The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Sep 25, 2010
Elegi Sang Bagawat Menggapai Kesempatan
Oleh Marsigit
Transenden:
Ooo.oo..begitu..jadi ternyata aku menemukan bahwa ada bermacam-macam dimensi Bagawat dalam rentang ruang dan waktunya. Sebetul-betul Bagawat adalah pembawa, pengembang dan pemelihara ilmu bagi dimensinya. Setelah aku mengadakan Seminar Pertama Para Bagawat, sekarang sudah agak jelas mengapa persoalan-persoalan itu muncul. Aku juga bersyukur karena semakain banyak Bagawat menyadari keberadaan Bagawat yang lain. Melalui konferensi itu aku juga telah menemukan bahwa sebenar-benar Bagawat adalah pengada dan pemelihara logos.
Bagawat Powernow itu ternyata adalah Bagawat Posmo dimana dia tidak mengontologikan sosok pribadi yang terisolasi. Dia betul-betul menyatu dan berkiprah ditengah samodra jejaring neolisme. Tiadalah Bagawat di bawah level Posmo seperti Bagawat Modern, Bagawat Tradisional dst mampu menandinginya. Sebenar-benar ilmu bagi Bagawat Posmo adalah manfaat-manfaatnya. Barang siapa tidak mendukung manfaatnya maka akan tergilaslah mereka itu. Itulah sebenar-benar penampakan Dajal yaitu sebuah Sistem Parsial yang hanya menguntungkan sebagian golongan saja. Sedangkan untuk kelompok yang lainnya, mereka cenderung memaksakan kehendaknya. Setinggi-tinggi Bagawat di Indonesia, termasuk Pemimpinnya, hanyalah sampai level Bagawat Tradisional dan sebagian Modern. Maka ibarat Burung Rajawali dengan Burung Perkutut perbandingannya. Solusinya adalah agar semakin banyak Bagawat-Bagawat kita yang menyadarinya dan memperteguh iman, taqwa dan doa meminta pertolongan Allah SWT. Tiadalah manusia itu mampu mengusir anak cucu syaitan, apalagi godfathernya syaitan kecuali atas pertolongan Allah SWT. Amiin.
Paralogos:
Wahai ...transenden...mengapa engkau lebih suka mengomentari keadaan para Bagawat Posmo dan perilakunya, padahal aku menyaksikan bahwa engkau itu sungguh hidup dan produk masyarakat paling banter sebagian Modern. Aku juga melihat bahwa dalam dirimu itu masih melekat sifat-sifatnya masyarakat Tribal dan masyarakat Tradisional. Bukankah sesungguh-sungguh yang terjadi adalah bahwa engkau itu sangat dekat dengan persoalan masyarakatmu? Hemm...gerah rasanya mengikuti perkembangan keadaan yang ada. Ternyata yang namanya krisis itu telah melanda semua aspek kehidupan. Tidak ketinggalan aku sedang menyaksikan banyak para Bagawat dari berbagai ruang dan waktu juga mengalami krisis. Ada diantara mereka mengalami kebigungan, ada yang kesurupan, ada yang melakukan plagiat, ada yang menari-nari tak peduli lingkungan, ada yang euphoria menemukan kedudukan baru, ada yang sibuk bersembunyi dari segala kritik, ada yang terkejut dengan suasana baru kemudian stress, ada yang sibuk menggali parit untuk mengalirkan udara, ada yang sibuk mempertahankan kedudukan dengan berbagai cara, ada yang sibuk main paksa, ada yang sangat sibuk dan over loaded aktivitasnya, ada yang terbatuk karena terlalu lama menahan diri, ada juga meledak-ledak memprotes suasana yang dihadapinya. Ada Bagawat yang sedang terlena tetapi tidak merugikan orang lain, ada Bagawat yang sedang terlena dan dimanfaatkan orang lain, tetapi ada Bagawat yang terlena tetapi merugikan orang lain. Ternyata aku menemukan paling banyak para Bagawat sedang mengalami kebimbangan dan memilih lebih baik diam dari pada bicara atau bertindak. Jika keadaan ini diterus-teruskan, wah..keadaannya bisa semakin runyam. Bagawat ...itulah setinggi-tinggi pengemban ilmu atau logos. Jika para Bagawat mengalami krisis, aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib para Cantraka, para Rakata, dan para Cemani.
Transenden:
Wahai Paralogos...kalau begitu apa yang engkau pikirkan itu persis sama dengan apa yang aku pikirkan. Lalu..apa masalahnya?
Paralogos:
Saya ingin bertanya perihal krisis yang dihadapi para Bagawat?
Transenden:
Memahami krisis itu tergantung persepsi masing-masing. Aku juga dapat memberikan pemahamanku sendiri. Menurutku krisis itu adalah kesempatan.
