The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Sep 20, 2010
Elegi Hamba Menggapai Wadah dan Isi
Oleh: Marsigit
Wadah, bangga dengan statusnya
Aku adalah wadah. Wadah bagi semuanya. Ini adalah statusku. Aku sekaligus namaku. Tiadalah suatu isi apapun tidak memerlukan wadah. Maka barang siapa mereka mengaku sebagai isi maka pastilah mereka memerlukanku. Lebih dari itu barang siapa mengaku sebagai wadah maka akupun wadahnya. Maka aku adalah wadah bagi semuanya tanpa kecuali. Oleh karena itu maka sudah pantaslah jika aku memang memperoleh kedudukann istimewa. Aku tidak perlu pusing-pusing mengurusi isi dan juga wadah-wadah yang lain, karena semuanya itu akan masuk kedalamku, yaitu mereka akan selaluterwadahkan oleh ku.
Isi, bangga dengan statusnya
Aku adalah isi. Isi bagi semuanya. Ini adalah statusku. Aku sekaligus namaku. Tiadalah suatu wadah apapun tidak memerlukan isi. Maka barang siapa mereka mengaku sebagai wadah maka pastilah mereka memerlukanku. Lebih dari itu barang siapa mengaku sebagai wadah maka akupun isinya. Maka aku adalah isi bagi semuanya tanpa kecuali. Oleh karena itu maka sudah pantaslah jika aku memang memperoleh kedudukann istimewa. Aku tidak perlu pusing-pusing mengurusi wadah dan juga wadah-wadah yang lain, karena semuanya itu akan memerlukanku, yaitu mereka akan mencari isi.
Siswa tertegun melihat wadah dan isi gurunya:
Aku melihat guru-guru di sana. Kelihatannya mereka adalah wadah-wadah yang besar. Tetapi aku heran mengapa wadah-wadah itu tidak serakus biasanya. Biasanya mereka selalu melahap apapun isi dan wadah. Kenapa untuk pelajaran kali ini dia menginginkan aku sebagai isi. Padahal sebesar-besar tujuan hidupku adalah wadah pula. Tetapi aku pernah melihat dan mendengar bisik-bisik sesama para guru. Aku agak terkejut karena, dalam bisik-bisiknya, para guru itu ternyata sangat menginginkan wadahku pula. Tetapi di depanku mereka hanya menginginkan isiku. Maka aku berkesimpulan bahwa guru-gur itu ternyata bersifat manipulatif.
Mahasisa dan guru tertegun melihat wadah dan isi dosennya:
Aku melihat dosen-dosen di sana. Kelihatannya mereka adalah wadah-wadah yang besar. Tetapi aku heran mengapa wadah-wadah itu tidak serakus biasanya. Biasanya mereka selalu melahap apapun isi dan wadah. Kenapa untuk kuliah kali ini dia menginginkan aku sebagai isi. Padahal sebesar-besar tujuan hidupku adalah wadah pula. Tetapi aku pernah melihat dan mendengar bisik-bisik sesama para dosen. Aku agak terkejut karena, dalam bisik-bisiknya, para dosen itu ternyata sangat menginginkan wadahku pula. Tetapi di depanku mereka hanya menginginkan isiku. Maka aku berkesimpulan bahwa dosen-dosen itu ternyata bersifat manipulatif.
Dosen tertegun melihat wadah dan isi orang tua berambut putih:
Aku melihat para orang tua berambut putih di sana. Kelihatannya mereka adalah wadah-wadah yang besar. Tetapi aku heran mengapa wadah-wadah itu tidak serakus biasanya. Biasanya mereka selalu melahap apapun isi dan wadah. Kenapa untuk kali ini dia menginginkan aku sebagai isi. Padahal sebesar-besar tujuan hidupku adalah wadah pula. Tetapi aku pernah melihat dan mendengar bisik-bisik sesama para orang tua berambut putih. Aku agak terkejut karena, dalam bisik-bisiknya, para orang tua berambut putih itu ternyata sangat menginginkan wadahku pula. Tetapi di depanku mereka hanya menginginkan isiku. Maka aku berkesimpulan bahwa para orang tua berambut putih itu ternyata bersifat manipulatif.
Siswa bertanya kepada mahasiswa:
Wahai kakak-kaka mahasiswa. Bolehkah aku bertanya kepadamu. Sebetul-betul dirimu itu, mementingkan wadah atau isi?Bagaimana menurutmu apakah engkau lebih suka wadah atau isi?
Mahasiswa1:
Wahai adikku siswa yang ku banggakan, bukankah statusku sebagai mahasiswa itu adalah wadah. Itu adalah hak istimewaku. Itulah pula wadah yang mungkin perlu engkau gapai. Terus terang saja, aku lebih suka wadah. Mengapa? Karena selama ini aku hidup dan dihidupkan oleh wadahku. Maka wadah bagiku adalah segala-galanya. Bahkan aku dapat katakan bahwa sebenar-benar diriku adalah wadahku. Buat apalah isi bagiku. Bagiku isi hanyalah basa basi.
Mahasiswa2:
Wahai adikku siswa yang ku banggakan, bukankah selama ini aku tidak pernah
membangga-banggakan wadahku. Apalah artinya kedudukanku sebagai mahasiswa jika aku tidak mampu menunjukkan potensiku sebagai mahasiswa. Maka aku adalah orang yang sangat khawatir dengan wadah. Sebaliknya, seumur-umur hidupku adalah isi itulah tujuanku. Aku bahka rela kulepas statusku sebagai mahasiswa jikalau itu memang perlu demi aku menggapai isiku. Maka sebenar-benar aku, dapat aku katakan bahwa aku adalah isiku.
Guru bertanya kepada dosen:
Wahai para dosenku. Bolehkah aku bertanya kepadamu. Sebetul-betul dirimu itu, mementingkan wadah atau isi?Bagaimana menurutmu apakah engkau lebih menyukai wadah atau isi?
