The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Feb 12, 2013
Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 10: Architectonic Mathematics (2)
Oleh Marsigit
Architectonic Mathematics dapat dibayangkan sebagai seorang arsitek yang akan membangun gedung. Siswa-siswa adalah arsitek bagi dirinya sendiri dalam membangun bangunan matematika di dalam pikirannya.
Implikasi dari pandangan ini adalah bahwa MATEMATIKA ITU TIDAK LAIN TIDAK BUKAN KECUALI ADALAH PIKIRAN PARA SISWA ITU SENDIRI. Inilah asumsi dasar yang harus kita pegang sebagai pondamen bagi membangun Architectonic Mathematics.
Sedangkan pondamen bagi Architectonic Mathematics itu sendiri adalah ASUMSI DASAR TENTANG BAGAIMANA SISWA BISA MEMPEROLEH PEMAHAMAN DAN MAMPU MEMBANGUN KONSEP MATEMATIKA.
Setidaknya terdapat 2 (dua) asumsi dasar, pertama: siswa mampu memahami dan membangun konsep matematika melalui logika atau penalarannya; kedua, siswa mampu memahami dan membangun konsep matematika melalui pengamatannya terhadap fenomena matematika.
Logika atau penalaran bersifat "analitik a priori", sedangkan pengamatan fenomena matematika menghasilkan konsep matematika yang bersifat "sintetik a posteriori". Pilar bangunan Architektonic Mathematics adalah pertemuan atau perkawinan keduanya sehingga menghasilkan pemahaman dan bangunan matematika yang bersifat "sintetik apriori".
Itulah pendapat Immanuel Kant bahwa agar matematika bisa menjadi ilmu maka dia haruslah bersifat "sintetik a priori".
Architectonic Mathematics TIDAKLAH bersifat Singular; artinya kita tidak bisa memandang Architectonic Mathematics hanya dari subyek diri seorang siswa secara terisolasi, melainkan dia harus dipandang dalam konteks Architectonic-architectonic Mathematics dari siswa-siswa yang lain dan bahwkan Architectonic Mathematics dari seorang gurunya atau dari seorang dewasa yang konsep matematikanya bersifat "formal abstract".
Maka Architectonic Mathematics HARUSlah bersifat plural dan bertabiat sebagai suatu komunitas diantara subyek belajar matematika. Oleh karena itu maka akan diperoleh apa yang kita sebut sebagai "ISOMORPHISM AMONG THE ARCHITECTONIC OF MATHEMATICS". Isomorphisma diantara Architectonic-architectonic Mathematics subyek belajar matematika akan menghasilkan "OBJECTIVITY OF MATHEMATICS".
Jadi jelaslah bahwa Singular Architectonic Mathematics akan menghasilkan "SUBJECTIVITY OF MATHEMATICS". Interaksi antara SUBJECTIVITY OF MATHEMATICS dan OBJECTIVITY OF MATHEMATICS itulah yang kemudian disebut sebagai "THE NATURE OF STUDENT'S LEARN MATHEMATICS" atau "Hakekat Siswa Belajar Matematika".
Inilah hakekat belajar matematika yang ditemukan oleh Paul Ernest (2002) dalam Bukunya yang berjudul The Philosophy of Mathematics Education. Maka Architectonic Mathematics dapat dibangun di atas SUBJECTIVITY OF MATHEMATICS melalui kegiatan-kegiatan diskusi, menulis, mendengar, bertanya, praktek langsung, memproduksi, merevisi, memberi kritik atau masukkan agar diperoleh SUBJECTIVITY OF MATHEMATICS yang ter UPDATE.
Subjectivity of Mathematics yang ter UPDATE itulah yang kemudian disebut sebagai OBJECTIVITY OF MATHEMATICS. Objectivity of Mathematics inilah yang diburu dan dikejar-kejar oleh orang (termasuk guru atau sebagian para matematikawan dari perguruan tinggi) yang kurang mengerti tentang the Nature of Learning Mathematics for younger student.
Kurang beruntungnya jika yang memburu dan mengejar adalah Pengambil Keputusan atau Pejabat penentu kebijakan di bidang Pendidikan Matematika.
