5?
A: Ternyata tidak.
Q: Mengapa 5 tidak sama dengan 5?
A: Aku menemukan dua macam 5, yaitu 5 pertama dan 5 kedua.
Q: Apa bedanya 5 pertama dan 5 kedua?
A: 5 pertama aku ucapkan lebih dulu, sedangkan 5 kedua aku ucapkan kemudian.
Q: Apa bedanya 5 diucapkan dahulu dan 5 diucapkan kemudian?
A: Jelas berbeda, jika aku bisa mengucapkan 5 lebih dulu, dan aku bisa mengucapkan 5 kemudian, itu pertanda bahwa aku telah menemukan dua macam 5.
Q: Apakah 2+3 sama dengan 3+2
A: Apalagi yang ini. Jelas 2 + 3 tidak sama dengan 3 + 2.
Q: Mengapa?
A: Aku menyebut 2 lebih dulu pada 2+3, sedangkan aku menyebut 3 lebih dulu pada 3+2.
Q: Kalau begitu dirimu itu siapa?
A: Aku tidak tahu.
Q: Namamu siapa?
A: Aku ragu-ragu.
Q: Biasanya orang menyebut dirimu siapa?
A: Pernah aku dipanggil sebagai Antah-Brantah.
Q: Apakah Antah-Brantah itu dirimu?
A: Belum tentu.
Q: Kenapa belum tentu?
A: Karena mungkin ada orang lain yang mempunyai nama Antah-Brantah.
Q: Apakah dirimu itu Antah-Brantah?
A: Aku ragu-ragu.
Q: Kenapa engkau ragu-ragu?
A: Aku tidak dapat menunjuk diriku.
Q: Lha, aku ini bicara dengan siapa?
A: Mungkin dengan Antah-Brantah
Q: Dirimu itu dimana?
A: Saya tidak dapat menunjuknya.
Q: Kenapa engkau tidak dapat menunjuk dirimu?
A: Kelihatannya diriku itu bergerak.
Q: Apa maksudmu bahwa dirimu bergerak.
A: Diriku yang tadi ternyata berlainan dengan diriku yang sekarang.
Q: Dirimu yang sekarang itu di mana?
A: Aku tidak dapat menunjuk diriku yang sekarang karena kelihatannya aku bergerak.
Q: Engkau itu bergerak ke mana?
A: Belum selesai aku menunjuk diriku yang sekarang ternyata diriku telah berubah menjadi diriku yang tadi.
Q: Lalu siapa namamu? Bukankah namamu itu Antah-Brantah?
A: Aku merasa namaku kurang cermat.
Q: Kenapa engkau menganggap namamu kurang cermat?
A: Aku yang dulu, sekarang dan yang akan datang disamaratakan sebagai Antah-Brantah?
Q: Apakah engkau akan mengganti namamu?
A: Tidak. Aku hanya akan menambah saja namaku dengan keterangan tambahan, sehingga namaku menjadi Antah-Brantah Relatif.
Q: Apakah engkau sudah puas dengan namamu itu?
A: Belum. Namaku itu juga belum spesifik. Maka jika boleh aku akan lengkapi namaku sehingga namaku menjadi Antah-Brantah Relatif Terhadap Ruang dan Waktu.
Q: Apakah engkau sudah puas dengan namamu itu?
A: Belum. Ternyata aku tidak pernah bisa memiliki namaku itu.
Q: Kenapa?
A: Karena ternyata namaku tidak pernah bisa menunjuk siapa sebenarnya diriku.
Q: Kalau begitu apakah fungsi nama itu?
A: Tiadalah sebenarnya manusia itu sama dengan namanya.
Q: Apa maksudmu?
A: Manusia itu hanya berusaha menggapai namanya masing-masing. Sebenar-benar dan setinggi-tinggi nama adalah nama absolut. Itulah nama Tuhan Allah SWT.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Di dunia tidak ada yang absolut, tunggal, sama, sekalipun manusia. Kita tidak dapat menemukan A = A di dunia ini karena A tidak akan pernah sama dengan A. Selalu ada yang pertama dan yang kedua atau yang kiri dan yang kanan. Pertama dan kedua atau kanan dan kiri itu menunjukkan adanya gerakan. A tidak sama dengan A terjadi karena adanya gerakan, yaitu gerakan ruang dan waktu. Yang absolut, tunggal, sama itu hanya Allah SWT. Allah itu A = A karena Allah tunggal (satu).
