The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Oct 15, 2010
Elegi Pemberontakan Para Obyek
Oleh: Marsigit
Obyek satu:
Wahai subyekku, sungguh hebatlah engkau itu. Sungguh perkasalah engkau di situ. Sungguh digdayalah engkau di situ. Sungguh besarlah engkau di situ. Sungguh tinggilah engkau di situ. Sungguh kuasalah engkau di situ. Sungguh dominannya engkau di situ. Sungguh rapatlah engkau di situ. Sungguh solidlah engkau di situ. Sungguh tegarlah engkau di situ. Sungguh menentukanlah engkau di situ. Tetapi juga sungguh menakutkanlah engkau di situ. Janganlah engkau bergerak atau berucap. Engkau di situ terdiam saja aku sungguh takut terhadap dirimu. Aku merasa lemah di dekat dirimu. Aku merasa kecil di dekat dirimu. Aku merasa rendah di dekat dirimu. Aku merasa tertutup di dekat dirimu. Aku merasa kacau dan berantakan di dekat dirimu. Aku merada ciut nyaliku di dekat dirimu. Aku merasa tidak dapat berbuat apa-apa di dekat dirimu. Itulah kesaksianku bahwa sebenar-benar dirimu adalah determinis bagiku. Sebenar-benar dirimu adalah subyek bagi diriku. Sedangkan sebenar-benar diriku adalah obyek bagimu.
Obyek dua:
Wahai obyek satu, sungguh hebatlah engkau itu. Aku merasa tidak dapat berbuat apa-apa di dekat dirimu. Itulah kesaksianku bahwa sebenar-benar dirimu adalah determinis bagiku. Sebenar-benar dirimu adalah subyek bagi diriku. Sedangkan sebenar-benar diriku adalah obyek bagimu.
Obyek ketiga:
Wahai obyek dua, sungguh hebatlah engkau itu. Aku merasa tidak dapat berbuat apa-apa di dekat dirimu. Itulah kesaksianku bahwa sebenar-benar dirimu adalah determinis bagiku. Sebenar-benar dirimu adalah subyek bagi diriku. Sedangkan sebenar-benar diriku adalah obyek bagimu.
.... dst
Obyek ke n:
Wahai obyek ke n-1, sungguh hebatlah engkau itu. Itulah kesaksianku bahwa sebenar-benar dirimu adalah determinis bagiku. Sebenar-benar dirimu adalah subyek bagi diriku. Sedangkan sebenar-benar diriku adalah obyek bagimu.
Obyek ke n masih ingin bicara:
Wahai obyek ke 1, obyek ke 2, obyek ke 3, obyek ke 4, ...obyek ke n-1, sungguh hebatlah engkau itu. Sungguh perkasalah engkau di situ. Sungguh digdayalah engkau di situ. Sungguh besarlah engkau di situ. Sungguh tinggilah engkau di situ. Sungguh kuasalah engkau di situ. Sungguh dominannya engkau di situ. Sungguh rapatlah engkau di situ. Sungguh solidlah engkau di situ. Sungguh tegarlah engkau di situ. Sungguh menentukanlah engkau di situ. Tetapi juga sungguh menakutkanlah engkau di situ. Janganlah engkau bergerak atau berucap. Engkau di situ terdiam saja aku sungguh takut terhadap dirimu. Aku merasa lemah di dekat dirimu. Aku merasa kecil di dekat dirimu. Aku merasa rendah di dekat dirimu. Aku merasa tertutup di dekat dirimu. Aku merasa kacau dan berantakan di dekat dirimu. Aku merada ciut nyaliku di dekat dirimu. Aku merasa tidak dapat berbuat apa-apa di dekat dirimu. Itulah kesaksianku bahwa sebenar-benar dirimu semua adalah determinis-determinis bagiku. Sebenar-benar dirimu semua adalah subyek bagi diriku. Sedangkan sebenar-benar diriku adalah obyek bagimu semua. Ya Tuhan betapa sengsara hidupku ini. Kenapa semua yang ada di sekitarku bersifat mengendalikanku. Kenapa yang ada di sekitarku selalu menimpakan sifat-sifatnya kepadaku. Kenapa aku tidak dapat menunjuk sifat-sifatku walau sebuahpun. Maka sebenar-benar diriku itu adalah sudah tiada. Tiadalah diriku. Tiadalah pikiranku. Tiadalah hatiku. Tiadalah jiwaku. Tiadalah jati diriku. Dan tiadalah identitasku. Maka senyata-nyatanya semua yang ada disekitarku adalah monster-monster pemangsa sifat-sifatku. Apakah masih ada makhluk yang dapat aku ajak bicara?