Paralogos:
Apakah kesempatan itu?
Transenden:
Para Bagawat sedang berada di persimpangan jalan. Di persimpangan jalan itulah mereka mempunyai kesempatan, tetapi ketika datang kesempatan itu ternyata dia bersifat jamak. Ada kesempataku berbelok ke kiri, ke kanan, serong kiri, serong kanan, berbalik tetapi juga bisa terus jalan lurus. Anehnya, ada pula kesempatan untuk ragu-ragu bahkan diam doing nothing. Maka satu-satunya kepastian adalah bahwa para Bagawat mempunyai kesempatan memilih. Itulah harga yang selama ini mereka cari dan mereka perjuangkan. Tetapi ingin aku katakan bahwa tidak memilih pun merupakan kesempatanku.
Paralogos:
Mohon diterangkan lebih lanjut perihal kesempatan?
Transenden:
Kesempatan adalah kemerdekaan. Kesempatan adalah potensi sekaligus fakta. Maka sebenar-benar hidup adalah kesempatan. Jikalau seseorang sudah tidak mempunyai kesempatan maka tiadalah dia dapat dikatakan sebagai hidup. Maka jikalau kamu menginginkan tetap hidup maka gapailah kesempatan itu.
Paralogos:
Lalu apa relevansinya kesempatan itu dengan krisis yang dialami para Bagawat?
Transenden:
Hidupmu adalah karena hidupnya orang lain. Jika tiadalah orang lain hidup disekitarmu, maka siapakah yang akan mengatakan bahwa dirimu hidup. Oleh karena itu maka wajib hukumnya bahwa engkau sebagai Bagawat harus selalu menghidup-hidupkan murid-muridnya dan masyarakatnya. Murid-muridnya dan masyarakatnya yang hidup itulah yang akan menyanyikan bahwa dirimu juga hidup. Maka sebenar-benar hidup adalah hidup dan saling menghidupkan.
Paralogos:
Lho..jadi ternyata ada kaitannya antara krisis, kesempatan dan hidup?
Transenden:
Jika engkau telah benar-benar hidup dan telah benar-benar hidup dan menghidupkan, maka tiadalah sesuatu di dunia ini yang tidak kait berkait. Maka kesempatan itu sebenarnya adalah hidup dan hidup itu adalah kesempatan. Semua yang ada di dunia itu kait berkait, dan itu adalah karena pikiranmu yang hidup. Maka jikalau engkau ingin melihat dunia, maka tengoklah ke dalam pikiranmu, karena dunia itu persis seperti apa yang engkau pikirkan. Demikian juga bagi para Bagawat.
Paralogos:
Wahai Transenden...bagaimana dengan sifat Bagawat yang mempunyai kuasa, paling tidak kuasa diberi amanah untuk mengemban ilmu?
Transenden:
Kesempatan itu adalah keadaan. Kesempatan itu adalah sifat. Kesempatan adalah keadaan di mana suatu sifat tidak tertutup oleh sifat yang lain. Jika suatu sifat menutup sifat yang lain, maka sifat yang menutup dikatakan “menentukan” dan sifat yang tertutup dikatakan “ditentukan”.
Paralogos:
Apa relevansinya sifat menentukan dan sifat ditentukan dengan kekuasaan para Bagawat?.
Transenden:
Menentukan dan ditentukan itu adalah hubungan kuasa yang satu dengan tidak kuasa yang lain. Bukankah sudah pernah aku katakan bahwa para bagawat itu kuasa terhadap murid danmasyarakatnya,. Di sadari atau tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja, maka para Bagawat itu adalah kuasa untuk menutup sifat murid-muridnya, pengikutnya dan masyarakatnya. Sedangkan murid-muridnya, pengikutnya dan masyarakatnya tidak kuasa untuk menghindar dari sifat menutup para Bagawat. Padahal sebenar-benar orang yang paling berbahaya di dunia ini adalah mereka yang sangat menikmati kegiatannya menutipi sifat-sifat yang lainnya. Maka para Bagawat seperti halnya orang-orang yang lainnya dapat sangat berbahaya bagi murid-muridm, pengikut dan masyarakatnya jika mereka sangat menikmati kegiatannya menutupi sifat mereka. Maka sebenar-benarnya tidak hidup adalah jika sifat-sifatnya tertutup oleh sifat yang lain.
Paralogos:
Mohon apakah bisa diterangkan lebih detail lagi karena menurut saya sangat penting.
