Oleh Marsigit
Logos:
Supaya bangsaku lebih dapat mengenal dirinya sendiri, maka aku akan menyelenggarakan konferensi patung filsafat. Aku persilahkan para patung filsafat untuk mengenalkan diri, memamerkan diri, mempromosikan diri. Tetapi jika para patung filsafat itu ingin kampanye mencari pendukung masing-masing, ya silahkan saja. Tetapi bagaimanapun aku akan tetap mengawasi dan mewaspadaimu semua. Saya akan menjadi moderator sekaligus pembahas. Wahai patung-patung filsafat, maka silahkanlah sekarang ini adalah waktumu untuk presentasi.
Patung Contoh:
Wahai hadirin semua, saya adalah patung contoh. Barang siapa berpikir, berniat, atau berencana menjadikan dirinya menjadi contoh bagi yang lainnya, maka aku adalah patungmu. Ketahuilah bahwa subyek dan anggotaku itu kebanyakan adalah para orang tua, para pemimpin, para guru, penguasa dan orang-orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan, kecerdasan, kekayaan, kekuasaan serta orang-orang yang merdeka. Sedangkan obyek –obyekku adalah para orang muda, para anggota, para siswa, orang yang dikuasai, orang tidak berdaya, orang tidak berkuasa dan orang-orang yang tidak merdeka. Maka tiadalah pikiranku, niatku dan rencanaku kecuali hanya sebagai contoh yang baik bagi yang lain. Tidaklah terlalu peduli bagaimanakah keadaanku itu. Aku hanyalah peduli pada tujuanku yaitu apakah aku telah menjadi contoh yang baik.
Logos:
Wahai Patung Contoh, bagaimana kejadiannya jika dirimu itu ternyata tidak dapat dijadikan contoh?
Patung Contoh:
Setinggi-tinggi dan sebesar-besar usahaku adalah menjadi contoh. Maka jika aku mulai ditengarai tidak dapat dijadikan contoh, aku akan melakukan segala cara dan usaha agar aku tetap dapat dijadikan contoh. Sekali contoh tetap contoh. Aku akan tutupi semua kelemahan dan keburukanku, sedemikian hinga aku tetap menjadi contoh.
Logos:
Itulah sebenar-benar Patung Contoh. Sebenar dirimu adalah sebuah patung. Engkau telah diciptakan oleh sipembuatnya, dan digunakan oleh sipembuatnya sebagai mitos. Maka sebenarnya engkau itu adalah musuhku. Maka terkutuklah engkau itu.
Patung Tokoh:
Wahai hadirin semua, saya adalah patung tokoh. Barang siapa berpikir, berniat, atau berencana menjadikan dirinya menjadi tokoh bagi yang lainnya, maka aku adalah patungmu. Ketahuilah bahwa subyek dan anggotaku itu kebanyakan adalah para orang tua, para pemimpin, para guru, penguasa dan orang-orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan, kecerdasan, kekayaan, kekuasaan serta orang-orang yang merdeka. Sedangkan obyek –obyekku adalah para orang muda, para anggota, para siswa, orang yang dikuasai, orang tidak berdaya, orang tidak berkuasa dan orang-orang yang tidak merdeka. Maka tiadalah pikiranku, niatku dan rencanaku kecuali aku hanya sebagai tokoh bagi yang lain. Tidaklah terlalu peduli bagaimanakah keadaanku itu. Aku hanyalah peduli pada tujuanku yaitu apakah aku telah menjadi tokoh bagi yang lain.
Logos:
Wahai Patung Tokoh, bagaimana kejadiannya jika dirimu itu ternyata tidak dapat dijadikan tokoh?
Patung Tokoh:
Setinggi-tinggi dan sebesar-besar usahaku adalah menjadi tokoh. Maka jika aku mulai ditengarai tidak dapat dijadikan tokoh, aku akan melakukan segala cara dan usaha agar aku tetap dapat dijadikan tokoh. Sekali tokoh tetap tokoh. Aku akan tutupi semua kelemahan dan keburukanku, sedemikian hinga aku tetap menjadi tokoh.
Logos:
Itulah sebenar-benar Patung Tokoh. Sebenar dirimu adalah sebuah patung. Engkau telah diciptakan oleh sipembuatnya, dan digunakan oleh sipembuatnya sebagai mitos. Maka sebenarnya engkau itu adalah musuhku. Maka terkutuklah engkau itu.
Patung Ide:
Wahai hadirin semua, saya adalah patung ide. Barang siapa berpikir, berniat, atau berencana menjadikan dirinya menjadi ide bagi yang lainnya, maka aku adalah patungmu. Ketahuilah bahwa subyek dan anggotaku itu kebanyakan adalah para orang tua, para pemimpin, para guru, penguasa dan orang-orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan, kecerdasan, kekayaan, kekuasaan serta orang-orang yang merdeka. Sedangkan obyek –obyekku adalah para orang muda, para anggota, para siswa, orang yang dikuasai, orang tidak berdaya, orang tidak berkuasa dan orang-orang yang tidak merdeka. Maka tiadalah pikiranku, niatku dan rencanaku kecuali hanya menjadikan ideku dapat digunakan bagi orang lain. Tidaklah terlalu peduli bagaimanakah keadaanku itu. Aku hanyalah peduli pada tujuanku yaitu apakah ideku telah digunakan oleh orang lain.