Dosen1:
Wahai guru yang ku banggakan, bukankah statusku sebagai dosen itu adalah wadah. Itu adalah hak istimewaku. Itulah pula wadah yang mungkin perlu engkau gapai. Terus terang saja, aku lebih suka wadah. Mengapa? Karena selama ini aku hidup dan dihidupkan oleh wadahku. Maka wadah bagiku adalah segala-galanya. Bahkan aku dapat katakan bahwa sebenar-benar diriku adalah wadahku. Buat apalah isi bagiku. Bagiku isi hanyalah basa basi.
Dosen2:
Wahai guru yang ku banggakan, bukankah selama ini aku tidak pernah
membangga-banggakan wadahku. Apalah artinya kedudukanku sebagai dosen jika aku tidak mampu menunjukkan potensiku sebagai dosen. Maka aku adalah orang yang sangat khawatir dengan wadah. Sebaliknya, seumur-umur hidupku adalah isi itulah tujuanku. Aku bahka rela kulepas statusku sebagai dosen jikalau itu memang perlu demi aku menggapai isiku. Maka sebenar-benar aku, dapat aku katakan bahwa aku adalah isiku.
Siswa, mahasiswa, guru dan dosen bimbang memikirkan wadah dan isi:
Dari percakapan yang kita dengar tentang wadah dan isi, aku menjadi bimbang. Apa sebetulnya wadah itu? Apa sebetulnya isi itu. Jika aku minum segelas air, maka gelas adalah wadahnya, dan air adalah isinya. Tetapi jika aku sebut air adalah wadah, maka aku belum tahu pasti apakah isinya, mungkin salah satu isinya adalah oksigen. Tetapi jika aku berpikir bahwa oksigen adalah wadah, maka aku semakin bingung apakah sebenarnya isinya. Jika siswa adalah wadah, maka isinya adalah kemampuannya dan kepribadiannya. Jika wadahku adalah mahasiswa maka isiku adalah kemampuan dan kepribadiannya. Jika guru adalah wadahku maka isiku adalah kemampuan dan kepribadiannya. Jika dosen adalah wadahku maka kemampuan dan kepribadianku adalah isinya. Nah ini aku temukan ijasah dan sertifikat. Aku cari-cari dalam daftar tetapi aku tidak menemukan secara tegas bahwa ijasah dan sertifikat adalah isi, tetapi samar-samar tertulis mereka sebagai wadah.
Orang tua berambut putih datang menghampiri siswa, mahasiswa, guru dan mahasiswa
Siswa, mahasiswa, guru dan dosen bersama-sama menegur orang tua berambut putih:
Wahai orang tua berambut putih. Kenapa engkau duduk di situ? Bukankan untuk duduk di situ engkau harus berbekal wadah dan isi. Maka tunjukkan manakah wadah dan isimu?
Orang tua berambut putih:
Ketahuilah bahwa sebenar-benar diriku adalah tidak punya wadah, dan sebenar-benar diriku adalah tidak punya isi. Satu-satunya yang aku punya adalah kemampuanku untuk selalu hadir pada setiap pertannyaanmu.
Siswa bertanya tentang isinya:
Wahai orang tua berambut putih, kalau begitu tunjukkanlah kepadaku, sebagai seorang siswa, apakah isiku itu?
Orang tua berambut putih:
Sebagai seorang siswa, maka isimu adalah rasa syukurmu bahwa engkau telah menjadi siswa, kemudian rasa syukurmu akan menghasilkan rasa senang dan motivasi untuk menjadi siswa yang baik dan berprestasi, untuk mewujudkan cita-citamu itu maka engkau perlu menyesuaikan sikap dan perbuatanmu. Sesuaikanlah sikap dan perbuatanmu itu sebagaimana engkau menginginkan sebagai seorang siswa yang baik dan berprestasi. Tidak hanya itu, engkaupun harus iklhas, tawadu’ dan istiqomah untuk selalu mencari dan menambah-tambah ilmumu agar engkau memperoleh keterampilan sebagaimana engkau dituntut sebagai seorang siswa yang baik dan berprestasi. Janganlah puas sampai disitu, karena sebagai siswa yang baik dan berprestasi juga dituntut untuk mengembangkan dan mencari pengalaman. Itulah sebenar-benar isi dari seorang siswa.
Siswa bertanya tentang wadahnya:
Lalu sebagai seorang siswa, maka apakah wadahku itu?
Orang tua berambut putih:
Sebagai seorang siswa maka wadahmu adalah status, kedudukan, tugas dan tangungjawabmu sebagai siswa. Tetapi harap ingatlah bahwa engkau akan selalu diminta pertanggungjawaban akan wadahmu itu. Maka ada atau tidaknya wadahmu itu tergantung bagaimana mengisi wadah itu. Wadahmu bisa sempit bisa juga luas, bisa kecil bisa juga besar, bisa penting bisa juga tidak penting, bisa ada bisa juga tidak ada. Maka sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa wadah tidaklah mempunyai batas dengan isi. Wadahmu akan selalu hadir ketika engkau wujudkan isimu. Maka sebenar-benar wadah tidak lain tidak bukan adalah isi. Maka tersesatlah wahai para siswa yang hanya mengejar wadah tetapi tidak mau mengisinya. Tetapi benar-benar merugilah jika para siswa hanya mengejar isi tetapi tidak mau mengenal wadahnya.
Guru bertanya tentang isinya:
Wahai orang tua berambut putih, kalau begitu tunjukkanlah kepadaku, sebagai seorang guru, apakah isiku itu?
Orang tua berambut putih:
Sebagai seorang guru, maka isimu adalah rasa syukurmu bahwa engkau telah menjadi guru, kemudian rasa syukurmu akan menghasilkan rasa senang dan motivasi untuk menjadi guru yang baik dan berprestasi. Untuk mewujudkan cita-citamu itu menjadi guru yang baik maka engkau perlu menyesuaikan sikap dan perbuatanmu. Sesuaikanlah sikap dan perbuatanmu itu sebagaimana engkau menginginkan sebagai seorang guru yang baik dan berprestasi. Tidak hanya itu, engkaupun harus iklhas, tawadu’ dan istiqomah untuk selalu mencari dan menambah-tambah ilmumu agar engkau memperoleh keterampilan sebagaimana engkau dituntut sebagai seorang guru yang baik dan berprestasi. Janganlah puas sampai disitu, karena sebagai guru yang baik dan berprestasi juga dituntut untuk mengembangkan dan mencari pengalaman. Itulah sebenar-benar isi dari seorang guru.
