The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Oct 10, 2012
Forum Tanya Jawab 59: Mengkonstruksi Hidup
Oleh Marsigit
Berikut saya nukilkan sebuah Refleksi belajar filsafat dari Ibu NurelAmelya PSn, Kalsel. Walaupun saya menyadari bahwa refleksi yang dilakukan mungkin setelah adanya Test Jawab Singkat, yang kemudian dirangkumnya dalam bentuk Paragraf, tetapi saya melihatnya sebagai suatu pencapaian belajar Filsafat yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Marilah ikuti secara seksama:
Refleksi dari Ibu Nurel Amelya PSn Kalsel 2010 :
Assalam...
Menghidupkan filsafat...
Karena filsafat itu adalah diriku dan selain diriku.
Dalam kehidupan diriku sering ku pikirkan obyek diluar pikiranku, ku memandang sesuatu disekitarku dan nyata terlihat olehku maka itukah realisme.
Dalam kehidupanku sering kugunakan akalku maka itulah rasionalisme.
Kemudian ku juga sering gunakan pengalamanku maka itulah empirisisme. Ku coba berusaha mengetahui tentang kebenaran yang mutlak maka itu adalah absulotisme. Disekitarku ada alam dengan segala benda-bendanya maka itu yang disebut naturalisme. Kadanag dalam hidupku ada keraguanku maka itulah skeptisisme
Hidupku adalah juga dimana aku harus memilih itu adalah Reduksionisme, dan kadang hidupku menginginkan kenikmatan dunia maka saat itu aku Hedonism. Aku menyembah tuhan yanng hanya satu maka saat itu aku monism, ada juga yang kuketahui dua maka saat itu bisa kusebut paham dualisme, aku juga berusaha mengetahui yang banyak maka saat itu aku pluralisme. dengan statusku seorang guru kadang dalam proses pembelajaran ku berikan contoh ke siswa lalu disimpulkan maka saat itu bisa dikatakan induktionisme, atau juga kadang pembelajaran berawal dari kesimpulan tentang sesuatu baru siswa dan aku mencari contoh-contohnya maka saat itu deduksionisme. kadang ku menyadari bahwa ada sesuatu yang tiada maka nihilisme, Pikiranku tak berhenti tuk memahami apa maksud dari filsafat maka itukah Infinite regress pada diriku.
Tanggapan dari saya:
Apa yang direfleksikan oleh Ibu Nurel Amelya, hanyalah baru sedikit dari segala yang ada dan yang mungkin ada yang dapat diungkapkan. Sebagai manusia yang berusaha berpikir kritis, maka menjadi tantangan kita bersama untuk menambahkan sifat-sifat filsafati yang ada pada diri kita. Seperti selalu saya katakan bahwa, Filsafat itu tidak lain tidak bukan adalah diri kita sendiri. Kita bisa menengok segala jenis Filsafat, Absolutism, Realism, Empiricism, Spiritualism, Kapitalism, ...dst...pada diri kita masing-masing. Tanyakan pada diri kita apakah kita telah menjadi seorang Guru yang Otoritarian atau seorang Guru yang Demokratis. Seorang anak yang Idealis atau seorang anak yang Realis. Seorang tua yang Spiritualis atau yang Kapitalis..dst.
Untuk komen-komennya, silahkan bisa dtambahkan atau diteruskan Refleksi ini. Yang menggembirakan danyang diharapkan bahwa Refleksi demikian bukanlah karena Given oleh Guru atau Dosennya, melainkan oleh inisiatif dan kreativitas Muridnya melalui fasilitas Guru atau Dosennya. Itulah yang saya harapkan dari Kuliah Filsafat ini yaitu bahwa Murid-muridku mampu membangun (mengkonstruksi) sendiri Filsafatnya masing-masing Amin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Mengonktruksi sendiri filsafatnya masing-masing seperti yang dicontohkan oleh ibu Nurul membuat saya merenungkan filsafat yang saya sering dengar yaitu filsafat yang adalah diriku sendiri dan selain diriku. Saat ini, saya sedang menempuh perkuliahan untuk menjadi tenaga pendidik, tentu saya harus memahami lebih dalam tentang apa yang menjadi tujuan saya dengan menggunakan akal dan pengalaman yang sesuai dengan konsep rasionalisme dan empirisme, sedangkan yang selain aku adalah para pembelajar, yang beragam karakternya sesuai dengan konsep pluralisme, meskipun tidak bisa sesempurna konsep perfeksionis, tetapi saya harus selalu belajar memahami seperti konsep infinit regress.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PM A PPs UNY 2018
Berfilsafat sama halnya dengan mengemukakan apa yang ada dalam pikiran kita sendiri. Kita mengungkapkannya berdasarkan beragam ide yang muncul dari pikiran kita atau pluralisme. Filsafat juga dapat dibangun berdasarkan pengalaman yang kita alami. Dalam membangun filsafat kita haruslah mampu mengemukakan pemikiran kita baik secara rasional maupun empiris. Bangunlah filsafat tersebut dari dalam diri kita sendiri dan mengembangkannya sesuai dengan ruang dan waktu yang tersedia.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PM A PPs UNY 2018
Berfilsafat sama halnya dengan mengemukakan apa yang ada dalam pikiran kita sendiri. Kita mengungkapkannya berdasarkan beragam ide yang muncul dari pikiran kita atau pluralisme. Filsafat juga dapat dibangun berdasarkan pengalaman yang kita alami. Dalam membangun filsafat kita haruslah mampu mengemukakan pemikiran kita baik secara rasional maupun empiris. Bangunlah filsafat tersebut dari dalam diri kita sendiri dan mengembangkannya sesuai dengan ruang dan waktu yang tersedia.
