Oct 28, 2012

Kutarunggu Persidangan Agung Sang Bagawat




Oleh Marsigit

Bagawat:
Wahai para cantralma, kesinilah aku ingin menyampaikan beberapa pertanyaanku kepadamu. Apakah engkau mengetahui apa hubungan antara percabaan Kutarunggu dengan Kerajaan Hanuya?



Para cantralma:
Wahai guruku, aku belum sepenuhnya paham.

Bagawat:
Pertanyaanku berikutnya adalah dimana sebetulnya percabaan ini, yaitu percabaan Kutarunggu berada?

Para cantralma:
Ya di sini.

Bagawat:
Pertanyaanku berikutnya, siapakah yang mempunyai pangkat tertinggi pada percabaan Kutarunggu?

Para cantralma:
Menurutku yang mempunyai pangkat tertinggi adalah guruku yaitu sang Bagawat.

Bagawat:
Oo..ooh..pada cantralma. Ternyata ilmumu belum seperti apa yang aku harapkan. Engkau semua harus masih banyak belajar. Maka dengarkanlah caramahku dalam persidangan agung ini.

Bagawat:
Ketahuilah bahwa semua pejabat di kerajaan Hanuya adalah alumnus Kutarunggu. Maka hubungan antara Kutarunggu dengan Hanuya ibarat wadah dan isi. Kutarunggu itu bisa berupa wadahnya, sedang isinya adalah Hanuya.

Bagawat:
Sedangkan keberadaan Kutarunggu yang sebenarnya bukanlah seperti apa yang engkau lihat. Kutarunggu yang sebenarnya berada dalam pikiran yang kritis dan hati yang ikhlas. Maka tidak perlu engkau mencari-cari dimana keberadaan Kutarunggu. Cukup dengan berpikir kritis, maka engkau akan segera menemukan Kutarunggu. Sebetul-betul Kutarunggu itu adalah pikiran dan hatimu.

Bagawat:
Sedangkan pangkat tertinggi di Kutarunggu ini bukanlah diriku atau Cantralma tetapi daya kritismu dan keiklhasanmu dalam berkata, berbuat dan bekerja.

Bagawat:
Satu lagi pertanyaanku, engkau itu sedang biara dengan siapa?

Para cantralma:
Kami sedang bicara dengan sang Bagawat.

Bagawat:
Oo..ooo...ternyata engkau belum juga sempurna dalam memahami ilmu-ilmuku. Sebetulnya dirimu sedang bicara dengan ilmumu. Itulah engkau itu sedang menuntut ilmu. Maka jika engkau telah tetapkan niatmu, maka segenap kata, perbuatan, dan perilaku dan pengalamanmu itulah ilmumu. Jadi sebenar-benar sang Bagawat tidak lain tidak bukan adalah pikiranmu.

Para cantralma:
Wahai sang Bagawat, tetapi kenapa engkau seperti tampak menyimpan kesedihanmu?

Bagawat:
Wa...ha..haa..syukurlah. Sekarang aku mulai melihat kecerdasanmu. Ketahuilah bahwa kesedihanku itu dikarenakan aku melihat perjalanan para cantralma kedepan akan mengalami godaan yang tidak kecil. Bahkan aku melihat dan mengetahui ada satu atau beberapa cantralma mulai terkena stigma. Ketahuilah bagai sanga Stigmaraja, maka stigma itu tentu selalu bertentangan dengan keadaan kita. Maka waspadalah terhadap stigma-stigma. Padahal engkau tahu bahwa Kutarunggu ini sebetulnya juga berhak memproduksi stigma. Yaitu stigma-stigma yang baik-baik, tetap hal yang demikian terkalahkan oleh besarnya kekuasaan sang Stigmaraja. Maka waspadalah.

Para cantralma:
Lalu bagaimanakah guruku cara menghindari stigma-stigma buruk, atau di sebut sebagai stigma saja itu?