Transenden:
Bagawat yang baik adalah Bagawat yang mampu hidup dan menghidup-hidupkan murid-murid, pengikut dan masyarakatnya. Maka janganlah sekali-kali keberadaannya dan kegiatannya sebagai Bagawat menutup sifat-sifat mereka. Karena sifat yang tertutup itulah sebenar-benar tiada kesempatan. Ciri-ciri seorang Bagawat menutup sifat-sifat murid-murid, pengikut dan masyarakatnya adalah jika dia secara sepihak mendiskripsikan ciri-cirinya. Jika mereka katakan muridnya sebagai malas, padahal dia belum tentu malas, maka yang demikian itu Bagawat telah menutupi sifatnya. Jika dia katakan bahwa muridnya bodoh, padahal belum tentu dia bodoh, maka yang demikian itu telah menutupi sifatnya. Jika mereka katakan bahwa muridnya tidak berkarakter maka itulah keadaan Bagawat yang sedang menutupi sifat-sifatnya. Jika secara sepihak Bagawat mengklaim bahwa untuk membangun karakter murid-muridnya harus melalui pemaksaan, maka itulah kegiatan mereka sedang menutup sifat-sifat murid-muridnya. Ketika mereka bicara sementara muridnya mendengar, maka itu adalah proses menutupi sifat-sifatnya. Ketika mereka bekerja sementara muridnya melihat, maka itu adalah proses menutupi sifat-sifatnya. Ketika mereka bertanya sementara muridnya berusaha menjawab maka itu adalah proses menutupi sifat-sifatnya. Ketika Bagawat berinisiatif sementara muridnya menunggu, itu adalah proses menutupi sifat-sifatnya. Ketika Bagawat menyuruh sementara muridmu melaksanakannya maka itu adalah proses menutupi sifat-sifatnya. Ketika Bagawat menilai prestasi siswanya maka itu adalah kejadian lain dari kegiatan mereka menutupi sifat-sifatnya. Maka adalah sungguh berdosalah bagi orang-orang yang gemar menutupi sifat orang lain, karena yang demikian dampaknya begitu besar bagi murid-muridnya. Bahkan aku bisa katakan bahwa menutupi sifat itu tidak lain tidak bukan adalah pembunuhan secara perlahan-lahan. Waspadalah.....karena dengan begitu maka maksudmu membangun karakter bisa saja berakibat justru membunuhnya.
Bagawat:
Sebentar...bolehkah aku ikut bertanya wahai Transenden. Jikalau sebaliknya, maksudku justeru yang melakukan atau yang menutui sifat itu murid, yaitu muridku menutupi sifat gurunnya aku sang Bagawat, bukankah itu sama dosanya.
Orang tua berambut putih:
Itulah sebenar-benar hakekat kesempatan, hakekat sifat dan hakekat kuasa. Sifat-sifat dari orang berkuasa adalah lain pula sifatnya dengan sifat-sifat orang yang tidak atau kurang berkuasa. Jikalau muridmu bicara dan kamu mendengarkan, maka itu bukanlah muridmu sedang menutupi sifatmu, tetapi itulah engkau sedang memberikan kesempatan kepadanya. Jikalau muridmu bertanya dan engkau menjawab, maka itu bukanlah muridmu sedang menutupi sifatmu, tetapi itulah engkau sedang memberikan kesempatan kepadanya. Jikalau muridmu berinisiatif dan engkau menunggu, maka itu bukanlah muridmu sedang menutupi sifatmu, tetapi itulah engkau sedang memberikan kesempatan kepadanya. Jikalau muridmu melakukan kegiatan sementara engkau menontonnya, maka itu bukanlah muridmu sedang menutupi sifatmu, tetapi itulah engkau sedang memberikan kesempatan kepadanya. Demikian seterusnya. Jadi sifat memberi kesempatan dan sifat menutup sifat, adalah berbeda-beda sifatnya sesuai domisilinya, apakah dalam orang yang berkuasa atau dalam orang yang dikuasai. Ituykah usahamu menggapai kesempatan.
Bagawat:
Kenapa engkau sebut aku sebagai Bagawat menggapai kesempatan. Padahal sesuai dengan uraianmu mestinya aku lebih tepat kalau kau sebut sebagai Bagawat memberi kesempatan.
Transenden:
Itulah ujianku terhadap dirimu. Kalau itu adalah engkau sendiri yang mengatakan maka baiklah untuk dirimu. Tetapi jikalau aku yang mengatakan maka tidak baiklah untuk dirimu. Mengapa? Karena dengan demikian aku telah menutupi sifatmu.
Bagawat:
Oh ..Transenden, mohon maaf, bukankah Transenden telah berbuat kontradiktif, ambivalensi atau bertentangan di dalam dirimu sendiri sendiri. Di dalam Agama itu disebut sebagai munafik. Bagaimana menurutmu?
Transenden:
Benar ucapanmu. Sampai di sini aku merasa terharu walau mungkin kamu tidak demikian. mengapa karena engkau mulai menyadarinya. Sampai di sinilah aku akan katakan sesuatu yang tidak bisa aku katakan sebelumnya.
