Sep 7, 2009

Wajah dan Raport Pendidikan Indonesia (di tinjau dari usaha mempromosikan pendidikan yang lebih demokratis)

Oleh Marsigit

Negara Indonesia terlalu besar untuk dipikirkan secara parsial. Negara Indonesia terlalu luas untuk dipikirkan secara sektoral. Negara Indonesia terlalu kompleks untuk dipikirkan oleh hanya beberapa orang. Dan negara Indonesia terlalu agung untuk dilihat hanya dari beberapa sudut pandang saja. Pancasila adalah cita-cita luhur bangsa. Demokrasi Pancasila adalah visi kebangsaaan Indonesia, walaupun kelihatannya gaungnya kurang begitu membahana, bahkan sebagian segmen masyarakat tampak agak gamang dengannya.

Tetapi baiklah, asumsikan bahwa kita memang tidak gamang, artinya memang kita berketetapan bahwa visi kebangsaan Indonesia itu ya Demokrasi Pancasila, maka kita bisa melakukan analisis deduktif, bahwa visi demikian seyogyanya menjiwai segenap aspek berkehidupan berkebangsaan dan berkenegaraan Indonesia. Maka visi pendidikan nasional juga harus bernafaskan demokrasi Pancasila, walaupun kelihatannya hal yang demikian juga mungkin terdapat segmen masyarakan yang masih agak gamang.

Tetapi baiklah, asumsikan bahwa kita memang tidak gamang bahwa pendidikan nasional seharusnya mempunyai visi demokrasi Pencasila, maka kitapun bisa melakukan analisis deduktif yaitu bahwa setiap aspek implementasi pada bagian dan subbagian pendidikan nasional juga harus dijiwai oleh semangat Demokrasi Pancasila. Jika kita secara konsisten bisa melakukan kegiatan analisis demikian maka hasil-hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk refleksi diri kita seperti apakah wajah, tubuh, lengan dan kaki-kaki pendidikan nasional kita?

Gambaran tentang diri wajah, tubuh, lengan dan kaki-kaki pendidikan nasional akan tampak lebih jelas lagi manakala kita melakukan analisis hal yang sama untuk kasus-kasus yang paralel diluar sistem Demokrasi Pancasila. Yang terakhir tentunya semata-mata digunakan sebagai cross-check agar analisis bersifat obyektif dan hasilnya bersifat valid. Kegiatan analisis demikian setidaknya dilandasi beberapa asumsi dasar sebagai berikut.

Suatu sistem yang sehat adalah sistem yang mempunyai:
1) obyek material dan obyek formal sekaligus,
2)struktur yang jelas dan bersifat terbuka yang menggambarkan bentuk wajah, tubuh, lengan dan kaki-kaki secara jelas pula,
3)hubungan yang jelas antara komponen dalam struktur,
4) konsisten antara hubungan yang satu dengan yang lain baik hubungan secara substantial maupun hubungan secara struktural,
5) didukung oleh pelaku-pelaku dan komponen yang sesuai baik secara hakikinya, pendekatannya maupun ditinjau dari aspek kemanfaatannya,
6)peluang bagi segenap komponen yang ada untuk saling belajar dan dipelajari,
7) bersifat kompak dan komprehensif,
8) menggambarkan perjalanan sejarah waktu lampau, sekarang dan yang akan datang,
9) serta menampung semua aspirasi dan keterlibatan subyek dan obyek beserta segala aspeknya.

Dengan berbekal visi yang ada, pendekatan analisis, dan ideal dari suatu sistem yang baik, dan referensi yang ada, marilah kita mencoba melihat dan merefleksikan bentuk tubuh pendidikan nasional kita.

1) Jika kita ingin mempromosikan pendidikan lebih demokratis maka pandangan tentang keilmuan seyogyanya mempromosikan kreativitas serta merupakan bagian dari pengembangan masyarakat pada umumnya. Sementara pendidikan nasional kita belum mencapai keadaan demikian. Pandangan keilmuan yang ada masih bersifat ego of the body of knoledge, ego of the structure of knowledge, dan ego of the structure of knowledge. Pada point ini, maka analisis saya, jika diwujudkan dalam bentuk angka, baru memberikan nilai 4 (empat) pada rentang 10.