Orang tua berambut putih datang:
Akulah orang yang selalu muncul pada setiap pertanyaan. Karena sebetul-betul diriku adalah ilmumu. Boleh yang lain habis dan lenyap dari dirimu. Tetapi selama engkau masih mampu bertanya, maka dirikulah yang masih tersisa.
Obyek ke n:
Wahai orang tua berambut putih. Apakah engkau mendengar semua kalimat dan percakapanku? Jika ya maka bagaimanakah kelanjutan diriku itu. Kemudian apa pula yang harus aku lakukan.
Orang tua berambut putih:
Betul katamu. Aku mendengar semua yang engkau katakan. Inilah kesaksianku, bahwa sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa semua ucapan-ucapanmu itu hanyalah berkenaan dengan hubungan antar sifat-sifat. Subyek akan selalu menimpakan sifat-sifat kepada obyeknya, baik disengaja maupun tidak disengaja. Maka sebenar-benar untung adalah menjadi subyek, dan sebenar-benar rugi adalah menjadi obyek.
Obyek ke n:
Siapakah sebenarnya subyek dan obyek itu?
Orang tua berambut putih:
Subyek adalah mereka yang berkuasa. Sedangkan obyek adalah mereka yang dikuasai.
Obyek ke n:
Contoh kongkritnya?
Orang tua berambut putih:
Si kaya adalah subyek, sedangkan obyeknya adalah si miskin. Si tua adalah subyek, sedangkan si muda adalah obyeknya. Si pemodal adalah subyek, sedangkan si peminjam adalah obyeknya. Si bapak adalah subyek, sedangkan si anak adalah obyeknya. Si dosen adalah subyek, sedangkan si mahasiswa adalah obyeknya. Si guru adalah subyek, sedangkan si siswa adalah obyeknya. Si mobil adalah subyek, sedangkan si montor adalah obyeknya. Si lurah adalah subyek, sedangkan si carik adalah obyeknya. Si canggih adalah subyek, sedangkan si tradisional adalah obyeknya. Si mahal adalah subyek, sedangkan si murah adalah obyeknya. Si bicara adalah subyek, sedangkan si diam adalah obyeknya. Si banyak adalah subyek, sedangkan si sedikit adalah obyeknya. Si ketua adalah subyek, sedangkan si anggota adalah obyeknya. Si cantik adalah subyek, sedangkan si tidak cantik adalah obyeknya. Si banyak teman adalah subyek, sedangkan si sedikit teman adalah obyeknya. dst.dst.
Obyek ke n:
Jikalau aku ingin jadi subyek, maka siapakah obyekku itu?
Orang tua berambut putih:
Sayangnya tiadalah sesuatupun bersedia menjadi obyekmu.
Obyek ke n:
Ini tidak adil. Aku harus tuntut keadilan. Aku ingin memberontak. Mereka dan aku toh sama-sama makhluk hidup. Mengapa mesti aku dan mereka mempunyai nasib yang berbeda. Aku ingin merdeka dari segala sifat yang menimpaku.
Orang tua berambut putih:
Inilah kesaksianku. Aku benar-benar telah menyaksikan dirimu telah menjadi subyek. Sedangkan obyeknya adalah keinginanmu untuk merdeka.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Muhammad Fendrik
ReplyDelete18706261001
S3 Dikdas 2018
Sebelumnya terima kasih Prof Marsigit untuk ilmunya hari ini. Saya akan mencoba mengomentari artikel "elegi pemberontak para obyek" ini sesuai dengan pemahaman saya.