Terima kasih
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Objek filsafat adalah ada dan yang mungkin ada. Ada dan yang mungkin ada itu bergantung pada ruang dan waktu. Artinya relatif. Tidak ada seseorang yang dapat mengetahui dirinya yang sebenarnya. Karena dirinya yang sekarang akan berbeda dengan yang tadi. Dirinya yang disini akan berbeda dengan dirinya yang disini. Maka manusia hanya bisa berusaha untuk mengenal dirinya. Hanya Alloh SWT yang mengatehui diri-Nya.
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali keberadaan dan kuasa Allah SWT. Manusia diciptakan olehNYA dan untuk kembali kepadaNYA pula. Tugasnya menjalankan segala perintah yang diwajibkan, apa yang dilakukan manusia pun juga semuanya hanya bersifat sementara tidak ada yang pasti karena yang kita dapat dan kita miliki juga semata hanya milik Allah.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Setelah saya membaca artikel di atas saya tahu bahwa dalam filsafat tidak ada satupun di dunia ini yang dapat didefinisikan dengan pasti. Segala sesuatu itu harus disesuaikan dengan ruang dan waktunya. Seperti halnya dengan matematika karena 2+3 itu belum tentu sama dengan 5. Mengapa demikian, 2 pensil ditambah dengan 3 buku, maka hasilnya tidak akan didapat 5 buku pensil,akan tetapi 2 pensil dan 3 buku. Oleh karena itu kita dalam membuat soal harus memperhatikan ruang dan waktunya. Karena kita yang sekarang dengan kita satu detik kedepan adalah berbeda. Dan untuk mengasilkan kepastian dalam filsafat maka tambahkanlah ruang dan waktu. Tidak semua orang memiliki pandangan yang sama, kadang-kadang kita bertemu dengan seseorang dengan pandangan yang berbeda. Jadi, ketika kita melihat sesuatu, kita tidak bisa melihatnya hanya pada satu sisi tapi lihatlah di sisi yang lainnya juga. Setiap orang dapat memiliki pandangan yang berbeda - beda karena mereka melihatnya dari sisi yang berbeda – beda pula. . Manusia tidak akan bisa mencapai kepastian, karena kepastian mutlak hanya milik Allah SWT.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Menyambung dari apa yang telah saya komentari dari postingan elegi sebelumnya yaitu elegi yang berjudul "elegi obrolan filsafat" bahwa sebenar-benar filsafat itu adalah pikiranmu, dan sebenar-benar pikiranmu adalah dirimu. Setiap orang adalah individu yang berbeda, artinya mereka juga pikiran-pikiran yang berbeda. Perbedaan tersebut bisa jadi karena terkait dengan ruang dan waktu. Oleh karenanya sangat wajar apabila terjadi perbedaan sudut pandang dari masing-masing orang terhadap suatu hal yang sama. Bahkan menurut filsafat, aku pada saat ini (pukul 05.20.02 WIB) dan aku (pukul 05.20.03 WIB) adalah dua hal yang berbeda. Semoga dengan terus membaca dan berkomentar pada blog ini membantu kita semua untuk semakin memahami ilmu filsafat yang sungguh luas.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Di dunia ini tidak ada yang identic. Dua anak yang kembar identic pun pasti berbeda. Seorang manusia pun tidak sama dengan dirinya sendiri. Manusia tidak dapat menunjuk dirinya sendiri. Manusia tidak dapat menyebut namanya sendiri. Artinya manusia merupakan makhluk yang tidak sempurna. Karena sejatinya, segala yang sempurna hanyalah Allah SWT.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
Di dunia ini, kebenaran yang aku sampaikan merupakan kebenaran yang relatif. Kebenaranku akan selalu bertolak belakang dengan kebenaran-kebenaran lainnya. Namun hal tersebut merupakan kodrat kita sebagai makhluk Tuhan karena BENAR yang sebenarnya hanyalah milik Tuhan.
Ibrohim Aji Kusuma
ReplyDelete18709251018
S2 PMA 2018
Filsafat bukan hanya objek fikir dan riil yang bebas nilai melaikan tergantung kepada ruang dan waktunya. Secara analitik 1 + 1 = 2 dalam pikiran. Dalam dunia riil. 1 + 1 bisa jadi bukan sama dengan 2. Meskipun 2 lagi namun tetap berbeda karena waktu atau ruangnya sudah berbeda.