Bagawat:
Sebenar-benar stigma itu terdiri dari 2(dua) komponen dasar, yaitu pikiran dan hati. stigma itu aalah pikiran tidak kritis dan hati tidak bersih. Maka untuk menghalau para stigma yaitu dengan selalu berpikir kritis dan berhati bersih atau ikhlas.

Bagawat:
Saya ingin menutup persidangan agung ini dengan perintah kepada para cantralma agar engkau semua dapat mengawal dan mengamankan baik Kutarunggu maupun Hanuya, dari ancaman para stigma. Terimakasih

32 comments:

  1. Aizza Zakkiyatul Fathin
    18709251014
    Pps Pendidikan Matematika A

    Guru dan murid itu bagaikan wadah dan isi. Wadah selalu punya isi. Tidak ada isi tanpa wadah dan sebalinya. Jika wadah adalah takdir dan isi adalah ikhtiar. Murid itu belajar sebagai upaya ikhtiarnya untuk menggapai ilmunya. Maka dari itu sebenar-benar manusia adalah tergantung ilmunya. Untuk menggapai ilmu manusia harus senantiasa menggunakan pikirannya dengan berpikir kritis dan menggunakan hati yang ikhlas. Karena ilmu itu sebenar-benarnya adalah pikiran dan hatimu. Ketika kita sudah terbiasa berpikir dengan kritis dan memiliki hati yang jernih insya Alloh akan terhindar dari stigma-stigma. Karena stigma itu menyerang pada pikiran dan hati yang kotor.

    ReplyDelete
  2. Restu Widhi Laksana
    S2 Pendidikan Matematika A 2018
    18709251022
    Bismillahirrokhmanirrokhim
    Dari penjabaran sang Begawat dalam tulisan Prof. Marsigit ini saya mendapatkan gambaran yaitu jika bentuk sebenar-benarnya kutarunggu adalah hati dan pikiran, maka kerajaan hanuya adalah semua perbuatan kita. Jika kutarunggu adalah aqidah maka hanuya adalah akhlaknya. Maka sebenar-benarnya pangkat tertinggi dalam pikiran kita memang haruslah daya kritis, dan pangkat tertinggi dari hati kita adalah keikhlasan. Karena dengan daya kritis pikiran kita akan selalu bergerak, tidak berhenti untuk berfikir, tidak berhenti menterjemahkan apa yang ada dalam dirinya dan diluar dirinya, apa yang ada dan yang mungkin ada. Begitu juga dengan hati yang ikhlas membuat kita mudah menerima terjemahan dan ikhlas diterjemahkan. Sehingga kita mudah menerima masukan dan saran yang kemudian menjadi bahan untuk kita terjemahkan.
    Lalu seperti peran Sang Begawat dalam kutarunggu, seperti itu juga peran ilmu dalam pikiran kita yaitu membantu menjelaskan apa yang kita coba terjemahkan dengan daya kritis, juga membantu hati untuk menerima dan memahami terjemahan dari orang lain. Maka memang seperti pentingnya kedudukan sang begawat dalam kutarunggu dan hanuya, begitu juga pentingnya kedudukan ilmu dalam pikiran, hati dan perbuatan kita.

    ReplyDelete
  3. Anggoro Yugo Pamungkas
    18709251026
    S2 Pend.Matematika B 2018

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    Berdasarkan artikel yang berjudul kutarunggu persidangan agung sang bagawat diatas, kita dapat melihat bagaimana sang bagawat begitu keras terhadap para cantralma. Namun cara keras yang dilakulan bagawat tersebut tidak lain karena peduli terhadap bawahannya. Sama halnya sebagai guru, kita jangan pernah menyerah untuk peduli terhadap pendidikan murid-murid kita. Lelahmu dan keikhlasanmu akan menjadi berkah dari Allah Subhanahuwata'ala. Aamiin

    ReplyDelete
  4. Erma Zelfiana Surni
    18709251009
    S2. P.Matematika A 2018

    Assalamualaikum Wr. Wb
    Yang saya pahami dalam elegi ini adalah Kutarunggu merupakan ilmu dan Hanuya merupakan tutur kata, sikap, perbuatan maupun perilaku kita. Jadi segala perkataan,sikap, perbuatan dan perilaku kita itu diwadahi atau ditentukan oleh ilmu pengetahuan kita. Semakin tinggi ilmu seseorang semakin tinggi pula kualitas perkataan, sikap, maupun perbuatannya. Pangkat tertinggi dari Kutaruggu adalah daya kritis dan keihkhlasan hati. Semakin tinggi daya kritis dan keikhlasan seseorang maka semakin tinggi pula ilmunya.

