The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Sep 20, 2010
Elegi Seorang Hamba Menggapai Keputusan
Oleh: Marsigit
Hamba menggapai keputusan mengingat teman lama:
Melihat photo itu, aku teringat teman lamaku. Aku tidak tahu sekarang dia berada di mana. Tetapi aku masih mempunyai banyak ingatan tentang dia.
Hanya saja ingatanku tentang dia juga telah banyak berkurang. Tetapi yang pasti adalah bahwa aku betul betul lupa bagaimana aku bisa mengenalnya dulu. Aku juga lupa bagaimana aku bisa mengenal lebih jauh temanku itu. Aku juga lupa bagaimana prosesnya sehingga temanku itu menjadi sangat penting bagi diriku. Tetapi dengan melihat photo itu, sedikit demi sedikit aku mulai mengingatnya. Kenangan manisku bersamanya mulai teringat kembali. Kadang-kadang terdapat ingatan yang muncul secara pelan tetapi pasti. Sehingga pada suatu saat sepertilah aku melihat bayangannya persis seperti dia sekarang berada di depanku.
Hamba menggapai keputusan berjumpa teman lama:
Wahai teman lamaku, salam. Panjang umurlah engkau. Baru saja aku memikirkanmu, ternyata engkau muncul di depanku. Alhamdullilah, bagaimana khabarnya. Baik-baik saja bukan?
Teman lama:
Salam juga sahabatku. Aku sangat gembira bisa bertemu lagi dengan engkau. Aku tidak mengerti juga kenapa pada saat ini aku berada di sini dan ternyata bertemu dengan engkau. Sungguh mengharukan dan aku merasakannya sebagai karunia dan rizki yang diberikan oleh Nya kepada kita berdua.
Hamba menggapai keputusan:
Sebetul-betulnya yang terjadi adalah bahwa aku sedang memikirkan dan mengingat-ingat tentang persaudaraan kita. Kebetulan sekali, barangkali kedatanganmu dapat membantu aku untuk itu. Maka sebelum kita berbicara banyak dan bercerita panjang lebar, aku ingin tanya kepadamu, bagaimana ya kita dulu bisa saling kenal. Apakah engkau ingat?
Teman lama:
Wah, kebetulan juga sepertinya keadaanku seperti engkau. Aku juga tidak begitu ingat bagaimana kita bisa saling kenal. Tetapi paling tidak aku dapat mengatakan satu hal kepadamu, yaitu bahwa kepergianku selama ini sebenarnya telah mendapat sedikit pengetahuan untuk sekedar mengungkap masalah kenal-mengenal.
Hamba menggapai keputusan:
Baiklah coba katakan dan ceritakan apalah pengetahuanmu itu kepadaku.
Teman lama:
Baiklah. Jika kita berdua sama-sama lupa tentang peristiwa yang menimpa kita bersama pada waktu yang lampau, maka untuk mengingatnya kembali atau lebih dari itu untuk mengerti kembali kita bisa menggunakan pengandaian. Menurut teori yang aku dapat, kenalnya seseorang terhadap sesuatu paling tidak dapat melalui 2 (dua) cara yang berbeda. Cara yang pertama adalah karena engkau diberi tahu oleh seseorang tentang diriku. Sedangkan cara kedua adalah karena engkau melihat dan bertemu langsung denganku. Maka bolehkah aku sekarang bertanya, kira-kira dulu, engkau mengenal aku dengan cara diberitahu oleh seseorang atau karena engkau merasa bertemu langsung denganku.
Hamba menggapai keputusan:
Lha yang ini aku juga lupa. Tetapi misal, bahwa ketika aku dulu mengenal engkau dengan cara aku diberitahu oleh seseorang, lalu apa bedanya dengan jika aku melihat dan bertemu langsung denganmu.
Teman lama:
Jelas sangat berbeda. Jika engkau mengenal aku dengan cara engkau diberitahu terlebih dulu oleh seseorang tentang diskripsi diriku, sementara engkau belum pernah melihatku, itulah sebenar-benar yang disebut sebagai a priori. Pengetahuan a priori mu tentang aku bersifat abstrak dan maya. Itu hanyalah ada dalam pikiran dan memorimu. Itulah juga bersifat seperti halnya sifat sebuah wadah. Jadi pengetahuanmu tentang diriku hanyalah bersifat keterangan-keterangan. Maka tiadalah sebenar-benar nilai kebenaran kecuali hanya berdasar hubungan antara keterangan yang satu dengan keterangan yang lainnya. Itulah sebenar-benar yang disebut kebenaran koherensi. Pengetahuan a priori mu tidaklah hanya berlaku untuk pengetahuan tentang diriku saja, tetapi berlaku untuk semuanya. Engkau dapat memikirkan secara a priori apakah matematika itu, benda-benda, obyek-obyek, hukum, peraturan, dan apapun yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini. Maka tiadalah hukum kontradiksi di situ kecuali bahwa yang dimaksud kontradiksi adalah inkonsistensi. Maka sebenar-benar ilmu a priori mu tentang matematika adalah matematika yang terbebas dari inkonsistensi.
Hamba menggapai keputusan:
Lalu bagaimana dengan cara kedua? Yaitu jika aku mengenalmu dengan cara melihat sendiri dan bertemu langsung denganmu?
