The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Oct 10, 2012
Forum Tanya Jawab 67: Aktivitas, Serba-serbi, Problematika Pembelajaran dan Solusinya
Oleh Marsigit
Ass, berikut saya nukilkan Sebagian Ungkapan dari Ibu Isna Farida yang menggambarkan berbagai macam Kegiatan Guru. Akan sangat bermanfaat jika kita (guru yang lain) dapat membaca atau sharing pengalaman atau jenis dan variasi kegiatan dari Guru yang lainnya. Oleh karena itu saya berharap agar Forum ini dapat digunakan untuk menyampaikan pengalaman masing-masing, jenis dan variasi kegiatan, problematika dan solusi yang mungkin sesuai dengan Tugas Pokok mengajar (baik Sain, Matematika atau mapel yang lainnya) dan (jika mungkin) Kelas berapa serta Sekolah. Konteks dari berbagai daerah akan memperkaya khasanah kita semua. Dapat ditambahkan Sintesis dengan menanggapai dari komen yang lainnya. Silahkan Bapak Ibu semoga bermanfaat untuk kita semua. Forum ini bersifat terbuka untuk semua guru atau calon guru atau pengamat pendidikan, baik tingkat Pendidikan Dasar, Menengah atau Pendidikan Tinggi, tidak dibatasi Ruang dan Waktu. Amin
Isna Farida
PSn Sains. Kalsel.2010
Kalau,melihat proses pembelajaran yang bapa gambarkan di Inggris, saya melihat ada kemiripan dengan PBM DI sekolah TK dan SD didaerah saya, hanya istilahnya bukan membuat kurikulum, tapi keinginan siswa yg di salurkan guru, bedanya mungkin dari segi disiplin adm pbm seperti, penilaian Fortofolio dan lKS.Kalau di SMP apa bisa ya..., membuat LKS per hari,mengingat beban kerja kita full time dan full variasi. coba bapak bayangkan seorang guru di Daerah yg harus mengajar aneka disiplin ilmu ?, seperti IPA, Kesenian, Muatan Lokal dan ...ditambah lagi dengan tugas sebagai wali kelas.. Wali kelas, sorenya membimbing eskul...,dan kadang2 mengikuti MGMP dan Diklat jadi dari senin sampai sabtu ngajar terus...padahal setiap disiplin ilmu tentu perlu persiapan khusus sebelum PBM dilaksanakan.Dan untuk sertifikasi hanya satu mata pelajaran yg sesuai jurusan kuliahnya yg dihargai,..fakta dilapangan, kami tdk punya hak unt menolak mengajar yg bukan bid kita itu,karena akan berdampakpada penilaian DP3, jadi kita mesti ikhlas belajar sambil mengajar,..termasuk ikhlas untuk tidak dihargai...ga profesional..katanya...ya jelaslah tapi siapa yg suruh kita tdk profesional..?..mau protes kemana coba..., dalam kondisi seperti ini, mampu ga ya, kita buat 3 RPP berbeda sesuai dgn taraf kemampuan siswa, atau...jgn2 guru di Inggris jam ngajarnya tidak sepadat kita. kalau teman2 yg jam ngajarnya standard saya rasa bisa menerapkan spt rekan guru diInggris itu tentunya setelah disesuaikan dengan kondisi kita disini...ah...orang Indonesia itu pandai kog dalam hal memodifikasi...,semoga dunia pendidikan kita segera bangun dan membangunkan, karena kalau gurunya bangun, tapi kepala sekolah dan kep Dinasnya Tidur...kan repot..., tapi bagi guru yg tugasnya rangkap dan seabreg2 ya legowo aj, sambil bertanya pada rumput yg bergoyang..., bagaimanapun adanya kita harus tetap optimis..dlm menjalankan tugas,.......
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Dari cerita Ibu Isna itu adalah salah satu apa yang dirasakan guru di Indonesia. Setiap guru Saya yakin memiliki keinginan untuk selalu memberikan pembelajaran yang berkualitas sehingga terciptanya pembelajaran bermakna dan sebagainya. Namun, dikarenakan kondisi jam kerja guru yang padat bukan berarti guru itu malas dalam mempersiapkan pembelajaran namun karena tagihan kerja guru yang banyak sehingga berdampak pada waktu persiapan yang menjadi kurang. Itulah yang mungkin membedakan pendidikan di Indonesia dengan pendidikan di London. Jadi pemerintah dan para Stakeholder pendidikan hendak mengevaluasi lagi sampai kepada tagihan kerja guru yang banyak. Sehingga kebijakan pendidikan yang diambil tidak saling kontradiktif.
