Oleh Marsigit
Subyek1:
Wahai pengetahuansatu dimanakah engkau sekarang?
Pengetahuansatu:
Aku sekarang berada di dalam dirimu. Aku di dalam pikiranmu. Aku telah menjadi persepsimu. Aku telah menjadi imajinasimu. Aku telah menjadi analisismu. Aku telah menjadi tesismu. Aku telah menjadi
pendapatmu. Aku telah menjadi kesimpulanmu. Aku telah menjadi metodemu. Aku telah menjadi hak ciptamu. Itulah keadaanku sekarang, yaitu aku telah menjadi subyektifmu. Aku adalah dirimu yang subyektif, yaitu aku yang menurut ukuranmu sendiri.
Subyek1:
Tetapi mengapa engkau tampak gelisah.
Pengetahuansatu:
Aku mulai gelisah karena sedang memikirkanmu. Aku merasa tidak baik jika terus menerus tetap tinggal di dalam dirimu. Aku merasa iba terhadapmu jika nama baikmu tercemar gara-gara aku terlalu lama tinggal di dalam pikiranmu.
Subyek1:
Kemudian apa maumu.
Pengetahuansatu:
Aku ingin keluar dari dirimu. Aku ingin keluar dari dalam pikiranmu. Aku ingin mengadakan pameran. Dengan aku mengadakan pameran maka aku berharap banyak orang-orang akan mengetahui tentang diriku. Jika orang-orang banyak, mengetahui tentang diriku, maka mereka juga akan mengetahui tentang dirimu. Maka ijinkanlah aku mengadakan pameran, dan aku berjanji akan kembali masuk ke dalam dirimu, ketika sudah sampai saatnya.
Subyek1:
Baiklah kalau begitu, aku ijinkan engkau keluar dari dalam diriku dan silahkan mengadakan pameran.
Pengetahuansatu:
Terimakasih subyek1ku. Wahai orang banyak, aku berasal dari subyek1ku. Aku telah lama di dalam pikiran subyek1ku. Aku telah lama menjadi persepsi subyek1ku. Aku telah lama menjadi imajinasi subyek1ku. Aku telah lama menjadi analisis subyek1ku. Aku telah lama menjadi tesis subyek1ku. Aku telah lama menjadi pendapat subyek1ku. Aku telah lama menjadi kesimpulan subyek1ku. Aku telah lama menjadi metode subyek1ku. Aku telah lama menjadi hak cipta subyek1ku. Itulah keadaanku masa lalu, yaitu aku telah menjadi subyek1tif dari subyek1ku. Aku sekarang sudah berada di luar subyek1ku, yaitu aku telah bersiap untuk tidak menjadi ukuran dari subyek1ku sendiri. Aku siap mengadakan pameran. Maka silahkan engkau semuanya melihat diriku. Silahkan engkau semuanya meneliti diriku. Silahkan engkau semuanya mengoreksi diriku secara terbuka. Silahkan engkau semuanya menganalisis diriku. Silahkan engkau semuanya menilai diriku. Silahkan engkau semuanya memperbaikiku.
Subyek2:
Wahai pengetahuansatu maafkanlah jika aku nanti membuatmu kecewa karena aku telah menemukan bahwa ada beberapa hal darimu yang tidak sesuai dengan kebenaran umum.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan persepsi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan analisi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat tesis yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menyampaikan pendapat yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat kesimpulan yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menggunakan metode yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah lama menganggapmu sebagai benar, padahal senyatanya engkau itu adalah salah.
Subyek3:
Wahai pengetahuansatu maafkanlah jika aku nanti membuatmu kecewa karena aku telah menemukan bahwa ada beberapa hal darimu yang tidak sesuai dengan kebenaran umum.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan persepsi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan analisi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat tesis yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menyampaikan pendapat yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat kesimpulan yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menggunakan metode yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah lama menganggapmu sebagai benar, padahal senyatanya engkau itu adalah salah.
..
Subyekn:
Wahai pengetahuansatu maafkanlah jika aku nanti membuatmu kecewa karena aku telah menemukan bahwa ada beberapa hal darimu yang tidak sesuai dengan kebenaran umum.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan persepsi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah melakukan kesalahan analisi.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat tesis yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menyampaikan pendapat yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah membuat kesimpulan yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah menggunakan metode yang salah.
Aku menemukan bahwa subyekmu telah lama menganggapmu sebagai benar, padahal senyatanya engkau itu adalah salah.