Teman lama:
Jika engkau pertama-tama melihat diriku dengan mata kepalamu sendiri, padahal engkau sebelumnya belum mempunyai informasi apapun tentang diriku, maka itulah sebenar-benar pengetahuan yang bersifat a posteriori. Dengan pengetahuan a posteriori mu tentang diriku berarti engkau menggunakan panca inderamu untuk mengenal diriku. Engkau melakukan pengamatan fisik tentang diriku, itulah sebenar-benar yang dikatakan sebagai kegiatan mempersepsi. Jadi pengetahuan a posteriori mu tentang diriku, engkau peroleh melalui persepsi mu tentang diriku. Maka tiadalah sebenar-benar nilai benar di situ jikalau pengamatanmu tidak cocok dengan keadaan diriku. Itulah yang sebenar-benar disebut sebagai kebenaran korespondensi, yaitu mencocokkan pengetahuanmu dengan kondisi faktualnya.
Hamba menggapai keputusan:
Kemudian, apapun caranya jika ternyata aku telah mengenal dirimu, apa pula bedanya di dalam pikiranku?
Teman lama:
Dilihat dari asal usulnya, sebenar-benar mereka terdapat perbedaan yang mendasar. Pengetahuan a postriori mu tentang diriku dibangun atas dasar kemampuan imajinasimu dan intuisimu dalam ruang dan waktu. Dengan pengematanmu engkau mengembangkan pula kemampuan sensibilitas untuk mendefinisikan diriku dalam ruang dan waktu. Pengetahunmu tentang diriku dikaitkan kedudukanku dalam ruang dan dalam waktu. Kaitanku dan kedudukanku dalam ruang dan waktu itulah yang menyebabkan engkau selalu dapat mengingat tentang diriku. Maka dalam pengetahuan a posteriorimu tentang diriku, keputusanmu adalah pengetahuanmu yang tertinggi, yaitu keputusan apakah pengetahuanmu sesuai dengan data pengamatanmu dan bersifat korespondensi atau tidak.
Hamba menggapai keputusan:
Kemudian, bagaimana pula tentang pengetahuan a priori ku terhadapmu?
Teman lama:
Pengetahuan a priori mu tentang diriku dibangun atas dasar konsistensi antara keterangan yang satu dengan keterangan yang lainnya. Itulah sebenar-benar yang disebut sebagai logika. Maka semua logika dan matematika murni berlakulah hukum koherensi, yaitu hukum bagi tidak bolehnya ada inkonsistensi atau kontradiksi dalam hubungannya. Maka dalam pengetahuan a priori mu tentang diriku, keputusanmu adalah pengetahuanmu yang tertinggi, yaitu keputusan apakah pengetahuanmu bersifat koheren atau tidak.
Hamba menggapai keputusan:
Kemudian bagaimanakan peran kedua pengetahuanku itu terhadap pengetahuanku tentang dirimu?
Teman lama:
Sebenar-benar yang terjadi adalah jika engkau hanya mempunyai pengetahun a priori tentang diriku, maka pengetahuanmu tentang diriku barulah mencapai lima puluh persen. Demikian juga, sebenar-benar yang terjadi adalah jika engkau hanya mempunyai pengetahun a posteriori tentang diriku, maka pengetahuanmu tentang diriku barulah mencapai lima puluh persen. Maka agar engkau mempunyai pengetahuan tentang diriku sebanyak seratus persen, maka itulah sebenar-benar yang terjadi bahwa pengetahuan a priori yang datangnya dari atas (superserve), bertemu dengan pengetahuan a posteriori yang datangnya dari bawah (subserve).
Hamba menggapai keputusan:
Heubatlah engkau. Namun bukankah aku ingin menggapai keputusan, kemudian dimanakah kepurtusanku itu?
Teman lama:
Janganlah terburu-buru memutuskan sesuatu. Karena terdapatlah makhluk hitam besar yang menakutkan yang akan selalu mengganggumu sehingga engkau sulit melakukan keputusan-keputusan.
Hamba menggapai keputusan:
Makhluk seperti apakah itu?
Teman lama:
Sebesar-besar musuhmu di dunia itulah yang disebut prejudice atau wat-prasangka. Makhluk besar hitam tidak lain tidak bukan adalah prasangka burukmu terhadap diriku. Jikalau engkau telah berprasangka buruk terhadap diriku, maka tertutuplah pengetahuan a priori dan pengetahuan a posteriori mu itu. Maka setiap kesimpulanmu tentang diriku tiadalah bersifat konsisten maupun koresponden dengan faktaku yang sebenarnya. Maka apapau hasilnya, keputusany itulah ynag kemudian di sebut sebagai salah.
Hamba menggapai keputusan:
Tidak aku tidak ingin salah memahamimu.
Teman lama:
Jikalau demikian maka hilangkanlah makhluk-makhluk hitam besar itu. Maka sebenar-benar pengetahuanmu yang paling tinggi tidak lain tidak bukan adalah keputusanmu tentang diriku ini.
Hamba menggapai keputusan:
Jadi?
Teman lama:
Sebenar-benar ilmu adalah keputusan. Maka jangan harap engkau merasa berilmu jikalau engkau tidak dapat mengambil suatu keputusan. Itulah bahkan matematika disebut pula sebagai ilmu tentang pengambilan keputusan.
Hamba menggapai keputusan:
Jadi siapakah diriku ini?
Teman lama:
Dirimu tidak lain tidak bukan adalah keputusan itu sendiri.
Hamba menggapai keputusan:
Lalu siapa dirimu?