Dengan mengerti akan adanya Architectonic Mathematics diharapkan akan menyadarkan para pemburu-pemburu itu agar segera menyadari kesalahannya dan kalau perlu memohon pengampunan atas kesalahan-kesalahan yang selama ini dilakukannya.
Amin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Matematika sekolah adalah architectonic mathematic yaitu dalam pembelajaran matematika siswa memahami dan membangun konsep melalui logika atau penalaran dan melalui pengamatan terhadap fenomena matematika. Dalam postingan ini dijelaskan bahwa archtectonic itu tidak bersifat singular. Implikasi dalam pembelajaran matematika yaitu guru dalam mengarahkan siswa membangun konsep matematika dengan melaksanakan pembelajaran dengan kolaborasi melalui diskusi, mendengar, bertanya, praktek langsung dan sebagainya karena architectonic telah dijelaskan bahwa tidak bisa dipandangan hanya dari subyek diri seorang siswa melainkan harus dipandang dalam konteks architectonic-architectonic mathematics siswa-siswa lain.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb
Architectonic mathematics dapat dibayangkan sebagai seorang arsitek yang akan membangun gedung. Jika dalam pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai siswa-siswa yang sedang membangun konsep matematika dalam pikirannya. Implikasi dari pandangan ini adalah bahwa matematika itu tidak lain tidak bukan kecuali adalah pikiran para siswa itu sendiri. Jika siswa berpikir matematika susah maka matematika itu susah, namun jika siswa berpikir matematika itu mudah maka matematika itu mudah. Cara berpikir siswa akan mempengaruhi perbuatan siswa dan semangat siswa. Disinilah guru sangat berperan untuk dapat merubah pemikiran siswa yang negatif terhadap matematika menjadi lebih positif. Jika sudah positif akan lebih mudah untuk memberkan arahan dan bimbingan sehingga siswa tersebut dapat membentuk konsepnya sendiri.
Wassalamualaikum wr.wb.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Pengetahuan haruslah memiliki dasar yang jelas, tetapi jika hanya dasar maka pengetahuan tidak berarti. Pengetahuan harus dibangun diatas dasar itu. Proses membangun pengetahuan disebut dengan architectonic mathematics, proses ini adalah proses membangun pikiran dalam level kognitif siswa. Untuk membangun diperlukan landasan yang jelas. Landasan atau pondamen tersebut terdiri dari 2 asumsi yaitu bagaimana memperoleh pengetahuan dan bagaimana membangunnya. Kedua asumsi ini dapat dipenuhi melalui pengamatan terhadap lingkungan dan penggunaan logika dan penalarannya.
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Dalam belajar matematika, siswa perlu membangun konsep-konsep matematikanya sendiri secara aktif dan mandiri lewat bantuan guru dengan menerapakan media pembelajaran yang dapat dimengerti oleh siswa. Hal inilah yang dinamakan sebagai Architectonic dalam matematika. Proses pembelajaran yang seperti inilah yang membangin kerangka berpikir siswa, siswa mampu berpikir logis dan bernalas secara sistematis dalam memecahkan persoalan matematika. Jika dalam pembelajaran matematika siswa sulit dalam memiliki kemampuan tsb maka perlu adanya perbaikan dalam sistem pengajaran di kelas, karena penggunaan logika adalah suatu aspek yang penting.
Nani Maryani
ReplyDelete18709251008
S2 Pendidikan Matematika (A) 2018
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Architectonic Mathematics merupakan suatu dasar tentang bagaimana seorang anak atau siswa yang mampu membangun pikiran dan pemahaman mereka sendiri mengenai matematika. Dalam hal ini, meski materi yang diberikan oleh guru sama terhadap siswa-siswa di kelas, akan tetapi terkadang pemahaman antar siswa mengenai materi tersebut berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan setiap siswa memiliki cara masing-masing untuk mengkonstruk ilmu pengetahuannya sendiri.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Dari elegi diatas kita ketahui bersama bahwa matematika itu tidak lain tidak bukan kecuali adalah pikiran siswa itu sendiri, itulah yang namanya pandangan architectonic mathematics. Lalu ada dua asumsi dasar tentang bagaimana siswa bisa memperoleh pemahaman dan mampu membangun konsep matematika yaitu melalui logika atau penalarannya dan melalui pengamatannya terhadap fenomena matematika. Logika atau penalaran bersifat analitik a priori dan pengamatannya terhadap fenomena matematika bersifat sintetis a posteriori. Sehingga dapat dismpulkan bahwa asumsi dasar tentang bagaimana siswa bisa memperoleh pemahaman dan mampu membangun konsep matematika yaitu sintetis a priori (pertemuan analitik a priori dan sintetis a posteriori).