Logos:
Wahai Patung Ide, bagaimana kejadiannya jika idemu ternyata tidak digunakan oleh orang lain?
Patung Ide:
Setinggi-tinggi dan sebesar-besar usahaku adalah menjadikan ideku digunakan oleh orang lain. Maka jika ditengarai ideku mulai tidak digunakan orang lain, aku akan melakukan segala cara dan usaha agar ideku digunakan oleh orang lain. Sekali digunakan tetap digunakan. Aku akan tutupi semua kelemahan dan keburukanku, sedemikian hinga ideku digunakan orang lain.
Logos:
Itulah sebenar-benar Patung Ide. Sebenar dirimu adalah sebuah patung. Engkau telah diciptakan oleh sipembuatnya, dan digunakan oleh sipembuatnya sebagai mitos. Maka sebenarnya engkau itu adalah musuhku. Maka terkutuklah engkau itu.
Patung Slogan:
Wahai hadirin semua, saya adalah patung slogan. Barang siapa berpikir, berniat, atau berencana menjadikan slogannya menjadi menjadi slogan bagi yang lainnya, maka aku adalah patungmu. Ketahuilah bahwa subyek dan anggotaku itu kebanyakan adalah para orang tua, para pemimpin, para guru, penguasa dan orang-orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan, kecerdasan, kekayaan, kekuasaan serta orang-orang yang merdeka. Sedangkan obyek –obyekku adalah para orang muda, para anggota, para siswa, orang yang dikuasai, orang tidak berdaya, orang tidak berkuasa dan orang-orang yang tidak merdeka. Maka tiadalah pikiranku, niatku dan rencanaku kecuali hanya menjadikan sloganku dapat digunakan sebagai slogan orang lain. Tidaklah terlalu peduli bagaimanakah keadaanku itu. Aku hanyalah peduli pada tujuanku yaitu apakah sloganku digunakan oleh orang lain.
Logos:
Wahai Patung Slogan, bagaimana kejadiannya jika sloganmu ternyata tidak digunakan oleh orang lain?
Patung Slogan:
Setinggi-tinggi dan sebesar-besar usahaku adalah menjadikan sloganku digunakan oleh orang lain. Maka jika ditengarai sloganku mulai tidak digunakan orang lain, aku akan melakukan segala cara dan usaha agar sloganku digunakan oleh orang lain. Sekali digunakan tetap digunakan. Aku akan tutupi semua kelemahan dan keburukanku, sedemikian hinga sloganku digunakan orang lain.
Logos:
Itulah sebenar-benar Patung Slogan. Sebenar dirimu adalah sebuah patung. Engkau telah diciptakan oleh sipembuatnya, dan digunakan oleh sipembuatnya sebagai mitos. Maka sebenarnya engkau itu adalah musuhku. Maka terkutuklah engkau itu.
Patung Nasehat:
Wahai hadirin semua, saya adalah patung nasehat. Barang siapa berpikir, berniat, atau berencana menjadikan nasehatnya menjadi menjadi panutan bagi yang lainnya, maka aku adalah patungmu. Ketahuilah bahwa subyek dan anggotaku itu kebanyakan adalah para orang tua, para pemimpin, para guru, penguasa dan orang-orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan, kecerdasan, kekayaan, kekuasaan serta orang-orang yang merdeka. Sedangkan obyek –obyekku adalah para orang muda, para anggota, para siswa, orang yang dikuasai, orang tidak berdaya, orang tidak berkuasa dan orang-orang yang tidak merdeka. Maka tiadalah pikiranku, niatku dan rencanaku kecuali hanya menjadikan nasehatku dapat digunakan orang lain. Tidaklah terlalu peduli bagaimanakah keadaanku itu. Aku hanyalah peduli pada tujuanku yaitu apakah nasehatku digunakan oleh orang lain.
Logos:
Wahai Patung Nasehat, bagaimana kejadiannya jika nasehatmu ternyata tidak digunakan oleh orang lain?
Patung Nasehat:
Setinggi-tinggi dan sebesar-besar usahaku adalah menjadikan nasehatku digunakan oleh orang lain. Maka jika ditengarai nasehatku mulai tidak digunakan orang lain, aku akan melakukan segala cara dan usaha agar nasehatku digunakan oleh orang lain. Sekali digunakan tetap digunakan. Aku akan tutupi semua kelemahan dan keburukanku, sedemikian hinga nasehatku digunakan orang lain.
Logos:
Itulah sebenar-benar Patung Nasehat. Sebenar dirimu adalah sebuah patung. Engkau telah diciptakan oleh sipembuatnya, dan digunakan oleh sipembuatnya sebagai mitos. Maka sebenarnya engkau itu adalah musuhku. Maka terkutuklah engkau itu.