Teman lama:
Bukankah sejak awal aku telah memutuskan untuk bertemu, berbicara dan menjawab pertanyaan-pertanyaanmu itu. Jadi aku tidak lain tidak bukan adalah keputusan juga.
Maka sebenar-benar kita adalah terbukti sebagai keputusan-keputusan. Dan setinggi-tinggi ilmu adalah mengambil keputusan. Maka janganlah mengaku-aku mempunyai ilmu jikalau engkau tidak mampu mengambil keputusan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Ilmu merupakan gabungan dari a priori dan a posteriori. Ilmu merupakan pikiran yang yang dikerjakan dan pengalaman yang dipikirkan. Untuk menjadi ilmu, perlu adanya kecocokan antara pemikiran dan pengalaman. Setlah menjadi ilmu, maka ilmu itu digunakan untuk pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan, orang yang berilmu dan orang yang tidak akan berilmu akan memberikan hasil yang berbeda. Tentu saja keputusan dari orang berilmu akan lebih baik dari orang yang tidak memiliki ilmunya. Untuk itu, agar manusia memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan yang baik, manusia perlu untuk selalu menuntut ilmu selama hidupnya.
Terima kasih
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Suatu keputusan yang tepat itu diambil berdasarkan pengetahuan yang kita miliki. Dari elegi ini untuk memperoleh pengetahuan dibagi menjadi dua cara itu seperti proses terjadinya attention dan perception. Ketika prosesnya dimulai dari perception kemudia attention maka yang diperoleh adalah pengetahuan a priori. Sedangakan ketika prosesnya dimulai sebaliknya dari attention kemudian perception maka diperoleh pengetahuan a posteori. Setelah itu informasi yang diperoleh akan diproses pada working memory untuk kemudian diberi makna atau diberi keputuasan mengenai informasi tersebut sehingga menjadi suatu pengetahuan. Nah, dari elegi ini keputusan seseorang akan mudah digoda oleh suatu prasangka atau prejudice. Maka dari itu berhati-hatilah dalam membuat keputusan. Karena sebenar-benar keputusan adalah ilmu pengetahuan.
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Keputusan adalah suatu hal dimana manusia terkadang bingung untuk memutuskannya hingga suatu hal tersebut sulit dikatakan sebuah keputusan. Dalam mengambil keputusan tentunya dibutuhkan pemikiran yang matang serta hati atau tekad yang kuat agar keputusan yang kita ambil adalah benar. Dalam eleg ini saya mengenal apa itu, attention, perception dan posteori. Attention dan Perception adalah proses terbentuknya pengetahuan sehingga muncul lah posteori. Proses tersebut sangat penting untuk dilalui manusia dalam mengambil keputusannya, karena suatu keputusan yang benar itu diperoleh dari pengetahuan yang manusia miliki. Jelas saja berbeda keputusan yang diambil oleh orang yang memiliki pengetahuan dan tidak.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti dihadapkan untuk mengambil suatu keputusan. Pengambilan keputusan tersebut tidak hanya sekedar memilih saja namun harus disertai dengan pertimbangan dan pemikiran yang baik sehingga keputusan yang kita ambil nantinya adalah keputusan yang benar. Dalam pengambilan keputusan tidak hanya menggunakan pengetahuan apriori saja namun juga harus mengkombinasikan pengetahuan apriori dengan pengetahuan aposteriori. Dalam mengambil suatu keputusan diperlukan ilmu yang seluas – luas dan sedalam – dalamnya supaya hasilnya sesuai dengan harapan. Berhati – hatilah dalam mengambil keputusan, agar terhindar dari keputusan yang salah. Setinggi tingginya ilmu adalah keputusan, jadi orang belum dapat dikatakan berilmu kalau belum mampu mengambil keputusan.
Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
DeleteBesse Rahmi Alimin
18709251039
s2 Pendidikan Matematika 2018
Terkait dengan apa yang disampaikan hasmi bahwa Dalam pengambilan keputusan tidak hanya menggunakan pengetahuan apriori saja namun juga harus mengkombinasikan pengetahuan apriori dengan pengetahuan aposteriori. Dalam mengambil suatu keputusan diperlukan ilmu yang seluas – luas dan sedalam – dalamnya supaya hasilnya sesuai dengan harapan. Berhati – hatilah dalam mengambil keputusan, agar terhindar dari keputusan yang salah. Setinggi tingginya ilmu adalah keputusan, jadi orang belum dapat dikatakan berilmu kalau belum mampu mengambil keputusan. Sehingga jelas dikatakan bahwa diperlukan kemangatan emosi dalam mencapai suatu keputusan.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Sebenar-benar ilmu adalah keputusan. Jangan harap engkau merasa berilmu jikalau engkau tidak dapat mengambil suatu keputusan. Sebenar-benar kita adalah terbukti sebagai keputusan-keputusan. Dan setinggi-tinggi ilmu adalah mengambil keputusan. Janganlah mengaku-aku mempunyai ilmu jikalau engkau tidak mampu mengambil keputusan. Dalam mengambil keputusan usahakan ambil yang memiliki manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak, jangan ambil yang hanya menguntungkan diri sendiri. Tentu saja dalam suatu pilihan akan selalu ada konsekuensinya. Akan selalu ada yang menuntut untuk dipertanggungjawabkan dari pilihan tersebut. Jadi sesulit apapun pilihan atau opsi yang tersedia tetaplah yakin untuk membuat keputusan dengan memilih satu diantara pilihan-pilihan yang ada. Bukankah ada pepatah yang mengatakan bahwa ambillah keputusan meskipun pada akhirnya itu salah.
Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
DeleteBesse Rahmi Alimin
18709251039
s2 Pendidikan Matematika 2018
Terkait apa yang disampaikan oleh teman saya lingga, bahwa Sebenar-benar ilmu adalah keputusan. Jangan harap engkau merasa berilmu jikalau engkau tidak dapat mengambil suatu keputusan. Sebenar-benar kita adalah terbukti sebagai keputusan-keputusan. Dan setinggi-tinggi ilmu adalah mengambil keputusan. Janganlah mengaku-aku mempunyai ilmu jikalau engkau tidak mampu mengambil keputusan. Dalam mengambil keputusan usahakan ambil yang memiliki manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak, jangan ambil yang hanya menguntungkan diri sendiri. Berdasarkan pernytaan tersebut sepertinya didadasrkan pada manfaat dari calon keputusan yang nantinya menjadi hasil keputusan yang dilontarkan, sehingga lihat, dengarkan, pikirkan, rasakan dan putuskan.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Prasangka buruk sebelum mengetahui sesuatu hal baik dari orang lain maupun dari pengalaman diri akan menutup kemungkinan berkembangnya pemikiran diri kita. Prangsaka buruk membuat kita berimajinasi hal buruk yang belum pasti terbukti benar demikan. Hal ini seperti halnya matematika, sebelum mencoba mengenal matematika telah ada anggapan bahwa matematika sulit, tidak bermanfaat dalam kehidupan, abstrak saja, dan lain-lain. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi besar dari pembelajaran matematika siswa tersebut. Maka dari itu, buatlah pembelajaran di kelas menjadi lebih ramah kepada siswa di sekolah sehingga dia mampu menikmati pembelajaran matematika tersebut.
Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
DeleteBesse Rahmi Alimin
18709251039
s2 Pendidikan Matematika 2018
Terkait apa yang disampaikan Fany, bahwa Prasangka buruk sebelum mengetahui sesuatu hal baik dari orang lain maupun dari pengalaman diri akan menutup kemungkinan berkembangnya pemikiran diri kita, maksud dari pernyataan tersebut sepertinya mengarah kepada analisis positivistik yang mengedepankan paham positif atau berbaik sangka tanpa harus menjudge sesuatu tanpa melalui bukti atau pertimbangan yang mengarah pada pembuktian yang hakiki.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
Pada dasarnya manusia adalah makhluk berfikir dan oleh karena itu dalam bertindak dan mengambil keputusannya manusia haruslah berdasarkan pikiran, akal, dan nalar. Manusia mampu menafsirkan melalui pemikiran yang akan membangun ilmu pengetahuan. Manusia lebih unggul dari binatang karena sesungguhnya manusia adalah binatang yang berfikir atau makhluk yang berfikir. Berfikir sudah menjadi ciri khas manusia dan karena berfikir itulah membuat dia menjadi manusia.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Sebagai manusia yang hidup kita selalu diperhadapkan dengan pilihan hidup. Pilihan tersebut membutuhkan keputusan. Dalam mengambil sebuah keputusan diperlukan pertimbangan yang matang, pikiran yang jernih, dan ilmu yang seluas-luasnya agar hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan, jadi tidak hanya semata-mata memilih saja. Namun kita harus ingat juga bahwa setiap keputusan mengandung sebuah konsekuensi sehingga apapun keputusannya kita harus selalu siap dengan konsekuensi yang ada.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Layaknya kesimpulan, keputusan jangan diambil sembarangan karena hanya akan menimbulkan masalah baru oleh karena itu mantabkan terlebih dahulu di dalam hati dan pikiran apakah pantas untuk segera diakhiri dan diberikan keputusan akan hal itu. Kadang terjadi peristiwa di mana hati dan pikiran tidak bersatu sehingga menghambat pengambilan keputusan, terlalu banyak keraguan dalam hati yang memperlambat pikiran untuk memprosesnya. Begitulah keputusan susah untuk diambil karena pertimbangan yang sangat amat rumit prosesnya untuk bisa diputuskan.
Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
DeleteBesse Rahmi Alimin
18709251039
s2 Pendidikan Matematika 2018
Terkait pernyataan singkat dari teman saya bahwa, "keputusan jangan diambil sembarangan karena hanya akan menimbulkan masalah baru oleh karena itu mantabkan terlebih dahulu di dalam hati dan pikiran apakah pantas untuk segera diakhiri dan diberikan keputusan akan hal itu. Kadang terjadi peristiwa di mana hati dan pikiran tidak bersatu sehingga menghambat pengambilan keputusan, terlalu banyak keraguan dalam hati yang memperlambat pikiran untuk memprosesnya". Sehingga perlu adanya keseimbangan logika dan naluri dalam menggapai keputusan, dan pastinya atas dasar keyakinan terhadap kuasa Allah.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Cara memperoleh ilmu dibagi menjadi dua yaitu a priori dan a posteriori. Pengetahuan a priori didasarkan pada definisi-definisi dan hokum-hukum atau aturan-aturan yang konsisten. Sedangkan a posteriori didasarkan pada perhatian dan presepsi yang muncul dalam otak manusia tentang suatu hal. A priori maupun a posteriori merupakan dua hal yang saling melengkapi dalam proses pembentukan pengetahuan dalam diri seseorang.
Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
ReplyDeleteBesse Rahmi Alimin
18709251039
s2 Pendidikan Matematika 2018
Terkait Topik bahasan mengenai Elegi Seorang Hamba Menggapai Keputusan bahwa dikatakan "Sebenar-benar ilmu adalah keputusan. Maka jangan harap engkau merasa berilmu jikalau engkau tidak dapat mengambil suatu keputusan. Itulah bahkan matematika disebut pula sebagai ilmu tentang pengambilan keputusan". dituliskan dalam artikel ini. Tentu saja sejalan dengan pernyataan bahwa pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Ilmu yang ada digunakan untuk mengambil keputusan dalam sebuah tindakan, pikiran, perasaan, dan semua hal yang memang harus diputuskan. Pengambilan keputusan bukan merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Keputusan yang diambil dengan ilmu akan berbeda dengan keputusan yang diambil tanpa ilmu. Sehingga, sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan dalam mengambil keputusan haruslah hati-hati dan tidak menyesal dengan keputusan yang telah diambil.
Ibrohim Aji Kusuma
ReplyDelete18709251018
S2 PMA 2018
Dirimu adalah hasil dari keputusanmu. Menjadi manusia A yang memiliki sifat dan jargon X adalah pilihanmu. Maka dirimu yang sekarang tidak akan lepas dari segala hasil dari keputusan-krputusan yang kamu pilih sebelum-sebelumnya. Maka pertimbangkanlah dengan matang segala keputusan yang akan kita pilih. Keputusanmu mencerminkan dirimu.
Yuntaman Nahari
ReplyDelete18709251021
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Keputusan yang diambil seseorang mencerminkan bagaimana orang tersebut. Keputusan setiap orang berbeda-beda. Ada beberapa orang yang mampu mengambil keputusan secara cepat, lambat, bijak, dan tidak bijak. Namun janganlah mengambil keputusan secara ceroboh, artinya setelah mendengar sebuah pilihan, jangan langsung memutuskan. Berpikirlah terlebih dahulu terhadap setiap keputusan yang akan diambil dan sampaikan kepada hati apakah keputusan yang akan diambil itu baik. Dan jangan sekali-kali mengambil keputusan dalam keadaan emosi/tidak tenang karena hati tidak akan mampu mengambil keputusan terbijaknya. Dalam keadaan emosi/tidak tenang, syaitan akan masuk ke dalam hati dan membantu dalam pengambilan keputusan yang tidak baik. Oleh karena itu, berpikirlah dan sampaikan kepada hati tentang keputusan yang akan diambil. Namun manusia tidak akan pernah mampu menggapai keputusan terbijaknya, karena keputusan terbijak adalah keputusan dari Allah SWT.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Keputusan merupakan salah satu tindakan berat yang membutuhkan berbagai kompetensi dan kematangan emosi. Keputusan menjadi hal yang sangat berat karena dibalik keputusan pasti diikuti berbagai resiko. Untuk dapat mengambil keputusan dengan baik maka diharuskan setiap manusia prepare dan kenal dengan yang akan dipilih.
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Dalam kehidupan manusia selalu akan dihadapkan pada pengambilan keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang diambil dengan memiliki pengetahuan. Sepeti yang dikatakan dalam elegi ini bahwa ilmu itu terdiri aras dua yakni apriori dan aposteriori. apriori yaitu pengetahuan yang dibangun atas dasar konsistensi antara keterangan yang satu dengan keterangan yang lainnya sedangkan aposteriori adalah pengetahuan yang dibangun atas dasar kemampuan imajinasimu dan intuisimu dalam ruang dan waktu. Kombinasi keduanya adalah yang baik termasuk dalam mengambil keputusan.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018 (PM B 2018)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dari elegi di atas, bisa dimaknai bahwa setiap keputusan yang ada tidak boleh asal ambil saja tanpa ada alasan yang jelas. Seseorang yang berilmu saja juga harus memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dengan tepat. Apalagi seorang matematikawan. Segala sesuatu harus berdasarkan pembuktian yang benar sebelum diambil suatu keputusan. Sehingga jika mengaku berilmu juga harus berani mengambil suatu keputusan
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Dar elegi ini saya memahami bahwa untuk mengambil keputusan itu dilandasi dari pengetahuan. Pengetahuan sendiri diperoleh dengan dua cara ada yang diperoleh dari keyakinan tanpa pengamatan terhadap rangkaian informasi atau keterangan yang berkaitan secara konsisten. Cara kedua ialah pengetahuan itu diperoleh dari pengamatan langsung terhadap obyek. keduanya inilah yang disebut a priori dan a posteriori. Sebaik-baik keputusan ialah keputusan yang diperoleh dari kedua duanya bukan dari salah satunya saja. 1 + 1 =2 itu ilmu abstrak yang hanya ada dalam pikir dan kemudian diyakini begitu adanya meskipun kita tidak pernah melihat hakikat angka-angka,operasi, dan tanda tersebut. Namun lewat pengamatan kita dikehidupan, kita bisa melihat 1 apel + 1 apel disebut 2 apel, I pensil + 1 pensil = 2 pensil, dst sehingga kita bisa menilai bahwa 1 dan 2 itu rupa-rupa bentuknya. Dari sini kita bisa MEMUTUSKAN bahwa untuk bisa disebut 1 maka obyek itu harus tunggal tidak ada obyek lain yang sama. untuk disebut 2 berarti ada 2 obyek yang sama,dst.