Bagawat:
Apa itu guru? Tolong jelaskan. Aku menjadi penasaran dibuatnya.
Transenden:
Benar ucapanmu. Ketika aku berbicara panjang lebar kepadamu, maka aku sedang dalam proses menutupi sifat-sifatmu. Padahal aku sedang berbicara memberi kesempatan. Jadi aku tidak bisa memberi kesempatan tanpa menutupi sifat-sifatmu. Maka aku tidak bisa terhindar dari pertentangan dalam diriku. Jikalau engkau sensitif dan peka maka dapat aku katakan “pertentangan” itulah sebenar-benar hakekat hidup itu.
Bagawat:
Oh Transenden mengapa demikian. Mengapa aku capai-capai mengikuti penjelasanmu ternyata engkau hanyalah sebuah kontradiksi. Oh Tuhan ampunilah aku, ya Tuhan. Guru macam apalah engkau ini. Kenapa engkau mengajariku banyak hal padahal engkau sendiri adalah kontradiksi. Aku sudah tidak bisa lagi menangis. Air mataku sudah kering. Lalu aku harus bagaimana?
Transenden:
Tenang dan sabarlah. Karena ciri-ciri orang cerdas adalah jika dia bisa mengendalikan secara proporsional perasaannya.
Bagawat:
Saya harus sabar bagaiman guru? Bukankah selama ini kau telah menipuku. Menipuku secara besar-besaran. Maka tiadalah ampun bagimu, wahai guruku.
Transenden:
Padahal apa yang akan aku katakan justeru lebih berat dari itu. Sudah saya katakan berkali-kali bahwa diriku tidak lain tidak bukan adalah pengetahuanmu. Telah terbukti bahwa diriku tidak bisa terhindar dari pertentangan, maka dapat aku katakan bahwa bahwa sebenar-benar ilmumu itu adalah pertentangan atau kontradiksi. Tiadalah suatu ilmu tanpa kontradiksi, karena jika tidak ada kontradiksi maka itu berarti berlaku hukum identitas. tetapi dengan hukum identitas kita tidak akan mendapat ilmu apa-apa. Karena A adalah A itulah hukum identitas. “Aku” adalah “Aku” itu juga hukum identitas. Ketahuilah bahwa kalimat “Saya adalah guru” itu sebenar-benar kontradiktif dalam filsafat. Mengapa? Itu adalah kontradiktif dan tetap kontradiktif sampai engkau dapat membuktikan bahwa “Saya” itu identik atau persis saama dengan “guru”. Padahal kita tahu bahwa “saya” tidaklah sama dengan “guru”. “saya” mempunyai sifat-sifat yang berlainan dengan “guru”. Demikian pula bahwa “2+3=5” adalah juga kontradiktif secara filsafati mengapa, karena sebenar-benar bahwa “2+3” belumlah sama dengan “5” sebelum engkau mampu membuktikannya. Engkau tidak dapat mengatakan 2 buku ditambah 3 pensil sama dengan 5 buku. Kenapa? itulah karena buku dan pensil adalah dua ruang yang berbeda.
Bagawat:
Wahai guru, aku belum bisa menerima penjelasanmu itu. Karena guruku yang lain mengatakan “Jagalah hatimu dan jangan sampai ada pertentangan di situ. Jika terdapat satu saja pertentangan di hatimu, maka itu pertanda syaitan duduk di situ”. Kalau begitu apakah engkau sedang mengajarkan ilmunya syaitan kepadaku guru?
Transenden:
Benar pertanyaanmu dan benar pula ucapan gurumu yang lain itu. Sedari awal yang aku bicarakan adalah tentang dirimu dan diriku. Berkali-kali aku katakan bahwa diriku adalah ilmumu. Ilmumu adalah pikiranmu. Jadi sebenar-benar aku adalah pikiranmu. Jadi konradiksiku adalah kontradiksi dalam pikiranmu. Barang siapa ingin memperoleh ilmu dalam pikirannya, maka bersiaplah dia menemukan kontradiksi-kontradiksi itu.
Bagawat:
Terus bagaimana dengan hatiku ini guru?
Transenden:
Hatimu adalah jiwamu. Hatimu adalah hidupmu. Hidupmu tidak lain tidak bukan adalah hatimu. Maka barang siapa baik hatinya maka baik pula hidupnya. Dan barang siapa buruk hatinya maka buruk pula hidupnya. Sebenar-benar hatimu itu adalah satu, yaitu rakhmat Nya. Maka hatimu tidak lain tidak bukan adalah ibadahmu. Sebenar-benar hatimu adalah doa-mu. Jadi tiadalah pertentangan dan keragua-raguan di sana. Barang siapa membiarkan adanya pertentangan dan keragu-raguan di hati maka syaitan lah yang akan menghuni hatinya. Maka dengan tegas aku katakan jagalah hatimu jangan sampai ada pertentangan ataupun kontradiksi.