    ReplyDelete
  5. Tantangan dan godaan terbesar kita saat ini dan kedepannya adalah Stigma. Stigma itu menyusup ketika daya berpikir kritis kita lemah atau bahkan mati, juga bisa disebabkan karena keikhlasan kita dalam mencari kejelasan suatu ilmu ikut mati. Maka sebenar benar orang yang terjerumus stigma adalah orang yang termakan mitos dan pasrah dalam hati dan pikirnya untuk mencari kebenaran dan kejelasan. Adanya Kutarunggu disini sangat berperan penting dalam menghadapi stigma karena sebenar-benar Kutarunggu adalah ilmu sedangkan sebenar-benar ilmu adalah pikiran dan hati itu sendiri. Kutarunggu tertinggi itulah pikiran kritis dan hati yang ikhlas. Maka hanya Kutaranggu atau ilmu yang tinggilah yang mampu memberantas stigma.

    ReplyDelete
  6. Fany Isti Bigo
    18709251020
    PM A PPs UNY 2018

    Sebenar-benarnya kutarunggu adalah pikiran dan hati kita sendiri. Kutarunggu berada dalam pikiran yang kritis dan hati yang ikhlas. Hendaknya kita menjaga hati dan pikiran kita, agar tetap bersih, terhindar dari dari segala macam godaan yang mencelakakan diri kita. sementara yang dimaksud Hanuya adalah perilaku kita atau wujud tindakan nyata yang kita tampilkan didepan orang lain. Hati yang baik akan menghasilkan perilaku yang baik pula.

    ReplyDelete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  8. Muh. Fachrullah Amal
    18709251036
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Sang begawat ibarat sebagai guru, para centralma sebagai murid dan kutarunggu adalah ruang kelas. Letak keberhasilan seorang guru adalah ketika ilmu yang disampaikan sampai kepada para murid dan benar-benar paham tentang ilmu yang diberikan. Yang memiliki pangkat tertinggi di kelas adalah bukanlah seorang guru melainkan kemampuan kita dalam menggunakan pikiran dan hati dalam berpikir secara kritis. Ketika hati dan pikiran itu bersih maka akan mudah untuk menghindari segala bentuk stigma-stigma yang dapat menjerumuskan kita kepada hal keburukan.

    ReplyDelete
  9. Hasmiwati
    18709251023
    S2 Pend.Matematika B 2018

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    Berbicara mengenai wadah dan isi maka keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan. Demikian juga jika kita membicarakan tentang guru dan ilmu. Guru hanyalah sebagai wadah ilmu untuk para siswa, namun intinya tetap terletak pada ilmu itu sendiri. Untuk memahami tentang wadah dan isi maka dibutuhkan pemikiran yang kritis. Tanpa berpikir kritis maka kita hanya terjebak dalam stigma. Stigma adalah berbagai pandangan orang yang menilai diri kita negatif, hal yang kita lakukan negatif sampai pemikiran kita negatif. Karena hidup ini adalah pilihan antara baik dan buruk maka tergantung bagaimana kita memilih dua jalan untuk menjalani hidup kita akankah mengikuti stigma atau melawan stigma. Kita harus membiarkan semua stigma yang ada untuk diri kita dengan tujuan bahwa apa yang kita lakukan pasti akan membuahkan hasil dan dari hasil itu bisa menjadi senjata kita untuk melawan stigma sehingga orang yang memiliki stigma kepada kita tahu yang sebenarnya dan dengan sendirinya memuja diri kita. Sangat mudah bila kita menjalani hidup ini tanpa harus memikirkan stigma karena tentunya kita tidak harus berpikir kritis dan mendalam.