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Dari postingan ini Saya menyimpulkan bahwa refleski adalah suatu usaha untuk mengkonstruksi hidup. Maksudnya adalah membangun sifat-sifat yang baik dalam hidup ini untuk selanjutnya bisa tertanam pada diri kita. Seperti yang sering Pak Marsigit katakan bahwa tidak ada manusia yang mengerti dirinya sendri maka tidak sepantasnya manusia menjadi sombong Karena manusia memiliki keterbatasan. Jika hal ini kita tanamkan maka kita akan selalu ingat bahwa tidak pantas berbuat sombong dalam segala hal. Itulah menurut saya bagaimana filsafat mengkonstruksi hidup.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Hidup dimulai dari cara manusia memulai menggunakan pikirannya untuk berpikir. Bila tidak digunakan maka tidak hidup manusi itu alias zombie, apapun yang berbau kehidupan sudah tersusun strukturnya menurut bagaimana manusia mengkonstruksikan pikirannya menjadi pikiran yang diminati manusia lain untuk ikut berpikir dan menjadi hidup jiwa raganya. Semua kehidupan yang ada di pelosok dunia sebenarnya sudah ada di dalam pikiran diri ini, karena manusia memang mempunyai pikiran untuk memikirkan hal-hal setipe itu agar bisa merasakan hidup di dunia itu.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat malam Prof.
Mengkonstruksi hidup artinya membangun hidup. Berfilsafat adalah salah satu cara dalam membangun hidup. Filsafat berusaha membuat hidup kita berkembang dari segala aspek. Hal ini dapat terjadi jika apa yang ada dan mungkin ada dalam pikiran selaras dengan hati dan tindakan kita. Terima kasih.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Berbicara tentang filsafat maka berbicara tentang mengonstruksi pikiran, karena filsafat adalah kemampuan mengolah pikiran. sebenar-benar filsafat adalah dirimu dan selain dirimu, semua yang dapat kita kerjakan setiap aktivitas sehari-hari kita adalah bagian daripada mengkonstruksi filsafat. Mengingat bahwa filsafat itu memiliki cakupan yang sangat luas, seluas mata memandang dunia maka seluas itulah filsafat. Maka semakin banyak pula hal-hal yang dapat dikonstruksikan melalui filsafat.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
Filsafat adalah cara untuk menemukan keberanian dalam merumuskan diri sendiri. Dalam filsafat kita menemukan kegelisahan yang tak kunjung habis, pertanyaan-pertanyaan yang terus tidak menemukan kepastian jawaban, dan jawaban-jawaban yang semula dianggap final namun kemudian ditemukan celahnya.
Tiara Cendekiawaty
ReplyDelete18709251025
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Berfilsafat merupakan cara untuk membangun dan pengembangkan olah pikir manusia. Dengan adanya pengembangan olah pikir maka manusia dapat senantiasa berpikir kritis, mengungkapkan ide-ide orang ada dalam pikiran, dan merefleksikan diri. Tetapi pengembangan olah pikir juga perlu diimbangi dengan hati mengingat manusia adalah sumber keterbatasan sehingga pikiran manusiapun mempunyai keterbatasan.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Filsafat tidak dapat terlepas dari kehidupan kita. Kita pun tidak bisa terlepas dari filsafat. Kita tidak akan pernah bisa mendefinisikan diri kita hanya termasuk kedalam satu aliran filsafat tertentu. Karena dalam kenyataannya, dalam keseharian, segala tingkah laku, perkataan, perbuatan, maupun pemikiran yang ada dalam diri kita ternyata mencerminkan makna dari berbagai aliran filsafat sekaligus.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Manusia yang hidup dalam dunianya sendiri bisa jadi hanya membatasi dirinya dengan dunia yang ada pikirannya saja tidak membolehkan pihak lain memasukinya. Sehingga bentuk kehidupan di masa mendatang tergantung apa yang dibentuk pada saat ini di dalam pikiran. Jadi istilah dunia ada di genggamanmu itu benar adanya, karena menyangkut di dalamnya kehidupan yang bisa dibentuk dari awal.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Hidup itu adalah rangkaian kegiatan saat manusia berada di dunia, ini yang saat ini ada. Namun dalam Iman saya hidup itu juga aka nada kelak setelah fase dunia. Dalam Islam kita diminta untuk mengimani hari kiamat, dimana hari kiamat itu adalah kehancuran yang sangat mengerikan, dan hanya orang-orang beriman yang diselamatkan dari bencana itu. Dalam Islam juga diterangkan baik dan buruk, surga dan neraka. Disini terdapat tesis dan anti tesis yang seharusnya dapat kita pikirkan secara seksama. Hidup itu menghadap satu poros, yaitu agama dimana dalam agama mencakup habluminallah dan habluminnas. Maka jika pondasi pikiran kita bersumber pada agama maka kehidupan akan menjadi lebih tenang dan teratur.