Pengetahuansatu:
Waduh, bagaimanakah nasibku ini? Padahal selama ini aku telah menjadi kebanggaan subyek1. Aku telah menjadi pedoman subyek1. Aku telah lama menjadi anak emas dari subyek1. Padahal sekarang aku tahu sebenar-benar diriku tidaklah sesuai dengan pandangan orang-orang. Aku hanya benar sesuai subyektifitas subyek1. Padahal aku ternyata salah bagi subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn. Wahai para subyek semuanya, kecuali subyek1, aku minta tolonglah kepadamu. Bagaimana caranya agar aku juga benar bagi engkau semuanya.
Subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn bersama-sama menjawab:
Wahai pengetahuansatu, sungguh berat caranya. Sungguh panjang perjalanannya. Jika engkau menginginkan agar engkau juga benar bagi kita semua, termasuk benar bagi subyek1, maka subyek1 harus bersedia memperbaiki banyak hal.
Subyek1 harus memperbaiki persepsinya.
Subyek1 harus memperbaiki analisinya.
Subyek1 harus memperbaiki tesisnya.
Subyek1 harus memperbaiki pendapatnya.
Subyek1 harus memperbaiki metodenya.
Subyek1 harus memperbaiki kesimpulannya.
Subyek1:
Wahai subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn , terimakasih atas saran dan koreksimu. Aku dengan ikhlas telah menerima semua saran dan perbaikanmu.
Aku akan memperbaikki persepsiku.
Aku akan memperbaikki analisisku.
Aku akan memperbaikki tesisku.
Aku akan memperbaikki pendapatku.
Aku akan memperbaikki metodeku.
Aku akan memperbaikki kesimpulanku.
Maka inilah persepsiku yang baru. Inilah analisisku yang baru. Inilah pendapatku yang baru. Inilah metodeku yang baru. Inilah kesimpulanku yang baru.
Pengetahuansatu:
Wahai subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn , kelihatannya subyek1 tidak lagi mengakuiku. Lalu bagaimana nasibku?
Subyek2, subyek3, subyek4, ..., subyekn bersama-sama menjawab:
Wahai pengetahuansatu, itulah sebenar-benar nasibmu. Engkau telah berubah menjadi pengetahuan obyektif. Maka namamu juga telah berubah. Jika engkau tidak keberatan maka engkau akan aku sebut sebagai pengetahuandua.
Pengetahuandua:
Wahai subyek1, subyek2, subyek3, subyek4...subyekn, terimakasih aku ucapkan, karena aku telah engkau angkat menjadi pengetahuan obyektifmu. Tetapi aku merasa malu jika aku engkau angkat begitu saja tanpa engkau uji kehandalanku. ku juga merasa malu kepada pengetahuansatu, karena walaupun pengetahuansatu bersifat subyektif dan serba salah, tetapi berani mengadakan pameran. Maka aku bersedia menjadi pengetahuan obyektifmu semua dengan syarat aku diperbolehkan presentasi di seminar dan bergaul dengan orang-orang. Hal demikian juga aku maksudkan agar subyek1 bisa secara ikhlah menerimaku kembali dengan demikian aku berharap nantinya juga bisa menjadi pengetahuan subyektif dari subyek1.
Seminar dan pergaulan:
Wahai para hadirin semuanya, marilah kita bersama menguji pandatang baru kita ini, yaitu pengetahuandua, dan mengadakan diskusi dan pergaulan. Setelah kita berdiskusi, bergaul maka seminar ini mengambil kesimpulan bahwa ternyata:
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah persepsi yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah analisi yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah tesis yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah pendapat yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah metode yang benar.
Kita memutuskan bahwa pengetahuan2 adalah kesimpulan yang benar.
Pengetahuan2:
Wahai semuanya, aku terharu mendengar semua kesaksianmu. Aku telah engkau angkat menjadi pengetahuan obyektif bagi semuanya. Bahkan aku telah divalidasi dalam seminar dan melalui pergaulanpergaulan. Aku merasa netral dan tidak berpihak. Aku adalah benar bagi semuanya tanpa kecuali. Inilah sebenar-benar diriku. Aku adalah pengetahun obyektifmu semuanya.
Pengetahuan2 bertanya kepada subyek1:
Wahai subyek1, bagaimanakah menurut pendapatmu. Bagaimanakah kondisiku. Apakah engkau bersedia menerima diriku untuk menjadi pengetahuan subyektifmu sekaligis pengetahuan obyektifmu?
Subyek1:
Aku merasa terharu melihat betapa jauh pengembaraanmu. Engkau bahkan telah merubah wajah dan isimu demi menggapai kebenaran obyektif. Aku merasa sangat bersyukur, bahwasanya aku telah diberikan rakhmat dan hidayah Nya. Maka dengan serta merta aku dengan tangan terbuka dan dengan hati ikhlas, aku bersedia menerimamu kembali. Dengan ini engkau telah menjadi pengetahuanku baik secara obyektif maupun subyektif.