Bagawat:
Hah.. itulah sebenar-benar ilmuku guru. Oh Tuhan ampunilah segala dosaku. Aku telah berbuat durhaka kepada guruku. Kenapa guruku yang begitu hebat telah aku sumpah serapah. Manusia macam apakah aku ini ya Tuhan. Kiranya engkau cabut nyawaku sebagai tebusannya, maka ikhlaslah aku. Wahai guruku, sudilah engkau memaafkan diriku, dan sudilah aku masih tetap bersamamu.
Transenden:
Itulah sebenar-benar ilmu. Itulah sebenar-benar rakhmat. Yaitu jikalau engkau menyadari kelemahanmu dan selalu mohon ampun ke hadlirat Nya. Untuk meningkatkan profesionalismemu maka belajar dan selalu belajarlah, membaca dan selalu membacalah, bertanya dan selalu bertanyalah, berdoa dan selalu berdoalah. Inilah sebenar-benar kesempatan itu. Maka raihlah kesempatan itu. Tetapi janganlah salah paham karena sebenar-benar Bagawat menggapai kesempatan adalah jika dia dapat selalu hidup dan menghidupkan murid-muridnya. Maka sebenar-benar Bagawat menggapai kesempatan adalah jika murid-muridnya sebenar-benar menggapai kesempatan pula. Maka sebenar-benar hidup adalah memberi dan diberi kesempatan. Itulah amanah yang telah aku berikan kepadamu wahai para Bagawat, yaitu membangun hidup dunia dan akhiratmu agar engkau dapat pula membangun hidup dunia dan akhirat para muridmu pula.
Amiin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Kesempatan adalah kemerdekaan untuk memilih. Memilih untuk memilih atau tidak memilih adalah kesempatan. Kesempatan adalah keadaan di mana suatu sifat tidak tertutup oleh sifat yang lain. Dalam pembelajaran hendaklah seorang guru selalu memberikan kesempatan kepada muridnya untuk memperoleh ilmunya sendiri karena dengan begitu guru tidak akan menutup-nutupi sifat-sifat murid seperti bertanya, menjawab, praktek dan sebagainya. Karena sebenar-bena guru menggapai kesempatan adalah dia selalu dapat hidup dan menghidupo murid-muridnya. Maka sebenar-benarnya guru menggapai kesempatan itu sama saja dengan murid-murid menggapai kesempatan. Oleh karena itu sebenar-benarnya hidup adalh memeberi dan diberi kesempatan.
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 PM A 2018
Kesempatan berarti tidak menutupi sifat yang lain. Disebut kesempatan atau disebut menutupi itu bergantung siapa pelakunya. Tindakan akan menjadi kesempatan apabila dilakukan oleh orang yang berkuasa kepada orang yang tidak berkuasa. Tindakan itu tidak dapat diartikan dengan tindakan menutupi sifat. Memberi kesempatan dan diberi kesempatan perlu senantiasa dihadirkan. Karena hidup adalah interaksi antara memberi dan diberi.
Terima kasih
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Saya pernah mendengar suatu lagu yang menyatakan bahwa hidup ini adalah kesempatan. Pepatah juga mengatakan bahwa kesempatan tidak datang dua kali, hidup hanya sekali. Oleh sebab itu, kesempatan yang ditawarkan dalam kehidupan akan sangat bijaksana untuk diambil dan dilakukan. Tetapi ketika kita dapat memberi kesempatan kepada orang lain, maka hal tersebut jauh lebih baik, seperti kesempatan untuk bekerja, kesempatan untuk belajar dan kesempatan lainnya. Maka kaitan hal ini dalam pendidikan adalah, sebagai seorang tenaga pendidik, guru memberi kesempatan bertanya, kesempatan mengeksplore diri mereka.