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
Pemahaman tentang konsep matematika harus ditanamkan oleh pendidik sejak dini. Pembelajaran yang berlangsung saat ini dalam proses membangun perhatian dari suatu konsep yang ada yang sebelumnya pembelajaran matematika yang diberikan berupa latiah-latihan soal melatih siswanya untuk menghitung dengan memberikan rumus tertentu. Sekarang dalam kebijakan yang ada guru harus merencanakan pembelajaran dengan cara melatih siswa membangun konsep matematika untuk mendapatkan pengetahuan yang baru dengan menghubungkan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. sebagai guru harus mempersiapakan pembelajaran dengan baik dan merencanakan pembelajaran dikelas agar sesuai dengan tujuan pembelajaran sendiri dari membangun konsep dari logika atau penalarannya sampai dengan membangun konsep matematika melalui pengamatan dari suatu objek untuk menemukan atau memperoleh pengetahuan yang baru.
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Matematika adalah apa yang dipikirkan oleh siswa sendiri agaknya memberikan pandangan keras bahwa matematika adalah hanya tentang apa yang siswa pikirkan tetapi dapat pula berarti peran guru dalam memfasilitasi agar hal tersebut dapat tercapai. Guru selama ini hanya menilai keilmuan matematika dari nilai dan jawaban siswa. Terkadang, hal yang terlupakan adalah konsep jawaban yang menjadi acuan siswa. Padahal, matematika adalah bagaimana konsepnya ada dalam pikiran siswa. Sehingga perlu adanya perhatian guru akan hal tersebut dan dengan demikian, matematika bukanlah hal yang susah untuk dipahami oleh siswa.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Premis: Ilmu dalam diri manusia dibangun.
Dengan demikian maka bangunan harus baik secara struktur maupun estetis. Baik secara struktur adalah kuat, ada keterkaitan jelas antar materi, sehingga membentuk suatu gugusan keilmuan yang baik. Estetis artinya adalah rapi sehingga dapat membentuk suatu respon cepat pada saat dibutuhkan. Demikian pula dalam belajar matematika. Sehingga kurikulum dalam matematika disusun secara hirarkis dan diupayakan diajarkan secara kontekstual agar tujuan tersebut tercapai.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Setiap siswa adalah arsitek bagi dirinya sendiri dalam membangun bangunan matematika dalam pikirannya. Dan tugas guru adalah membimbing siswa agar dapat menjadi artitek handal yang menghasilkan bagunan megah setidaknya megah yang sesuai dengan kemampuan dirinya. Dan jujur mohon maaf saya masih belum mengerti tentang Architectonic Mathematics.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Architectonic Mathematics harus dibangun oleh siswa melalui pemahaman konsep dan bisa juga melalui pengamatan terhadap adanya fenomena yang terjadi. Dalam membangun jonsep tersebut, siswa berpikir secara plural dan untuk membangun konsep yang baik, Architectonic Mathematics seharusnya memuat beberapa kegiatan seperti adanya diskusi, menulis, mendengar, bertanya, merevisi, memberi kritik atau masukkan, praktek langsung, dan memproduksi. Oleh karena itu penting dilakukan agar pemahaman konsep lebih update lagi dalam subyek matematika
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Pandangan Architectonic Mathematics mengatakan bahwa matematika itu tidak lain tidak bukan kecuali adalah pikiran para siswa itu sendiri. Inilah asumsi dasar yang harus kita pegang sebagai pondamen bagi membangun Architectonic Mathematics. Sedangkan pondamen bagi Architectonic Mathematics itu sendiri adalah asumsi dasar tentang bagaimana siswa bisa memperoleh pemahaman dan mampu membangun konsep matematika.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
PEP S3
Terdapat dua asumsi dasar dalam pembelajaran matematika yaitu siswa mampu memahami dan membangun konsep matematika melalui logika atau penalarannya; kedua, siswa mampu memahami dan membangun konsep matematika melalui pengamatannya terhadap fenomena matematika. Dengan kedua asumsi tersebut, maka, kita sebagai guru tidak lagi menganggap bahwa siswa adalah "gelas kosong" sebelum memulai pembelajaran matematika.