Patung Bijaksana:
Wahai hadirin semua, saya adalah patung bijaksana. Barang siapa berpikir, berniat, atau berencana menjadikan kebijaksanaanya menjadi menjadi panutan bagi yang lainnya, maka aku adalah patungmu. Ketahuilah bahwa subyek dan anggotaku itu kebanyakan adalah para orang tua, para pemimpin, para guru, penguasa dan orang-orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan, kecerdasan, kekayaan, kekuasaan serta orang-orang yang merdeka. Sedangkan obyek –obyekku adalah para orang muda, para anggota, para siswa, orang yang dikuasai, orang tidak berdaya, orang tidak berkuasa dan orang-orang yang tidak merdeka. Maka tiadalah pikiranku, niatku dan rencanaku kecuali hanya menjadikan kebijaksanaanku dapat digunakan orang lain. Tidaklah terlalu peduli bagaimanakah keadaanku itu. Aku hanyalah peduli pada tujuanku yaitu apakah kebijaksanaanku digunakan oleh orang lain.
Logos:
Wahai Patung Bijaksana, bagaimana kejadiannya jika ternyata engkau dianggap tidak bijak oleh orang lain?
Patung Bijaksana:
Setinggi-tinggi dan sebesar-besar usahaku adalah menjadikan diriku dianggap bijak oleh orang lain. Maka jika ditengarai diriku mulai dianggap tidak bijak oleh orang lain, aku akan melakukan segala cara dan usaha agar diriku dianggap bijak oleh orang lain. Sekali bijak tetap bijak. Aku akan tutupi semua kelemahan dan keburukanku, sedemikian hingga aku tetap dianggap bijak oleh orang lain.
Logos:
Itulah sebenar-benar Patung Bijaksana. Sebenar dirimu adalah sebuah patung. Engkau telah diciptakan oleh sipembuatnya, dan digunakan oleh sipembuatnya sebagai mitos. Sebenar-benar dirimu itu tidaklah bijaksana. Maka sebenarnya engkau itu adalah musuhku. Maka terkutuklah engkau itu.
Patung Disiplin:
Wahai hadirin semua, saya adalah patung disiplin. Barang siapa berpikir, berniat, atau berencana mendisiplinkan orang lain, maka aku adalah patungmu. Ketahuilah bahwa subyek dan anggotaku itu kebanyakan adalah para orang tua, para pemimpin, para guru, penguasa dan orang-orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan, kecerdasan, kekayaan, kekuasaan serta orang-orang yang merdeka. Sedangkan obyek –obyekku adalah para orang muda, para anggota, para siswa, orang yang dikuasai, orang tidak berdaya, orang tidak berkuasa dan orang-orang yang tidak merdeka. Maka tiadalah pikiranku, niatku dan rencanaku kecuali hanya mendisiplinkan orang lain. Tidaklah terlalu peduli bagaimanakah keadaanku itu. Aku hanyalah peduli pada tujuanku yaitu mendisiplinkan orang lain.
Logos:
Wahai Patung Disiplin, bagaimana kejadiannya jika ternyata engkau sendiri tidak disiplin?
Patung Disiplin:
Setinggi-tinggi dan sebesar-besar usahaku adalah mendisiplinkan orang lain. Maka jika ditengarai diriku mulai ketahuan tidak disiplin oleh orang lain, aku akan melakukan segala cara dan usaha agar diriku tetap dianggap disiplin oleh orang lain. Sekali disiplin tetap disiplin. Aku akan tutupi semua kelemahan dan keburukanku, sedemikian hingga aku tetap dianggap disiplin oleh orang lain.
Logos:
Itulah sebenar-benar Patung Disiplin. Sebenar dirimu adalah sebuah patung. Engkau telah diciptakan oleh sipembuatnya, dan digunakan oleh sipembuatnya sebagai mitos. Sebenar-benar dirimu itu tidaklah disiplin. Maka sebenarnya engkau itu adalah musuhku. Maka terkutuklah engkau itu.
Patung Pembimbing:
Wahai hadirin semua, saya adalah patung pembimbing. Barang siapa berpikir, berniat, atau berencana membimbing orang lain, maka aku adalah patungmu. Ketahuilah bahwa subyek dan anggotaku itu kebanyakan adalah para orang tua, para pemimpin, para guru, penguasa dan orang-orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan, kecerdasan, kekayaan, kekuasaan serta orang-orang yang merdeka. Sedangkan obyek –obyekku adalah para orang muda, para anggota, para siswa, orang yang dikuasai, orang tidak berdaya, orang tidak berkuasa dan orang-orang yang tidak merdeka. Maka tiadalah pikiranku, niatku dan rencanaku kecuali hanya membimbing orang lain. Tidaklah terlalu peduli bagaimanakah keadaanku itu. Aku hanyalah peduli pada tujuanku yaitu membimbing orang lain.
Logos:
Wahai Patung Pembimbing, bagaimana kejadiannya jika ternyata engkau sendiri tidak mampu membimbing?
