Oleh Marsigit
Sebagai referensi, berikut saya copykan tulisan Sdri Ninda Argafani:
REFLEKSI I - Kuliah Dr. Marsigit:
PENCAPAIAN
TERTINGGI DALAM MENGUAK HAKEKAT FILSAFAT
Oleh : Ninda Argafani (12709251053)
Jadwal kuliah : Kamis, 13-09-2012
Waktu : 13.00 WIB
Kelas : PMat C
Kelas : PMat C
Filsafat merupaka hal baru bagi saya. Dari apa yang
telah di sampaikan oleh Dr. Marsigit pada perkuliahan minggu lalu, sedikit
banyak dapat saya menyimpulkan mengenai pengertian dari filsafat. Jika banyak
orang mengartikan filsafat dengan olah pikir, saya cenderung lebih suka
mendefinisikan filsafat sebagai reflection science atau ilmu refleksi / perenungan.
Jika kita menggunakan olah pikir sebagai definisi filsafat, saya kira hal ini
terlalu umum karena semua ilmu pada dasarnya menuntut kita untuk berfikir. Saya
sendiri memahami filsafat sebagai ilmu refleksi / perenungan karena filsafat
tidak hanya menunut kita untuk berfikir kritis baik itu hal yang berupa
penampakan maupun kenyataan, tetapi juga kita diharapkan dapat mengambil
sesuatu dari hasil pemikiran tersebut yang dapat kita aplikasikan ke dalam
kehidupan kita sehari-hari baik secara individu maupun bermasyarakat dan
diharapkan dengan semakin seringnya kita berpikir, semakin seringnya refleksi
atau renungan-renungan yang kita lakukan, maka kita akan dapat sampai pada satu
tingkatan tertinggi dari hakikat filsafat itu sendiri, yaitu kebijaksaan atau
kearifan. Selain itu, saya lebih suka memahami filsafat sebagai ilmu perenungan
karena sesuai dengan slogan filsafat, yaitu bahwa filsafat yang hidup karena
filsafat memang hidup. Sekaligus karena metode untuk mempelajari filsafat adalah
kehidupan, dan karakter kehidupan adalah juga karakter filsafat.
Dalam kehidupan kita selalu menginginkan kejelasan,
tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan ketidakjelasan. Sama halnya
dengan filsafat. Sebagai contoh, rasa kehilangan yang membuat kita tidak
bahagia. Kita tidak bahagia berarti sakit. Dalam filsafat, sesuatu yang membuat
sakit disebut filsafat. Mengapa? Karena timbul gejolak-gejolak didalamnya, rasa
penderitaan dan kesengsaraan. Dari hal-hal tersebut lalu timbullah inisiatif
pemikiran yang bermuara pada perenungan. Bagaimana kita bisa keluar dari
keadaan ini? Apa saja refleksi yang harus saya lakukan? Dan semua itu dapat
dipahami dan dijelaskan baik dengan menggunakan hati maupun pikiran. Salah satu
anjuran dari Dr. Masigit, agar saya lebih memahami hakekat filsafat adalah
dengan membaca artikel – artikel Elegi beliau, maaf saya sudah membaca artikel
Bapak tapi saya belum bisa menjawab perenungan yang bapak berikan karena saya
belum paham betul.
Bicara mengenai filsafat tentu tidak lepas dari
dimensi karena segala sesuatu itu berdimensi. Kehidupan adalah rangkaian
dimensi-demensi fenomena. Dari sini saya teringat dengan komentar / pendapat beberapa
orang maupun artikel di internet yang mengatakan bahwa mempelajari filsafat itu
sia-sia. Sebelum saya menjelaskan mengapa saya teringat dengan pendapat
tersebut, saya tersentuh dengan apa yang kemarin Dr. Marsigit sampaikan. Bahwa
filsafat itu datang dari definisi pemikiran tiap-tiap individu dan bahasa
analog sebagai tool-nya. Dari sini
saya beranggapan, jelas sudah mengapa filsafat begitu diremehkan? Untuk
menjawab hal tersebut maka kita kembalikan lagi bahwa pemikiran tiap-tiap
individu itu berbeda. Bukan hanya berbeda dari sisi definisi bahkan jangkauan
dimensi pemikiran tiap-tiap individu sangatlah berbeda. Terutama jika individu
tersebut bukanlah tipe pemikir. Maka akan jelas sekali perbedaan jangkauan dimensinya
ketika mereka saling beragurmen. Dan kedudukan bahasa analog sebagai tool juga sangat jelas. Bahasa analog
sebagai tool, yaitu untuk membantu
mengurai apa yang manusia pikirkan sehingga dapat tersampaikan ke manusia
lainya. Tetapi karena jangkauan dimensi pemikiran yang berbeda, terkadang
bahkan sering apa yang tersurat tidak dapat mengungkap maksud yang tersirat.
Sehingga bahasa analog pun juga belum menjadi tool yang sempurna, karena sebanyak-banyaknya atau sebagu-bagusnya
bahasa analog yang manusia miliki ternyata tidak mampu menuliskan / menggambarkn
hakekat dari pemikiran manusia itu sendiri.