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Kesempatan itu adalah kemerdakaan. Saya mendefinisikannya sebagai sesuatu yang bebas di dapat oleh orang lain dan diakukan oleh orang lain artinya semua orang berhak mendapatkan kesempatan, kesempatan dalam hal ini bebas, ksempatan dalam berpendidikan, dalam memperoleh pengetahuan dan lain-lain, namun kesempatan tidak datang dua kali, oleh kerena itu, hendaknya manusia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan yang datang dalam hidupnya jika menyangkut hal yang baik. Maka sebenar-benar hidup adalah kesempatan.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Kesempatan silih berganti datang dalam hidup kita. Ia tidak serta merta harus selalu ditunggu tapi terkadang kita lah yang harus menjemputnya. Orang yang bersyukur akan selalu memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan yang ia temui. Contoh orang yang memanfaatkan kesempatan dengan baik adalah apabila ia memiliki kelemahan, maka orang itu mengetahui kelemahan dirinya sendiri dan berusaha, belajar, dan berdoa untuk memperbaiki kelemahan tersebut. Menurut elegi di atas inilah sebenar-benar kesempatan itu. Maka raihlah kesempatan itu. Tetapi janganlah salah paham karena sebenar-benar Bagawat menggapai kesempatan adalah jika dia dapat selalu hidup dan menghidupkan murid-muridnya. Maka sebenar-benar Bagawat menggapai kesempatan adalah jika murid-muridnya sebenar-benar menggapai kesempatan pula. Maka sebenar-benar hidup adalah memberi dan diberi kesempatan. Untuk itu janganlah hanya berorientasi untuk menemui kesempatan bagi dirimu sendiri tapi jugalah ciptakan kesempatan bagi orang-orang lainnya.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Hidup adalah pilihan, Kesempatan pun adalah pilihan, kesempatan untuk memilih dan kesempatan utnuk tidak memilih. Kesempatan adalah kebebasan. Sebenar-benarnya hidup adalah memberi dan diberi kesempatan. Tidak ada orang di dunia ini yang tidak memiliki kesempatan, jika seseorang merasa bahwa dia tidak memiliki kesempatan maka dia sama saja dengan sesuatu/seseorang yang tidak hidup. Untuk itu, kita harus selalu mencapai kesempatan tersebut, karena semua yang ada di dunia saling berhubungan. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Untuk itu jangan menyiakan kesempatan yang baik itu. Tapi, dalam memilih kesempatan kita harus hati-hati, gunakan pikiran dan hati yang jernih agar pilihan yang diambil tepat, bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain. Dan jangan lupa bahwa hidup juga merupakan kesempatan dari Allah, jadi kita harus berterima kasih dan melakukan yang terbaik.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Kesempatan sering datang secara tiba-tiba, tanpa harus kita meminta dan menunggu akan adanya kesempatan. Kesempatan datang untuk dipilih dan untuk tidak dipilih, karena hal itu adalah kesempatan kita sebagai manusia untuk memilih. Kita masih berada di dunia ini karena Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk selalu memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan semakin bertaqwa. Kesempatan yang Allah berikan hendaknya jangan kita sia-siakan dalam menjalani hidup ini.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Berdasarkan elegi diatas, kita dijelaskan bahwa arti dari menggapai kesempatan adalah kesempatan untuk mengejar ilmu. Lewat ilmu yang kita pelajari kita dapat memahami diri kita dengan lebih baik. Maksudnya adalah ilmu tersebut dipakai untuk kita dapat mengukur kemampuan dan kelemahan diri sendiri. Orang yang bijaksana adalah yang dapat menggunakan ilmunya sebagai kesempatan untuk memahami diri dan orang lain.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Dalam hidup manusia, selalu ada berbagai pilihan kesempatan dan manusia semestinya memilih satu dari beberapa kesempatan yang ada. Kesempatan yang saya paham juga dari elegi ini adalah kesempatan guru untuk mengembangkan profesionalismenya. Hal ini berarti guru dengan segala ilmunya selalu menghidupkan diri lewat karya-karya novatif dalam pembelajaran serta lewat hidup yang dihidupinya dalam pula membangkitkan kehidupan dalam murid-muridnya dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar dan mengkonstruksi idenya.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
Kesempatan memang tidak datang setiap saat. Pikirkanlah sejenak, bukankah kita seringkali melewatkan kesempatan yang muncul di hadapan kita? Kita seringkali tidak siap saat kesempatan itu datang. Rasanya tepat sekali ungkapan yang mengatakan bahwa keberhasilan adalah tatkala persiapan bertemu dengan kesempatan. Jadi sekaranglah saat yang paling tepat untuk kita belajar mempersiapkan segala sesuatu. Ini berhubungan dengan mengembangkan potensi yang ada didalam kita
Ibrohim Aji Kusuma
ReplyDelete18709251018
S2 PMA 2018
Semakin berilmu seseorang maka semakin merasa dirinya tidak tahu apapun. Jika sebenat-benar bagawat adalah logos maka semakin naik level bagawatnya maka akan semakin merasa tidak tahu dan rendah hati. Sebaliknya para mitos adalah orang-orang yang sombong meraka mengetahui banyak hal padahal yang ia ketahui hanya sedikit.