Guru bertanya tentang wadahnya:
Lalu sebagai seorang guru, maka apakah wadahku itu?
Orang tua berambut putih:
Sebagai seorang guru maka wadahmu adalah status, kedudukan, tugas dan tangungjawabmu sebagai guru. Tetapi harap ingatlah bahwa engkau akan selalu diminta pertanggungjawaban akan wadahmu itu. Maka ada atau tidaknya wadahmu itu tergantung bagaimana mengisi wadah itu. Wadahmu bisa sempit bisa juga luas, bisa kecil bisa juga besar, bisa penting bisa juga tidak penting, bisa ada bisa juga tidak ada. Maka sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa wadah tidaklah mempunyai batas dengan isi. Wadahmu akan selalu hadir ketika engkau wujudkan isimu. Maka sebenar-benar wadah tidak lain tidak bukan adalah isi. Maka tersesatlah wahai para guru yang hanya mengejar wadah tetapi tidak mau mengisinya. Tetapi benar-benar merugilah jika seorang guru hanya mengejar isi tetapi tidak mau mengenal wadahnya.
Mahasiwa bertanya tentang isinya:
Wahai orang tua berambut putih, kalau begitu tunjukkanlah kepadaku, sebagai seorang mahasiswa, apakah isiku itu?
Orang tua berambut putih:
Sebagai seorang mahasiswa, maka isimu adalah rasa syukurmu bahwa engkau telah menjadi mahasiswa, kemudian rasa syukurmu akan menghasilkan rasa senang dan motivasi untuk menjadi mahasiswa yang baik dan berprestasi. Untuk mewujudkan cita-citamu itu menjadi mahasiswa yang baik maka engkau perlu menyesuaikan sikap dan perbuatanmu. Sesuaikanlah sikap dan perbuatanmu itu sebagaimana engkau menginginkan sebagai seorang mahasiswa yang baik dan berprestasi. Tidak hanya itu, engkaupun harus iklhas, tawadu’ dan istiqomah untuk selalu mencari dan menambah-tambah ilmumu agar engkau memperoleh keterampilan sebagaimana engkau dituntut sebagai seorang mahasiswa yang baik dan berprestasi. Janganlah puas sampai disitu, karena sebagai seorang mahasiswa yang baik dan berprestasi juga dituntut untuk mengembangkan dan mencari pengalaman. Itulah sebenar-benar isi dari seorang mahasiswa.
Mahasiswa bertanya tentang wadahnya:
Lalu sebagai seorang mahasiswa, maka apakah wadahku itu?
Orang tua berambut putih:
Sebagai seorang mahasiswa maka wadahmu adalah status, kedudukan, tugas dan tangungjawabmu sebagai mahasiswa. Tetapi harap ingatlah bahwa engkau akan selalu diminta pertanggungjawaban akan wadahmu itu. Maka ada atau tidaknya wadahmu itu tergantung bagaimana mengisi wadah itu. Wadahmu bisa sempit bisa juga luas, bisa kecil bisa juga besar, bisa penting bisa juga tidak penting, bisa ada bisa juga tidak ada. Maka sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa wadah tidaklah mempunyai batas dengan isi. Wadahmu akan selalu hadir ketika engkau wujudkan isimu. Maka sebenar-benar wadah tidak lain tidak bukan adalah isi. Maka tersesatlah wahai para mahasiswa yang hanya mengejar wadah tetapi tidak mau mengisinya. Tetapi benar-benar merugilah jika seorang mahasiswa hanya mengejar isi tetapi tidak mau mengenal wadahnya.
Dosen bertanya tentang isinya:
Wahai orang tua berambut putih, kalau begitu tunjukkanlah kepadaku, sebagai seorang dosen, apakah isiku itu?
Orang tua berambut putih:
Sebagai seorang dosen, maka isimu adalah rasa syukurmu bahwa engkau telah menjadi dosen, kemudian rasa syukurmu akan menghasilkan rasa senang dan motivasi untuk menjadi dosen yang baik dan berprestasi. Untuk mewujudkan cita-citamu itu menjadi dosen yang baik maka engkau perlu menyesuaikan sikap dan perbuatanmu. Sesuaikanlah sikap dan perbuatanmu itu sebagaimana engkau menginginkan sebagai seorang dosen yang baik dan berprestasi. Tidak hanya itu, engkaupun harus iklhas, tawadu’ dan istiqomah untuk selalu mencari dan menambah-tambah ilmumu agar engkau memperoleh keterampilan sebagaimana engkau dituntut sebagai seorang dosen yang baik dan berprestasi. Janganlah puas sampai disitu, karena sebagai seorang dosen yang baik dan berprestasi juga dituntut untuk mengembangkan dan mencari pengalaman. Itulah sebenar-benar isi dari seorang dosen.
Dosen bertanya tentang wadahnya:
Lalu sebagai seorang dosen, maka apakah wadahku itu?
Orang tua berambut putih:
Sebagai seorang dosen maka wadahmu adalah status, kedudukan, tugas dan tangungjawabmu sebagai dosen. Tetapi harap ingatlah bahwa engkau akan selalu diminta pertanggungjawaban akan wadahmu itu. Maka ada atau tidaknya wadahmu itu tergantung bagaimana mengisi wadah itu. Wadahmu bisa sempit bisa juga luas, bisa kecil bisa juga besar, bisa penting bisa juga tidak penting, bisa ada bisa juga tidak ada. Maka sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa wadah tidaklah mempunyai batas dengan isi. Wadahmu akan selalu hadir ketika engkau wujudkan isimu. Maka sebenar-benar wadah tidak lain tidak bukan adalah isi. Maka tersesatlah wahai para dosen yang hanya mengejar wadah tetapi tidak mau mengisinya. Tetapi benar-benar merugilah jika seorang dosen hanya mengejar isi tetapi tidak mau mengenal wadahnya.