Perkuliahan minggu lalu adalah pertemuan pertama saya
denga filsafat. Dalam penjelasan yang Dr. Marsigit sampaikan mengenai filsafat,
ada rasa ketakutan di dalam hati saya. Saya sempat berpikir kalau filsafat itu
ilmu yang menyesatkan. Lalu, ketika saya akan menulis refleksi ini, sebelumnya saya sempat surfing di internet dan ada artikel yang
mengutarakan bahwa ada yang berargumen kalau filsafat ilmu yang menyesatkan
atau belajar filsafat itu menyesatkan. Dari sini saya sempat kawatir, bagaimana
jika saya tersesat? Lalu kembali saya dengarkan rekaman perkuliahan minggu lalu
dan saya kaji lagi artikel-artikel yang saya temui sampai pada akhirnya saya
sampai pada suatu pemahaman bahwa apa yang disampaikan oleh Dr. Marsigit itu
berkorelasi benar. Beliau mengatakan bahwa letakkanlah spiritualitas di atas
filsafat. Mengapa? Karena jangkauan dimensi pemikiran manusia adalah
jawabannya. Dr. Marsigit pernah membahas mengenai cinta dan filosofinya. Cinta,
sampai kapanpun otak manusia tidak akan pernah sanggup untuk menguak
misterinya. Dari sana saya beranggapan bahwa selain menggunakan hati kita juga
perlu menundukkan hati untuk dapat merenunginya, meskipun dalam perenungan
tersebut kita tidak akan pernah bisa menembus hakekat cinta. Tetapi setidaknya
dengan menundukkan hati, kita dapat menyederhakan rasa sehingga kita bisa paham
apa yang sebenarnya diingikan oleh cinta yang sekarang bercokol dihati kita. Pembahasan lain yang Dr. Marsigit sampaikan
adalah ketika ada teman beliau yang bernama Prof. Don seorang ahli
matematikawan terkenal Amerika bertanya kepada beliau, Apa hubungan matematika
dengan doa? Prof. Don juga mengklaim bahwa dirinya bukan seorang atheis tetapi
beliau juga tidak percaya Tuhan. Sangat menggelikan bukan? Lalu Dr. Masigit
menjawab bahwa ranah Tuhan itu tidak hanya ada dipikiranmu tetapi juga dihatimu.
Prof. Don masih belum mengerti, beliau menjalani kehidupannya hanya berdasarkan
pada apa yang dapat beliau jangkau oleh pemikirannya. Sedangkan berbicara
mengenai Tuhan akan seperti membahas bilangan irrasional dalam matematika.
Tuhan hanya dapat dijangkau menggunakan hati, karena setinggi-tinggi dan
secanggih-canggihnya pemikiran manusia tidak akan sanggup menembus ranah Tuhan.
Dr. Marsigit juga menjelaskan makna Tuhan dalam bahasa analog yang disebut
hati, sedangkan filsafat adalah pikiran. Dari sini saya dapat memahami bahwa
filsafat bukan ilmu yang menyesatkan tepati dapat menyesatkan jika kita tidak
mempunyai pegangan yang kuat yaitu agama / spiritualitas. Saya juga memahami
bahwa filsafat bukan ilmunya yang menyesatkan tetapi manusia mempelajarinya
yang telah sesat. Bingung dalam berpikir berarti tanda awal dari ilmu, tapi
jangan sampai bingung dalam hatimu atau kacau dalam hatimu karena kekacauan
dalam hatimu pertanda syaitan bercokol
dalam hatimu. Dr. Marsigi menghimbau bahwa taruhlah spiritualitas ditempat yang
paling tinggi dan dalam berfilsafat tetapkanlah hatimu sebagai komandanmu. Saya
sangat setuju dengan himbauan untuk menaruh aspek spiritual diatas
segala-galanya. Karena kembali lagi ke dimensi, bahwa hati sendiri juga
mempunyai dimensi dan jangkauan dimensi hati dari tiap-tiap individu berbeda. Sehingga
hal ini juga akan mempengaruhi sesatkah manusianya ataukah filsafatkah yang
telah menyesatkan manusia tersebut.
Pertanyaan untuk Dr. Marsigit:
1. Adakah cinta sejati di dunia ini selain cinta manusia kepada Tuhan Sang Pencipta?
2. Menurut saya apa yang Bapak sampaikan sangat kontradiksi antara menempatkan spiritual ditempat yang paling tinggi dengan menetapkan hati sebagai komandan dalam berfilsafat. Bagaimana jika yang bercokol di hati manusia saat itu adalah syaitan dan bukan Tuhan? Apa kemungkinan yang akan terjadi?
3. Apa yang harus saya lakukan jika saya tersesat?
Tanggapan dari saya (Marsigit):
1. Pertama, saya ingin sampaikan apresiasi kepada Sdri Ninda Argafani, karena Refleksinya cukup bagus, original, dan menggunakan olah pikir yang baik.
2. Kedua, saya ingin menanggapi perihal pokok-pokok pikiran anda sbb:
- Pengertian Filsafat:
Saya ingin sampaikan di sini bahwa saya sering mendefinisikan Filsafat sebagai OLAH PIKIR yang REFLEKSIF. Sementara anda ingin mereduksinya hanya pada kegiatan REFLEKSIF saya. Hal ini bisa berbahaya karena Anda bisa terjebak ke dalam keadaan BERHENTI atau MANDHEG. Ini adalah keadaan tidak sehat atau terjebak dalam MITOS atau awal dari kemungkinan TERSESAT.