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Sebenar benar orang berilmu adalah orang yang mampu mengambil keputusan.Mampu mensintesis antara pengetahuan a priori dan a posteriorinya. Kebimbangan dalam mengambil keputusan itu dikarenakan tidak adanya sintesis antara kedua pengetahuan. Misal seorang mahasiswa matematika RAGU untuk ikut tes TOEFL karena dalam pengetahuannya TEST toefl itu semua isi tesnya berbahasa inggris dan setiap orang pasti sudah expert dibidangnya masing-masing sehingga mustahil bagi mahasiswa dari jurusan matematika mendapat skor yang sangat tinggi. Padahal sebenarnya jika dia mampu MENGAMATI lingkungan sekitarnya dia akan mendapat pengetahuan bahwa ternyata ada beberapa mahasiswa jurusan matematika yang justru kemampuan bahasa inggrisnya melebihi mahasiswa dari jurusan bahasa inggris.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Terkait salah satu kutipan diatas yaitu "Jika engkau mengenal aku dengan cara engkau diberitahu terlebih dulu oleh seseorang tentang diskripsi diriku, sementara engkau belum pernah melihatku, itulah sebenar-benar yang disebut sebagai a priori". Disini saya justru berpendapat bahwa keputusan dari pengetahuan a priori yang dibawa oleh orang lain itu tidak bisa sepenuhnya disebut pengetahuan a priori karena penilaian setiap orang itu relatif sehingga bisa saja penilaian orang yang satu tentang si A akan berbeda dengan penilian orang-orang lainnya. Si B mungkin menilai si A itu baik dan cantik, sementara si C mungkin menilai A itu tidak baik dan juga tidak cantik, si D mungkin menilai Si A itu bijaksana sementara si E justru menilai egois dan tidak bijaksana. Tentu saja semua keterangan atau informasi dari Si B,C,D, dan E itu adalah inkonsistensi. Maka menurut saya pribadi, menilai orang dari orang lain itu tidak bisa sepenuhnya disebut pengetahuan a priori karena memungkinkan tidak terpenuhinya syarat konsisten. Sehingga tidak bisa diyakini kecuali harus dengan mengenal orangnya secara langsung. Bahkan ketika kita mengenal secara langsungpun, keputusan kita tentang sifat si A itu juga belum tentu benar. Karena sebenar-benar yang mengetahui si A adalah dirinya sendiri dan TuhanNya. Setiap orang memiliki latarbelakang dan pengetahuan yang berbeda dalam mengambil keputusan, setiap orang memiliki pandangan dan pertimbangan yang berbeda dalam mengambil keputusan. Maka setiap orang memiliki perbedaan dalam mengambil keputusan. Jadi sebenar benar keputusan manusia ialah keputusan yang sifatnya relatif antara satu dengan yang lainnya.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Kualitas dari sebuah keputusan yang diambil biasanya bergantung dari ilmu yang dimuliki oleh sang pengambil keputusan. Semakin tinggi ilmu seseorang atau semakin banyaknya pengalaman seseorang tersebut maka semakin bijak pula keputusan yang diambilnya. Maka tak heran, terkadang seseorang yang merasa ilmunya kurang akan meminta bantuan kepada orang yang dianggapnya lebih berpengetahuan atau berpengalaman dari pada dirinya sendiri. Maka, bersyukurlah jika dirimu sering didengar nasehatnya, yang kemudian akan berpengaruh pada keputusan yang diambil orang tersebut. Namun berhati-hatilah, karena orang yang tinggi ilmunya belum tentu selalu benar keputusannya karena ia juga manusia yang pasti selalu berpotensi memiliki prasangka buruk. Maka berhati-hatilah dengan sebuat prasangka, janganlah bersifat a priori terhadap prasangka buruk kepada seseorang. Karena semakin tinggi pohon maka angin yang menerpanya akan semakin kencang pula. Begitu pula dengan orang yang berilmu, semakin tinggi ilmu seseorang maka cobaan dan godaannya akan semakin besar pula
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
mengenal seorang teman didapatkan dari dua cara, yang pertama dengan mengenal langsung dan yang kedua adalah dengan dikenalkan oleh orang lain. Menurut saya hal ini tidak hanya dikaitkan dalam hubungan pertemanan tetapi juga ilmu yang didapatkan oleh manusia. Jelas sekali, bahwa dalam mempelajari ilmu dapat dilakukan dengan banyak cara tetapi dikategorikan ke dalam dua hal besar. Yang pertama adalah mempelajari ilmu dari pengalaman pribadi, percobaan yang dilakukan dan yang kedua adalah dengan belajar melalui teori yang sudah ditemukan ataupun dengan pembelajaran di kelas. Hal ini kemudian berdampak kepada pengambilan keputusan. Apakah keputusan yang diambil berdasarkan pemikiran sendiri ataupun pemikiran orang lain. Tetapi alangkah baiknya, jika pengambilan keputusan juga mempertimbangkan ilmu yang sudah dipelajari sebelumnya oleh manusia.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Kita tidak sembarang mengambil suatu keputusan. Untuk mengambil keputusan dapat didasari pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan itu terdiri dari a priori dan a posteriori. A priori merupakan pengetahun yang diperoleh dengan cara diberitahu terlebih dahulu oleh orang lain sebelum ia memperoleh atau bertemu pengalaman. Dengan kata lain pengetahuan bersumber dari akal, dimana manusia sudah memiliki kesadaran dalam dirinya untuk berpikir dan berasumsi terhadap sesuati sebelum bertemu dengan pengalaman. Sedangkan a posteriori adalah pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman inderawi atau ilmu yang bersumber dari pengalaman.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