    ReplyDelete
  10. Herlingga Putuwita Nanmumpuni
    18709251033
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Jika ingin terhindar dari stigma buruk maka kita harus berpikir kritis dan menggunakan hati yang bersih atau ikhlas. Dalam setiap langkah dan perbuaatan kita harus berusaha dan bekerja dengan memadukan kecerdasan pikiran dan hati nurani secara harmoni. Saat pikiran sedang kalut dan hati kotor maka kita cendrung akan semakin banyak berbuat kesalahan ataupun dosa. Untuk itu marilah kita selalu berusaha agar tidak terbelenggu pada stigma. Semakin kita berstigma negatif semakin pula kita terjerumus pada sifat berburuk sangka, menduga-duga tentang yang tidak-tidak. Berburuk sangka hanyalah akan merusak diri kita sendiri. Kita lama kelamaan akan hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran akan sesuatu yang bahkan tidak pernah ada bukti nyata akan keberadaannya.

    ReplyDelete
  11. Aan Andriani
    18709251030
    S2 Pendidikan Matematika B

    Assalamualaikum wr.wb.
    Kutarunggu merupakan pikiran dan hati. Pikiran tidak kritis dan hati tidak bersih merupakan stigma. Kutarunggu bisa diumpamakan sebagai wadah. Sebuah wadah harus dapat digunakan dengan baik. Masukkanlah pikiran-pikiran yang positif ke dalam wadah tersebut. jangan sampai wadah tersebut terisi oleh hal-hal yang buruk. Jika sedikit saja keburukan yang masuk dalam wadah tersebut, maka bisa mencemari yang lainnya. Oleh karena itu, supaya wadah tersebut tidak penuh dengan hal-hal yang negatif perlu ditingkatkannya pikiran kritis dan bersihkan hati dari berbagai macam keburukan. Jangan sampai wadah tersebut dikuasai oleh keburukan. Jika keburukan berkuasa maka dapat membahayakan dan dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
    Wassalamualaikum wr.wb.

    ReplyDelete
  12. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  13. Eka Puspita Sari
    18709251035
    S2 PM B 2018

    Berdasarkan elegi tersebut, yang dapat saya pahami adalah bahwa pangkat tertinggi dari seorang manusia adalah hati dan pikirannya. Sedangkan pangkat tertinggi dari hati dan pikiran adalah daya kritis dan keikhlasan dalam berkata, berbuat dan bekerja.
    Stigma adalah gangguan-gangguan yang mungkin dialami manusia, manusia tersebut berhak menentukan stigma-stigmanya, apakah ia akan menjadi stigma yang baik atau buruk. Stigma itu sendiri adalah hati dan pikiran, jadi pangkat tertinggi manusia itu terletak pada stigmanya atau hati dan pikirannya.
    Agar stigma seseorang menjadi baik, maka harus mengontrol hati dan pikirannya agar senantiasa berikir kritis dan berhati bersih.

    ReplyDelete
  14. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
    Berpikir kritis dan berhati bersih atau ikhlas dalam berkata, berbuat, dan bekerja merupakan kunci utama. Sebenar-benar diri kita adalah pikiran dan hati kita. Pangkat tertinggi diri kita adalah daya kritis kita dan keikhlasan kita dalam berkata, berbuat, dan bekerja. Sebenar-benar menghalau para stigma adalah dengan selalu berpikir kritis dan berhati bersih atau ikhlas.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

    ReplyDelete
  15. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
    Berpikir kritis dan berhati bersih atau ikhlas dalam berkata, berbuat, dan bekerja merupakan kunci utama. Sebenar-benar diri kita adalah pikiran dan hati kita. Pangkat tertinggi diri kita adalah daya kritis kita dan keikhlasan kita dalam berkata, berbuat, dan bekerja. Sebenar-benar menghalau para stigma adalah dengan selalu berpikir kritis dan berhati bersih atau ikhlas.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