Dari elegi pemberontak para obyek ini yang saya pahami adalah bahwa antara subyek dan obyek itu mempunyai hubungan sebab akibat yang saling berkaitan. Sama halnya seperti pikiran dan tindakan adalah satu kesatuan yang mempunyai hubungan. Adanya pemikiran karena ada tindakan dan adanya tindakan karena ada pemikiran. Oleh karena itu, kita selalu disarankan untuk selalu berdoa untuk pikiran dan tindakan yang akan kita lakukan.
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Objek adalah yang dikenai pekerjaan, objek adalah penderita, objek adalah yang dikuasai. Tidak akan ada objek yang menjadi subjek. Objek itu ada karena hasil mengada dari subjek itu. Tidak ada subjek kalau tidak ada objek. Seperti dalam postingan Bapak sebelumnya mengenai jargon para subjek dan objek, yaitu antara subjek dan objek haruslah menerjemahkan dan diterjemahkan. Sebagai subjek lakukan suatu kegiatan yang bermanfaat tanpa merugikan objek. Sebagai objek harus ikhlas keberadaanya. Demikian pula manusia, manusia adalah objek bagi Alloh SWT maka dari itu yang dapat dilakukan manusia adalah menggapai ikhlas dalam bertaqwa dan beriman kepada Alloh SWT.
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 PM A 2018
Dalam kehidupan ada yang berkedudukan sebagai subjek dan ada yang berkedudukan sebagai objek. Subjek dan objek itu sangat berbeda namun mereka saling membutuhkan. Tidak mungkin sesuatu itu menjadi subjek apabila tidak ada objeknya. Dan tidak mungkin sesuatu itu disebut objek jika tidak ada subjek yang menimpanya. Subjek itu yang menimpa dan objek yang ditimpa. Meskipun objek yang ditimpa, namun objek tersebut akan menjadi subjek bagi yang lain.
Terima kasih
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Objek dan subjek berbeda namun saling berkaitan dan keduanya saling melengkapi, objek tidak akan lengkap jika tidak ada subjek begitu juga subjek tidak akan lengkap jika tidak ada objek. Itu adalah kedua hal yang tidak mungkin.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Subyek dan obeyek adalah dua hal yang berkaitan. Subyek akan selalu menimpakan sifat-sifat kepada obyeknya. Dalam hidup, manusia tidak selalu bisa menjadi subyek namun ia akan ada kalanya ia diposisikan sebagai obyek. Ia menjadi subyek atas pikiran, keputusan, dan tindakannya sendiri, tapi disisi lain ia juga menjadi obyek atas pikiran, keputusan, dan tindakan orang lain. Cara terbaik adalah sama-sama memberikan usaha yang maksimal baik saat menjadi subyek maupun obyek.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Elegi di atas dapat kita jadikan intropeksi mengenai hakikat subjek dan objek sebenarnya. Subyek adalah mereka yang berkuasa. Sedangkan obyek adalah mereka yang dikuasai. Pada umumnya, subjek dipegang oleh orang-orang yang berkuasa, orang kaya, orang bermodal, orang tua, ketua, dan orang-orang yang memiliki posisi atau keuasaan yang lainnya. Dan objek jatuh pada orang-orang yang tertindas, orang miskin, orang bodoh, anggota, dan orang-orang yang serba kekurangan lainnya. Hal ini sungguh ironis. Apalagi dalam dunia pendidikan. Hal yang berbahaya bila guru menjadi subjek dan siswa menjadi objek. Oleh karena itu, diperlukan adanya pemahaman mengenai keduanya. Subjek dan objek harus dapat diposisikan sebagaimana mestinya.