- Bahasa Analog:
Anda mengatakan bahasa Analog mempunyai keterbatasan untuk mengungkap segala sesuatu. Betul. Memang demikianlah. Selama itu urusan manusia, maka sifatnya adalah terbatas. Maka Bahasa Analog tentu bersifat terbatas. Maka tidaklah cukup manusia menggunakan Bahasa Analog, sedemikian pula bahwa manusia tidak cukup menggunakan pikiran. Maka untuk area spiritual, gunakan hati kita masing-masing, dan bahasa Hati itu bukan bahasa Analog, melainkan bahasa Langit atau bahasa Spiritual atau bahawa Wahyu atau bahasa Absolut, atau bahasa Kitab Suci.
-Kontradiksi meletakkan Hati sebagai Komandan, jika hati ternyata berisi Syaitan:
Bahasa Analog hati yang selalu saya gunakan mengandung maksud Hati yang terbebas dari kebingungan, terbebas dari Syaitan dan terbebas dari ragu-ragu. Satu-satunya cara untuk membebaskannya adalah dengan memohon pertolongan kepada Allah SWT. Sehingga Hati yang sudah terbebas dari unsur-unsurnya Syaitan itu, kemudian dapatlah dipakai sebagai Komandan dalam segala hidupmu, termasuk dalam berfilsafat.
-Keadaan Tidak Sehat:
Saya sungguh sedang menyaksikan Sdri Ninda Argafani dalam keadaan tidak sehat. Oleh karena hal inilah maka aku munculkan persoalan ini dalam Blog ini. Hingga saat ini, Kuliah sudah 2 minggu, Anda tercatat hanya baru membuat Comment atas Elegi-elegi sebanyak 1 (satu) kali. Ini warning tidak hanya bagi anda, tetapi juga bagi yang lain. Inilah betul-betul keadaan TIDAK SEHAT. Mengapa? Berfilsafat tidak dapat menggunakan Sekali Gempur kemudian selesai. Berfilsafat seharusnya meniru Metode Hidup. Maka hidupkanlah kegiatan membaca anda dan membuat comment. Perasaan was-was anda tentang kemungkinan tersesat adalah disebabkan oleh keadaan yang anda perbuat sendiri. Itulah juga keadaan terjebak ke dalam Ruang dan Waktu gelap. Ingat bahwa Mitos selalu berusaha menjerumuskan kita dimanapun kita berada.
Sekali lagi, warning bagi anda, agar anda sesegera mungkin membaca Elegi-elegi yang lain, karena segala jawaban dari persoalan-persoalan Anda sudah tersedia di sana.
Selamat berjuang. Amin
Anggoro Yugo Pamungkas
ReplyDelete18709251026
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Berdasarkan elegi menggapai tidak sesat diatas, memaparkan refleksi perkuliahan yang telah dibuat Ibu Ninda Argafani. Dimana dalam paparannya beliau mempunyai asumsi sendiri terhadap filsafat, beliau mendefinisikan filsafat sebagai ilmu refleksi atau perenungan. Beliau memahami filsafat sebagai ilmu refleksi/perenungan karena menurut dia filsafat tidak hanya menuntut kita untuk berfikir kritis, tetapi juga diharapkan dapat mengambil sesuatu dari hasil pemikiran tersebut. Beliau juga mengatakan filsafat bukanlah ilmu yang menyesatkan tetapi dapat menyesatkan jika kita tidak mempunyai pegangan yang kuat dalam agama.
Anggoro Yugo Pamungkas
ReplyDelete18709251026
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya ingin melanjutkan komentar saya terhadap elegi ini, dimana saya ingin menanggapi pertanyaan Ibu Ninda Argafani "Apa yang harus dilakukan jika tersesat?". Nah menurut saya, tersesatnya itu tergantung dalam hal apa, apabila tersesat arah, maka usahakan buatlah diri tenang dan jangan panik, gunakan kompas dan peta sebagai penunjuk arah. Jika tersesat dalam hal pikiran, maka dekatkanlah diri kepada Yang Maha Kuasa, dan berdoalah agar disembuhkan dari kesesatan. Dan mohonlah ampun atas kekhilafan yang dilakukan.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Ini sedikit berbicara tentang pengalaman saya. Awalnya saya memang takut dan sangat menghindari belajar filsafat karena selama ini filsafat selalu di identikkan dengan kesesatan. Bahkan ada humor yang beredar bahwa banyak orang yang pada akhirnya gila karna tidak menemui suatu jawaban dalam filsafat misal menanyakan bagaimana Tuhan itu ada, seperti apa bentuk fisiknya Tuhan, dsb. Tanpa saya sadari saat itu saya sudah termakan mitos dengan justru mengabaikan filsafat tanpa menggali kebenaran informasi-informasi atau humor humor tersebut.