    ReplyDelete
  16. Dini Arrum Putri
    18709251003
    S2 P Math A 2018

    Ibarat wadah dan isi. Tidak ada isi tanpa wadah. Dah tidak ada wadah tanpa isi. Serta tidak ada yang benar-benar kosong dalam sebuah wadah, bahkan botol yang kosong pun tidak benar benar kosong karena terisi udara. Hal tersebut diibaratkan seorang guru dan siswa yang saling mendukung dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang mana sebuah proses berpikir untuk memperoleh pengetahuan yang diartikan sebagai kutarunggu. Guru memiliki ilmu untuk diberikan kepada wadahnya yaitu siswanya sendiri.

    ReplyDelete
  17. Diana Prastiwi
    18709251004
    S2 P. Mat A 2018

    Kita adalah cerminan pikiran dan hati kita. Perilaku kita adalah bayangan kita. Maka sebenar benar ilmu kita ya pikiran kita sendiri. Dan untuk berpikir dengan baik. Kita harus ikhlas dalam hati dan pikiran untuk menerima dan memberi ilmu. Nantinya kita bisa berpikir sesuai ruang dan waktu dan terbebas dari stigma atau yang lainnya. Karena ikhlas pikiran dan hati untuk menerima ilmu dari orang lain adalah faktor utama agar ilmu tersebut bisa masuk dalam diri kita, serta menerima dan selalau posisikan diri sebagaigelas yang baru terisi air sedikit, sehingga kita dapat selalu belajar untuk memenuhi gelas kita tadi, belajar belajar belajar adalah cara untuk memahami suatu ilmu masuk dalam diri kita. Seperti halnya , iqro iqro iqro ( baca baca baca) sampai paham. Sepertimembacar artikel dalam setiap blog Prof Marsigit. :))

    ReplyDelete
  18. Seftika Anggraini
    18709251016
    S2 PM A 2018

    Berpikir kritis adalah berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis yang disertai dengan berhati kritis akan membantu manusia untuk terhindar dari stigma negatif. Kemampuan berpikir kritis dapat terbentuk dengan belajar. Dan kemampuan berpikir kritis harus senantiasa diasah melalui belajar. Untuk itu, belajar seharusnya dilakukan selamanya atau belajar lah sepanjang hayat. Berhenti belajar maka akan berhenti pula kemampuan berpikir kritis seseorang.
    Terima kasih

    ReplyDelete
  19. Tiara Cendekiawaty
    18709251025
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Sebenar-benarnya kutarunggu adalah pikiran dan hati. Seorang guru menggunakan pikirannya untuk menyalurkan ilmunya kepada siswa dan menggunakan hati untuk melihat psikologi siswanya. Dengan kata lain, guru dalam mengajar harus menggunakan pikiran dan hatinya sehingga dalam mengajar guru memperhatikan proses berpikir siswanya agar siswa dapat membangun dan mengembangkan pengetahuannya sendiri.

    ReplyDelete
  20. Endah Kusrini
    18709251015
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Sebetulnya segala apa pun yang ada di dunia ini bersumber dari hati dan pikiran masing-masing orang. Hati dan pikiran sangat menentukan bagaimana manusia bertindak dan memandang kehidupan. Stigma-stigma yang banyak muncul juga sebetulnya barakar dari hati dan pikiran, yakni hati dan pikiran yang kotor. Oleh karena itu, cara agar terhindar dari jebakan-jebakan stigma adalah dengan senantiasa membersihkan hati dan pikiran.

    ReplyDelete
  21. Deden Hidayat
    18709251032
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Hidup itu ada pilihan, baik atau buruknya pilihan tergantung bagaimana cara kita menjalani kehidupan itu sendiri. Untuk dapat terhindar dari stigma yang dapat memberikan keburukan untuk diri kita, maka hal yang harus kita lakukan yaitu selalu berpikir kritis dengan dibarengi hati yang bersih dan ikhlas. Oleh karena itu, kita harus selalu menerapkan daya berpikir kritis dan hati yang ikhlas baik dalam berkata, berbuat, maupun bekerja.