Ibrohim Aji Kusuma
ReplyDelete18709251018
S2 PMA 2018
Lebih mendalam, pada hakikatnya objek pikir bersifat absolut/mutlak dan konsisten. Sedangkan objek riil berbeda-beda/relatif/kontradiksi. Filsafat adalah interaksi antara absolut/mutlak dan konsisten serta berbeda-beda/relatif/kontradiksi. Sebebar-benar filsafat adalah ketika kamu sudah mempertimbangkan keduanya sesuai dengan dimensi ruang dan waktunya.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Elegi di atas mengajarkan pembaca terutama saya sendiri untuk olah pikir dari sudut pandang yang berbeda. Dengan menggunakan kacamata filsafat sesuatu yang seharusnya sama menjadi berbeda kontradiksi. Sesuatu yang berbedapun bisa menjadi berbeda. Tuhan menciptakan perbedaan diantara kesamaan dan perbedaan.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Elegi ini bisa kita kaitkan dengan elegi obrolan filsafat yang pertama bahwa hal rasional dan bersifat teoritis bisa terbantahkan jika dibawa kedalam kehidupan atau pengalaman empiris. Demikianlah bahwa filsafat itu tidak sempit hanya berkutat tentang rasional dan teoritis semata, tetapi merentang dari yang ada dan mungkin ada termasuk didalamnya pengetahuan empiris yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari. Seperti misalnya 1 + 1= 2 secara aksioma dan teori itu benar, namun belum tentu dalam pengalaman. Misal 1 botol air ditambah dengan 1 botol air itu bisa jadi 1 baskom air ketika air botol tersebut dicampur dalam 1 baskom. Demikianlah adanya pemikiran manusia yang bersifat relatif tidak akan mencapai pemikiran yang absolut bahkan pemikiran para filsuf sekalipun.
Yuntaman Nahari
ReplyDelete18709251021
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Manusia tidak akan sama dengan namanya sendiri. Nama hanyalah sebuah kesepakatan saja. Begitu juga dengan 2+3 tidak selalu sama dengan 5, karena 5 hanyalah sebuah kesepakatan dalam matematika. Semua bergantung ruang dan waktunya. Manusia tidak akan mampu menggapai namanya masing-masing, yang ada hanyalah senantiasa berusaha untuk menggapainya. Karena setinggi-tingginya nama adalah Nama Allah SWT.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Pada dasarnya filsafat adalah memang untuk mencari kebenaran. Pencarian kebenaran itu sendiri bersifat relatif sesuai dengan ideologi, pandangan dan paham pencarinya. Dengan adanya kebenaran relatif sudah menjadi tugas kita untuk mensintesis segala tesis dan antitesis pengetahuan untuk mencapai kebenaran yang hakiki. Belajar pada para filsuf itu memang suatu cara yang baik tapi mensintesis segala perbedaan pengetahuan diantara mereka itu jauh lebih baik. Tidak serta merta menerima begitu saja pendapat satu pihak karena tiada seorangpun mampu menunjuk dirinya sebagai yang paling benar bagaimanapun tingginya kecerdasan yang dimilikinya karena segala sifat manusia itu tidak hanya relatif tapi juga kontradiktif. Bagaimanapun juga kebenaran yang sejati dan hakiki hanyalah datangnya dari Allah.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Semua kejadian yang ada di dunia selalu terikat dengan waktu, inilah yang menghadirkan hokum kontradiktif. Lima tidak sama dengan lima, lima sekaran tidak sama dengan lima nanti. Lima disini tidak sama dengan lima disana. Matematika merupakan suatu ilmu yang mereduksi berbagai bagian sehinggi kebenarannya di absolutkan, sama ya sama, tidak sama ya tidak sama, konsisten.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018 (PM B 2018)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Setinggi-tingginya ilmu yang dimiliki atau dikuasai oleh seseorang sesungguhnya adalah miliki Allah yang dititpkan untuk disebarluaskan kepada seluruh dunia. Oleh karena itu sebagai manusia yang baik dan berfilsafat, tidak boleh merasa sombong akan kehidupannya. Bagaimanapun juga semuanya adalah milik Allah dan akan kembali kepadanya dan kita hanya bisa mempertanggungjawabkannya
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Tidak ada yang sama didunia ini. Aku yang sekarang berbeda dengan aku yang tadi dan aku nanti. Aku tidak sama dengan namaku. Karena mungkin ada beberapa orang lain yang memiliki nama yang sama denganku. Namaku tidak mampu menggambarkan seperti apa diriku, yang ada hanyalah mencoba berusaha menggapai namanya. Maka dari itu orang tua kita menamakan anak-anaknya dengan nama-nama yang baik sebagai wujud pengharapan mereka terhadap anak-anaknya kelak.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Berdasarkan elegi ini, ternyata di dunia itu selalu berkontradiksi, tergantung sudut pandang dari mana kita memandangnya. Dalam hal menilai sesuatu, antara orang yang satu dengan yang lainnya belum tentu sama, akan terjadi banyak pendapat dan masing-masing orang menilai bahwa pendapatnyalah yang paling benar. Dari sini terlihat bahwa apa yang terjadi di dunia terikat oleh ruang dan waktu.