Patung Pembimbing:
Setinggi-tinggi dan sebesar-besar usahaku adalah membimbing orang lain. Maka jika ditengarai diriku mulai ketahuan tidak mampu membimbing orang lain, aku akan melakukan segala cara dan usaha agar diriku tetap dianggap mampu membimbing orang lain. Sekali membimbing tetap membimbing. Aku akan tutupi semua kelemahan dan keburukanku, sedemikian hingga aku tetap dianggap mampu membimbing orang lain.
Logos:
Itulah sebenar-benar Patung Pembimbing. Sebenar dirimu adalah sebuah patung. Engkau telah diciptakan oleh sipembuatnya, dan digunakan oleh sipembuatnya sebagai mitos. Sebenar-benar dirimu itu tidaklah mampu membimbing. Maka sebenarnya engkau itu adalah musuhku. Maka terkutuklah engkau itu.
Patung Pemimpin:
Wahai hadirin semua, saya adalah patung pemimpin. Barang siapa berpikir, berniat, atau berencana memimpin orang lain, maka aku adalah patungmu. Ketahuilah bahwa subyek dan anggotaku itu kebanyakan adalah para orang tua, para pemimpin, para guru, penguasa dan orang-orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan, kecerdasan, kekayaan, kekuasaan serta orang-orang yang merdeka. Sedangkan obyek –obyekku adalah para orang muda, para anggota, para siswa, orang yang dikuasai, orang tidak berdaya, orang tidak berkuasa dan orang-orang yang tidak merdeka. Maka tiadalah pikiranku, niatku dan rencanaku kecuali hanya memimpin orang lain. Tidaklah terlalu peduli bagaimanakah keadaanku itu. Aku hanyalah peduli pada tujuanku yaitu memimpin orang lain.
Logos:
Wahai Patung Pemimpin, bagaimana kejadiannya jika ternyata engkau sendiri tidak mampu memimpin?
Patung Pemimpin:
Setinggi-tinggi dan sebesar-besar usahaku adalah memimpin orang lain. Maka jika ditengarai diriku mulai ketahuan tidak mampu memimpinorang lain, aku akan melakukan segala cara dan usaha agar diriku tetap dianggap mampu memimpin orang lain. Sekali memimpin tetap memimpin. Aku akan tutupi semua kelemahan dan keburukanku, sedemikian hingga aku tetap dapat memimpin orang lain.
Logos:
Itulah sebenar-benar Patung Pemimpin. Sebenar dirimu adalah sebuah patung. Engkau telah diciptakan oleh sipembuatnya, dan digunakan oleh sipembuatnya sebagai mitos. Sebenar-benar dirimu itu tidaklah mampu memimpin. Maka sebenarnya engkau itu adalah musuhku. Maka terkutuklah engkau itu.
Orang tua berambut putih:
Wahai semuanya, terutama yang belum memberikan presentasi: patung informasi, patung dermawan, patung kebaikkan, patung keamanan, patung koordinator, patung administrator, patung ketua, patung sekretaris, patung peraturan, patung sahabat, patung editor, patung fasilitator, patung guru, patung dosen, patung mahasiswa, patung jabatan, patung profesi, patung dedikasi, patung senior, patung pakar, patung pengalaman, patung orang tua, patung piagam, patung sertifikat, patung suami, patung lurah, patung ganteng, patung polisi, patung moral, patung etika, patung semua yang ada dan yang mungkin ada. Serta logos. Maafkan aku, karena terbatasnya waktu maka konferensi terpaksa kita hentikan. Perkenankan aku akan memberi sambutan akhir.
Orang tua berambut putih:
Wahai semuanya, sebenar-benar logos adalah berpikir kritis. Maka sebenar-benar logos adalah lawan dari mitos. Sedangkan sebenar-benar si pembuat patung tidak lebihnya seperti bangsa quraish pada jaman jahiliah, yaitu membuat patung kemudian mengajak orang lain untuk menyembahnya. Maka hanyalah logos atau berpikir kritislah yang akan dapat mengahancurkan segala patung-patung filsafat dan si pembuatnya itu.
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Ide yang baik, gagasan yang baik, informasi yang baik, dan lain-lain yang baik itu memang baik. Namun, yang baik menjadi tidak baik ketika tujuannya harus dipenuhi bagaimanapun caranya. Jika cara yang ditempuh adalah cara yang tidak baik, maka ide yang baik, gagasan yang baik, informasi yang baik, dan lain-lain akan berubah menjadi ide yang tidak baik, gagasan yang tidak baik, informasi yang tidak baik, dan lain-lain yang tidak baik. Dengan demikian, yang awalnya logos justru menjadi lawannya logos, yaitu mitos.
Terima kasih
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Patung adalah replika. Karena hanya replika maka dapat dikatakan patung adalah kepalsuan. Patung itu sama hanya bagian luarnya saja. Dari elegi itu dapat dipahami bahwa patung-patung filsafat adalah mitos yang dapat menyesatkan manusia dalam menggapai logos. Maka dari itu untuk menggapai logos adalah denga berpikir kritis sehingga tidak akan terjebak pada patung logos atau mitos itu sendiri.