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Menurut saya apa yang coba disampaikan oleh ibu Isna adalah sebagian kecil dari apa yang menjadi curahan hati guru yang ingin melakukan proses pembelajaran yang bermutu dan berkualitas tapi memiliki berbagai hambatan yang tak jarang didapat dari lingkungan yang seharusnya mendukung proses pembelajaran yang terjadi. Cukup ironis apabila beban yang ditanggungkan kepada guru melebihi kapasitas yang ada, mengingat seperti yang dipaparkan oleh ibu Isna bahwa guru membutuhkan waktu dalam mempersiapkan pembelajaran akan mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu diperlukan peran dari berbagai pihak untuk menggapai hal tersebut.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PM A PPs UNY 2018
Perilaku kita tidak dapat mengikuti pikiran kita. apa yang disampaikan oleh Ibu Isna Farida merupakan problem yang seringkali dialami oleh guru di sekolah. Memang sangat mudah bagi kita menuangkan setiap proses pembelajaran dalam perangkat pembelajaran seperti Silabus, RPP, LKPD dan lain-lain namun sangat sukar bagi kita untuk dapat menerapkan apa yang kita tuliskan. Persiapan semaksimal apapun yang kita buat namun jika keadaan dan situasi kurang mendukung maka kita tidak dapat menerapkannya dengan optimal. Menurut pendapat saya yang terpenting bagi seorang guru bukanlah perangkat pembelajaran yang dibuat namun bagaimana guru tersebut dapat memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa dalam setiap proses pembelajaran yang diberikan.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Permasalahan seorang guru dalam memberikan pengajaran di kelas yang dinilai monoton merupakan bukan hanya permasalahan satu orang saja melainnkan ini adalah permasalahan kita bersama sebagai seorang pendidik. Betul bahwa guru dituntut untuk terus melakukan inovasi dalam mengajar di kelas agar siswa dengan mudah untuk memahami pelajaran yang akan disampaikan, namun tidak akan tercapai suatu tujuan kita bersama yaitu memajukan pendidikan Indonesia atau meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia jikalau semuanya hanya dibebankan kepada gurunya saja padahal kita tahu bahwa hal ini merupakan bagian tanggung jawab kita semua yang peduli akan pendidikan di Indonesia.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
Kondisi yang diungkapkan oleh ibu tersebut hanya sebagian kecil dari fenomena-fenomena yang telah banyak terjadi di negara kita. Guru memang harus dituntut untuk dapat beradaptasi dengan perubahanan yang terjadi di dalam maupun di luar kelas. Artinya guru harus bisa berinovasi agar pembelajaran yang terjadi di kelas dapat berjalan dengan baik, bukan hanya perangkat pembelajaran (misalnya RPP) saja yang baik. Namun pendidikan Indonesia tidak bisa berjalan dengan baik jika tidak ada kerjasama antara stakeholder dan guru-guru dimana guru menjadi ujung tombaknya.
Tiara Cendekiawaty
ReplyDelete18709251025
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Cerita diatas persis seperti yang saya alami beberapa waktu yang lalu dimana jam mengajar saya lebih banyak yang bukan disiplin ilmu saya. Menurut sebenarnya ini menjadi PR yang sangat besar bagi pemerintah dan seluruh lini pendidikan agar pemerataan guru dan mengajar sesuai disiplin ilmu dapat benar-benar diterapkan. Dampak yang terjadi ketika guru tidak mengajar sesuai disiplin ilmu adalah menjadi tidak fokus dalam mengajar karena tidak mempunyai dasar disiplin ilmu tersebut. Memang mengajar tidak sesuai disiplin ilmu menjadi tantangan tersendiri tetapi lama kelamaan apabila karakter disiplin ilmu sebenarnya mulai terkikis sehingga muncullah label tidak profesional.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Apa yang dialami oleh Ibu Isna memang bukan suatu hal yang asing lagi di telinga saya. Karena faktanya di lapangan memang seperti itu adanya. Bahkan di suatu sekolah, saya pernah menemui bahwa seorang guru di suatu sekolah tersebut tidak hanya mengajar matematika saja, namun juga diminta mengajar TIK. Ketika saya wawancarai, beliau mengatakan bahwa alasannya adalah karena kurang guru dan menambah jam pelajaran yang diajar. Padahal beliau adalah lulusan S1 pendidikan matematika namun oleh pihak Kepala Sekolah diminta mengisi mata pelajaran matematika dan TIK namun banyak mengisi jam pelajarannya di TIK nya. Saya juga melakukan wawancara kepada beliau terkait RPP bahwasanya beliau menggunakan RPP yang sudah ada, namun dalam praktek pembelajarannya tidak sama dengan RPP. Beliau berkata bahwa tidak ingin ribet karena banyak tugas yang harus dikerjakan, beliau bahkan menekankan bahwa tugas guru bukan hanya membuat RPP saja namun juga mengampu banyak kelas dan menjadi wali kelas, beliau mencari yang simple-simpel aja, kalau ada yang simpel, kenapa mempersulit? RPP itu hanya formalitas saja, begitu pungkasnya. Nah, kalau ada penilaian oleh pusat, barulah tenanan, begitu tambahnya. Sungguh miris fakta lapangannya. Semoga bisa menjadi perhatian oleh banyak pihak untuk menangani kasus yang seperti ini. Pesan saya, menjadi pendidik itu adalah suatu amanah, jagalah amanah itu dengan profesionalitas dan bukan makan gaji buta semata. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya juga ingin sedikit berbagi tentang pengalaman saya mengajar di sebuah SD di dekat rumah saya. Saya mengajar di sekolah tersebut baru selama 1,5 tahun. Saya setuju bahwa pada prakteknya, tugas seorang guru bukanlah hanya mengajar di dalam kelas, bukan pula hanya menyusun RPP, silabus, prota, prosem, dll yang mendukung proses pembelajaran di kelas, akan tetapi guru juga harus siap menjalankan segala tugas yang barangkali sangat tidak sesuai dengan kompetensi guru. Sekolah adalah sebuah system yang kompleks. Pada kenyataannya, sekolah bukan hanya tentang bagaimana membuat siswa menjadi cerdas dan mengembangkan potensi-potensi mereka. Pada kenyataannya, guru lebih dibebani dengan tugas-tugas administrative seperti mengerjakan laporan BOS, dapodik, dan asset dibandingkan dengan tugas mengajar di kelas. Barangkali, di SMP, SMA, dan sekolah-sekolah SD kota favorit, sekolah mempunyai tenaga administrasi atau staf Tata Usaha (TU) diluar guru, namun yang terjadi di SD saya dan SD-SD lain dilingkungan saya adalah guru merangkap sebagai TU. Oleh karena itu, guru harus siap siaga 24 jam jika sewaktu-waktu pihak dinas meminta laporan ini dan itu. Tak peduli apakah permintaan laporan tersebut ketika jam KBM atau di luar KBM, namun yang sering terjadi adalah harus segera langsung dikerjakan saat itu juga. Hal ini sangat mengganggu konsentrasi guru dalam mengajar. Alhasil siswa-siswa sering terpaksa harus ditinggal (diberi tugas tanpa dampingan guru). Bukan hanya mengganggu waktu guru dalam mempersiapkan pembelajaran terbaik, namun beban laporan administrative tersebut juga sangat mengganggu proses KBM secara langsung. Sungguh, saya sangat sedih melihat fenomena seperti ini. Untuk murid-murid saya: Maafkan Ibu nak, jika Ibu sering mengorbankan kalian demi tugas-tugas lain. Ibu sebetulnya berat hati, tetapi mau bagaimana lagi, system yang memaksa Ibu harus mendahulukan laporan-laporan dibandingkan mendampingi kalian. Hal ini sebetulnya sangat bertentangan dengan hati nurani Ibu.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Seorang guru bertugas untuk menyampaikan ilmu kepada siswa. Segala ilmu yang dimiliki memang harus tersalurkan, karena naluri seorang guru adalah mengajar dan berbagi ilmu. Seorang guru yang multitalenta dalam segala hal sangat diperlukan di dunia pendidikan. Namun juga harus memiliki satu spesifik ilmu khusus yang ditekuni. Seorang guru juga hanyalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan. Baik itu keterbatasan fisik, pikiran, waktu dan tenaga untuk mengajar dan mendidik. Sebagai calon guru harus mampu menjadi guru yang tak pernah berhenti untuk terus belajar. Semakin rajin untuk belajar ilmu baru, semakin sering berbagi maka semakin bertambah ilmu kita.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Pendidikan merupakan sistem dimana siswa akan dibentuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan tujuan yang sistematis, jelas dan terstuktur. Fokus adalah pada pengembangan potensi dan karakternya. Namun masalahnya adalah saat ini sistem pendidikan kita seolah memaknai ketegasan sistem menjadi suatu arogansi. Misal penerapan kurikulum baru yang dilakukan begitu mendadak. Dari sudut pandang pemerintah guru harus dapat mengimplementasikan kurikulum baru, namun dari sudut padangan guru merasa persiapan sangat minimal sehingga merasa sangat sulit untuk diimplementasikan. Mencoba memandang dari dua sisi, apakah guru yang kurang passion dalam mengerjakan tugas? Ataukah pemerintah yang tidak memahami kondisi guru? Mari kita renungkan.
Masalah lain yang sering menjadi perdebatan, terkadang debat kusir adalah UN. Metode evaluasi akhir ini mati-matian dipertahankan oleh pemerintah. Entah apa maksudnya tapi yang jelas muncul banyak sudut pandang dalam permasalahan ini. Yang jelas UN pada dasarnya merupakan sarana untuk memetakan kualitas pendidikan, tanpa UN pemerintah susah mencermati pendidikan indonesia secara koheren, karena UN juga dijadikan latar belakang mendiagnosa permasalahan pendidikan suatu daerah. Namun masalahnya, apakah UN cukup representative? Sedangkan kita tahu saat ini budaya menyontek sudah merasuk pada semua sekolah, unggulan sekalipun. Menyontek itu disebabkan karena ketidaksiapan siswa dalam menghadapi UN, karena merupakan faktor kelulusan maka tekanan untuk lulus sangat besar. Bahkan jargon di siswa itu lucu “nyontek itu -1, membahagiakan orang tua 2, masih ada laba 1 pahala”. Ada pula sudut pandang lain yang mengungkapkan bahwa dipertahankannya UN karena program ini adalah proyek besar, dikaitkan dengan negara kita yang merupakan sarang koruptor maka ini dipandang merupakan lahan. Mari kita renungkan.