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteErma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Dalam elegi ini saya memahami bahwa subyek itu ialah seseorang maupun sesuatu yang kedudukannya lebih tinggi sementara obyek adalah seseorang maupun sesuatu yang kedudukannya lebih rendah. Sifat subyek yang determinist kepada obyek bisa bermanfaat jika determinis itu ada batasannya misal orang tua memberi aturan kepada anaknya untuk fokus belajar dari senin sampai jum'at dan bisa menikmati liburan sabtu minggu, sifat determinis disini justru membuat anaknya lebih disiplin. Tapi determinist subyek ke obyek bisa merugikan ketika determinist itu justru menekan, menindas, memperbudak si obyek misal guru yang terlalu kaku membuat aturan dalam pembelajaran dimana menekan siswanya untuk menjadi siswa yang sesuai keinginannya tanpa memperhatikan kebutuhan mereka dalam belajar, mengharuskan siswa untuk bisa memahami semua penjelasannya, serta tidak mentolerir kesalahan siswa dalam belajar. Ini merugikan siobyek karena tidak adanya penghargaan terhadap dirinya sebagai insan yang masih belajar.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteErma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Jika subyek itu didefinisikan berkuasa dan obyek itu didefinisikan dikuasai, maka kita bisa menjadi obyek determinist oleh si subyek mitos. Mengapa demikian ? karena ketika kita sudah berhenti pada beberapa kejelasan dari suatu pengetahuan maka itu berarti kita sudah dikuasai dan diperbudak oleh mitos. Agar kita tidak menjadi obyek atau budak mitos kita harus memiliki keinginan untuk merdeka dari perbudakan si subyek mitos menggunakan segala ikhtiar hati dan pikir. Sebagaimana yang dikatakan diatas ketika memiliki keinginan untuk merdeka disitulah diri kita menjadi subyek dan keinginan itulah yang menjadi obyeknya.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
Dalam hidup ini, pasti ada yang menjadi subjek dan yang menjadi objek. Hakikatnya subjek adalah objek begitu pula sebaliknya. Subjek menjadi objek maupun sebaliknya tergantung pada kita melihatnya dari sisi mana terkait subjek dan objek ini.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Subjek dan objek adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Subjek adalah pihak yang berkuasa atas objek. Sedangkan objek adalah pihak yang dikenai tindakan dari subjek. Subjek dan objek bukanlah hal yang tetap. Akan menjadi subjek maupun objek, semua tergantung ruang dan waktunya. Yang terpenting adalah bagaimana setiap manusia bisa memposisikan diri secara bijaksana, baik itu manakala menjadi subjek maupun manakala menjadi objek.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Hal-hal di sekitar kita saling mempengaruhi, saling berhubungan, dan saling berpasangan. Selain itu, tidak ada yang sama persis, harus ada yang di depan, di belakang, di atas, di bawah, di samping, yang menang, yang kalah. Dengan adanya fenomena seperti itu maka ada hubungan kausalitas dan determinis. Kausalitas dan determinis ini lebih jelasnya digambarkan antara subjek dan objek. Berdasar elegi disajikan pada elegi diatas mengenai subjek dan objek, saya mengambil contoh subjek dan objek yang berkaitan dengan pendidikan. Subjek pendidikan adalah pendidik sedangkan objek pendidikan adalah siswa. Pengajaran merupakan proses yang melibatkan pendidik dan siswa, keduanya erjadi hubungan pengaruh dari orang dewasa atau expert terhadap anak atau novice. Siswa hakikatnya sebagai pribadi, bukan sekedar barang atau benda, walaupun menjadi sasaran dalam tindakan mendidik, tidak dapat hanya disebut objek, melainkan juga subjek.