Siswa, mahasiswa, guru dan dosen secara bersama-sama bertanya:
Lalu, bagaimanakah agar aku bisa selalu mewujudkan wadahku dan bisa mengisinya?
Orang tua berambut putih:
Serendah-rendah kualitas wadah adalah jika isinya hanya untuk dirimu sendiri. Maka tingkatkanlah wadahmu itu. Tetapi serendah-rendah lagi kualitas hidupmu adalah jika engkau tidak mampu mengisi wadahmu. Karena sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa wadahmu tidak lain tidak bukan adalah amanah bagimu. Sedangkan isi adalah usaha dan ikhtiarmu. Tetapi jika engkau mampu mewujudkan bahwa isimu juga bermanfaat bagi orang lain, maka itulah sebenar-benar wadahmu yang meningkat kualitasnya. Barang siapa mampu meningkatkan kualitas wadahnya maka meningkat pula kualitas isinya, dan dengan demikian meningkat pula kualitas dan dimensi hidupnya. Namun tantangan terbesarmu adalah sejauh mana dirimu bekerjasama dengan orang lain, sejauh mana engkau masuk dan memuat jejaring, sejauh mana engkau mampu berkomunikasi, sejauh mana engkau duduk dan berperan pada jejaring yang lebih luas sehingga engkau dapat berperan dan berkontribusi untuk orang-orang banyak pada tataran aatau level yang lebih luas pula. Itulah setinggi-tinggi kualitas wadah dan isimu di dunia ini.
Siswa, mahasiswa, guru dan dosen secara bersama-sama bertanya:
Terimakasih orang tua berambut putih. Kemudian kalau boleh kami masih ingin bertanya. Maka, sebagai orang tua berambut putih apakah wadah dan isimu itu?
Orang tua berambut putih:
Bagi orang-orang yang baru mengenalku, maka jawabanku adalah bahwa sebenar-benar diriku adalah tidak punya wadah dan tidak punya isi. Tetapi karena engkau telah lama mengenal diriku, maka jawabanku adalah bahwa sebenar-benar diriku adalah pengetahuanmu. Diriku adalah ilmumu. Diriku adalah pertanyaanmu. Tempat tinggalku adalah pada batas pengetahuanmu. Maka keberadaanku tergantung dirimu. Maka sebenar-benar tempat tinggalku adalah pada batas antara wadah dan isimu. Tugas dan fungsiku adalah menjadi saksi atas keberadaanmu. Jadi wadahku tidak lain tidak bukan adalah dirimu sendiri. Dan isiku tidak lain-tidak bukan adalah dirimu juga. Maka sebenar-benar diriku adalah semua wadah dan isi mu para siswa. Sebenar-benar diriku adalah wadah dan isi mu pada mahasiswa. Sebenar-benar diriku adalah wadah dan isi mu pada guru. Sebenar-benar diriku adalah wadah dan isi mu pada dosen. Dan sebenar-benar diriku adalah wadah dan isi bagi semua. Itulah ilmu, sekaligus wadah dan isinya bagi semuanya.
Ini ada mahasiswa yang ingin menyampaikan pendapatnya, siapa nama dan apa prodinya? Silahkan
Mahasiswa:
Kenalkan Pak saya HERU SUKOCO, no 11709251019, mahasiswa PPs UNY P. Mat 2011 Kelas B
Menurut saya Pak, sebagai seorang muslim sebenarnya manusia itu pada kodratnya sudah membawa amanah yang diberikan Allah SWT sejak lahir, yaitu menjadi pemimpin (wadah) di dunia ini. Serendah-rendahnya wadah tersebut adalah diri kita sendiri, artinya kita harus mampu memimpin diri sendiri. Dengan cara bagaimana, yaitu dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Jika kita mempunyai jabatan atau status atau pekerjaan itulah wadah kita di dunia ini. Isinya adalah bagaimana kita menjalankan jabatan atau status atau pekerjaan tersebut dengan sebaik-baiknya. Kualitas isi ditentukan seberapa besar usaha kita untuk terus dan terus meningkatkan dimensi kita, apalagi jika isi tersebut bermanfaat bagi banyak orang. Jika saya mahasiswa S2 (wadah), maka belajar filsafat adalah salah satu cara untuk mengisi wadah tersebut. Dengan belajar kita akan menemukan ‘orang tua berambut putih’, yaitu pengetahuan untuk meningkatkan dimensi kita. Semoga kita semua sadar akan wadah dan isi dari diri kita masing-masing sehingga kehidupan di negara kita ini dapat kembali ke jalan yang seharusnya. Amin. Serendah-rendahnya kualitas wadah dan isi kita di dunia adalah jika kita mempunyai wadah dan isi yang setinggi-tingginya namun menggunakannya untuk perbuatan-perbuatan tidak baik dan merugikan banyak orang. Ingat, wadah dan isi kita di dunia ini kelak akan dimintai pertanggungjawaban di akherat oleh Allah SWT.
Orang Tua Berambut Putih:
Alahamdulillah. Amin
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 Pendiidkan Matematika A 2018
Pada nyatanya wadah dan isi tidak bisa dipisahkan. Setiap yang menjadi isi, pasti merupakan wadah dari yang lain. Dan setiap wadah mempunyai isi. Bahkan menurut saya, sesuatu akan disebut wadah apabila sesuatu itu memiliki isi. Dan sesuatu akan disebut isi apabila sesuatu itu memiliki wadah yang dapat menampungnya. Jika kita memilih wadah tertentu, maka isinya adalah konsekuensi dari wadah yang kita pilih. Misalnya kita memilih menjadi mahasiswa sebagai wadahnya, maka hadir di perkuliahan, mengerjakan tugas kuliah, menulis artikel, dan lain-lain merupakan konsekuensi (isi) dari wadah itu.