Yuntaman Nahari
ReplyDelete18709251021
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Hidup adalah tentang kesempatan, memberi dan diberi kesempatan. Allah memberikan berbagai macam kesempatan kepada kita. Tugas kita adalah memilih untuk mengambil kesempatan itu atau mengabaikannya. Kesempatan untuk bernapas sampai detik ini adalah kesempatan terbesar yang Allah berikan kepada kita. Terkadang kita sering mengabaikan kesempatan-kesempatan yang telah Allah berikan karena tertutup oleh rasa syukur kita kepadaNya. Maka perbanyak rasa syukur kita kepada Allah agar Allah senantiasa menambah kesempatan baik untuk kita dalam membangun hidup dunia akhirat.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Sebenarnya dalam kehidupan, semua dapat dikatakan sebagai kesempatan. Bahkan ketika seseorang tertekan, terintimidasi dan terkekang pun dia memiliki kesempatan, kesempatan untuk merasakan ketertekanan, keterkekangan dan keterintimidasian. Namun lazimnya kesempatan dipahami sebagai suatu tindakan menuju kebebasan yang menjadi landasan untuk dapat menunjukan eksistensi diri, muncul berkembang dengan background sifat-sifatnya.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Kesempatan tidak menutup sifat yang lain. Implikasinya, guru tidak terus-menerus berada di depan keals menjelaskan panjang lebar tetang suatu topic tetapi memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati, menanyakan, menyampaikan pendapat, mencipta suatu karya, presentasi, berdiskusi dan lainnya. Disini guru tidak menutup potensi siswa sehingga dapat terlihat kemampuan-kemampuan siswa yang seharusnya mereka miliki. Selain itu guru juga mempunyai kesempatan untuk menggunakan berbagai model pembelajaran agar siswa mempunyai kesempatan untuk merasakan bagaimana pembelajarn menarik yang sebenarnya.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018 (PM B 2018)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pada elegi di atas, terdapat kalimat "sebenar-benarnya Bagawat menggapai kesempatan adalah jika dia dapat selalu hidup dan menghidupkan murid-muridnya". Oleh karena itu, sebagai seorang begawat yang baik, harus senantiasa memperkaya ilmunya sehingga dapat menghidupkan murid-muridnya. Maksud dari menghidupkan murid-muridnya adalah memberikan pembelajaran semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya dan harus terus menjaga dan meningkatkan profesionalitasnya
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Dijelaskan dalam elegi ini bahwa kesempatan itu adalah kemerdekaan. Artinya saat memiliki kesempatan kita memiliki kemerdekaan atas sesuatu. Maka sebenar-benar hidup adalah memanfaatkan kesempatan yang dimiliki. Seperti istilah yang sering terdnegar bahwa kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya. Oleh karena itu sebagai manusia kita harus senantiasa berikhtiar dan berdoa agar saat kesempatan itu kita peroleh kita bisa memberikan yang terbaik.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Jika kesempatan itu adalah hidup, maka kesempatan yang diberikan guru kepada muridnya untuk berkreativitas secara langsung dalam pembelajaran itulah sebenar benar hidup siswa dan hidupnya pembelajaran.Guru yang tidak menghargai perbedaan kecerdasan para siswanya itulah kematian bagi para siswanya karena hanya mengedepankan beberapa kecerdasan tertentu dan mengabaikan beberapa kecerdasan siswa lainnya. Mengabaikan itulah perihal tidak memberi kesempatan atau perihal menutupi sifat kecerdasan siswa lainnya. Misal Dalam pembelajaran matematika guru hanya berfokus pada siswa yang memiliki kecerdasan logika-matematis sehingga siswa yang memiliki kecerdasan seperti kinestetik, intrapersonal, linguistik,dst tidak dianggap cerdas dalam matematika. Padahal andai saja guru matematika mampu mengkreasikan pembelajaran matematika berbasis kecerdasan majemuk siswa itulah sebenar benar KESEMPATAN bagi seluruh siswa tanpa terkecuali.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Setiap manusia memiliki sifta-sifat tertentu. Antara pihak yang berkuasa dengan yang tidak berkuasa atau yang dikuasai mempunyai kesempatan yang berbeda. Seharusnya pihak yang berkuasa tidak menggunakan kekuasaannya untuk menutupi sifat-sifat dari pihak yang ia kuasai. Caranya adalah dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi pihak yang dikuasai untuk melakukan aktualisasi diri. Seorang yang berkuasa namun tidak menutupi sifat dari pihak yang dikuasai dengan cara memberi mereka kesempatan merupakan cara bagi pihak yang berkuasa untuk menggapai kesempatan.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat pagi Prof.