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Logos adalah pengetahuan dan mitos adalah musuhnya logos. Hal-hal semacam patung seperti yang digambarkan oleh elegi di atas merupakan mitos bukanlah logos. Jika manusia tidak pandai-pandai dalam memfilter pengetahuannya atau memperoleh ilmunya maka akau berujung dengan terjebaknya kita ke dalam mitos. Karena kalanya suatu ilmu dipandang sebagai suatu ilmu yang sesat maka sebenar-benarnya ilmu yang sesat itu adalah mitos.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Patung selamanya tetaplah patung tak akan berubah. Itulah sebabnya patung menjadi mitos dikarenakan dipercaya padahal sifatnya selalu tetap. Ini perumpamaan bagi orang yang telah berhenti berpikir lagi dan merasa cukup pikirannya dengan apa yang sudah dipikirkan. Itulah sebabnya dikatakan syirik jika kita menyembah patung. Menyembah yang tidak bisa berbuat apa-apa. Ini hanyalah buang waktu. Hakekat Patung Filsafat adalah representasi dari mitos-mitos yang ada. Patung-patung filsafat berusaha untuk menjadikan orang lain menyembah dan mengikuti dia. Menyadarkan manusia bahwa sebenar-benar logos adalah berfikir kritis. Maka sebenar-benar logos adalah lawan dari mitos. Pada dasarnya patung-patung filsafat adalah representasi dari mitos-mitos yang tidak perlu dipertanyakan kebenarannya. Dan orang harus berpikir kritis saat dia berhadapan dengan patung-patung filsafat.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Sebagai manusia kita tidak boleh memplagiat secara utuh apa yang ada pada diri orang lain, karena itu sama artinya dengan kita terjebak dalam mitos orang lain tersebut. Manusia tidak memiliki kesempurnaan mutlak pada dirinya, oleh karena itu duplikasilah apa yang baik dan sesuai bagi kita dan singkirkan apa yang buruk ataupun tidak cocok untuk kita. Amati, tiru, dan modifikasi apa yang bisa diambil sebagai contoh, pelajaran, dan panutan dari kisah kehidupan seseorang. Ambilah pelajaran dari orang itu, bangunlah dirimu sendiri dengan logosmu.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Elegi diatas menjelaskan bahwa jangan kita menjadikan diri kita sebagai patung filsafat. Ada beberapa patung filsafat yang sudah dijelaskan dalam postingan ini. Menjadi patung filsafat itu sama halnya dengan menyuruh orang lain untuk mengikuti, mendengarkan dan menghormati apa yang menjadi keputusan kita. Berpikirlah secara kritis agar kita tidak menjadi patung filsafat karena tentunya dapat merugikan diri kita dan orang lain. Adapun jika orang lain mengikuti kita maka orang tersebut termakan oleh mitos kita. parahnya adalah orang tersebut tidak menyadari dan merasa biasa saja. Demikian juga kita tidak boleh termakan mitos oleh patung filsafat yang lain.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Setiap orang bebas memiliki ide, gagasan, pendapat, pengalaman, kebijaksanaan, jabatan, dll namun jangan sampai kita memaksakan atau memanfaatkan kemampuan yang kita miliki tersebut agar dapat menguasai orang lain. Kita tidak boleh menyalahgunakan kemampuan kita dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Karena pada dasarnya baik itu orang tua, pemimpin, guru, penguasa, orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan, kecerdasan, kekuasaan, orang-orang yang merdeka, orang muda, anggota, siswa, orang yang dikuasai, orang yang tidak berdaya, orang yang tidak berkuasa, orang yang tidak merdeka, semua punya hak-hak yang sama untuk mengembangkan dirinya dalam menjalani kehidupan. Dan setiap pihak lain harus mampu menghargainya.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
Guru tidak dapat memaksa agar siswanya jadi ”itu” atau jadi ”ini”. Siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Patung filsafat terkadang berada didalam hati kita, sebagai manusia yang hendak melakukan suatu hal dan aktivitas. Patung filsafat tidak untuk dijadikan sebagai Tuhan. Namun belajar untuk berpikir kritis dalam segala tindakan yang akan kita lakukan untuk merenung, memahami dan mengambil sikap yang bijak untuk melihat keagunggan-Nya pemilik alam semesta, Allah SWT.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Dalam segi pembelajaran alangkah kita baiknya mendidik siswa dengan melihat multiple intelegensi siswa yang sangat beragam. Jangan kita jadikan siswa untuk menjadi Mitos dalam berpikir, karena guru yang mengajarkannya menganggap dirinya paling benar dan harus seperti yang guru ajarkan, sehingga siswa tidak menjadi terampil dalam berpikir termasuk berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa yang tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak pernah terlatih untuk hal itu.