Terima kasih
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Sebenar-benarnya wadah adalah isi. Manusia hidup didunia ini tidak lain dan tidak bukan adalah mencari wadah dan isi. Wadah dan isi itu saling ketergantungan. Tidak ada isi tanpa wadah, begitu pula tidak ada wadah tanpa isi. Manusia diberikan akal pikiran dan hati adalah wadah yang telah diberikan oleh Alloh SWT lalu bagaimana untuk mengisinya adalah dengan mencari ilmu, beribadah dan bersyukur atas segala nikmat-Nya. Dalam elegi ini dikatakan bahwa setinggi-tingginya kualitas wadah dan isi itu apabila wadah dan isi diri kita bermanfaat bagi orang lain. Maka sesuai dengan hadist Rasululloh “Sebaik-baik manusia adalah bermanfaat bagi orang lain”.
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Bapak marsigit pernah mengatakan di perkuliahan bahwa sebenar-benarnya wadah adalah isi dan sebaliknya. Tidak ada wadah jika tidak ada isi dan tidak akan ada isi jika tidak ada wadah. Keduanya saling berkaitan. Sama dengan hati dan pikiran. Kita diciptakan dengan wadah atau fisik yang sempurna tinggal bagaimana kita mengisi wadah tersebut dengan sesuatu yang bermanfaat dengan selalu mengingat Allah.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Wadah dan isi adalah satu hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Dimana wadah adalah kedudukan (mahasiswa,siswa,dan dosen dll.) kita didunia sedangkan isi adalah bagaimana kita menjalankan kedudukan didunia untuk hal yang bermanfaat atau hanya untuk menyinyiakan kedudukan yang telah diperoleh. Berdasarkan elegi di atas dapat diketahui bahwa sebagai seorang mahasiswa, maka isi adalah rasa syukurmu telah menjadi mahasiswa, rasa syukur inilah yang akan menghasilkan rasa senang dan motivasi untuk menjadi mahasiswa yang baik dan berprestasi, untuk mewujudkan cita-cita dan wadahnya adalah status, kedudukan, tugas dan tangungjawabmu sebagai mahasiswa. Setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas wadahnya tersebut. Maka ada atau tidaknya wadah itu tergantung bagaimana mengisi wadah itu. Jadi jika kita mampu menafsirkan "wadah dan isinya" dalam kehidupan ini, itu akan menciptakan harmoni di dalamnya.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Dari elegi di atas dikatakan bahwa serendah-rendah kualitas wadah adalah jika isinya hanya untuk dirimu sendiri. Tetapi serendah-rendah lagi kualitas hidupmu adalah jika engkau tidak mampu mengisi wadahmu. Karena sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa wadahmu tidak lain tidak bukan adalah amanah bagimu. Maka kita perlu untuk terus berupaya dalam meningkatkan wadah kita masing-masing karena itu merupakan amanah bagi diri kita yang harus kita pertanggungjawabkan di dalam hidup.
Sedangkan isi menurut elegi di atas adalah usaha dan ikhtiarmu. Tetapi jika engkau mampu mewujudkan bahwa isimu juga bermanfaat bagi orang lain, maka itulah sebenar-benar wadahmu yang meningkat kualitasnya. Barang siapa mampu meningkatkan kualitas wadahnya maka meningkat pula kualitas isinya, dan dengan demikian meningkat pula kualitas dan dimensi hidupnya.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
besarnya wadah manusia ditentukan oleh isinya, yaitu ilmu yang mereka terima. kualitas wadah bergantung pada kebermanfaatn isi yaitu ilmu yang diterima diaplikasikan terhadap kemaslahatan manusia itu dan kemaslahata manusia lainnya.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Tidak ada wadah tanpa isi dan sebaliknya. Wadah dan isi adalah satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Wadah adalah amanah dan isi adalah usaha dan ikhtiar. Kualitas wadah ditentukan oleh isi yang mana isi itu bermanfaat bagi orang lain. Jika kualitas wadah meningkat maka kualitas isi juga pasti akan meningkat pula sehingga kualitas dan dimensi hidupnya juga meningkat. Wadah dan isi adalah dua faktor yang berjalan bersama-sama.
Ibrohim Aji Kusuma
ReplyDelete18709251018
S2 PMA 2018
Wadah dan isi. Wadah adalah pekerjaan, amanah, tugas dan lain-lain. Isi adalah job desk dari pekerjaan, amanah, tugas dan lain-lain itu. Wadah tidak akan menjadi wadah tanpa isi. Isi akan diakui jika ada wadahnya. Maka hidup adalah interaksi antara wadah dan isi. Sebaik2 kita adalah mengerti wadah dan isi sesuai ruang dan waktunya.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Wadah adalah amanahmu sekarang dan isi adalah ikhtiyarmu dan rasa syukurmu untuk memenuhi wadahmu. Maka benar bahwa yang dikatakan, serendah-rendah kualitas wadah jika isinya hanya untuk dirimu sendiri. Apalagi yang paling rendah yaitu jika engkau tidak mampu mengisi wadahmu. Bermanfaat bagi orang banyak, berbagi , dan ikhlas dalam menjalani hidup dan tentunya dibarengi dengan ikhtiyar yang kuat maka akan meningkatkan kualitas wadahmu.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Elegi di atas menjelaskan mengenai wadah dan isi yang ada pada diri kita akan berbeda dengan wadah dan isi orang lain, namun terkadang wadah yang berbeda akan memiliki isi yang sama. Seorang pegawai dengan seorang petani memiliki wadah yang berbeda dalam bekerja. Namun mereka memiliki isi yang sama yaitu untuk mencari nafkah dan mencukupi kehidupan keluarga. Tuhan telah menciptakan dunia sebagai wadah dan manusia, hewan, tumbuhan sebagai isi yang dimana manusia ditugaskan sebagai khilafah di muka bumi. Hingga pada waktu yang tidak diketahui isi tersebut akan dimintakan pertanggung jawaban pada wadah yang berbeda yang kita sebut akhirat.