    ReplyDelete
  22. Fabri Hidayatullah
    18709251028
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Stigma merupakan pikiran tidak kritis dan hati tidak bersih. Stigma pun akan selalu mengancam kita dalam mencari ilmu pengetahuan. Ketika kita merasa bahwa kita telah memiliki pengetahuan atau menerima pengetahuan begitu saja tanpa berusaha membuat anti tesis dan mensintesisnya, berarti kita juga telah terjebak stigma. Sementara hati yang tidak bersih merupakan hati yang telah tergoda oleh setan. Maka kita tidak boleh dalam keadaan berhenti, kita harus senantiasa berikhtiar dengan menggunakan pikiran yang kritis dan hati yang bersih.

    ReplyDelete
  23. Septia Ayu Pratiwi
    18709251029
    S2 Pendidikan Matematika 2018

    Wadah dan isi di ibaratkan dengan hati dan pikiran. Jika hati bersih, maka pikiran pun bersih. Dan begitupun sebaliknya. Hati tak bisa lepas dari pikiran. Dan pikiran pun takkan bisa lepas dari hati. Jikalau kita hanya mengandalkan hati saja, maka pikiran takkan jalan. Jikalau kita hanya mengandalakan pikiran, hati pun takkan berjalan sebagaimana mestinya. Hati dan pikiran adalah suatu ikatan yang tak bisa dipisahkan walau hanya sebentar saja. Karena adanya sifat timbal balik yang dapat menguntungkan bagi salah satunya dan dapat pula merugikan bagi salah satunya.

    ReplyDelete
  24. Rosi Anista
    18709251040
    S2 Pendidikan Matematika B

    Wadah dan isi adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena akan selalu berkaitan, seperti layaknya hati dan pikiran. Dalam kehidupan hati dan pikiran harus selaras agar mencapai ketenangan dalam hidup. Hati dan pikiran harus seimbang dan juga sejalan, namun sebenar-benar yang menjadi patokan adalah hati. Hati yang bersih yang selalu menyebut nama Allah SWT, sehingga saat pikiran kita akan terpengaruh oleh lingkungan naninya hati kita kan menguatkan untuk tetap menuju jalan yang benar dan baik.

    ReplyDelete
  25. Janu Arlinwibowo
    18701261012
    PEP 2018

    Stigma adalah sesuatu yang akan menghambat seorang manusia dalam berperilaku. Stigma ini akan menghasilkan suatu nilai negatif pada diri manusia. Stigma adalah pota pikir yang tidak kritis dan hati yang tidak bersih. Dengan pola pikir yang tidak kritis maka kita akan mudah termakan oleh berbagai hal negative seperti ego, sombong, dll. Ditambah dengan kebersihan hati yang tidak terjaga akan memudahkan pikiran kita berlari kemana-kemana menjauh dari segala pola pikir kritis. Subjektifitas akan menjajah diri kita jika stigma telah memakan.

    ReplyDelete
  26. Kartianom
    18701261001
    S3 PEP 2018

    Sebenar-benar stigma terdiri dari dua komponen dasar, yaitu pikiran dan hati. Pikiran yang tidak kritis dan hati yang tidak bersih. Hati yang tidak bersih disebabkan oleh godaan setan. Kita harus membiasakan diri untuk selalu berpikir kritis dan menjaga hati tetap bersih atau ikhlas. Dengan cara selalu memohon kepada Tuhan untuk selalu diberikan perlindungan.

    ReplyDelete
  27. M. Ikhsan Ghozali
    19701261003
    PEP S3 2019

    Assalamu'alaikum wr.wb.
    Dari kisah di atas dapat diambil pelajaram bahwasanya setiap manusia merupakan potensi prima. Potensi itu bisa dikembangkan secara prima ketika wadahnya, akal pikiran dan hati, diberdayakan dengan baik sehingga isinya, pikiran kritis dan keikhlasan, pun menjadi optimal. Pentingnya mengoptimalkan pikiran ini sejak dulu sudah ditegaskan oleh Rene Descartes melalui ucapannya "Cogito ergo sum". Begitu pun dengan hati, hendaknya selalu dijaga untuk tetap bersih dan ikhlas dalam segala hal. Dengan begitu bisa terhindar dari stigma yang bisa merendahkan derajat manusia. Semoga kita senantiasa dalam ampunan lindungan-Nya. Aamiin.
    Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih.
    Wassalamu'alaikum wr.wb.