Orang tua berambut putih:
Dari berbagai pertanyaanmu itu sebetulnya aku telah hadir di sisimu. Aku telah menyaksikan bagaimana subyek1 sebenar-benar belajar. Itulah usahamu menggapai pengetahuan. Amien.
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Pengetahuan objektif adalah pengetahuan yang diakui kebenarannya secara umum. Sedangkan pengetahuan subjektif adalah pengetahuan yang hanya benar menurut subjeknya saja sehingga relatif. Padahal pengetahuan yang sebenarnya itu tidaklah bisa hanya diakui secara subjektif. Dari elegi ini Saya menjadi mengerti pentingnya sebuah publikasi. Penelitian yang telah dilakukan tidak cukup sampai memperoleh kesimpulan oleh peneliti. Tetapi sangat perlu untuk diseminarkan kemudia dipublikasikan. Karena dengan kegiatan tersebut hasil penelitian yang telah dikerjakan menjadi lebih baik adanya. Sehingga hasil-hasil penelitian yang dalam elegi ini disebut sebagai pengetahuan akan mendapatkan kebenaran secara objektif. Itulah cara bagaimana menggapai pengetahuan objektif.
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Sebagai mana mestinya pengetahuan itu haruslah bersifat objektif alias tidak subjektif yaitu diakui secara umum atau tidak untuk diri sendiri. Sama halnya seperti pengetahuan apaa yang kita dapat akan bermanfaat jika kita membaginya. Tidak ada gunanya menyimpan pengetahuan untuk diri kita sendiri. Sebenar-benarnya pengetahuan ya haruslah dibagi agar bisa bermanfaat pula bagi orang lain.
SUHERMI
ReplyDelete18709251007
S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA A
Setiap orang memiliki pengetahuan subyektif dalam fikirannya. Tetapi apakah benar-benar ada pengetahuan subyektif tanpa pengetahuan obyektif sebelumnya?
Pengetahuan subyektif, dipelajari, diteliti, disimpulkan, diseminarkan dan dipublikasikan, hingga akhirnya menjadi pengetahuan obyektif. Pengetahuan obyektif di terima orang lain, di lain waktu, di lain masa hingga akhirnya menjadi pengetahuan subyektif, hingga dipelajari, diteliti, diseminarkan dan dipublikasikan. Seperti itukah pengetahuan berkembang? Sehingga pengetahuan subyektif berkaitan dengan pengetahuan obyektif sebelumnya. Untuk itu kita senantiasa harus membaca dan belajar agara pengetahuan kita dapat terus terbarukan.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Pengetauan manusia terbagi menjadi pengetahuan obyektif dan subyektif. Mungkin istilah obyektif-subyektif itu muncul karena adanya faktor keterbatasan penglihatan manusia itu sendiri yang tidak bisa melihat sesuatu secara keseluruhan. Meskipun keduanya memiliki perbedaan, namun baik pengetahuan obyektif maupun pengetahuan subyektif keberadaannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduanya saling mengisi dan melengkapi.
Dita Aldila Krisma
Delete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Sdr. Herlingga menyatakan bahwan pengetahuan objektif maupun pengetahuan sujektif keberadaannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduanya saling mengisi dan melengkapi. Berdasarkan pernyataan tersebut dimana objektif dan subjektif dapat digunakan secara bersamaan. Saya mengambil suatu contoh berdasarkan jurnal tentang kolaborasi penilaian aspek objektif dan subjektif dalam penilaian karya busana. Materi penilaian obyektif meliputi kualitas objek, yakni; ukuran, presisi, ketepatan, kebenaran dan kesalahan, keruntutan, tingkat kecanggihan, sophistication, menyangkut masalah teknis. Sedang materi penilaian subyektif yaitu terkait yang dapat dicermati dengan indera penglihatan, meliputi kemolekan dan kejelekan, keindahan dan keburukan, dalam hal ini menyangkut masalah nilai keindahan, estetika karya busana. Mohon koreksi apabila ada yang kurang tepat.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pengetahuan merupakan kategori didalam pikiran manusia. Dimana dalam berpikir tentang pengetahuan terdiri dari dua kategori yaitu pengetahuan subyektif dan pengetahuan obyektif. Pengetahuan subjektif adalah pikiran yang menurut kita benar, tetapi belum tentu dapat menjadi benar orang lain. Sedangkan pengetahuan objektif merupakan pengetahuan yang benar menurut kita, dan juga benar menurut orang lain, cara menjadikan pengetahuan yang kita miliki bisa menjadi pengetahuan objektif yaitu kita persentasikan atau seminarkan sehingga orang lain dapat melihat dan menerima bukti kebenarannya. Oleh karena itu, pada pengetahuan kesalahan persepsi, analisis, tesis, pendapat dan kesimpulan menggambarkan pengetahuan subyektif pikiran manusia, sehingga untuk menggapai pengetahuan yang obyektif maka pikiran dan pengetahuan dapat disintesiskan menghasilkan kebenaran persepsi, analisis, tesis, pendapat dan kesimpulan. Pengetahuan bisa subjektif dan objektif jika pengetahuan objektif itu telah menggantikan pola pikir sang pemikir sehingga sang pemikir juga menilai itu benar pada dirinya sendiri.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat sore Prof.