Mengambil keputusan tidaklah mudah dilakukan. Keputusan harus dibuat dengan hati-hati, dengan mempertimbangkan segala kemungkinan karena segala keputusan yang dibuat dari individu maupun kelompok selalu mempunyai resika dalam pengambilanya. Jika dilakukan sendiri merupakan dari pertimbangan diri senidri, namun jika dilakukan dengan kelompok merupakan keputusan yang dimusyawarahkan untuk mencapai keputusan yang diniai paling sedikit mempunai resiko. Sikap reflektif dan visioner harus digabungkan dalam proses ini, terlebih doa dan usaha maksimal serta meminta petunjuk dari Allah adalah yang harus diutamakan. Karena Allah jalan kebaikan dan sebaik baik keputusan adalah keputusan yang diberikan oleh Allah, dengan cara yang benar dan proses yang benar untuk mendapatkan barokah dari Allah.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Setinggi-tinggi ilmu adalah dalam mengambil keputusan. Janganlah mengaku-ngaku mempunyai ilmu jikalau engkau masih belum mampu mengambil keputusan. Sebenar-benar belum mampu mengambil keputusan adalah ketika dalam hati dan pikirannya terdapat prasangka buruk. Prasangka buruk sumbernya dari setan. Tegaslah dalam mengambil keputusan. Pikirkanlah agar tak salah dalammu melangkah. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
A priori dan a prosteriori merupakan dua unsure yang harus dipertimbangkan dalam tindakan mengambil sebuah keputusan. Ketika kita hanya memutuskan sesuatu dengan mengetahui sebatas a priori maka kita termasuk orang yang terburu buru dalam mengambil sebuah keputusan begitu pula sebaliknya. Sehingga untuk mengambil sebuah keputusan yang tepat maka dibutuhkan kesinambungan antara a apriori dan a prosteriori
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Keputusan adalah akhir dari pemikiran. Sseseorang yang berilmu akan lebih mudah dalam menentukan kebutusan dan berani mempertaanggungjawabkan segala keputusannya, dalam menentukan kepututsa, ada orang yang bisa langsung memutuskan sesuatu tanpa berpikir dan ada juga yang memerlukan pemikiran panjang untuk memutuskan segala sesutau. Namun, keputusan yang baik adalah keputusan yang mampu mempertimbnagkan segala hal dengan melihat sesuatu lbih dalam, sehingga dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan tersebut sangat berkaitan dengan sikap bijak yang ada pada diri seseorang
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Dalam mengambil keputusan tersebut pikiran kita harus jernih (tidak prejudice). Prejudice (prasangka buruk) dapat menyebabkan tertutupnya pengetahuan kita. Sehingga jika prejudice ini menguasai pikiran kita maka setiap kita mengambil keputusan, maka besar kemungkinan keputusan yang kita ambil tersebut adalah keputusan yang tidak tepat. Oleh karena itu, dalam pengambilan harus disertai dengan hati yang jernih, yaitu hati yang selalu melibatkan Allah SWT dalam setiap pengambilan keputusan.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Hidup itu adalah memilih keputusan. Seorang yang berilmu maka iapun tidak takut dalam memilih atau menentukan keputusannya, ia juga berani untuk mempertanggungjawabkan segala keputusannya. Namun dalam mengambil keputusan kita haruslah berhati-hati, jangan terburu-buru. Harus berpikir kritis dan berhati jernih ketika mengambil keputusan. Dan mewmohon petunjuk semoga keputusan yang kita ambil adalah yang terbaik.
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Terima kasih Bapak atas artikel berjudul Elegi Seorang Hamba Menggapai Keputusan yang telah Bapak share kepada kami. Artikel ini sangatlah bermanfaat untuk dibaca. Yang saya peroleh selepas membaca artikel ini adalah hidup itu penuh dengan pilihan, pilihan kita adalah hidup kita. Walaupun tak jarang kita meminta pendapat orang tua, sahabat tentang baik buruknya pilihan yang kita ambil nanti, namun sejatinya pasti kita sendirilah yang tahu mana yang terbaik untuk kita, karena kitalah yang akan menjalani keputusan dari pilihn itu. Elegi ini membawa kita untuk memahami bahwa setinggi-tinggi ilmu adalah mengambil keputusan.
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Memang dalam setiap mengambil sebuah keputusan tidaklah mudah. Kadang bisa berakibat baik bagi diri sendiri dan terkadang juga bisa berakibat buruk bagi orang lain. Ilmu yang kita miliki dapat membantu kita untuk memilih keputusan yang terbaik. Sehingga pentinglah ilmu agar kita dapat memperoleh keputusan yang terbaik dari semua keputusan yang baik.
Zuari Anzar
ReplyDelete19701251006
S2 PEP A 2019
Dalam hidup kita selalu dihadapkan untuk mengambil suatu keputusan. Dalam mengambil keputusan tersebut harus dipikirkan dan disertai pertimbangan, tidak boleh tergesa-gesa sehingga keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang baik dan benar. dalam pengambilan keputusan juga harus dibangun atas dasar konsistensi antara keterangan yang satu dengan keterangan yang lain atau a priori, dan apakah pengetahuan kita sesuai dengan data pengamatan dan bersifat korespodensi. Sebelum mengambil keputusan kita harus membuang segala prejudice atau prasangka, agar keputusan yang kita ambil bersifat konsisten dan berkoresponden dengan fakta yang sebenarnya. Jadi sebenar-benar keputusan adalah apriori dan a postteriori.