2) Jika kita ingin mempromosikan pendidikan lebih demokratis maka pandangan tentang value haruslah menuju ke keadilan dan kemerdekaan berpikir serta mendorong pengembangan aspek-aspek humanity. Praktek pendidikan kita masih terjebak pada dikotomi baik-buruk, tetapi kita kurang terampil mengisi interval di dalamnya. Praktek pendidikan cenderung semakin bersifat pragmatis dalam konteks hirarkhi paternalistik. Hirarkhi paternalistik itu akan lebih baik jika dia bersifat idealistic hierarchy paternalistic. Untuk poin ini saya memberi angka 5 (lima)

3) Jika kita ingin mempromosikan pendidikan lebih demokratis maka harus mendorong diadakannya inovasi atau perubahan secara terus menerus di segala aspeknya semata-mata demi kesejahteraan semua warga. Sementara system pendidikan kita cenderung tersedot oleh magnet dari market oriented dalam konteks hierarkhy-hierarkhy. Akibatnya nuansa pragmatis semakin menggejala bersamaan dengan erosinya nilai-nilai idealis para pelakunya. Untuk point ini saya memberi nilai 5 (lima)

4) Jika kita ingin mempromosikan pendidikan lebih demokratis maka kita harus mendorong mendorong partisipasi subyek pendidikan. Sementara di grass-root kita menemukan bahwa ketakberdayaan subyek didik dan dominasi pendidik secara terstruktur dan bersifat masif. Untuk point ini saya memberi nilai 3 (tiga)

5) Jika kita ingin mempromosikan pendidikan lebih demokratis maka harus mendorong mengembangkan aspek budaya masyarakat dan mengfungsikan pendidikan sebagai system pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Kebutuhan masyarakan hendaknya diartikan secara mendalam dan seluas-luasnya, termasuk paradigma bahwa subyek didik itulah sebenar-benar yang membutuhkan pendidikan.Untuk point ini saya menilai 3 (tiga)

6) Jika kita ingin mempromosikan pendidikan lebih demokratis maka tujuan pendidikan seyogyanya meliputi usaha-usaha mengembangkan masyarakat dan kehidupan seutuhnya secara komprehensif. Implementasi seyogyanya secara komprehensif dan konsisten. Untuk ini saya menilai 7 (tujuh)

7) Jika kita ingin mempromosikan pendidikan lebih demokratis maka kita perlu mempromosikan komunikasi multi arah dan kemandirian. Untuk point ini saya menilai 5 (lima)

8) Jika kita ingin mempromosikan pendidikan lebih demokratis maka kita perlu mempromosikan lingkungan kehidupan sosial kemasyarakatan sebagai konteks praktik kependidikan. Untuk poin ini saya menilai 4 (empat).

9) Jika kita ingin mempromosikan pendidikan lebih demokratis maka kita perlu mengembangkan sistem evaluasi yang bersifat terbuka dan berbasis pada pelaku pendidikan. Evaluasi pendidikan hendaknya berdasar kepada catatan atau portfolio yang menunjukkan tidak hanya hasil tetapi juga proses. Evaluasi pendidikan juga hendaknya bersifat komprehensif dengan mengukur mencatat semua aspek kemampuan pelaku. Untuk point ini saya memberi nilai 4 (empat).

10) Jika kita ingin mempromosikan pendidikan lebih demokratis maka kita perlu mempromosikan aspek multi budaya sebagai kakayaan yang perlu dikembangkan. Otonomi daerah dan desentralisasi perlu ditempatkan dalam kedudukan yang proporsional. Untuk poin ini saya menilai 6 (enam)

Rata-rata penilaian saya terhadap sistem pendidikan kita dilihat dari segi promosi pendidikan yang bersifat demokratis adalah

(4+5+5+3+3+7+5+4+4+6)/10 = 5 (lima)

Kesimpulan:

Dengan nilai 5, maka kesimpulan saya terhadap wajah sistem pendidikan kita adalah sebagai berikut:

1. Dapat dimengerti masih banyaknya persoalan-persoalan yang perlu dipikirkan baik secara substansial maupun pada implementasinya.
2. Sistem pendidikan kita belum menggambarkan wajah dan tubuh yang konsisten bagi dipromosikannya pendidikan yang lebih demokratis. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor baik yang mandasar maupun oleh para pelaku kependidikannya.
3. Namun, masih terdapat harapan besar agar sistem pendidikan kita kedepan mampu memberikan nuansa pendidikan yang demokratis.