Ibrohim Aji Kusuma
ReplyDelete18709251018
S2 PMA 2018
Sederhananya, bagi saya, subjek adalah pelaku sedangkan objek adalah yang dikenai perlakuan. Dalam hal ini, objek tetaplah menjadi objek ketika tidak memiliki perlakuaan atau setidaknya keinginan. Setelah ia memiliki keinginan untuk menjadi subjek maka ia telah menjadi subjek sedangkan objeknya adalah keinginan itu sendiri.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Dari elegi ini dapat dipahami bahwa hanya ada dua hal yaitu subjek dan objek. Subjek adalah yang melakukan pekerjaan dan objek adalah yang dikenai pekerjaan. Dalam elegi ini subjek adalah orang yang memiliki kuasa dan objek adalah orang yang dikuasai. Setinggi-tingginya subjek dalam kehidupan kita adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Dalam elegi tersebut diceritakan bahwa objek satu kagum terhadap subjek, kemudian objek dua mengagumi objek 1, objek tiga mengagumi objek 2, hingga objek n mengagumi objek n-1. Sungguh sebuah ironi, saat kita mengagumi apa yang dimiliki oleh orang lain ternyata orang tersebutpun tidak merasa cukup dengan apa yang ia miliki terbukti karena ia malah justru mengagumi orang lain disaat oranglain mengagumi dirinya. Sesuatu yang dikagumi akan menjadi subjek bagi dirinya, dan dirinya menjadi objek. Walau dalam hal mensyukuri apa yang saat ini menjadi milik kita seperti yang terjadi pada objek 1 2 3 dan n adalah tindakan yang kurang tepat, namun hal tersebut berlaku benar dalam hal menuntut ilmu. Dalam menuntut ilmu kita hendaknya selalu merasa rumput tetangga lebih hijau dari pada rumput kita. Tidak ada kata puas dalam menuntut ilmu, teruslah gali selama nafas masih berhembus. Teruslah merasa menjadi objek dalam menuntut ilmu hingga tanpa terasa kita sendiri telah menjadi subjek atas keingingan-keinginan diri dalam menuntut ilmu.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Dalam pembelajaran selalu ada objek, ada pula subjek. Namun, harus diingat bahwa objek itu harus dimanusiakan, seperti yang disampaikan oleh Munif Chatib. Dalam bahasa lain mungkin mensubyeknkan obyek. Seperti paradigma dulu siswa itu berposisi sebagai obyek oleh guru namun saat ini mulai berubah dengan mengaktifkan siswa sehingga cenderung mensubyekan siswa.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018 (PM B 2018)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Rasa iri pasti selalu muncul jika seseorang tidka pernah merasa bersyukur dengan apa yang didapatkannya. Seperti elegi diatas tentang obyek yang terlihat iri dengan subyek. Padahal sebenar-benar subyek akan selalu menimpakan sifat-sifat kepada obyeknya. Hal tersebut bisa terjadi secara disengaja maupun tidak disengaja. Sehingga sesungguhnya, sudah beruntung menjadi subyek dan merugi menjadi obyek
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Elegi pemberontak para objek. Dari yang saya pahami melalui elegi ini adalah subjek adalag sesuatu yang berkedudukan tinggi sebaliknya objek adalah sesuatu yang lebih rendah. Subjek yang kita kenal pada umumnya adalah yang memberikan perlakuan sedangkan objek adalah yang diberi suatu perlakuan. Baik subjek maupun objek keduanya adalah saling berkaitan, karena subjek tanpa objek bukanlah apa2 dan begitu pula sebaliknya.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
Subjek dan objek adalah dua hal yang berkaitan. Dalam kehidupan ini terdapat ruang dan waktu, dimana akan berubah sesuai perjalanannya. Dengan begitu subjek dan objek akan ikut berubah juga sesuai dengan perkembangan dan perjalanannya, baik maklhuk hidup maupun benda-benda lain.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Dunia ini dipenuhi dengan subjek dan objek pada ruang dan waktu tertentu. Subjek dan objek merupakan hal yang saling berhubungan satu sama lain. Setiap manusia pasti berkeinginan untuk menjadi subjek, karena manusia memiliki sifat dan nafsu untuk menguasai. Maka kita harusnya bersyukur kepada-Nya terhadap apa yang telah dikaruniakan kepada kita sebagai subjek ataupun objek.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat pagi Prof.