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Maka, setinggi-tingginya ilmu adalah mengambil keputusan, saya mengambil keputusan untuk memberikan komentar di blog Prof Marsigit pada tulisan ini. Sebelumnya, saya mengambil keputusan untuk melanjutkan studi pada jenjang strata 2, kemudian memutusskan untuk mengambil prodi PEP, dan kemudian atas dasar pengambil keputussan dewa-dewa di prodi PEP saya mendapatkan mata kuliah filsafat ilmu yang kemudian diputuskanlah bahwa Prof Marsigit sebagai pengampunya. Untuk itu, saya memutuskan untuk memberikan komentar di blog ini agar Prof Marsigit memutuskan nilai mata kuliah untuk saya.
Tiara Wahyu Anggraini
ReplyDelete19709251065
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Seseorang dikatakan memiliki ilmu jika seseorang itu bisa mengambil keputusan. Untuk memperoleh ilmu itu sendiri terbagi atas dua, yaitu a priori dan a posteriori. Ilmu sebagai a priori yaitu jika engkau mengenal seseorang dengan cara engkau diberitahu terlebih dulu oleh orang lain tentang diskripsi diri seseorang tersebut, sementara engkau belum pernah melihatnya. Sementara ilmu sebagai a posteriori yaitu jika engkau pertama-tama melihat diri seseorang dengan mata kepalamu sendiri, padahal engkau sebelumnya belum mempunyai informasi apapun tentang orang tersebut. Ketika kita hanya memutuskan sesuatu dengan menggunakan sebatas a priori maka kita termasuk orang yang terburu-buru dalam mengambil sebuah keputusan, begitupun sebaliknya. Untuk itu, mengambil sebuah keputusan yang tepat dibutuhkan ilmu yang berkesinambungan antara a apriori dan a posteriori.
Rochyati
ReplyDelete19709251074
S2 P. Mat D 2019
Dengan Ilmu Pengetahuan yang telah berhasil kita bangun maka kita akan memperoleh nilai-nilai kebijakan, antara lain adalah kita dapat mengambil Keputusan secara bijaksana. Sebenar-benar orang cerdas adalah jika mampu menembus dan berada dalam Ruang dan Waktu yang benar.
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dituntut untuk mengambil suatu keputusan. Setiap keputusan yang kita ambil pasti memiliki konsekuensi, entah baik maupun buruk. Keputusan yang kita ambil, haruslah didasari dengan pemikiran yang matang dan diikuti kesadaran dengan berpikir jernih tanpa adanya prasangka. Sehingga keputusan yang kita ambil akan berdampak baik bagi kita.
Dhamar Widya Safitri
ReplyDelete19701251009
S2 PEP A 2019
Assalamualaikum.
Setiap hari manusia pasti mengambil keputusan. Memutuskan menggunakan pakaian yang mana, menikmati makanan apa, atau bahkan memutuskan untuk berbicara atau tidak. Diantara banyak keputusan-keputusan yang diambil, tidak jarang manusia menyesali keputusan tersebut. Maka, keputusan yang baik adalah keputusan yang berada di jalan Allah.
Terimakasih
Jewish Van Septriwanto
ReplyDelete19709251077
S2 PM D 2019
Terima kasih prof untuk tulisan ini, Dengan Ilmu Pengetahuan yang telah berhasil kita bangun maka kita akan memperoleh nilai-nilai kebijakan, antara lain adalah kita dapat mengambil Keputusan secara bijaksana. Sebenar-benar orang cerdas adalah jika mampu menembus dan berada dalam Ruang dan Waktu yang benar. Terkadang dalam mencari pengetahuan baru, kita melakukan aksi coba-coba dan seringkali melahirkan temuan yang bermakna dan bernilai kreatifitas. Aksi coba-coba lebih cenderung kepada pengetahuan a posteriori karena didapat setelah pengalaman, bisa dengan bantuan menggunakan panca indera untuk mengalami kemudian mempersepsi. Jadi pengetahuan a posteriori diperoleh melalui persepsi-persepsi. SedangkanPengetahuan a priori bersumber dari sebelum pengalaman, sehingga bersifat abstrak dan maya, hanya ada dalam pikiran. Jadi pengetahuan a priopri hanyalah bersifat keterangan-keterangan. Maka nilai kebenarannya hanya berdasar hubungan antara keterangan yang satu dengan keterangan yang lainnya. Pengetahuan a priori dan a posteriori dapat musnah termakan oleh prejudice, prasangka buruk. Sesungguhnya prasangka buruk itu akan menutupi kebeneran-kebenaran yang ada dan mungkin ada dari pegetahuan a priori maupun a posteriori. Jika kita telah mampu menghilangkan prejudice maka hendaklah kita mengambil keputusan. Karena sebenar-benar ilmu adalah keputusan. Maka janganlah mengaku berilmu jika kita tidak mampu mengambil keputusan. Semoga keputusan kita atas segala sesuatu atas dasar kebenaran dari hati nurani dan ketakwaan kita kepada Tuhan. Aamiin.