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Ketika membaca tulisan ini saya teringat akan apa yang saya pelajari dalam psikologi pendidikan. Dimana terdapat toeri belief about knowledge yang dibari menjadi dua kategori, yaitu dualist dan relativis, matematika adalah ilmu yang dualis, yang memberikan ketentuan pada kasus-kasusnya, tetapi dalam pembelajaran sebaiknya siswa diarahkan agar bersifat relativis, artinya tidak menutup kemungkinan dengan berbagai konsep yang baru bagi mereka. relativis juga memberikan siswa pandangan mengenai banyak jalan yang bisa ditempuh dalam menyelesaikan persoalan dalam matematika.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Filsafat mengacu pada kebenaran relatif ruang dan waktu. Aku sama dengan aku, bisa pula aku yang sekarang berbeda dengan aku yang tadi. Aku pun tidak bisa menunjuk diriku sendiri. Siapa dirimu? Ketika aku menunjuk tanganku, itu belum cukup menunjukkan diriku, itu baru tangan. Diriku mencakup semuanya, fisik, sifat, pikiran, dan lainnya. Sedangkan aku sama dengan aku berada dalam pikiran.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
Segala sesuatu itu sesuai dengan ruang dan waktu. Elegi diatas menunjukkan kita harus kritis karena kita tidak mengatahui kebernaran, bahwa setiap manusia mempunyai sudut pandang masing masing. Apa yang kita pikirkan belum tentu sama dengan yang lain pikirkan. Semua itu relatif. Dan sebenar benarnya yang absolut dan kekal hanyalah Allah SWT. Bagi yang mempunyai sifat yang congak sombong, bahwa disadari hidup ini bersifat fana atau hanya sementara tidak ada yang kekal. Sehingga sebagai manusia harus taat dan melaksanakan perintah Allah yang kekal adanya tidak akan berubah dengan berkembangnya jaman dan waktu.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Manusia senantiasa tidak pernah bersyukur. Mereka hanya mengejar yang namanya saja tanpa rasa syukur di dalam hatinya. Mereka hanya terus mencari nama sehingga bisa mendapatkan nama yang absolut. Namun mereka lupa bahwasanya mereka sebenarnya tidak akan pernah bisa mendapatkan nama yang absolut. Karena nama yang absolut hanyalah milik Allah semata. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Dari yang tidak mengerti menuju belum mengerti. Dari yang belum mengerti menuju mengerti. Dari yang mengerti menuju ingin makin mengerti. Dari yang ingin makin mengerti ingin bertambah mengerti. Setelah bertambah mengerti, berhenti. Mitos. Agar tidak termakan mitos, berpikirlah kritis. Galilah selalu logosmu. Janganlah ragu-ragu dalam menggapai logosmu karena mitos yang akan mematahkanmu. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Dalam hidup, manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya pertanyaan. Ketika kau tak mengerti sesuatu, kau akan gali terus sampai kamu benar-benar paham dan mengerti. Sampai kau benar-benar mengangguk. Iya, oh begitu. Oke, saya paham. Namun, ketika dalam pertanyaanmu kau temui keragu-raguan dan justru kembali ke pertanyaan awal alias muter, kau perlu merenungkan sejenak. Jangan-jangan syaiton telah menguasaimu. Sesungguhnya aku berlindung dari godaan syaiton yang terkutuk. Semoga Allah selalu melindungi kita. Aamiin. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Pikiran dan kenyataan terbatas oleh ruang dan waktu. Segala yang ada di pikiran kita saat ini akan berbeda dengan yang tadi telah kita pikirkan, begitu pula dengan masa yang akan datang. Semua yang ada dan yang mungkin ada hanyalah bersifat relative jika kita memandang dari segala sudut pandang. Sifat absolut hanyalah milik Allah SWT, kepadaNya kita kembali, kepadaNya segala dunia dan alam semesta juga kembali
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Dalam kehidupan ini, pengenalan terhadap sikap dan pribadi sendiri merupakan hal yang penting, karna hal ini sangat menunjang kualitas kita. Pribadi manusia memiliki sikap semilyar pangkat semilyar pun masih tidak dapat menyebutkannya. Namun sebagai manusia patutlah kita mencoba dan terus mencoba untuk mengenal diri kita. bila kita mengenali kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri kita, maka kita akan lebih peduli untuk memperbaiki diri kita agar menjadi lebih baik.