Ibrohim Aji Kusuma
ReplyDelete18709251018
S2 PMA 2018
Berbagai jenis patung telah memperkenalkan dirinya. Kesemua dapat dibagi menjadi dua yaitu logos dan mitos. Patung ide dll adalah logos, ketika tidak bisa memberikan ide dll disebut mitos. Namun demikian ide dll tetap berupaya supaya menjadi ide yang mebrikan ide yang disebut logos. Maka hidup adalah interakasi antara logos dan mitos.
Ibrohim Aji Kusuma
ReplyDelete18709251018
S2 PMA 2018
Jadilah logos dan jangan sekali-kali menjadi mitos. Karena logos adalah kehidupan dan mitos adalah kematian. Logos akan selalu menang melawan mitos kapanpun dan dimanapun. Ciri-ciri logos adalah berfikir kritis.
Yuntaman Nahari
ReplyDelete18709251021
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Manusia sangat lekat hubungannya dengan patung filsafat. Sifat manusia tidak lepas dari patung-patung filsafat. Manusia hanya ingin diakui eksistensinya tanpa peduli dengan keberadaan sejatinya. Karakter manusia sangat dekat dengan kesombongan yang membawa manusia menjadi patung-patung filsafat. Patung-patung filsafat merupakan sebuah mitos bagi manusia, karena manusia tidak lagi peduli dengan kerja nyatanya. Yang dibutuhkan hanyalah eksistensi karena kesombongannya. Kesombongan yang akan menghancurkan segalanya layaknya patung-patung pada zaman jahiliyah yang dianggap sebagai Tuhan. Ketidaktahuan tentang agama menjadikan manusia pada zaman jahiliyah melihat benda-benda mati sebagai Tuhan mereka. Tapi kini manusia telah memiliki logos dalam berfikir. Dan hanya logos yang dapat mengahancurkan pemahaman akan patung-patung tersebut. Hanya logos yang dapat menghancurkan mitos-mitos kesombongan.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Patung adalah sesuatu yang diciptakan oleh manusia, dikendalikan manusia. Manusia pun bisa menjadi patung ketika sifatnya telah tertutup oleh sifat orang lain. Oleh karena itu dalam mengajar seorang guru harus memberikan kesempatan pada siswanya untuk berkreasi dan menampakan jati dirinya, jangan sampai suatu pendidikan hanyalah memproduksi patung-patung dan memasung berbagai potensi masing-masing siswa.
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Dari elegi konferensi patung filsafat yang sudah saya baca terlihat seperti kehidupan manusia sehari-hari. Berhubungan dengan sifat egois dari manusia. Seperti patung contoh ketika ditanyai bagaimana jika ia tidak bisa dijadikan sebagai contoh? Kemudian ia mengatakan bahwa tetap akan melakukan segala cara agar tetap menjadi contoh. Terkadang dalam hidup kita juga sering memaksakan kehendak tanpa mau mendengar nasihat atau pendapat orang lain.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Patung merupakan suatu symbol, patung adalah tiruan suatu wujud. Patung dibuat oleh pematung, segala ide, keinginan, tujuan, dan kepentingan dari pematung dituangkan dalam bentuk patung. Semua kendali ada dalam pembuatnya. Adanya patung ini menunjukkan suatu eksistensi, namun eksistensi yang diperdaya, Maukah kita menjadi patung yang segalanya dikendalikan orang lain serta berpikir sempit dan tertutup? Tentu tidak memilih seperti ini. Kita harus melawan patung dengan cara mendekat pada logos dan menjauhi mitos. Mendekat dengan logos dengan mengolah pikiran untuk berpikir kritis.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018 (PM B 2018)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Patung merupakan pelambangan atau simbol dari presentasi sesuatu. Patung dibuat untuk perwujudan dari kesejahteraan, kedamaian, pengetahuan, dan lain-lain. Tetapi banyak orang yang tidak berpikir logos sehingga hanya memeprcayai mitos sehingga yang dilakukan hanyalah seperti kaum qiraish dimana menyembah patung dari lambang-lambang tersebut untuk mencapai kesejahteraan, kedamaian, pengetahuan, dan lain-lain
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Sifat-sifat positif diatas adalah sifat yang jika dimiliki atau diusahakan oleh manusia adalah suatu hal yang positif. Namun nilai-nilai positif yang terkandung didalamnya akan menjadi sia-sia atau tidak memberikan esensi yang positif jika hanya diaplikasikan sebagai patung yang hanya dielu-elukan, dipandang tentapi tidak disikapi secara kritis.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Dari elegi ini saya menyimpulkan bahwa patung filsafat itu multirupa dan merupakan berbagai macam cara memperoleh tujuan sementara Pembuat patung filsafat ialah pelaku yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh keinginanannya. Pembuat patung filsafat ialah mereka yang lebih mengedepankan hawa nafsu daripada akal dan nuraninya kemudian mengajak orang lain untuk mengikutinya. Selain itu ada juga pengikut patung filsafat ialah mereka yang dengan mudah mengikuti para pembuat patung filsafat tanpa mempertimbangkan secara mendalam. Misal pada contoh diatas adalah patung ide, orang yang memanfaatkan segala cara agar idenya bisa digunakan oleh orang lain itulah pembuat patung filsafat sementara orang yang dengan mudah menerima dan menggunakan ide sipembuat patung ide tanpa memikirkannya itulah sipengikut patung ide.