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Wadah disini ibarat amanah berupa Jabatan, status, kedudukan, dan kekuasaan seseorang sementara isi adalah ikhtiar baik fisik, hati, maupun pikir seseorang dalam menggunakan wadahnya. Ikhtiar itu bisa berupa belajar, mencari pengalaman, memanfaatkan potensi diri, meningkatkan kualitas diri, memperdalam ilmu, memperluas networking, dst. Wadah yang berkualitas tinggi adalah wadah yang isinya tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk kemaslahatan banyak orang. Begitulah ilmu, sebaik-baik ilmu adalah ilmu yang bermanfaat, ilmu yang diajarkan dan disebarluaskan. Tiadalah berguna status S2 Pendidikan (wadah) itu jika ilmunya (isinya) tidak diterapkan, tidak digunakan untuk meminimalisir bahkan mengatasi berbagai problematika didunia pendikan.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Baik wadah maupun isi keduanya adalah hal yang esensial dan komplementer. Isi tanpa wadah tidak akan berguna. Misal seorang mahasiswa baru S1 berusaha untuk menyusun disertasi sementara pengalamannya menyusun skripsi dan tesis belum ada. Sedangkan wadah tanpa isi itu kosong misal mahasiswa S2 yang hanya sekedar mengejar gelar saja tanpa kesadaran untuk berusaha mengintensifkan ilmu dan mengesktensifkan pengalamannya tentu gelarnya ini adalah gelar yang kosong, tidak mampu menerapkan ilmu perkuliahan didunia kerja. Contoh lain ialah mahasiswa yang sekedar memenuhi tuntutan perkuliahan tanpa berusaha memahami dan mendalami ilmu perkuliahan yang didapatnya. Maka seburuk-buruk wadah adalah wadah yang hanya menjadi slogan semata
Yuntaman Nahari
ReplyDelete18709251021
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Wadah identik dengan takdir yang merupakan ketetapan dari Tuhan. Sedangkan Isi identik dengan ikhtiar yang merupakan bentuk usaha manusia. Wadah dan isi bagi seorang guru adalah kedudukan/status dan rasa syukur. Status sebagai seorang guru adalah sebuah wadah yang seharusnya diisi dengan rasa syukur melalui usaha untuk senantiasa menjadi guru baik dan berprestasi. Selain itu, bentuk rasa syukur seorang guru adalah tawadu dan istiqomah untuk selalu mencari dan menambah ilmu agar memperoleh keterampilan. Janganlah merasa puas dan sombong terhadap segala sesuatu yang telah Allah titipkan kepada kita saat ini. Guru yang baik dan berprestasi dituntut untuk senantiasa mencari dan mengembangkan pengalamannya.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Wadah dan isi merupakan komponen suatu kehidupan dimana keduanya memiliki keterkaitan erat. Dalam elegy ini saya memahami bahwa wadah itu merupakan status seseorang dan isi itu adalah kompetensinya. Keduannya harus berjalan dengan seimbang untuk dapat dimanfaatkan secara maksimal. Kurang baik jika wadahnya sudah mewah namun isinya tidak baik, seperti para koruptor. Memiliki wadah yang luar biasa namun nuraninya hancur. Seperti pula seseorang yang baik dan berkualitas, katakanlah seorang mantan atlet yang tuannya hanya menjadi pemulung atau hansip. Seharusnya ada keseimbangan antara wadah dan isi.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018 (PM B 2018)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Wadah dan isi layaknya bahasa analog dalam filsafat. Jika wadahnya adalah suami, maka isinya adalah istri. Jika wadahnya adalah kakak, maka isinya adalah adik. Jika wadahnya adalah wadah maka isinya adalah isi. Jika wadahnya adalah ruang maka isinya adalah waktu. Jika wadahnya adalah waktu maka isinya adalah ruang.
Isi, isinya adalah wadah karena infinitrigres atau artinya terus menerus. Jika wadahnya adalah langit maka isinya adalah bumi. Jika wadahnya adalah dompet maka isinya adalah uang.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Wadah dan isi baik secara sebenarnya ataupun tidak sama-sama dua hal yang takbisa dipisahkan satu sama lain. Jika wadah tanpa isi maka akan sia-sia lah ia telah menjadi wadah, begitu pula sebaliknya isi tanpa wadah juga akan terbuang sia-sia tanpa ada yang melindunginya. Jika dalam diri wadah adalah wujud dari status, kedudukan tugas dan tanggung jawab seorang individu sedangkan isi adalah wujud dari syukur, motivasi, sikap, perbuatan, ikhlas, tawadhu, dan istiqomah. Lalu apakah dapat saya katakan bahwa isi adalah merupakan wujud dari usaha untuk membentuk sebuah wadah? Jika memang iya, berarti baik tidaknya kualitas sebuah wadah bergantung dari isi dalam wadah tersebut. Misalnya seorang mahasiswa, isinya adalah rasa syukur telah menjadi mahasiswa dengan cara mengerjakan segala tugas yang telah diberikan dan belajar dengan giat. Sedangkan sebagai wadahnya salah satu bentuk tanggung jawab adalah mengumpulkan tugas dan mengikuti ujian. Dikumpul atau tidaknya sebuah tugas atau bagaimanakan hasil dari sebuah ujian akan bergantung dari cara kita mengelola isi kita, bergantung dari cara kita mensyukuri nikmat sebagai mahasiswa, apakah dengan cara belajar dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan atau hanya dengan duduk-duduk santai tanpa beban.