Kesesatan hanya dapat tercapai ketika kita merubah posisi dengan menempatkan Filsafat diatas spritual. Filsafat itu buah pikiran maka filsafat itu beraneka ragam karena setiap manusia memiliki pemikiran yang berbeda beda maka untuk terhindar dari kebingungan yang ada dalam filsafat semua harus berangkat dari spritual dan keyakinan yang kuat, spritual dan keyakinan erat kaitannya dengan hati. Oleh karena itu hati harus selalu bersih dari syaitan. Filsafat yang berpondasi pada hati yang kotor pun tetap akan bermuara pada kesesatan. Selain itu untuk terhindar dari kesesatan pikir solusinya adalah pikiran itu sendiri. Kecerdasan dalam berpikir, akan membawa kita keluar dari kesesatan mitos-mitos.
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Filsafat adalah ilmu tentang olah pikir, ilmu tentang berpikir. Saya kurang setuju jika filsafat hanya dijadikan sebagai ilmu refleksi. Padahal dengan kita mempelajari filsafat kemudian kita refleksikan itu membutuhkan pemikiran. Seperti yang telah dikatakan oleh Bu Ninda bahwa semakin seringnya kita berpikir, semakin sering pula melakukan refleksi maka kita akan dapat sampai satu tingkatan tertinggi dari hakikat filsafat itu sendiri yaitu kebijaksanaan Dengan demikian sebenar-benar belajar filsafat adalah berusaha menggapai kebijaksanaan buka kesesatan. Banyak orang mengatakan belajar filsafatt dapat membawa kita pada kesesatan. Hal ini bisa saja benar mana kala ketika kita belajar filsafat, menempaktan filsafat di atas segalanya. Padahal satu tingkat tertinggi di atas filsafat adalah spiritual dan filsafat tidak akan pernah menyentuhnya karena sudah berbeda dimensi. Maka dari belajar filsafat harus kuatkan iman agar tidak terjebak dalam mitos dan kesalahan berpikir. Caranya telah dijelaskan hanya dengan berdoa kepada Alloh untuk senantiasa dikuatkan imannya. Amiin.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Memahami filsafat dengan baik memerlukan suatu proses, tidak bisa dilakukan secara instan. Baca dan baca elegi-elegi yang ada yang harus kita lakukan. Dengan terus kontinu membaca elegi yang tersedia akan meningkatkan pemahaman kita mengenai filsafatat. Filsafat merupakan suatu olah pikir. Untuk dapat memahaminya maka diperlukan pikiran dan hati yang jernih. Pikiran dan hati yang jernih tersebut akan menghindarkan diri kita dari mitos-mitos dalam mempelajari filsafat.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dari elegi menggapai tidak sesat tersebut dapat diketahui bahwa makna filsafat yakni olah pikir yang reflektif. Berfilsafat berarti kegiatan refleksi maka hal tersebut merupakan salah satu awal indikasi pereduksian filsafat. Dalam berfilsafat tidak sembarang berfilsafat sesuka hati tetapi menurut aturan dan hendaknya mempunyai suatu makna. Orang yang sudah mampu berfilsafat dengan baik maka akan menjadi orang yang bijaksana dalam setiap permasalahan, akan terhindar dari sifat reduksionisme yang determinisme.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Ketika berbicara tentang filsafat maka tentu berbicara tentang ruang dan waktu, karena pada hakikatnya filsafat terikat oleh ruang dan waktu. Selama mengikuti perkuliahan filsafat bersama sering kali disampaikan bahwa filsafat merupakan olah pikir, hal ini menunjukkan bahwa setiap orang mampu untuk berfilsafat dengan kemampuannya masing-masing. Seseorang mampu berbuat sesuatu karena mampu menggunakan pikirannya, sesuatu itu bisa bersifat baik dan buruk maka tidak cukup dengan menggunakan pikiran saja melainkan membutuhkan keyakinan dalam hati.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Belajar filsafat rawan dalam mempengaruhi pikiran seseorang kepada hal yang tidak baik, hal ini disebabkan karena hanya terpacu pada berbagai pandangan-pandangan para filsuf tanpa melibatkan hati atau keyakinan. Peran keyakinan sangat diperlukan bagi seseorang yang ingin belajar filsafat, karena filsafat cenderung menggunakan pikiran padahal bagi yang telah paham bahwa belajar filsafat itu dapat menyebabkan seseorang kepada kesesatan maka sebaiknya tingaktkan terlebih dahulu rasa keyakinan atau iman kemudian mulailah untuk memahami pikiran para filsuf dengan membaca pikirannya.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Tidak tahu arah, tidak tahu tujuan, tidak tahu siapa, tidak tahu mengapa, tidak tahu bagimana, dan tidak tahu-tidak tahu lainnya merupakan bagian dari kesesatan yang ujungnya masih jauh untuk dicari apalagi digapai. Segala sesuatu dimulai dari dalam diri manusia yang mengarahkan mereka ke arah sesat atau tidak sesat, bila pikiran terpengaruh dan mengikuti arah pikiran tersebut menjadi tidak sesuai dengan arah pikiran seharusnya maka akan sesat seperti kasus pencucian otak. Bila terpengaruhnya terarahkan ke hal baik maka hati akan berkata demikian adanya maka ikutilah hati, bila menolak terpengaruh ke hal baik akan menjadi tolak belakang dan mengakibatkan stress yang kadang bisa baik dan buruk. Sehingga, refresh pikiran dan hati dan juga jiwa agar menjadi bukan sesat dan malah menghancurkan sesat yang menjadi parasit.