Pengetahuan diperoleh melalui proses. Proses ini melahirkan pengalaman. Pengalaman ini kembali menghasilkan pengetahuan baru atau pengembangan dari pengetahuan yang sudah ada. Artinya tidak proses ini akan selalu terjadi dan berkesinambungan. Artinya adanya proses belajar dalam mencari, menciptakan, dan menerima pengetahuan ini. Pengetahuan yang muncul bisa berbentuk obyektif dan subyektif. Artinya kedua pengetahuan ini memiliki karakteristiknya masing-masing dan sudah semestinya sesuai dengan ruang dan waktunya. Terima kasih.
Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
ReplyDeleteBesse Rahmi Alimin
18709251039
s2 Pendidikan Matematika 2018
terkait topik bahasan mengenai Elegi Menggapai Pengetahuan Obyektif bahwa pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang diketahuinya. Jadi bisa dikatakan pengetahuan adalah hasil pengetahuan manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya,atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu, serta merujuk kepada semua pengetahuan yang intersubjektif dan sosial.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Pengetahuan terbagi menjadi dua yaitu pengetahuan subjektif dan pengetahuan objektif. Pengetahuan subjektif adalah pengetahuan yang berasal dari pemahaman seseorang. Pengetahuan ini belum teruji kebenarannya. Sedangkan pengetahuan objektif adalah pengetahuan yang kebenarannya telah teruji, kebenarannya telah diakui secara umum. Di sini lah pentingnya manusia bergaul, bertukar pendapat dengan orang lain. Agar jika ada pemahaman yang salah dapat diluruskan. Dan agar jika mempunyai suatu pemahaman tertentu dapat ditularkan kepada orang lain dan jika teruji kebenarannya dapat menjadi pengetahuan objektif.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
Pengetahuan subyektif merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu dimana dalam menafsirkannya berdasarkan sudut pandang masing-masing. Sedangkan pengetahuan objektif merupakan pengetahuan yang telah teruji kebenarannnya karena berasal dari sumber-sumber yang terpercaya (valid). Hendaknya pengetahuan yang bersifat subjektif diubah menjadi pengetahuan yang objektif
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Pengetahuan obyektif merupakan pengetahuan yang diakui benar oleh orang lain selain kita. artinya pendapat kita dan orang lain sama atau ketika benar menurut kita, benar juga menurut orang lain. Caranya tentu dengan dikomunikasikan sehingga kita tahu pengetahuan orang lain dan orang lain tau pengetahuan kita. menurut saya inilah mengapa kita harus mempublikasikan karya kita agar kita memperbaiki persepsi kita. Memang tidak mudah untuk menyatukan pengetahuan/pendapat banyak orang, namun dengan adanya sikap saling terbuka dan menghormati pasti ada titik tengah/jalan keluarnya sehingga didapatkan pengetahuan yang obyektif.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Dari elegi ini saya memahami bahwa setiap orang memiliki pengetahuan yang berbeda beda. Adanya perbedaan itu justru menjadi anugerah bagi kita semua untuk saling melengkapi menghidupkan pengetahuan karena sebenar-benar pengetahuan ialah pengetahuan yang bersifat obyektif, pengetahuan yang berlaku umum tanpa pandangan atau persepsi pribadi. Pengetahuan obyektif itu ialah pengetahuan dari hasil sintetis antara tesis dan antitesis. Pengetahuan yang sekedar tersimpan dalam pikir hanya akan menjadi pengetahuan yang bersifat subyektif,tabu, dan masih bersifat pribadi olehnya itu pengetahuan seseorang perlu di eksplor untuk bisa dilihat celah dan letak kekurangannya. Pengetahuan yang tereksplor akan membawa kemaslahatan bagi banyak orang. Itulah sebenar-benar membangun peradaban manusia.
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Setiap manusia pasti memiliki cara pikir yang berbeda-beda. Hal ini juga karena keberagaman pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan sendiri ada yang merupakan pengetahuan objektif dan seubjektif. Pengetahuan objektif adalah pengetahuan yang dimiliki karena memiliki fakta yang terukur atau jelas dan memiliki dasar yang kuat. Sedangkan pengetahuan subjektif adalah pengetahuan yang berdasarkan asumsi, pendapat, interpretasi dan kepercayaan pribadi. Oleh karena itu pentingnya untuk membagi pengetahuan yang kita miliki agar kita megetahui apakah benar adanya atau hanya sekedar kepercayaan pribadi.