    ReplyDelete
  28. Hidayatul wafiroh
    19701251010
    S2 PEP A 2019

    Stigma akan selalu menjadi tantangan ke depan bagi manusia. Tanpa pikiran yang kritis dan hati nurani yang bersih maka kita akan dengan mudahnya terpengaruh pada stigma. Ilmu dan pikiran adalah guru untuk kita dalam menuntut ilmu. Untuk menggapai ilmu kita harus menggunakan akal pikiran dan hati nurani untuk mengetahui betapa luasnya ilmu dan tidak akan ada habisnya serta mencari kebenaran dari setiap ilmu agar kita tidak tersesat dalam ilmu yang salah atau stigma yang tidak baik. Selalu ikhlas dan berpikir kritis dalam berkata, berbuat, dan bekerja untuk menggapai rida Allah.

    ReplyDelete
  29. Vera Yuli Erviana
    NIM 19706261005
    S3 Pendidikan Dasar 2019

    Assalamualaikum Wr. Wb.
    Kutarunggu adalah pikiran kita sendiri. Kutarunggu sangat mempengaruhi pikiran kita. Hendaknya kita dapat menjaga hati dan pikiran kita agar terhindar dari stigma yang mempengaruhi diri kita. Dengan selalu berpikir positif dan berlaku baik akan menjadikan kita menjadi manusia yang lebih baik. Manusia yang jauh dari pengaruh stigma negatif.

    ReplyDelete
  30. Zuari Anzar
    19701251006
    S2 PEP A 2019

    Dan inilah akal. Pertautan antara pikiran dan hati. Jika yang diandalkan hanya pikiran saja, maka yang terjadi adalah kerusakan-kerusakan di dunia, seperti sebuah ilmu digunakan untuk menghancurkan. Namun jika menggunakan hati saja itu pula tidaklah cukup karena kita hanya membiarkan diri kita ditindas dan dipengaruhi dan diperdaya oleh orang yang lain yang hanya menggunakan pikirannya. Maka sebaik-baik manusia adalah yang mampu mepertautkan hati dan pikirannya, agar tidak berbuat kemungkaran

    ReplyDelete
  31. Sarah desiana pahu
    19709251063
    S2 PM D 2019
    Apa yang saya pahami melalui paparan yang disajikan yaitu paparan ini menggambarkan tentang pikiran manusia. Pikiran manusia dapat menciptakan berbagai macam stigma baik yang positif maupun negatif. Karena pada dasarnya stigma memiliki dua komponen yaitu pikiran dan hati, keduanya berperan penting dalam menghasilkan stigma-stigma. Kalau pikiran seseorang itu buruk dan hatinya juga buruk maka tidak dipungkiri bahwa stigma yang dihasilkan juga negatif. Untuk melawan stigma negatif, pikiran dan hati kita harus bersih sehingga stigma yang dihasilkan itu positif. Terima kasih.

    ReplyDelete
  32. Sarah desiana pahu
    19709251063
    S2 PM D 2019
    Seringkali kita jumpai yang namanya stigma-stigma negatif dalam kehidupan nyata. Salah satunya adalah ketidakikhlasan. Ketidakikhlasan yang dimaksud misalnya tidak ikhlas dalam membantu seseorang yang sedang membutuhkan bantuan. Padahal tidak ada salahnya membantu orang lain yang sedang kesusahan, justru itu salah satu sikap moral yang baik. Melihat kehidupan yang penuh dengan berbagai macam stigma, kita harus lebih bijaksana dalam bersikap dan mampu melawan stigma-stigma negatif yang ada. Terima kasih.

    ReplyDelete