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika 2018
Architectonic Mathematics merupakan arsitektur dalam pikiran siswa. Yaitu siswa merupakan arsitek utama dalam membangun matematika dalam pikirannya. Sehingga tidak lain tidak bukan matematika adalah pikiran siswa itu sendiri. Hal tersebut dijelaskan sebagai asumsi dasar untuk membelajarkan matematika kepada siswa. Fundamental Architectonic Mathematics ini adalah siswa bisa memperoleh pemahaman dan dapat membangun konsep matematika. Tujuan dari Architectonic Mathematics yaitu untuk menyadarkan kita bahwa siswa bukanlah sebuah bangunan, akan tetapi siswalah yang membangun bangunan tersebut. Tugas guru yaitu memperkuat fondasi dari bangunan tersebut supaya tidak mudah roboh saat terkena angin.
Sintha Sih Dewanti
ReplyDelete18701261013
PPs S3 PEP UNY
Salah satu cara siswa memperoleh pemahaman dan membangun konsep matematika adalah melalui kegiatan eksplorasi pemahaman konsep dalam proses pembelajaran. Siswa mempersiapkan diri untuk menyelesaikan permasalahan dengan belajar berpikir, kemudian mencari penyelesaian atau jawaban secara mandiri sesuai dengan tugas pada LKS, selanjutnya siswa menyelesaikan masalah yang lebih komplek pada LKS berikutnya bisa dibahas secara kelompok.
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Berdasarkan elegi tersebut, saya belajar bahwa matematika yang dipelajari siswa akan memunculkan intuisi yang membuat siswa untuk memunculkan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut akan membuat siswa belajar dalam memahami materi dan konsep matematika. Siswa yang membangun pengetahuannya adalah bagaimana siswa tersebut berpikir tenatang pikirannya. Pikiran tersebut akan memengaruhi perbuatan apa yang akan dilakukan siswa selanjutnya. Untuk itu, guru harus memberikan contoh yang baik untuk siswa-siswanya.
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr wb
Dalam mempelajari sesuatu haruslah memiliki dasar yang jelas dan kuat, tanpa terkecuali belajar matematika. Belajar matematika haruslah dimulai dari niat seorang siswa itu sendiri, niat disini bisa berupa motivasi dari dalam diri siswa. Motivasi belajar matematika yang baik tentunya nantinya akan membuat siswa tersebut giat dalam belajar dan tidak mudah menyerah dalam penyelesaian masalah-masalah dalam matematika.
Umi Arismawati
Delete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
Motivasi siswa dalam pembelajaran memang sangat penting dan akan mempengaruhi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pemberian motivasi sangat penting dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pembelajaran yang menarik untuk siswa, siswa diberi tahu bahwa materi ini sanagat penting dan bermanfaat di kehidupan sehari-hari dan kegiatan lainnya.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Setiap arsitek pasti mempunyai rancangan berpikir bagaimana ia akan membangun arsitektur tersebut. Sama halnya dengan architectonic mathematics, yang mempunyai fondamen dalam membangun matematika. Architectonic mathematics memiliki rancangan berpikir tentang bagaimana siswa memperoleh pemahaman dan mampu membangun konsep matematika sendiri sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Maka dari itu, dapat kita katakan bahwa sebenarnya seorang siswa merupakan seorang arsitek yang membangun pengetahuan matematika dalam dirinya.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Hakekat belajar yang ditemukan oleh Paul Ernest bahwa matematika dapat dibangun di atas subjektif matematika melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tersebut seperti diskusi kelompok kecil dalam memecahkan permasalahan, menulis bilangan dan perkalian, mendengar, bertanya mengenai sesuatu yang masih membingungkan bagi siswa. Kegiatan pembelajaran tersebut dapat menumbuhkan pikiran yang positif tentang matematika dan menjadi senang untuk belajar matematika.