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Jika dibawa kedalam kehidupan baik secara sadar maupun tidak sadar, kita khususnya saya pribadi terkadang masih menjadi pembuat dan pengikut patung filsafat. Mengcopy paste karya orang lain tanpa mencantumkan sumber adalah salah satu contoh seseorang sudah menjadi pembuat patung karya karena sudah tidak mau berpikir keras lagi untuk membuat tugas proposalnya, sementara orang yang ikut-ikutan menggunakan cara yang sama itulah pengikut patung karya. Maka yang dapat memerangi patung filsafat sebagaimana yang disebutkan dalam blog ini adalah logos. Menggunakan pikiran kritis dalam menerima dan menggunakan segala pengetahuan . Tak hanya logos sebaiknya kita juga harus menggunakan hati, karena pengetahuan tertinggi kita adalah logos yang bernurani. Logos yang bernurani tidak akan sekedar memikirkan baik dan buruknya jika menciplak karya orang lain tapi juga lebih kepada kegelisahan dalam hatinya akan beban dosa yang ditanggung jika menjiplak karya orang lain.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Patung adalah hasil karya sang pembuatnya, berarti patung filsafat adalah hasil buah karya pemikiran para filsuf. Sebenarnya kesalahan bukan pada patungnya namun lebih kepada pembuatnya. Jika tujuan awal pembuat pembuat patung adalah agar karya nya dapat dinikmati orang lain maka tujuan itu benar dan yang demikian itu adalah logos. Namun, jika seiring berjalannya waktu ternyata patung karyanya terungkap memiliki kekurangan dan tidak lagi diminati orang kemudian sang pembuat akan melakukan berbagaimacam cara agar patung tersebut kembali diminati hingga menutupi kekurangan-kerurangan yang seharusnya diperbaiki namun ternyata hanya ditutupi saja dan tindakan lain yang berorientasi negatif yang dilakukan pembuat patung maka patung tersebut tidak lagi menjadi logos, justru malah berubah menjadi sebuah mitos belaka. Maka diperlukan sebuah pemikiran yang kritis agar sebuah logos tetap menjadi logos tanpa berubah menjadi mitos.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat malam Prof.
Patung filsafat menjelma dalam kehidupan. Artinya semua bentuk patung filsafat dapat ditemui dalam kehidupan kita. Bagaimana cara? Proses dari sebuah pengalaman akan melahirkan patung-patung ini. Tidaklah cukup patung ini berdiri sendiri. Hadirlah logos yang membantu menentukan apa yang dipilih. Hadirlah mitos yang menjadi tantangan bagi semua patung dan logos untuk memilih. Artinya adanya hambatan yang akibat kehadiran mitos. Sebesar-besarnya logos dalam menentukan jalan bagi kehidupan, berserahlah pada Tuhan sehingga jalanmu selalu didampingi. Terima kasih.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Janganlah bersikap munafik. Apabila ia berkata, ia berdusta. Apabila ia berjanji, ia menyalahi. Apabila ia diberi amanah, ia khianat. Orang munafik itu lain mulut lain pula hatinya. Di depan bilang A, dibelakang bilang B. Naudzubillah min dzalik. Berhati-hatilah, orang munafik itu sangat berbahaya. Bersikaplah apa adanya jika ingin menjadi orang yang terlihat sempurna bagi orang lain. Sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Allah semata. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Selalulah berpikir kritis untuk menggapai logosmu dan menghancurkan mitosmu. Dengan berpikir kritis, kamu tidak akan mudah termakan oleh mitos. Dengan berpikir kritis, kamu tidak akan mudah termakan hoax. Dengan berpikir kritis, kamu tidak akan mudah termakan provokasi. Dengan berpikir kritis, kamu akan dapat memahami informasi secara menyeluruh. Dengan berpikir kritis, kamu akan menemukan solusi terbaik untuk memecahkan masalahmu. Sehingga dengan berpikir kritis, kamu dapat menggapai logosmu. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Ketika orang yang berilmu dapat memanfaatkan dan menempatkan ilmu yang dia miliki dengan benar sudah selayaknya dia bertindak sesuai dengan ruang dan waktu. Hal ini akan mendukung fikirannya untuk tidak menguasai bahkan mengontrol orang lain. Oleh karena itu, ilmu tersebut dapat kita digunakan untuk melawan mitos
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Elegi ini menceritakan tentang patung-patung profesi. Patung itu diam dan tidak bergerak, sehingga aapabila seseorang tidak berpikir maka orang tersebut menyerupai patung, dan patung itu hanyalah mitos.
