The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Feb 12, 2013
Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 23: Logicist-Formalist-Foundationalist (Jawaban utk Prof Sutarto Bgn kedua)
Oleh Marsigit
Prof Sutarto, dan yang lain
Jelaslah bahwa para Matematikawan kita di Perguruan Tinggi adalah Kaum Logicist-Formalist-Foundationalist. Hal ini bisa dilihat dari Kurikulumnya, riset dan hasil-hasilnya serta pandangan-pandangannya.
Kalau ditambah gelar untuk para matematikawan kita maka lengkapnya adalah para Absolutist-Platonist-Logicist-Formalist-Foundationalist.
Setiap gelar tersebut telah menggambarkan karakteristiknya, dan mereka hidup di Dunia yang terbebas dari Ruang dan Waktu, terbebas dari Kontradiksi, terjamin Konsistensinya, tetapi terancam kedudukannya bukan sebagai Ilmuwan.
Mereka gagal bergaul dengan generasi muda sibelajar matematika secara substansi, tetapi unggul dalam bentuk formalnya. Tetapi mereka adalah harapan bagi pengembangan pure-mathematics ke depan.
Sementara Dunianya Ruang dan Waktu dihuni oleh para Intuitionist-Realist-Aristotelianist-Empiricist-Relativist, yang bergandengan tangandengan kaum Fallibist-Socio-Constructivist.
Mereka penuh dengan Kontradiksi, tidak Konsisten, bersifat relatif, mengerjakan matematika yang belum benar dan subyektif, tetapi terjamin kedudukannya sebagai Ilmuwan Sejati.
Ketika bergaul dengan siswa sibelajar matematika mereka menjelma menjadi Para Educationist seperti Realistics Mathematicist, Contextualist, Psycho-mathematicist, Psycho-therapist.
Bersambung...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Dari elegi ini sudah terjawab bahwa logicist-formalist-foundationlist adalah matematikawan. Mereka adalah pengembang pure-mathematics. Matematika yang mereka pelajari yaitu matematika yang terbebas oleh ruang dan waktu, tidak kontradiksi, terjamin konsistensinya, namun terancam kedudukannya bukan sebagai ilmuwan. Karena mereka hanya mempertahankan kebenaran dalam matematika, tidak mengembangkan matematikanya. Sedangkan matematika sekolah termasuk kedalam golongan para intuitionist-realist-aristotelianist-empiricist-relativitst. Matematikanya memiliki karakateristik tidak konsisten, penuh kontradiksi, bersifat relatif, mengerjakan matematika yang belum benar dan subyektif, namun terjamin kedudukannya sebagai ilmuwan sejati. Karena meraka mengembangkan ilmu matematikanya. Matematika didefinisikan lebih ramah yang dapat memudahkan siswa dalam memahaminya.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb
Elegi ini menjawab pertanyaan Prof Sutarto bahwa para matematikawan di perguruan tinggi adalah kaum logicist-formalist-foundationalist. Hal ini dapat dilihat dari kurikulum, riset, dan hasil-hasil serta pandangan-pandangannya. Setiap gelar menggambarkan karakteristiknya. Jika mereka hidup di dunia yang terbebas dari kontradiksi, maka kedudukannya akan terancam sebagai bukan ilmuwan. Sedangkan mereka yang hidup penuh kontradiksi, maka terjamin kedudukannya sebagai ilmuwan sejati. Maka sesungguhnya hidup adalah penuh dengan kontradiksi, tidak konsisten dan bersifat relatif, karena yang bisa konsisten hanya Yang Maha Esa.
Wassalamualaikum wr.wb.
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Elegi di atas telah menggambarkan bahwa kaum logicts formalist dam foundationalist adalah para matematikawan, gelar tersebut lah yang membuat mereka hidup terbebas dari ruang dan waktu, terbebas dari kontradiksi, sedangkan dunia Ruang dan Waktu diisi oleh para Intuitionist-Realist-Aristotelianist-Empiricist-Relativist, mereka justru penuh kontradiksi, tidak konsisten. Mereka dapat menyesuaikan diri pada kaum sipembelajar matematika.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Astaghfirullahhal’adzim. Jangan sampai kita menjadi matematikawan yang cenderung Absolutist-Platonist-Logicist-Formalist-Foundationalist. Jangan sampai kita menganggap matematika itu sebagai kekonsistenan. Ingatlah, bahwa konsisten yang absolut hanya milik Allah SWT. Menjadi renungan kita semua sebagai matematikawan bahwa penting untuk menjadi para educationist yang dapat bergaul dengan siswa tanpa ada sekat antara pure mathematics dan school mathematics.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Nani Maryani
ReplyDelete18709251008
S2 Pendidikan Matematika (A) 2018
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Dalam beberapa hal, sekarang ini banyak ilmuwan yang terancam kedudukannya, karena mereka benar-benar memahami substansi matematika tetapi masih gagal dalam bergaul dengan si pembelajar matematika (siswa). Sedangkan, kedudukan ilmuwan murni sekarang malah mulai tergantikan dengan sosialis atau orang yang mampu bergaul baik dengan si pembelajar (siswa) tapi sebenarnya kurang mampu dalam hal substansi murni matematikanya. Golongan ilmuwan murni matematika diharapkan mampu berperan sebagai ilmuwan juga sebagai pengajar yang baik, agar si pembelajar (siswa) mampu mendapatkan sumber belajar yang baik sekaligus menyenangkan.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sebenar-benarnya ilmu adalah kontradiktif. Tetapi seseorang yang terbebas dari ruang dan waktu, maka terbebas dari Kontradiksi dan terjamin konsistensinya. Tetapi justru kedudukannya sebagai ilmuwan akan terancam. Lalu bagaimana seharusnya? Sebaiknya kita menjadi Intuitionist-Realist-Aristotelianist-Empiricist-Relativist yang disertai dengan kaum Fallibist-Socio-Constructivist. Hal ini membuat penuh dengan kontradiksi, tidak kekonsistenan, relatif, subyektif, dan belum benar. Walaupun demikian tetapi kedudukannya terjamin menjadi seorang ilmuwan sejati