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Architectonic mathematics merupakan kebalikan dari structural matemathics. Sesuai dengan namanya, architectonic mathematics berarti siswa dipandang seperti seorang arsitek yang dapat merancang dan membangun, dalam hal ini adalah membangun pengetahuan matematika sendiri. Maka siswa bukan sebagai individu yang pasif tanpa pengetahuan dan potensi apa-apa, melainkan siswa adalah individu yang memiliki potensi untuk membangun konsep matematika melalui logika dan pengamatannya terhadap fenomena matematika. Hal ini perlu diketahui oleh guru sebagai pendidik siswa dan juga yang tidak kalah penting adalah pera pemangku kebijakan pendidikan. Dengan demikian, matematika yang dihadirkan pada siswa benar-benar sesuai.
Nur Afni
ReplyDelete18709251027
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hal yang dapat disimpulkan dari membaca elegi ini adalah pertama Logika atau penalaran bersifat "analitik a priori", sedangkan pengamatan fenomena matematika menghasilkan konsep matematika yang bersifat "sintetik a posteriori". Pilar bangunan Architektonic Mathematics adalah pertemuan atau perkawinan keduanya sehingga menghasilkan pemahaman dan bangunan matematika yang bersifat "sintetik apriori". Yang kedua Architectonic Mathematics dapat dibangun di atas SUBJECTIVITY OF MATHEMATICS melalui kegiatan-kegiatan diskusi, menulis, mendengar, bertanya, praktek langsung, memproduksi, merevisi, memberi kritik atau masukkan agar diperoleh SUBJECTIVITY OF MATHEMATICS yang ter UPDATE. terimakasih
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
Siswa dapat membangun pemahaman mereka sendiri, merancang, menemukan pola sesuai dengan kemampuan mereka. Siswa dapat menggunakan logika dan pengalaman mereka sendiri memahami matematika sehingga dengan sendirinya dibangun di dalamnya. Architectonics Mathematics pada dasarnya pikiran siswa sendiri. Architectonics Mathematics tidak tunggal, tapi majemuk.
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
Matematika itu tidak lain tidak bukan kecuali adalah pikiran para siswa itu sendiri. Asumsi dasar tentang bagaimana siswa bisa memperoleh pemahaman dan mampu membangun konsep matematika. Setidaknya terdapat 2 (dua) asumsi dasar, pertama: siswa mampu memahami dan membangun konsep matematika melalui logika atau penalarannya; kedua, siswa mampu memahami dan membangun konsep matematika melalui pengamatannya terhadap fenomena matematika. Untuk itu,sebagai guru marilah merancang pembelajaran dimana siswa bisa membangun konsepnya sendiri melalui logika atau penalaran atau melalui pengamatan.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Dalam membangun kesadaran matematiak siswa perlu ada kesadaran dari dalam diri siswa sendiri dan tentu saja dengan bantuan oleh guru. Melalui kesadaran matematika siswa tentunya akan berusaha untuk mengkonstruksi konsep matematika dari apa yang telah dipelajarinya. Sehingga guru harus mengerti bagaiman siswa itu membangun pengetahuan dalam dirinya, melalui pembelajaran yang dilakukan di kelas.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Matematika itu tidak lain tidak bukan kecuali adalah pikiran para siswa itu sendiri. inilah asumsi dasar yang harus kita pegang sebagai pondamen bagi membangun architectonic mathematics. Di sekolah, matematika itu tergantung bagaimana siswa memikirkannya, setelah lahir pemikiran muncullah pandangan terhadap matematika itu sendiri. Dalam proses berpikir siswa ini perlu memahami dan membangun konsep matematika melalui logika dan pengamatannya terhadap fenomena matematika demi terciptanya intusi matematika.
Mira Amalia Yudhanti
ReplyDelete19701251014
S2 PEP A
Architectonic mathematics merupakan pilar dari pembelajaran matematika yang mengunakan gabungan antara logika atau penalarannya dan pengamatannya untuk memberikan kesempatan bagi siswa menemukan konsep matematika. Dengan demikian, guru diharapkan dapat merancang pembelajaran yang dapat menuntun siswa untuk menemukan konsep matematika melalui logika atau penalaran dan pengamatannya terhadap fenomena matematika.
Lovie Adikayanti
ReplyDelete19709251068
S2 Pendidikan Matematika D
Assalamualaikum wr.wb
Matematika siswa seharusnya dibangun oleh siswa itu sendiri. Sedangkan guru hanyalah yang memfasilitasi mendorong dan menjadi tempat mengadu jikalau ada sesuatu hal yang dirasakan siswa janggal.