Obyek adalah tujuan yang ingin dituju sedangkan subyek adalah apa dan siapa yang akan menuju atau menggapainya. Pada kenyataannya, setiap jalan yang diambil untuk menggapai suatu obyek tertentu memerlukan sebuah proses. Proses ini beranekaragam jenisnya. Proses inilah yang juga dapat menyebabkan obyek tertentu berubah menjadi subyek atau sebaliknya. Subyek berubah menjadi obyek. Artinya para obyek tidaklah sanggup menjadi obyek lagi. Mengapa demikian? Alasan pastinya adalah para obyek meyakini bahwa mereka mampu menjadi para subyek dan dapat menentukan tujuan yang ingin mereka tuju. Terima kasih.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Diatas langit masih ada langit. Di bawah tanah masih ada tanah. Jangan gunakan kelebihanmu untuk membanding-bandingkan dan meremehkan orang lain. Jangan gunakan kekuranganmu untuk menuntut dan bersikap minder. Semua sudah ada porsinya masing-masing. Tidak perlu khawatir. Kamu adalah pelengkap bagi yang lain. Kelebihanmu melengkapi kekuranganmu. Kekuranganmu dilengkapi kelebihanmu. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Subyek dan obyek merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Ada subyek apabila obyek juga ada, dalam dunia pendidikan peranan subyek dan obyek haruslah memberikan timbal balik yang berkesinambungan. Dengan harapan agar dunia pendidikan di Indonesia lebih baik lagi sehingga dapat bergerak sesuai dengan perkembangan zaman
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Terima kaih Bapak atas artikel mengenai elegi pemberontakan para obyek yang telah Bapak share kepada kami. Menurut saya subjek dan objek itu berbeda. namun dalam suatu kesempatan baik objek dan subyek dapat saling berkaitan satu sama lain. Setiap objek adalah bayangan dari subjek di dalam ruang dan waktunya. Seseorang bisa menjadi subjek dan objek dari orang satu orang yang sama. sebagai contoh, Seorang guru menjadi subjek dari peserta didik di sekolahnya. Namun guru tersebut di sekolahnya juga merupakan seorang kepala sekolah. Maka dari itu guru tersebut kemudian bisa disebut sebagai objek dari seorang siswa yang mempunyai jabatan sebagai guru mereka, dan guru tersebut menjadi subjek dari guru yang lainnya di sekolahnya yang mempunyai jabatan sebagai kepala sekolah.
Zuari Anzar
ReplyDelete19701251006
S2 PEP A 2019
Dimensi subyek lebih tinggi dari obyek jika ternyata ditemukan sesuatu yang dimensinya lebih tinggi dan suatu obyek bisa menjadi subyek jika ditemukan sesuatu dimensinya lebih rendah. Contohnya kepala sekolah adalah subyek dari guru-guru. Guru menjadi obyek dari kepala sekolah, namun guru juga menjadi subyek bagi siswa dan siswa menjadi obyek dari guru. Oleh karena itu segala sesuatu mempunyai keterkaitan atau hubungan antara si penguasa dan yang dikuasai. Hati manusia merupakan subyek dan keingan adalah obyeknya.
Mira Amalia Yudhanti
ReplyDelete19701251014
S2 PEP A
Dalam elegi di atas, ada dua hal yang dibahas yaitu subyek dan obyek. Subyek adalah orang yang lebih tinggi derajatnya daripada objek. Misalnya saja dosen adalah subyek dan mahasiswa adalah obyek, si guru adalah subyek dan si siswa adalah obyek. Sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa adanya obyek tidak ada yang namanya subyek dan sebaliknya. Sehingga kedua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Tiara Wahyu Anggraini
ReplyDelete19709251065
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Dari elegi di atas yang saya tangkap ialah objek ada apabila subjek ada. Tidak akan ada objek kalau subjek tidak ada. Selain itu juga, subjek dan objek bisa dikatakan sebagai hubungan sebab akibat. Walaupun subjek dan objek berbeda namun mereka saling berkaitan dan saling melengkapi.
Lovie Adikayanti
ReplyDelete19709251068
S2 Pendidikan Matematika D
Assalamualaikum wr.wb
Obyek akan menjadi obyek jika dikenai subyek. Dan subyek akan menjadi subyek jika mempunyai obyek. Dimensi subyek lebih tinggi dari obyek karena obyek adalah yang dikenai oleh subyek. Didunia ini suatu subyek bisa jadi obyek jika ternyata ditemukan sesuatu yang dimensinya lebih tinggi dan suatu obyek bisa menjadi subyek jika ditemukan sesuatu dimensinya lebih rendah. Contohnya Kepala sekolah adalah subyek dari guru-guru. Guru guru menjadi obyek dari kepala sekolah. Namun guru-guru juga menjadi subyek bagi siswa.
Namun dalam hal dimensi berdimensi di dunia tidak selayaknya dimensi yang tinggi menindas dimensi yang lebih rendah. Justru harus ada kerja sama untuk dapat saling meningkatkan dimensinya. Benar jika dikatakan dalam akhir elegi ini bahwa dirimu adalah subyek dari keinginanmu dari harapanmu. Karena disanalah letak kemerdekaan dalam arti yang relatif dan disanalah letak membangun diri.