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Ketika membahas tentang wadah, maka tentu akan membahas isi juga. Wadah dan isi adalah suatu paket lengkap yang saling melengkapi. Jika melihat apa yang ada dalam tulisan ini, Dapat saya pahami bahwa manusia adalah wadah, tetapi tentu saja jenis wajahnya adalah berbeda dengan isi masing-masing. Isi masing-masing juga dapat menyumbangkannya pada wadah lain. Tiadalah tuntutan bagi manusia untuk memiliki wadah yag serupa, tetapi ketika sudah menjadi wadah, maka akan sangat penting bagi manusia untuk memiliki isi dalam wadahnya.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Menurut pendapat saya, wadah da nisi merupakan dua hal yang saling terkait. Tiadalah wadah tanpa isi, dan tiadalah isi tanpa wadah. Wadah merupakan jabatan atau kedudukan seseorang, sementara isi merupakan usaha manusia dalam menjalankan fungsi-fungsi jabatan atau kedudukan yang dimaksud. Wadah adalah status yang disandang oleh seseorang, sementara isi adalah bagaiman kualitasnya dalam menyandang status tersebut. Menurut saya keduanya sama-sama penting. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap orang pasti memiliki wadah-wadah tertentu dan bertanggung jawab terkait bagaimana mengisi wadah-wadah tersebut. Terima kasih.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya setuju bahwa serendah-rendahnya kualitas seseorang adalah apabila ia memiliki wadah yang tinggi, namun diisi dengan keburukan-keburukan hingga merugikan orang lain. Sementara sebaik-baik manusia adalah manusia yang mengisi wadahnya untuk kebermanfaatan sesame. Karena sungguh, sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Terima kasih.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat malam Prof.
Manusia diberikan anugerah dan rahmat berlimpah oleh Tuhan. Terkadang apa yang kita miliki berbeda satu sama lainnya. Artinya kita diberikan anugerah yang istimewa. Menggapai wadah dan isi adalah tanggung jawab yang harus dilakukan dan merupakan anugerah itu sendiri. Wadah menjadi tempat dimana kita memulai dan menjadi lingkup dari apa yang menjadi tanggung jawab kita. Lingkup artinya kita memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengembangkan apa yang ada pada wadah itu sendiri. Inilah yang dinamakan isi. Isi adalah cara kita mewujudkan keberlangsungan wadah tersebut. Isi dijalani sesuai dengan ruang lingkup pada wadah yang kita miliki sehingga kita semakin terarah dan melakukan tugas serta tanggung jawab sesuai ruang dan waktunya. Terima kasih.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Sebenar-benar wadah adalah amanah dan sebenar-benar isi adalah usaha dan ikhtiar. Setinggi-tinggi kualitas wadah dan isimu di dunia ini adalah sejauh mana dirimu bekerjasama dengan orang lain, sejauh mana engkau masuk dan memuat jejaring, sejauh mana engkau mampu berkomunikasi, sejauh mana engkau duduk dan berperan pada jejaring yang lebih luas sehingga engkau dapat berperan dan berkontribusi untuk orang-orang banyak pada tataran atau level yang lebih luas pula. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
ReplyDeleteAmalia Nur Rachman
18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Wadah dan isi merupakan dua hal yang saling berkaitan erat dan saling berkesinambungan. Tidak akan ada wadah jika tidak ada isi , begitu pula sebaliknya. Ketika status, jabatan kita sebut sebagai wadah maka kualitas , kemampuan, bakat disebut sebagai isi. Masing masing harus dipergunakan secara bersamaan. status dan jabatan tinggi menjadi tidak berarti ketika sebenarnya tidak berkualitas dan hanya menggunakan kemampuan manipulatif. Jangan sampai kita menjadi manusia yang tidak produktif hanya karena kita tidak dapat menjalankan dan mengenali bahwa wadah dan isi harus berjalan secara berdampingan dan seimbang satu sama lain.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSurya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Wadah dan isi adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Dimana wadah adalah status/kedudukan, seperti mahasiswa, siswa, dosen, dll. Sedangkan isi adalah bagaimana kita menjalankan kedudukan didunia, jadi terdapat dua pilihan yaitu menjalankan hidup ini dengan sesatu yang baik atau dengan menyia-nyiakan dengan hal yang buruk. Karena setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas wadahnya tersebut. kualitas wadah itu tergantung bagaimana mengisi wadah itu. Serendah-rendah kualitas wadah adalah jika isinya hanya untuk diri kita sendiri.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Kualitas suatu wadah dilihat dari isinya. Selain itu meningkatkan kualitas wadah atau meningkatkan kualitas pikiran dnegan cara membiasakan diri berpikir kritis. Pikiran juga dapat menjadi wadah, mengisinya dengan berbagai ilmu pengetahuan. Dikatakan bahwa serendah-rendahnya kualitas wadah jika isisnya hanya unutuk diri sendiri. Jadi ilmu yang telah kita peroleh melalui proses berpikir tentunya harus bermanfaat bagi banyak pihak.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
Struktur dari yang ada adalah wadah dan isi, bentuk dan substance, subjek dan objek. Semua yang ada subjek dan semua yang ada objek. Sebagai contoh air. Air bisa dipandang sebagai wadah dan bisa dipandang sebagai isi. Air bisa sebagai wadahnya oksigen dan air bisa sebagai isinya gelas. Kita yang sedang belajar juga bisa sebagai wadah dan isi. Siswa sebagai isinya kelas dan siswa sebagai wadahnya semua milik siswa. Isi tidak akan pernah sama dengan wadah, subjek tidak pernah sama dengan objek. Itulah yang dinamakan dunia. Karena subjek tidak sama dengan objek, wadah tidak sama dengan isi dinamakan kontradiksi. Ketika kita hidup dunia bersifat kontradiksi. Sebenar aku bukanlah Diana. Kalau aku sama dengan Diana maka itu disebut identitas. Identitas hanya ada di dalam pikiran. Sebenar-benar yang bisa sama dengan namanya adalah Tuhan. Manusia tidak akan pernah sama dengan namanya. Matematika yang sudah ditulis itu semuanya salah, yang benar hanya yang ada di dalam pikiran.
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Terima kasih Bapak atas Elegi Menggapai Wadah dan Isi yang sudah Bapak share kepada kami. Berdasarkan yang saya baca, wadah adalah isi, dan isi adalah wadah. Guru bisa menjadi wadah ketika isinya adalah siswa dan juga guru bisa sebagai isi ketika wadahnya adalah Dosen. Mahasiswa bisa menjadi wadah ketika isinya siswa dan juga mahasiswa bisa menjadi isi ketika wadahnya Dosen. Wadah bisa berupa Dewa dan Isi bisa berupa Daksa. Wadah bersifat tetap, sedangkan isi bersifat berubah. Wadah itu terpilih, sedangkan isi adalah memilih. Dalam matematika wadah berarti konsep, sedangkan isi adalah persepsi, school math. Wadah adalah suatu a priori, sedangkan isi adalah suatu a posteriori.