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Sesat yang nyata di mana manusia menjadi zombi hidup yang dikuasai sel-sel dalam pikirannya untuk mengikuti arahan dari hawa luar diri ini. Pertanggungjawaban siapa yang berani diambil dari akibat kesesatan ini hanya menjadi perdebatan antar pikiran dan jiwa tanpa mengikutsertakan hati yang sudah jelas bertolak belakang dengan mereka. Kembali tidak sesat menjadi pilihan yang hanya diinginkan lewat wacana tanpa tahu kapan terealisasikan dan tidak jelas program pengembalian kesehatan jiwa dan pikiran kapan terlaksana. Hanya bisa terealisasikan jika jiwa dan pikiran akur, sehingga bisa kompak mengikuti hati yang sebelumnya bertolak belakang dengan mereka dan bisa melangkah bersama untuk keluar dari lingkaran kesesatan.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Mempelajari filsafat membutuhkan pemikiran yang sehat atau tidak sesat. Hal ini karena makna dari filsafat itu sendiri adalah olah pikir. Dan agar pemikiran kita sehat maka kita perlu menempatkan spiritual diatas filsafat agar keyakinan kita tidak dapat digoyahkan karena spiritual adalah landasan kita untuk berfilsafat. Oleh karena itu menetapkan hati dan pikiran sehat sebagai komandan di setiap pikiran dan gerakan kita dimanapun kita berada itu sangat penting. Dan jika kita mampu memahami dan menjalani sesuai prinsip diatas maka kita akan terhindar dari terjebak dalam kesesatan
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Sebenar-benar filsafat adalah dirimu. Dan sebenar-benar dirimu maka dirimulah yang memahaminya. Filsafat adalah ilmu olah pikir dengan refleksif diri. Sehingga benar bahwa sebenar-benar duniamu adalah pikiranmu. Bangunlah dunia yang menerangi tidak hanya bagi dirimu tapi untuk banyak orang. Belajar filsafat itu tidak boleh sepotong-sepotong. Kalimat-kalimat filsafat juga tidak bisa diambil sepenggal-penggal. Karena jika demikian maka tentu akan diperoleh gambaran yang tidak lengkap dan jangan gunakan filsafat itu tidak sesuai ruang dan waktunya. Jika engkau bicara dengan anak kecil perihal hakekat sesuatu maka engkau itu telah menggunakan filsafat tidak sesuai dengan ruang dan waktunya.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Tidak sehat bukan berarti fisiknya saja yang sakit, namun juga bisa pikiran maupun hatinya. Seseorang bisa dianggap dalam kondisi tidak sehat jika merasa malas, merasa sudah bisa, merasa tugasnya tidak penting, dan lain sebagainya. Sikap menyepelekan suatu hal juga bisa dianggap sedang dalam kondisi sakit. Sesungguhnya berfilsafat tidak akan bisa dilakukan hanya sekali, namun perlu adanya kekonsistenan dalam berfilsafat. Langkah awal agar dapat berfilsafat yaitu dengan membaca pikiran para filsuf. membaca secara keseluruhan dan tidak sepenggal-penggal saja karena jika hanya setengah-setengah maka apa yang diperoleh tidak akan maksimal dan bisa menimbulkan kesalahpahaman
Wassalamualaikum wr.wb.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Memahami filsafat memanglah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena filsafat menggunakan bahasa analog yang membuat kita berpikir keras. Jika yang membaca filsafat adalah orang yang bukan tipe pemikir maka akan terasa sangat sulit dalam memahami filsafat. Untuk itulah, filsafat melatih kita untuk berpikir, memikirkan dimensi filsafat, dan berpikir kritis dengan berlandaskan pada agama agar tidak memikirkan sesuatu yang keluar dari jalurnya.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 PM A 2018
Yang disampaikan oleh sdri Ninda tentang filsafat merupakan ilmu refleksi merupakan hal yang benar. Dengan belajar filsafat, secara otomatis kita akan dituntun untuk melakukan refleksi. Namun saya lebih suka mendefinisikan filsafat dengan olah pikir. Refleksi merupakan bagian dari olah pikir. Kita melakukan refleksi berarti kita mengolah pikiran kita.
Terima kasih
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 PM A 2018
Bagi orang yang hanya mendengar filsafat secara sepintas, kebanyakan dari mereka akan beranggapan bahwa filsafat itu sesat. Belajar filsafat dapat menjerumuskan kita menjadi atheis. Namun, bagi saya, belajar filsafat justru membuat saya menjadi lebih dekat dengan Allah SWT. Dari belajar filsafat, saya selalu diingatkan untuk menjadi pribadi yang mengedepankan Tuhan dalam setiap tindakan. Filsafat selalu mengingatkan bahwa setiap hal yang terjadi pada diri kita itu terjadi atas ridha Allah SWT. Bahkan dalam kebingungan yang kita alami, itu atas kehendakn-Nya.