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Filsafat itu adlah objek fikir mengenai yang ada dan mungkin ada. Ketika kita mengatakan 2+ 3 =5, maka seacara aksioma itu benar, tetapi ketika kita mengatakan 3 buku + 2 Pensil = 5 itu belum tentu, karena semua itu tergantung ruang dan waktu.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Diriku tidak sama dengan diriku. Diriku yang tadi belum tentu sama dengan diriku yang sekarang. 1 tidak sama dengan 1. Ada 1 yang pertama dan ada 1 yang kedua. Itulah hidup. Hidup itu ada sama, ada beda, kontradiksi, relatif. Nama seseorang merupakan identitasnya dan tiadalah sebenar-benar manusia itu sama dengan namanya. Dikatakan dari elegi di atas bahwa manusia hanya berusaha menggapai namanya masing-masing. Sebenar-benar nama adalah milik Allah SWT.
Tiara Wahyu Anggraini
ReplyDelete19709251065
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Dalam filsafat tidak ada yang sama dan pasti. Sebenar-benarnya sama dan pasti ialah sama dan pasti absolut yaitu kehendak dari Allah SWT. Objek filsafat bergantung dengan ruang dan waktunya. Selain itu, berpikir filsafat yaitu bergantung dengan sudut pandang masing-masing. Seperti elegi di atas yang jika kita menggunakan pemikiran biasa, sesuatu yang kita anggap sama dan pasti ternyata berbeda dan kontradiksi jika menggunakan pemikiran filsafat. Karena dengan berpikir filsafat tergantung dari mana seseorang memandangnya. Karena sebenar-sebenarnya filsafat ialah pemikiranmu itu sendiri. Namun semua itu merupakan kehendak dari Allah SWT.
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Antah berantah mengajarkan saya menjawab suatu permasalahan sesuai konteksnya dan dengan alasan yang membangun serta dapat dipertanggungjawabkan. Jawaban yang dikemukakan oleh antah berantah merupakan jawaban relatif dan tidak akan pernah pasti, dengan menggali yang ada dan yang mungkin ada antah berantah menghadirkan infinite regress yang akan terus berpacu dengan sebab musabab dan mengadakan pengada untuk mengada keberadaan. Sesungguhnya absolut adalah kepunyaan Allah SWT semata, Tuhan seru sekalian alam.
Zuari Anzar
ReplyDelete19701251006
S2 PEP A 2019
Seperti elegi sebelumnya bahwa berpikir filsafat itu adalah memikirkan apa yang ada dan yang mungkin ada dalam ruang dan waktu. Segala sesuatu bisa dianggap sama atau berbeda sesuai dengan ruang dan waktunya. 2+3 sama dengan 3+2 hal ini bisa bernilai benar tetapi bisa juga bernilai salah. Semua tergantung cara kita memandangnya, kalau kita memandangnya 2 dan 3 itu adalah sesuatu yang sama maka 2+3 sama dengan 3+2, namun akan bernilai salah jika 2 dan 3 itu sesuatu yang berbeda. Oleh karena itu, untuk belajar filsafat diperlukan pemikiran yang kritis.
Dhamar Widya Safitri
ReplyDelete19701251009
S2 PEP A 2019
Assalamualaikum.
Sama adalah sesuai ruang dan waktu. Tidak ada yang sama didunia ini, kecuali yang absolut yaitu Allah. Sesuatu yang terlihat sama belum tentu memang sama, semuanya tergantung darimana dan kapan manusia tersebut melihatnya. Sehingga saat seorang manusia melihat sesuatu, hendaknya dia tidak langsung memutuskan sama tidaknya.
Terimakasih