Yuntaman Nahari
ReplyDelete18709251021
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Ilmu pegetahuan dibentuk dari sebuah paradigma seseorang. Paradigma merupakan cara pandang seseorang atau cara berpikir seseorang terhadap sesuatu. Cara pandang ini dapat menjadi sebuah subjektivitas karena setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda. Namun subjektivitas dapat berubah menjadi objektivitas bilamana paradigma tersebut dapat menjelaskan mengenai fenomena-fenomena yang terjadi dan dapat diterima secara universal. Dapat disimpulkan bahwa illmu pengetahuan dibangun melalui subjektivitas seseorang yang kemudian dikonfirmasi/dijelaskan dengan fenomena-fenomena yang dapat diterima secara universal.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Pengetahuan dapat bersifat subjektif maupun objektif, pengetahuan subjektif merupakan pengetahuan yang berasal dari pikiran seseorang berupa ide, gagasan, pendapat, asumsi dan kepercayaan pribadi terhadap suatu hal dan hal ini berbeda dengan pikiran orang lain. sedangkan pengetahuan yang bersifat objektif merupakan pengetahuan yang berasal dari pengamatan terhadap sesuatu dan fakta yang telah terukur. Untuk menggapai pengetahuan objektif dapat dihasilkan dengan kebenaran persepsi, analisis, tesis,dan kesimpulan.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Menggapai pengetahuan objektif ini dapat dikatakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat empiris terhadap sebuah objek yang sedang diteliti. Objektivitas tidak bergantung atau berpihak pada subjek yang meneliti. Hal yang dihasilkan dari pengetahuan objektif ini bukan hasil asumsi, insting, persepsi tertentu melainkan secara umum dapat diterima semua pihak. Penerimaan objektivitas ini dapat berupa persepsi, analisis, tesis, pendapat, metode, dan kesimpulan. Contoh penerapannya adalah pengetahuan objekti dari suatu metodologi bahwa ketika melakukan penelitian harus melakukan aturan atau kaidah yang sudah ditentukan mulai dari pembuatan proposal sampai pembuatan laporan penelitian.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Subjektifitas merupakan segala pemikiran yang bersumber dari pikiran sendiri. Benar, salah, baik, buruk, dll yang merupakan buah dari pemikiran sendiri. Pada dasarnya manusia memiliki subyektifitas namun dari banyak manusia memiliki kualitas subyektifitas masing-masing. Bagi orang yang memiliki wawasan dan ilmu minimal tentu subyektifitasnya rapuh, banyak orang lain yang tidak setuju dan dengan mudah meruntuhkannya. Namun beberapa orang dengan wawasan global dan ilmu yang menggunung memiliki subyektifitas yang dapat diterima oleh banyak orang. Oleh karena itu sebagai insan intelektual kita harus menghimpun banyak ilmu untuk mengembangkan pola pikir sehinggi setiap pemikiran kita dapat harmoni, kuat dan rasional.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018 (PM B 2018)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pengetahuan obyektif yang dimaksud dalam elegi di atas adalah pengetahuan yang netral dan tidak berpihak. Terlebih lagi didalamnya sudah melalui pemvalidasian. Oleh karena itu, pengetahuan obyektif tidak seperti pengetahuan obyektif yang terlihat memihak karena berdasarkan perspektif masing-masing
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Elegi ini mengingatkan saya pada sebuah prasyarat dalam mengikuti yudisium. Sebuah pengetahuan yang atau penelitian yang dianggap benar oleh sang peneliti disebut dengan pengetahuan subjektif. Agar pengetahuan tersebut dapat dianggap benar oleh subjek-subjek lain maka diperlukan sebuah publikasi. Penelitian yang telah dipresentasikan di seminar, akan mendapat koreksi dan saran perbaikan dari para hadirin seminar. Disinilah manfaat dari sebuah publikasi, agar sebuah pengetahuan yang hanya bersifat subjektif bagi sang peneliti dapat berubah menjadi berlaku benar bagi subjek lain dan berubah menjadi pengetahuan yang objektif sekaligus subjektif bagi subjeknya sendiri.