Dan tak lupa bahwa dimensi yang tertinggi adalah dimensi Sang Pencipta. Maka Sang Pencipta menjadi subyek bagi semua ciptaannya dan tak ada yang mampu mengungguli Nya. Marilah kita senantiasa mohon ampun untuk setiap kesombongan yang terselip dari apa-apa yang telah kita perbuat.
Rochyati
ReplyDelete19709251074
S2 P. Mat D 2019
Subyek akan selalu menimpakan sifat-sifat kepada obyeknya. Subyek adalah mereka yang berkuasa. Sedangkan obyek adalah mereka yang dikuasai. Guru adalah subjek yang berkuasa, sedangkan siswa adalah objek yang dikuasai. Maka godaan terbesar bagi orang yang berkuasa adalah menggunakan kekuasaannya. Sesungguhnya barang siapa yang menyalahgunakan kekuasaan, dia tergolong dalam kategori orang-orang yang berbuat dholim. Oleh karena itu, harus lah kita menjalankan tugas kita dengan baik, jangan sampai menyalahgunakan kekuasaan.
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Demi menjaga equlibrium dunia ini maka segala sesuatu berhak dan berkewajiban untuk menjadi subyek dan obyek sesuai peranannya. Ruag dan waktu akan mendeterminasi peranan itu dan seberapa lama ia mampu untuk mempertahankan peranan tersebut. Pada berbagai kasus subyek akan menjadi penyesuai dan pemimpin si obyek, dan akan menjadi si penyesuai dan dipimpin.
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Namun obyek pun juga dapat memainkan peranannya sebagai obyek itu sendiri, yang dapat menuntun subyek untuk menjadi penyesuai obyek. Obyek mampu menjadi kunci dan subyek menjadi penyesuainya, karena subyek tidak dapat melakukan peranan dan kehendaknya apabila tidak pas dan sesuai dengan keberadaan, sifat, dan karakter si obyek.
Dhamar Widya Safitri
ReplyDelete19701251009
S2 PEP A 2019
Assalamualaikum.
Disetiap kehidupan pasti ada subjek dan objek. Subjek adalah yang bertindak dan objek adalah yang ditindak. Subjek dapat menjadi objek dan objek dapat menjadi subjek. Semua tergantung keadaan dan sudut pandangnya. Subjek dan objek saling berhubungan dan saling melengkapi satu sama lain.
Terimakasih
Alfiana Dewi
ReplyDelete19701251005
S2 PEP A 2019
Subjek adalah seorang pemeran dan objek adalah yang terkena peran dari subjek, sebaik baiknya subjek adalah mampu menjadi subjek yang menjadi tauladan bagi sang objek, objek adalah aspek yang penting, tanpa objek maka makna subjek tidak berarti apa-apa, karena tanpa objek, sebuah objek hanya menajadi ada atau mungkin ada.
Hajra Yansa
ReplyDelete19701251012
S2 PEP A 2019
Dalam elegi di atas, ada dua hal yang dibahas yaitu subyek dan obyek. objek adalah sifat keadaan ( “attributes”) dari sesuatu benda, orang, atau keadaan, yang menjadi pusat perhatian atau sasaran. Sifat keadaan dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas. bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra atau simpati-antipati,keadaan batin, dsb. (orang), bisa pula berupa proses dsb. Sedangkan Subjek adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya). Dengan kata lain subjek adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Subyek dan obyek merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain.
Hajra Yansa
ReplyDelete19701251012
S2 PEP A 2019
Berbicara konteks filsafat, objeknya ada dua, yaitu objek materi, dan objek forma. Objek materi adalah hal atau bahan yang diselidiki (hal yang dijafikan sadaran penyelidikan). Sedangkan objek formanya perubahan dan benda. Filsafat tidak membatasi diri dan berhenti berdasarkan pengalaman saja. Tetapi, filsafat hendak mencari keterangan yang sedalam-dalamnya. Dalam elegi diatas subyek adalah orang yang memiliki hal lebih dari si objek sehingga objek menjadi sesuatu yang dikenai pekerjaan.