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Elegi diatas menggambarkan pentingnya kita untuk berpikir kritis terhadap segala situasi yang dihadapi. Jika dihadapkan pada suatu keadaan yang rumit, dibutuhkan pemikiran kritis untuk dapat memecahkannya namun apabila kita hanya diam saja tanpa melakukan respon apapun maka kita akan terjebak pada mitos.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Berdasarkan elegi diatas patung filsafat ingin menjadi tokoh, yang dicontoh, yang dianggap mampu untuk memimpin, namun sebenarnya tidak. Itulah sebenar-benar mitos, lawan dari logos. Untuk itulah dalam memilih pemimpin yang nanti akan menjadi panutan, kita haruslah berpikir kritis. Jangan sampai salah memilih. Pemimpin yang baik haruslah bijaksana, pintar menjaga amana, dapat menjadi teladan yang baik untuk umatnya. Dan Pemimpin terbaik adalah Nabi Muhammad SAW.
Zuari Anzar
ReplyDelete19701251006
S2 PEP A 2019
Patung adalah replika yang selamanya tetaplah patung, tidak akan berubah. ia hanya akan diam membisu. Patung hanyalah tiruan atas pikiran dan karya pembuatnya. Meniru dan menjadi tiruan bagi orang lain adalah sebuah mitos-mitos. Manusia diciptakan sempurna dengan akal agar manusia itu berpikir, mengolah pikiranya untuk mencari ilmu pengetahuan yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Menyadarkan manusia bahwa sebenar-benarnya logos adalah berpikir kritis. Dengan berpikir kritis dapat mengetahui hal yang ada dan yang mungkin ada terhadap ruang dan waktu.
Tiara Wahyu Anggraini
ReplyDelete19709251065
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Elegi di atas menceritakan bahwa patung-patung filsafat ini ingin menjadi tokoh, ingin menjadi contoh, dan ingin menjadi pemimpin. Sebenar-benarnya itu ialah mitos. Patung-patung filsafat ialah mitos yang dapat menyesatkan manusia dalam menggapai logos. Oleh karena itu, untuk menggapai logos ialah dengan berpikir kritis sehingga tidak akan terjebak pada patung logos atau mitos itu sendiri.
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete1970125017
S2 PEP A 2019
Logos melawan mitos, maka disitulah filsafat hadir. Patung kepercayaan yang dibuat oleh sipembuat merupakan representasi kepercayaan dari para pemuja mitos. Para patung tidak dapat menghadirkan realisasi dari apa yang dipercayakan kepadanya secara nyata, seperti kebijaksanaan, disiplin, contoh, tokoh, nasihat, dan lain sebagainya karena ia hanyalah sekadar patung yang hanya berdiam saja, maka mereka adalah mitos. Oleh karena itu logos menentangnya karena suatu sifat yang melekat harus dapat ditunjukkan secara empiris dan rasional seperti yang dikritisi oleh logos.
Lovie Adikayanti
ReplyDelete19709251068
S2 Pendidikan Matematika D
Assalamualaikum wr.wb
Patung selamanya tetaplah patung tak akan berubah. Itulah sebabnya patung menjadi mitos dikarenakan dipercaya padahal sifatnya selalu tetap.
Bagi bangsa jika rakyatnya semua sama halnya patung maka bangsa tersebut tak akan maju dan justru akan tergerus oleh perkembangan jaman yang selalu tumbuh secara dinamis. Mari janganlah kita menjadi patung yang tak mampu berbuat dan berpikir terus dan terus..selalu buatlah perubahan yang baik dari pikiran kita dan perbuatan kita.
Hajra Yansa
ReplyDelete1970125012
S2 PEP A 2019
Kehadiran logos untuk menentang mitos. Jika dikaitkan dengan fenomena zaman modern patung tidak hanya seperti yang dibuat oleh suku quraish yang dipercaya benda mati tersebut dapat mendatangkan manfaat. Tapi patung juga berwujud manusia yaitu raksasa kepongahan yang ada dalam diri saat mitos hadir dan tidak diimbangi dengan logos. Patung-patung manusia adalah tokohnya sendiri jika tidak diimbangi dengan logos kemudian ditiru oleh orang lain akan berakibat fatal. Maka sebaik-baiknya manusia adalah yag berpikir kritis
Rochyati
ReplyDelete19709251074
S2 P. Mat D 2019
Patung tetaplah patung, tak akan bisa bergerak, ajeg. Maka patung menjadi mitos dikarenakan sifatnya selalu tetap. Hal ini dianalogikan bagi orang yang telah berhenti berpikir dan sudah merasa cukup dengan ilmunya. Padahal ilmu itu perlu terus di upgrade sebagaimana hadits menyebutkan carilah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.
Aulia Nur Arivina
ReplyDelete18709251051
S2 Pendidikan Matematika C 2018
Assalamu’alaikum wr.wb.
Patung dalam filsafat sama halnya dengan manusia yang tidak berpikir. Manusia yang tidak berpikir atau berpikir dalam diam adalah mitos, sehingga patung melambangkan mitos. Mitos adalah antithesis dari logos. Manusia yang benar-benar hidup adalah yang berpikir atau dalam filsafat dinamakan logos. Jadi, sebenar-benarnya manusia yang diberi kesempurnaan dalam berpikir hendaknya digunakan dan diamalkan dengan sebaik-baiknya.