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Dalam membaca elegi ini saya jadi teringat dengan teori belief of knowledge yang berpaham relativis, dalam belief of knowldege( kepercayaan pada pengetahuan) terdapat dua paham yang ada, yang pertama adalah dualis, yang mempercayai pengetahuan sebagai sesuatu yang absolut dan tidak mempertimbangkan dugaan atau teori lainnya, sedangkan relativis adalah paham yang menerima atau mempertimbangkan adanya teori lain. Dengan paham relativis, pembelajar akan lebih cenderung memiliki pemikiran yang terbuka (open minded) dan akan memiliki berbagai strategi dalam menyelesaikan persoalan. Begitulah yang terjadi pada subjek satu dalam tulisan ini. Subjek satu melakukan evaluasi, perbaikan dan mampu menerima masukan dalam pengetahuannya.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Dalam menggapai pengetahuan dengan mempelajari sesuatu bahkan terkait suatuhal yang baru, kita harus berusaha keluar dari zona nyaman. Ketika kita berusaha keluar dari zona nyaman kita menemukan dunia yang tidak sesempit saat kita berada pada zona nyaman. Langkah besar untuk kehidupan yang lebih baik dari segi pengetahuan dapat berupa membuka wawasan lebih luas dengan bergaul dan merubah pola pikir serta instropeksi atas semua kesalahan yang ternyata tidak sengaja dilakukan dan menganggap itu benar
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Bersyukurlah jika engkau telah mendapatkan seseorang yang menerimamu apa adanya karena kau tak akan menemukan orang yang sama di luar sana. Jangan pernah kau sia-siakan keberadaannya. Manusia yang menerimamu apa adanya itu seribu satu. Ketika yang lain tidak bisa memahamamimu dengan sabar, ia ada di dekatmu tak peduli bagaimananya kamu. Bersyukurlah, kau telah menemukan berlianmu. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Tidak ada premis terbaik jika sebelumnya belum ada pernyataan salah terlebih dahulu. Untuk menuju pernyataan benar, tentu belajar dari yang namanya kesalahan terlebih dahulu. Engkau tidak akan mengerti jika itu benar jika tidak bertemu dengan salah terlebih dahulu. Engkau tidak akan bisa membedakan jika itu benar jika tidak menemui kata salah terlebih dahulu. Sesungguhnya hidup itu adalah proses, begitupun dengan pengetahuan, pengetahuan juga proses, proses menemukan premis terbaik yang benar. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Belajar adalah sebuah proses, proses dari yang tidak tahu menjadi tahu, proses dari pengetahuan yang salah menggapai pengetahuan yang benar. Itulah sebenar-benarnya belajar. Teruslah belajar karena hidup itu adalah belajar. Sekarang, kamu dulu belum bisa berjalan, sekarang kamu bisa ini karena kamu telah melalui tahap belajar, kamu belajar tengkurap terlebih dahulu, lalu duduk, lalu mbrangkang, lalu berdiri, lalu dititah, akhirnyapun kau bisa berlari-lari dan berjalan-jalan seperti sekarang ini. Hidup itu proses, nikmatilah prosesnya. Karena sesungguhnya hasil tidak akan mengkhianati proses. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Pengetahuan. Engkau muncul menjadi pengetahuan subyektif saat aku mempunyai persepsi atas dirimu. Aku bersepsi A, aku berpersepsi B, aku berpersepsi C. oh pengetahuan, maafkan diriku yang telah membuatmu menjadi subyektif. Oh, aku tidak boleh egois. Aku harus memvalidasimu. Aku harus mengujimu. Aku harus memperkenalkanmu ke seminar-seminar agar tak menjadi subyektif belaka dan jadilah pengetahuan yang obyektif. Oh, sekarang kau telah obyektif. Kau telah netral. Aku tak perlu lagi merisaukanmu. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Dalam mempelajari suatu ilmu tentunya kita memiliki pandangan masing-masing (subyektif), tiap orang memiliki pandangan atau persepsi yang berbeda. Untuk itu agar persepsi kita tidaklah salah, kita perlu mendiskusikannya atau bertanya dengan orang yang lebih ahli. Jangan berlaku sombong merasa bahwa persepsi kitalah yang paling benar. Bisa jadi salah, melalui kegiatan diskusi kita bisa mendengarkan persepsi orang lain dan kemudian menemukan kebenaran.
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Aku terharu bahwa para subyek telah menyampaikan gugatannya dan subyek1 menerima dengan lapang, tanpa hal yang demikian obyektif bisa jadi tidak akan hadir tanpa pihak. Pertemuan demi pertemuan, diskusi demi diskusi, seminar demi seminar, dan berbagai bentuk pergaulan lainnya merupakan usaha validasi dan afirmasi agar obyektivitas tergapai. Maka keberterimaan dan kelapangan serta pembuktian logos menjadi motor utama kelahiran obyektivitas. Namun, obyektivitas tidak akan pernah dapat mengalahkan subyektivitas dengan mudah, tanpa ikhtiar, kriteria, dan acuan subyektivitas akan selalu dapat menang dalam setiap peperangan. Panjang umur obyektivitas.