Kesempatan adalah kondisi dimana kita selalu menyadari apa yang kita ingin, akan, dan mungkin dilakukan. Kesempatan tidak akan hadir begitu saja dan terlewatkan melainkan kesempatan itu dapat diciptakan oleh diri kita sendiri. Bertindak sesuai dengan ruang dan waktu akan menghadirkan pengalaman. Pengalaman inilah membentuk kesempatan-kesempatan baru ataupun lama yang dilakukan kembali. Teruslah melakukan tindakan yang seturut dengan kehendak Tuhan, maka kesempatanmu tidaklah akan menghilang. Bersyukur atas apa yang diperoleh akan membuatmu ikhlas dalam menjalankan kehidupan. Terima kasih.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Dari elegi diatas dapat diambil hikmahnya bahwasanya amanah yang diberikan oleh orang lain perlu dijaga. Seperti kita menjaga hati dan raga kita sebaik mungkin. Tidak perlu mengecewakan orang lain. Saat inilah perlu adanya logika yang baik agar dapat menjaga amanah dengan baik. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Pepatah mengatakan kesempatan tidak datang dua kali karena hakikatnya kesempatan adalah hal yang harus dimanfaatkan secara maksimal dan baik. Begitu pula kesinambungan antara guru dan murid, saling memberi kesempatan untuk satu sama lain agar dapat berkembang dengan baik melalui memberi dan menerima. Ketika melihat murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan, disitulah hati teruji kesabarannya, namun bawakan gambaran apabila salah satu dari mereka kelak akan menarik tangan kita menuju surga. Sehingga ketika kita memiliki kesempatan yang baik lakukanlah yang terbaik agar yang diusahakan untuk dunia dan akhirat dapat saling berkesinambungan.
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Hidup ini pada hakekatnya adalah kesempatan, Sebenar-benar keempatan adalah apabila seseorang dapadat hiidup dan menghidupkan orang lain, sehingga guru yang baik adalah seseorang pendidik yang dapat menghidupkan pengetahuan siswanya.
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Menghidupkan pengetuan siswa artinya memberdayakan apaya yang telah dimiliki siswa, karena setiapa anak itu berbeda, baik dari kecerdasan, karakter dan gaya belajarnya, oleh karena itu perlunya guru untuk mendesain pembebelajaran yang dapat menghidupkan apa yang telah dimiliki siswanya melalui pembelajaran yang kreaif dan inovatif.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Kesempatan yang kita miliki dibatasi oleh ruang dan waktu yang yang kita miliki. Untuk itu selama masih memiliki kesempatan dalam hidup. Kesempatan diisi dengan mencari pengetahuan, menuntut ilmu sabik-baiknya. Kesempatan yang kita miliki merupakan amanah dari Allah SWT. Sebagai guru kesempatan kita adalah memberikan ilmu kepada siswa kita. Itulah amanah yang harus kita jaga.
Zuari Anzar
ReplyDelete19701251006
S2 PEP A 2019
Berdasarkan elegi ini di dalam krisis itulah ada kesempatan. Kesempatan untuk memilih dan kesempatan untuk tidak memilih. Maka tepatlah dikatakan bahwa hidup adalah pilihan dan kesempatan pun adalah pilihan. Oleh karena itu, berpikir lebih hati-hati dalam menentukan pilihan dan mengambil kesempatan sangat diperlukan. Namun yang harus diingat bahwa kesempatan yang kita miliki dibatasi oleh ruang dan waktu yang kita miliki.
Tiara Wahyu Anggraini
ReplyDelete19709251065
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Dalam kehidupan yang dijalani setiap manusia pasti mempunyai kesempatan untuk mudah dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Kita mengetahui bahwa kesempatan itu peluang karena kita dapat mengambil atau bahkan mengabaikannya, namun kesempatan tersebut belum tentu datang dua kali. Apabila kita mengabaikan suatu kesempatan biasanya menyesal kemudian hari, maka dari itu semua kesempatan membutuhkan keputusan (keputusan yang bijak tentunya) karena keputusan menentukan nasib. Jadi suatu kesempatan tergantung oleh bagaimana manusia mengambil keputusan.
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Begawat seharusnya bertindak sesuai dengan hati nuraninya dan memperjuangkan nilai-nilai baik yang terdapat pada lingkungan kehidupannya. Begawat harus bijaksana dalam mengambil pilihan, karena keputusannya akan berakibat besar ke banyak orang. Kesempatan hadir sebagai momentum yang menanti untuk dipilih atau tidak dipilih, sedangkan subyek mempunyai hak untuk memilih dan tidak memilih. Kita seharusnya bijaksana dalam menyikapi sebuah kesempatan, dan mempertimbangkan berbagai hal yang ada dan mungkin ada ketika akan mengambil keputusan. Maka ketika kita bijaksana dalam memilih dan tidak memilih, begawat pun akan mengkutinya dan akan menjadi bijaksana juga dalam mengambil tanggung jawab terhadap keputusannya.
Hajra Yansa
ReplyDelete19701251012
S2 PEP A 2019
Kesempatan selalu ada, setiap detik adalah kesempatan. Kesempatan itu peluang karena kita dapat mengambil atau bahkan mengabaikannya, namun kesempatan tersebut belum tentu datang dua kali. Diperlukan intuisi dan kebijaksanaan dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan Allah SWT. Memanfaatkan kesempatan seharusnya sesuai dengan hati nurani serta nilai-nilai normatif yang berkembang di lingkungan.