Terima kasih
Tiara Cendekiawaty
ReplyDelete18709251025
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Apakah filsafat dapat menyesatkan? Menurut saya filsafat itu sangat mungkin menyesatkan. Menyesatkan apabila dipelajari secara sepenggal-sepenggal, padahal metode berpikir filsafat adalah mendalamkan sedalam-dalamnya hingga tidak terjangkau oleh pikiran dan meluaskan seluas-luasnya hingga tidak terjangkau oleh pikiran dan harus senantiasa terus membaca, membaca, dan membaca. Filsafat juga dapat menyesatkan apabila hanya menggunakan pikiran saja tanpa dibarengi dengan hati. Karena pada hakekatnya manusia mampunyai keterbatasan dalam berpikir.
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Filsafat berkaitan erat dengan olah pikit, kegiatan manusia dalam berfikir. Terdapat proses yang secara metafisik dilibatkan didalamnya. Sehingga apabila kita mengaitkan dengan pendapat filsafat yang membawa kesesatan menurut saya hal tersebut perlu diragukan. Benar bahwa belajar filsafat memerlukan bacaan dan mempertimbangkan pendapat para filsuf tetapi tidak berarti harus melupakan kebenaran yang diyakini sedari awal. Itulah alasannya kenapa pada awal perkuliahan pak Marsigit menjelaskan bahwa filsafat berbeda dimensi dengan spiritualitas manusia. Dan manusia tidak bisa menyamakan kedudukan filsafat dan agama. Filsafat berada dibawah dimensi spiritualitas. Hal ini lah yang perlu diingat untuk para pemula dalam belajar filsafat.
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Filsafat merupakan oleh pikir yang refleksif. Obyek yang dipikirkan secara refleksif tersebut meliputi semua yang ada dan yang mungkin ada. Dengan olah pikir refleksif tersebut, filsafat dapat memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan kita. Namun, sampai saat ini mayoritas masyarakat masih beranggapan bahwa filsafat ialah menyesatkan. Padahal kesesatan itu sebenarnya diakibatkan oleh kurangnya keimanan dan ketaqwaan kita sebagai orang yang berfilsafat terhadap Allah SWT, bukan disebabkan oleh filsafatnya. Karena ketika kita mengembarakan pikiran tanpa menempatkan spiritualitas sebagai dasarnya, kita tidak memiliki pegangan karena kehidupan spiritualitas memang bukan berada pada ranah pikiran. Maka agar tidak tersesat, seperti selalu yang diingatkan oleh Prof. Dr. Marsigit, MA bahwa kita harus senantiasa berikhtiar dan selalu meletakkan spiritual di tempat yang paling tinggi. Tetapkan hati sebagai komandan dalam berfilsafat serta senantiasa memohon pertolongan Allah agar kita senantiasa dilindungi dari godaan Syetan. Bahkan jika kita dapat benar-benar memegang teguh ajaran agama, dengan berfilsafat justru akan meningkatkan keimanan kita terhadap Allah SWT.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Yang saya pahami dari elegi ini adalah filsafat tidak boleh berhenti pada satu langkah. Memang benar jika filsafat diartikan sebagai refleksi maka akan berhenti disitu karena hanya sebagai pembanding. Tetapi jika filsafat sebagai olah pikir karena memang akan diolah terus. Maka dari itu, filsafat hanya digunakan orang orang yang memang hatinya bersih agar bisa mengolah pikirannya untuk menjadikan sebagai pembanding atau refleksi.

Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Memasuki wilayah yang asing membuat manusia akan sering memilih jalan yang salah bila tidak mempunyai peta atau tidak berhenti sejenak untuk bertanya jalan kepada masyarakat sekitar. Keadaan lain yang menggambarkan kesesatan selain tersesat di jalan yaitu keadaan di mana manusia mulai berputus asa dalam berpikir dan akhirnya memutuskan untuk pasrah dan hanya mengikuti arah angin membawanya. Hal itu menjadi kesempatan bagi manusia tidak bertanggung jawab dalam memasuki dunia pikiran orang lain agar bisa mengajaknya untuk berpikir yang sama dengannya. Dengan kata lain bisa jadi mengajak untuk ke arah yang tidak seharusnya atau tidak sesuai dengan kaidah norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga bisa dikatakan orang tersebut sudah sesat karena hanya mengikuti satu pedoman dari orang lain dan tidak bisa keluar. Oleh karena itu dalam kondisi putus asa pun, pikiran manusia dituntut untuk selalu on fire dan terjaga dari pikiran-pikiran sesat manusia lain.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat malam Prof.