Tiara Wahyu Anggraini
ReplyDelete19709251065
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Manusia memang memiliki sudut pandang yang berbeda-beda terhadap suatu hal. Perbedaan sudut pandang tersebut disebabkan oleh perbedaan latar belakang masing-masing individu, seperti pengalaman, pengetahuan, dan lan sebagainya. Pemikiran subjektif ialah pendapat atau penilaian seseorang yang lebih mengacu pada keadaan dimana seseorang berpikiran relatif, hasil dari menduga duga, berdasarkan perasaan atau selera dan egonya, dan hasilnya berbeda-beda. Sedangkan pemikiran objektif merupakan pemikiran terhadap suatu hal yang lebih pasti, bisa diyakini kebenarannya, tetapi bisa juga melibatkan perkiraan dan asumsi, dengan didukung dengan fakta/data yang sesungguhnya. Sikap objektif adalah sikap yang harus dijunjung tinggi bagi seseorang untuk menilai suatu masalah.
Tiara Wahyu Anggraini
ReplyDelete19709251065
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Seorang peneliti yang telah membuat paper harus di seminarkan. Mengapa? Hal ini dilakukan untuk menghindari pemikiran subjektif dari peneliti. Dengan adanya seminar hasil penelitian yang telah dikerjakan oleh peneliti menjadi lebih baik adanya. Persepsi peneliti yang ia telah tuangkan dalam tulisannya tidaklah salah, namun perlu didiskusikan atau bertanya dengan orang yang lebih ahli. Dengan adanya kegiatan diskusi, disini kita bisa mendengarkan persepsi orang lain dan kemudian menemukan kebenaran. Dengan begitu diharapkan pemikiran dan pengetahuan yang ada akan mendapatkan kebenaran secara objektif.
Aulia Nur Arivina
ReplyDelete18709251051
S2 Pendidikan Matematika C 2018
Assalamu’alaikum wr.wb.
Setiap manusia mempunyai dua jenis pengetahuan, yaitu subyektif dan obyektif. Pengetahuan tersebut berada didalam pikiran. Jika pengetahuan dibiarkan begitu saja dan tidak digunakan untuk berdiskusi dengan orang lain maka pengetahuan tersebut hanya akan menjadi pengetahuan subyektif. Salah satu cara menguji pengetahuan yang kita miliki yaitu dengan mengikuti seminar dan mempresentasikan gagasan kita. Pengetahuan subyektif meyakini bahwa pengetahuan obyektif itu pasti yang tingkatan filsafatnya lebih tinggi. Pengetahuan obyektif adalah keadaan yang lebih diyajini keabsahannya karena telah divalidasi.
Zuari Anzar
ReplyDelete19701251006
S2 PEP A 2019
Pengetahuan merupakan kategori didalam pikiran manusia. Dimana dalam berpikir tentang pengetahuan terdiri dari dua kategori yaitu pengetahuan subyektif dan pengetahuan obyektif. Pengetahuan subyektif merupakan pengetahuan yang berdasarkan pada pandangan atau perasaan pribadi mengenai suatu hal. Sedangakan pengetahuan obyektif adalah pengetahuan yang mampu memisahkan antara fakta dan pendapat pribadi. Pengetahuan obyektif didapatkan dari pengalaman berinteraksi dengan sekitar. Dari interaksi tersebut akan terjadi pembentukan presepsi, menganalisis, membuat tesis, berpendapat, menggunakan metode, mengambil kesimpulan yang bernilai benar untuk semua orang.
Hajra Yansa
ReplyDelete19701251012
S2 PEP A 2019
Pengetahuan adalah kategori yang berada dalam pikiran manusia semenjak terlahir di dunia hingga kembali pada-Nya. Pengetahuan berasal dari pengalaman dan teori yang telah dipelajari sehingga pengetahuan terbagi atas dua yaitu pengetahuan objektif dan pengetahuan subyektif. Pengetahuan objektif merupakan pengetahuan yang kebenarannya sesuai dengan kesepakatan manusia laiinnya atau kaidah dan teori yang berlaku. Sedangkan pengetahuan subyektif adalah pengetahuan atau kebenaran menurut pemikirnya atau berasal dari subyek itu sendiri. Untuk menggapai pengetahuan obyektif manusia menyelaraskan IQ, EQ dan SQ. Semakin banyak belajar dari teori dan pengalaman semakin pengetahuan semakin terbentuk. Semakin belajar dari orang lain semakin kita mereduksi pengetahuan. Karena manusia mesti menganggap semua oranga dalah guru dan semua tempat adalah sekolah. Setelah itu pengetahuan subyektifnya akan mereduksi pengetahuan untuk menjadi pengetahuan objektif.