Namun tentu saja dalam membangun matematika siswa sendiri tak hanya asal menemukan saja namun disertai hal-hal yang mendukung. Selain itu ketika setiap siswa membangun matematika agar selalu dan lebih dalam membangun diperlukan interaksi antar siswa sehingga bangunan matematika siswa akan kian kokoh dan selalu ter update.
Mari kepada para guru khususnya untuk senantiasa mendorong siswa untuk membangun matematika sendiri karena suatu hal akan lama diingat dan dimengerti jika ditemukan sendiri dari pada hanya diberi oleh orang lain.
Ahmad Syajili
ReplyDelete19709251066
S2 PM D 2019
Assalamualaikum wr.wb
Terima kasih Pak Prof. atas postingan ini. Dari postingan ini saya menemukan pernyataan yang menarik bahwa matematika itu tidak lain tidak bukan kecuali adalah pikiran para siswa itu sendiri. Maka dalam membangun konsep matematika hendaklah melalui dua langkah, yaitu melalui logika atau penalarannya dan melalui pengamatannya terhadap fenomena matematika. Oleh karena itu, kenalkanlah matematika kepada anak-anak melalui benda-benda konkrit yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan diskusi, menulis, mendengar, bertanya, praktek langsung, dan lainnya. Dengan demikian, anak dapat membangun pengalaman matematikanya hingga menghasilkan pemahaman terhadap matematika itu sendiri.
Vera Yuli Erviana
ReplyDeleteNIM 19706261005
S3 Pendidikan Dasar 2019
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Matematika adalah membangun konsep melalui logika dan penalaran melalui pengamatan terhadap fenomena yang terjadi. Konsep-konsep tersebut ditanamkan melalui proses pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran agar materi dapat dipahami dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Hidayatul wafiroh
ReplyDelete19701251010
S2 PEP A 2019
Belajar dapat diartikan membangun, membangun pengetahuan dan pengalaman sendiri. Archiectonic mathematic bagaimana siswa memperoleh pemahaman dan mampu membangun konsep matematika. Hal tersebut dapat dilakukan dengan logika atau penalaran dan pengalaman. Dalam proses pembelajaran guru menjadi fasiliator bagi anak dalam memperoleh pemahaman dan membangun konsep matematika. Salah satunya dengan learning by doing, siswa diberikaan kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses membangun konsep. Sehingga siswa tidak hanya rote learning.
Jewish Van Septriwanto
ReplyDelete19709251077
S2 PM D 2019
Terima kasih prof untuk tulisan ini, Kant mengatakan bahwa "Matematika akan menjadi Ilmu jika dia bersifat SINTETIK A PRIORI". Sementara itu, matematika dikatakan bukan ilmu ketika matematika dibangun dengan Pure Logic. Karena Pure Logic dipandang sebagai A Priori saja dan bersifat Analitik. Dengan demikian menurut Kant, Pure Logic belumlah merupakan Ilmu. Matematika itu tidak lain tidak bukan kecuali adalah pikiran para siswa itu sendiri. Inilah asumsi dasar yang harus kita pegang sebagai pondamen bagi membangun Architectonic Mathematics. Architectonic Mathematics dapat dibangun di atas Subjectivity of Mathematics melalui kegiatan-kegiatan diskusi, menulis, mendengar, bertanya, praktek langsung, memproduksi, merevisi, memberi kritik atau masukkan agar diperoleh Subjectivity of Mathematics yang ter-update.
Jewish Van Septriwanto
ReplyDelete19709251077
S2 PM D 2019
Pada elegy ini dibahas hakekat belajar matematika yang ditemukan oleh Paul Ernest. Ernest mengemukakan bahwa hakekat belajar matematika adalah interaksi atara subjectivity of mathematics dan objectivity of mathematics. Matematika subjektif merupakan matematika yang dibangun oleh para siswa mengenai pengalamannya sendiri sedangkan matematika objektif dibangun oleh siswa melalui interaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Terkadang orang-orang hanya mengejar matematika objektif tanpa mengerti bahwa sebelum itu seorang siswa harus membangun matematika subjektif. Hal ini jelas mematikan kreativitas siswa.