Berfilsafat adalah proses olah pikir. Bagaimana kita melakukan apa yang ada dan mungkin ada dalam pikiran kita dan sesuai dengan ruang dan waktunya. Setiap proses yang dilalui tentunya memiliki kemungkinan tantangan yang berbeda-beda. Terkadang tantangan ini yang menggoyahkan pikiran, hati, dan tindakan kita. Tergoyangkan dapat diartikan menyesatkan kita ke jalan yang tidak seharusnya ditempuh. Sebenar-benarnya tersesat, kita pasti dapat kembali ke jalan yang benar lagi dengan mengikuti proses lainnya. Artinya apapun yang terjadi pada kita, berfilsafat tetap dapat dilakukan. Terima kasih.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Perasaan ragu, takut, penasaran, keingintahuan, dan ketidakpercayaan dapat membuat kita jatuh, terjerumus, dan akhirnya terjebak pada kesalahan – kesalahan yang baik disengaja maupun tidak. Berpikirlah dengan akal dan pikiran yang baik, sehat, dan positif sehingga kita mampu membentengi pikiran kita dan mampu menentukan sampai batasan mana kita harus memikirkan segala yang ada dan yang mungkin ada. Disinilah pentingnya kekuatan spiritual untuk ikhlas, berserah, dan sabar ynag kita butuhkan dimana kita mengalami masa – masa sulit dan sudah tidak dapat berpikir dengan baik
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika 2018
Belajar filsafat bukan berarti hanya mengandalkan olah pikir saja dan bukan hanya mengandalkan sifat refleksif saja. Tetapi hal yang paling mendasar sebelum belajar filsafat adalah bagaimana kita dapat menentukan pola pikir yang begitu tak beraturan dengan adanya dorongan untuk menjawab semua pertanyaan yang tidak masuk akal yang sifatnya begitu relevan. Sesat dijalan belum tentu tidak bisa pulang. Akan tetapi, jika sesat sebelum memahami apa yang akan kita pelajari maka hanya akan menuntun kita pada kebimbangan dan keraguan akan suatu masalah yang bersifat abstraktif. Memang manusia itu tidak bisa melampaui batasan mereka masing-masing. Akan tetapi manusia dapat berimprovisasi terhadap apa yang akan mereka hadapi sebelum terjadi.
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Filsafat adalah hal yang penting dalam kehidupan, mampu menjawab segala pertanyaan dengan metode berpikir yang logis dan tidak terikat norma dan dogma. filsafat adalah ilmu yang menyelidiki kebenaran mengenai segala sesuatu yang ada di semesta ini. Karena cakupan filsafat sangat luas, maka dalam berpikir dan mengolah pikiran kita hendaklah tetap sesuai dengan ruang dan waktu dan tetap didasarkan pada keimanan kita terhadap Allah SWT.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Filsafat adalah ilmu tentang olah pikir, ilmu tentang berpikir. Filsafat tidak hanya dijadikan sebagai ilmu refleksi. Dengan mempelajari filsafat kemudian refleksika, itu membutuhkan pemikiran. Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa semakin seringnya kita berpikir, semakin sering pula melakukan refleksi maka kita akan dapat sampai satu tingkatan tertinggi dari hakikat filsafat itu sendiri yaitu kebijaksanaan Dengan demikian sebenar-benar belajar filsafat adalah berusaha menggapai kebijaksanaan buka kesesatan.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Banyak orang mengatakan belajar filsafatt dapat membawa kita pada kesesatan. Hal ini bisa saja benar ketika kita belajar filsafat menempaktan filsafat di atas segalanya. Padahal satu tingkat tertinggi di atas filsafat adalah spiritual dan filsafat tidak akan pernah menyentuhnya karena sudah berbeda dimensi. Maka dari belajar filsafat harus kuatkan iman agar tidak terjebak dalam mitos dan kesalahan berpikir. Caranya hanya dengan berdoa kepada untuk senantiasa dikuatkan imannya.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Bahasa analog adalah suatu bahasa yang berasal dari hati sehingga kualitas dari bahasa analog tersebut bergantung pada kualitas hati manusia. Jika kualitas hati pemikirnya dipenuhi oleh syaitan maka bahasa analog yang dihasilkan akan erat dengan syaitan, yaitu penuh keraguan.Untuk dapat bebas dari syaitan maka yang bisa dilakukan oleh manusia hanyalah memohon ampun pada Alloh dan selalu meminta perlindungannya. Merendahkan diri di depan Alloh dan selalu berpegang bahwa semua ini bertujuan untuk ibadah. Karena Alloh adalah penjaga kita dalam setiap perjalanan, termasuk dalam berfilsafat.
Lumaurridlo
ReplyDelete18701261010
S3-PEP 2018
secara filsafat apa yang terjadi di dalam pikiran kita, ketika kita sedang berfikir?
berpikir pada dasarnya adalah proses memperoleh pengetahuan. yang terjadi di dalam pikiran adalah mencari. dalam mencari terjadi proses inteaksi antara akal, pengalaman dan pengetahuan terdahulu untuk menemukan yang dikehendaki atau yang mungkin ada atau selaras dengan fenomena yang ada. dalam proses ini yang selalu terjadi dalam pikiran adalah pertanyaan-pertanyaan.
hanifah nabila hendral
ReplyDelete19701251003
S2 PEP A 2019
Assalamualaikum
ada yang mengatakan kalau filsafat itu menyesatkan, awalnya saya juga berfikir demikian, karena filsafatku adalah fikiranku. saya mengira diawalnya jika orang berfilsafat maka dia akan menjadikan pikirannya diatas segalanya. mendefinisikan segala sesuatu berdasarkan pemikirannya. namun setelah Prof Marsigit mengatakan 'letakkan spiritualisme ditempat yang paling tinggi dan dalam berfilsafat tetapkanlah hatimu sebagai komandanmu. jadi, dalam bersifat kita tidak bisa melampaui spiritualisme karena tatanan tertinggi yaitu spiritualisme. kembali lagi, pikiran manusia itu terbatas dan ilmu Allah itu luas, maka tidak bisa kita menjadikan pikiran kita yang terbatas ini diatas spiritualisme maka nnati akan tejadi kesesatan untuk kita maupun bisa berdampak bagi orang-orang yang mengikuti jalan pikir kita.