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Terima kasih Bapak atas Elegi Menggapai Pengetahuan Obyektif yang telah Bapak share kepada kami. Dari elegi ini saya dapat belajar bahwa untuk menggapai pemikiran yang obyektif, seseorang guru, siswa, presiden seklipun haruslah mau menerima kritik, saran dan nasehat dari orang lain dengan berlapang dada. Awalnya memang susah karena tidak semua saran, nasehat dan kritikan seseorang terhadap kita itu menyakitkan bagi kita, namun pedang tumpul yang terus diasah akan menjadi pedang yang tajam. Jadi janganlah takut untuk menerima kritikan, saran maupun nasehat dari orang lain, karena mereka melakukan itu semua dengan maksud dan tujuan untuk membuat kita semakin baik, dan mempunyai pengetahuan yang sebenar-benarnya (obyektif itu sendiri).
Indra Kusuma Wijayanti
ReplyDelete18709251046
Pendidikan Matematika S2 C
Subyek sangat berbeda dengan obyek. Subyek hanya memikirkan hal-hal yang benar menurut apa yang ada di fikirannya sendiri, pengetahuan yang ada pada diri seseorang yang digunakan untuk menarik suatu persepsi, pendapat, kesimpulan, ataupun segala sesuatu yang dilakukan tanpa melihat pengatahuan yang ada diluar, tanpa melihat kebenaran menurut subyek yang lain.
Indra Kusuma Wijayanti
ReplyDelete18709251046
Pendidikan Matematika S2 C
Menurut pemikiran yang subyektif, segala pengetahuan yang dimiliki adalah benar dan satu-satunya yang benar.
Berbeda dengan pemikiran yang obyektif, pemikiran yang obyektif netral dan tidak memihak. Pemikiran yang obyektif melihat kenyataan pengetahuan diluar, bersedia melakukan percobaan, membandingkan dengan pengetahuan yang lain, dan selalu berusaha untuk menggapai pengetahuan yang sebanyak-banyaknya.
Ardhya Handayani
ReplyDelete19701251015
S2 PEP 2019 A
Elegi ini membahas mengenani objektifitas. Objektif berarti melihat dengan fakta, keadaan yang ada tanpa dipengaruhi. Untuk mampu melakukan pemikiran yang objektif cukup sulit. Karena kebanyakan hal dalam pikiran manusia bersifat subjektif. Hal yang dipaham dari elegi ini adalah agar subjektivitas pikiran mendekati objektif maka harus senambah ilmu, saling berdiskusi sehingg memiliki wawasan yang luas. sehingga subjektifitas pikiran manusia berasal dari ilmu ilmu yang bersifat objektif.
Lovie Adikayanti
ReplyDelete19709251068
S2 Pendidikan Matematika D
Assalamualaikum wr.wb
Menggapai Pengetahuan Objektif. Pengetahuan objektif didapatkan dari pengalaman-pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dari interaksi tersebut akan terjadi pembentukan persepsi, menganalisis, membuat tesis, berpendapat, menggunakan metode, mengambil kesimpulan. Dengan proses itu dilakukan secara bersama maka akan didapatkan pengetahuan yang tidak hanya memiliki nilai kebenaran pada satu orang saja, tetapi juga untuk beberapa orang (universal).
Dhamar Widya Safitri
ReplyDelete19701251009
S2 PEP A 2019
Assalamualaikum.
Pengetahuan objektif adalah pengetahuan yang wajib dimiliki seseorang jika ingin sesuai dengan pandangan orang lain. Suatu pengetahuan tidak langsung diakui sebagai suatu pengetahuan objektif tetapi hendaknya divalidasi dengan cara dipresentasikan di seminar dan bergaul dengan orang-orang. Setelah suatu pengetahuan itu menjadi pengetahuan objektif maka ia akan menjadi pengetahuan subjektif bagi subjek tersebut.
Terimakasih
Rifki Rinaldo
ReplyDelete19709251070
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Pengetahuan dapat dipandang dari dua sudut pandang, yaitu pengetahuan subyektif dan pengetahuan obyektif. Pengetahuan subyektif adalah pengetahuan yang ada dalam pikiran kita, apapun yang kita pikirkan tentang sesuatu itulah pengetahuan subyektif. Dan pengetahuan subyektif adalah pengetahuan yang masih dipengaruhi oleh siapa orangnya yang sedang dipikirkan, sedangkan dalam penilaian atau dalam membangun pengetahuan yang baik jika pengetahuan itu berdasarkan pengetahuan yang terjadi sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain.
ReplyDeleteJOIN NOW !!!
Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.cc
dewa-lotto.vip