Tiara Wahyu Anggraini
ReplyDelete19709251065
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Seperti yang sering diucapkan oleh pak Prof. Marsigit bahwa sebenar-benarnya wadah ialah isi, dan isi adalah wadah. Wadah dan isi adalah satu hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Wadah yaitu status, kedudukan, tugas dan tangungjawabnya, sedangkan isi ialah rasa syukurnya kepada Allah karena telah berhasil mencapai gelar atau mendapatkan pekerjaan itu dan harus menerima konsekuensinya. Dengan kita memilih wadah tertentu, maka isinya ialah konsekuensi dari wadah yang kita pilih. Contoh orang yang bekerja di kantor, wadahnya yaitu jabatannya sedangkan isinya ialah tugas-tugas kantor yang telah ditugaskan ia untuk diselesaikan. Apabila isinya kosong, berarti ia hanya mengandalkan jabatannya di kantor, sementara tugas-tugas tersebut ia tidak selesaikan, karena ia tidak tahu harus menyelesaikannya bagaimana. Sedangkan apabila wadah yang kosong, berarti ia tidak pantas menduduki jabatannya tersebut, karena ilmunya belum cukup untuk menduduki jabatan tersebut.
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Setiap isi mempunyai wadah, dan setiap wadah mempunyai isi. Wadah yang sama dapat memiliki isi yang berbeda bergantung kepada usaha dan kemampuan siempunya untuk mengusahakan sebuah isi. Hal seperti ini mengingatkan saya kepada sebuah kalimat “Don’t judge by its cover” bahwa isi yang baik dapat mendiami wadah yang tidak baik, dan wadah yang terlihat baik dapat pula mempunyai isi yang kurang baik. Semuanya berkelindan seperti yang sudah dikisahkan pada masa lampaunya, semoga isi selalu mengusahakan hal terbaiknya untuk mengisi sebuah wadah, dan wadah selalu memberikan pelayanan terbaiknya untuk mewadahi isi. Aamiin.
Zuari Anzar
ReplyDelete19701251006
S2 PEP A 2019
Wadah dan isi adalah sebuah pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling terkait, wadah membutuhkan isi dan isi membutuhkan wadah. Dimana wadah adalah status, kedudukan, tugas dan tanggung jawab. Besarnya wadah manusia ditentukan oleh isinya, yaitu ilmu yang mereka terima. Kualitas wadah bergantung pada kebermanfaatan isi bagi orang lain. Karena serendah-rendahnya wadah jika hanya untuk diri kita sendiri. Tetapi serendah-rendahnya kualitas hidup kita adalah jika kita tidak mampu mengisi wadah itu.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteRochyati
ReplyDelete19709251074
S2 P. Mat D 2019
Sebenar-benarnya wadah adalah subjek, dan isi adalah predikat. Maka tidak akan pernah di dunia ini dalam pikiran kita predikat sama dengan subjek.Kebenaran wadah adalah isinya, sedangkan kebenaran isi adalah wadahnya.Sunnatullah, takdirnya isi tidak sama dengan wadah. Walaupun wadah sekaligus sebagai isi dan isi sekaligus sebagai wadah.
Aulia Nur Arivina
ReplyDelete18709251051
S2 Pendidikan Matematika C 2018
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dunia jika diibaratkan terdiri dari wadah dan isi. Isinya akan menyesuaikan dengan bentuk wadah. Wadah selalu ada isinya, tidak ada wadah tanpa isi, tidak ada isi tanpa wadah, ternyata wadah itu isi, isi itu wadah. Keduanya saling berkaitan seperti halnya ilmu pengetahuan dan manusia. Manusia sebagai wadah dan ilmu pengetahuan sebagai isinya. Bagaimana cara manusia memanfaatkan isinya agar berguna bagi sesama karena sebenar-benarnya ilmu yang bermanfaat adalah imu yang dapat diamalkan untuk sesama.
Ardhya Handayani
ReplyDelete19701251015
S2 PEP 2019 A
Hal yang dapat saya pahami dalam elegi ini dalah wadah dan isi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Wadah merupakan amanah (kedudukan, status) sedangkan isi adalah usaha/ ikhtiar. Wadah yang dimiliki dapat berbeda beda bisa besar, kecil, luas dan sempit, hal ini tergantung bagaimana orang tersebut mengisinya. Namun hal lain yang penting adalah bagaimana kebermanfaatan wadah dan isi yang dimiliki. artinya percuma memiliki wadah yang besar dan terisi namun digunakan untuk hal yang tidak baik. Dan serendah rendahnya manusia adalah yang tidak mau / tidak mampu mengisi wadahnya (artinya tidak ada usah dalam dirinya).
Dhamar Widya Safitri
ReplyDelete19701251009
S2 PEP A 2019
Assalamualaikum.
Manusia adalah wadah dan isi. Isi adalah rasa syukur dan wadah adalah status dan tanggung jawab. Sebagai manusia, hendaknya manusia memiliki wadah dan isi yang bermanfaat untuk orang lain. Kelak, apa yang menjadi wadah dan isi manusia itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Terimakasih
Rifki Rinaldo
ReplyDelete19709251070
S2 PMD 2019
Wadah dan isi adalah sebuah pasangan yang tak dapat dipisahkan. Keduanya saling terkait, wadah membutuhkan isi dan isi juga membutuhkan wadah. Lalu pertanyaan kita, kita ini merupakan wadah atau isi? Jawabannya adalah tergantung ruang dan waktu karena disisi lain kita sebagai wadah tetapi di sisi lain kita juga sebagai isi. Jadi berusahalah supaya kita dapat menggapai wadah dan isi sesuai dengan ruang dan waktu kita masing-masing.