Wassalamualaikum
Vera Yuli Erviana
ReplyDeleteNIM 19706261005
S3 Pendidikan Dasar 2019
Assalamualaikum Wr. Wb.
Pada elegi di atas dapat kita ketahui bagaimana kita melakukan apa yang ada dan mungkin ada dalam pikiran kita dan sesuai dengan ruang dan waktunya. Setiap proses yang dilalui tentunya memiliki kemungkinan tantangan yang berbeda-beda. Terkadang tantangan ini yang menggoyahkan pikiran, hati, dan tindakan kita. Tergoyangkan dapat diartikan menyesatkan kita ke jalan yang tidak seharusnya ditempuh. dalam mempelajari filsafat membutuhkan pemikiran yang sehat atau tidak sesat. Hal ini karena makna dari filsafat itu sendiri adalah olah pikir. Dan agar pemikiran kita sehat maka kita perlu menempatkan spiritual diatas filsafat agar keyakinan kita tidak dapat digoyahkan karena spiritual adalah landasan kita untuk berfilsafat.
Zuari Anzar
ReplyDelete19701251006
S2 PEP A 2019
Dari elegi menggapai tidak sehat tersebut dapat diketahui bahwa makna filsafat yakni olah pikir yang reflektif. Berfilsafat berarti kegiatan refleksi maka hal tersebut merupakan salah satu awal indikasi pereduksian filsafat. Dalam berfilsafat tidak sembarang berfilsafat sesuka hati tetapi menurut aturan dan hendaknya mempunyai suatu makna.
Rona Happy Mumpuni
ReplyDelete19709251059
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Alhamdulillah, saya berterima kasih kepada Sdri. Ninda Argafani dan Prof. Marsigit atas pembahasan refleksi perkuliahan tentang "PENCAPAIAN TERTINGGI DALAM MENGUAK HAKEKAT FILSAFAT". Setelah membaca artikel di atas, saya semakin tepicu untuk banyak membaca, karena seperti yang Prof. Marsigit tuliskan di atas bahwa berfilsafat tidak dapat menggunakan Sekali Gempur kemudian selesai. Berfilsafat itu menurut saya tidak instan, maka ada proses yang menempel dalam setiap kita. Berfilsafat seharusnya meniru Metode Hidup. Perasaan was-was yang kita rasakan tentang kemungkinan tersesat ternyata adalah disebabkan oleh keadaan yang kita perbuat sendiri. Itulah juga keadaan terjebak ke dalam Ruang dan Waktu gelap. Saya akan mencatat baik-baik dalam otak saya, bahwa mitos yang ada telah banyak mejerumuskan saya. Terima kasih Prof, atas segala teguran dan saran yang sangat berguna bagi saya pribadi.
Hidayatul wafiroh
ReplyDelete19701251010
S2 PEP A 2019
Gerbang dari ilmu dimulai dengen membaca. Dalam belajar sesuatu apalagi filsafat tidak dapat dilakukan dengan sekali gembur. Diperlukannya proses dan waktu karna filsafat ada bahasa pikir. Keadaan ketidak sehatan adalah dimana manusia ingin mengetahui sesuatu namun dia tidak berada pada keinginan mencarinya. Hati adalah komandan bagi pikiran dan pikiran adalah komandan bagi hati sehingga pikiran dan hati harus ada dalam satu tujuan yaitu selalu menambah ilmu dan ikhlas dalam melaksanakannya untuk mengharap rida Allah
Sarah desiana pahu
ReplyDelete19709251063
S2 PM D 2019
Filsafat tiap orang berbeda-beda dan cakupan dimensinya pun juga berbeda. Namun setelah saya membaca paparan diatas dan merenungkannya, berfilsafat memang harus berhati-hati. Karena kalau tidak, maka bisa tersesat. Apalagi bila pemahaman filsafat kita masih kurang, alangkah lebih baiknya perbanyak membaca tentang filsafat yang memang benar dan terpercaya sebagai salah satu cara untuk memperdalam cara berfilsafat kita sehingga tidak ada yang namanya kesesatan dalam berfilsafat. Terima kasih.
Sarah desiana pahu
ReplyDelete19709251063
S2 PM D 2019
"Berfilsafat tidak dapat menggunakan Sekali Gempur kemudian selesai. Berfilsafat seharusnya meniru Metode Hidup." Terkadang saya melakulan hal yang demikian tanpa berpikir panjang. Melalui kutipan ini, saya menjadi sadar bahwa memang tidak semudah itu berfilsafat. Perlu meniru metode hidup yang juga tepat atau tidak sembarangan. Perbanyak baca tentang elegi-elegi juga merupakan salah satu cara untuk memperdalam pengetahuan kita tentang filsafat seperti yang disarankan oleh Prof. Marsigit. Terima kasih.