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Tulisan ini kembali mengingatkan bahwa para matematikawan (kaum formalist dan foundatinalist yang mendapakan gelar yang menggambarkan bahwa mereka terbebas dari ruang dan waktu, tetapi tidak berarti menjamin sebagai seorang ilmuwan. Sedangkan mereka yang hidup dengan ruang dan waktu, meskipun melakukan kontradiksi dengan selalu mengerjakan matematika dapat disebutkan sebagai ilmuwan sejati. Paham yang mereka anut bersifat dan mencoba mencari cara agar matematika dapat dipelajari oleh siswa.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Matematika itu tidaklah tunggal. Contoh sederhananya yaitu matematika yang dipelajari siswa-siswa di sekolah (matematika sekolah) dan matematika murni (matematika yang dipelajari para ilmuwan) adalah 2 hal yang berbeda. Matematika di sekolah memang diperuntukkan bagi para siswa karena sifat dari matematika sekolah itu konkrit. Matematika sekolah adalah cabang matematika yang di ajarkan kepada anak-anak usia sekolah. Matematika sekolah dekat dengan hal-hal yang konkrit agar mudah untuk dipahami oleh siswa. Matematika sekolah adalah cabang matematika yang di ajarkan kepada anak-anak usia sekolah. Matematika sekolah dekat dengan hal-hal yang konkrit agar mudah untuk dipahami oleh siswa. Khusus untuk jenjang sekolah dasar matematika adalah aktivitas. Jadi kreasikanlah pembelajaran yang akan dilakukan ke dalam aktivitas-aktivitas yang menyenangkan namun tidak mengurangi makna dan tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran tersebut.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
PEP S3
Dari elegi ini, dapat diketahui bahwa di perguruan tinggi lebih cenderung kepada pure mathematics. Mengkhawatirkan jika pure mathematics seperti ini berkembang di matematika sekolah.
Anggoro Yugo Pamungkas
ReplyDelete18709251026
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Berdasarkan artikel diatas, saya ingin mengomentari cuplikan dalam artikel diatas "Mereka gagal bergaul dengan generasi muda sibelajar matematika secara substansi, tetapi unggul dalam bentuk formalnya." Nah di kalimat tersebut saya tertarik dengan inti kalimat tersebut yaitu gagal bergaul tetapi unggul. Memang setiap manusia berbeda-beda, ada yang pintar bergaul dan ada yang tidak pintar bergaul, tetapi di kalimat itu di katakan gagal bergaul tetapi unggul. Kadang bergaul itu penting, jadi jangan menyerah jika gagal. karena kegagalan adalah kunci kesuksesan. :D
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika 2018
Seperti pada elegi sebelumnya, elegi ini menjelaskan tentang Logicist-Formalist-Fondalist adalah matematikawan yang mengembangkan pure mathematics. Logicist-Formalist-Fondalist dikatakan bahwa mereka gagal bergaul dengan si pembelajar muda karena pandangan pure mathematics yang absolut. Sedangkan pembelajar muda mempelajari matematika yang tidak terikat dengan ruang dan waktu. oleh sebab itu Logicist-Formalist-Fondalist terancam kedudukannya sebagai ilmuwan, Sementara Dunianya Ruang dan Waktu dihuni oleh para Intuitionist-Realist-Aristotelianist-Empiricist-Relativist, yang bergandengan tangandengan kaum Fallibist-Socio-Constructivist. Mereka penuh dengan kontradiksi, tidak konsisten, bersifat relative, mengerjakan matematika yang belum tentu benar dan subyektif, tetapi mereka terjamin kedudukannya sebagai ilmuwan sejati.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSintha Sih Dewanti
ReplyDelete18701261013
PPs S3 PEP UNY
Pada artikel ini dituliskan bahwa “Ketika bergaul dengan siswa sibelajar matematika mereka menjelma menjadi Para Educationist seperti Realistics Mathematicist”. Mungkin maksudnya dalam pembelajaran matematika siswa si belajar matematika menggunakan masalah sehari-hari sebagai sumber inspirasi dalam pembentukan konsep dan mengaplikasikan konsep-konsep tersebut atau bisa dikatakan suatu pembelajaran matematika yang berdasarkan pada hal-hal nyata atau real bagi siswa dan mengacu pada konstruktivis sosial. Cara ini merupakan salah satu usaha meningkatkan kemampuan siswa memahami matematika dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan merekonstruksi konsep-konsep matematika, sehingga siswa mempunyai pengertian kuat tentang konsep-konsep matematika.
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Dalam elegi tersebut, seorang matematikawan yang mempunyai gelar membebaskan diri dari ruang dan waktu. Padahal sebenarnya kita hidup sesuai dengan ruang dan waktunya. Hal ini menyebabkan matematikawan terbebas dari kontradiksi tetapi terancam dari gelar sebagai matematikawan. Seseungguhnya, seorang yang berilmu akan memanfaatkan ilmunya dengan sebaik-baiknya dan disalurkan pada orang lain agar orang lain tidak menjadi miskonsepsi tentang matematika.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
Kaum Logicist-Formalist-Foundationalist, yaitu dunia yang terbebas dari ruang dan waktu, terbebas dari kontradiksi, terjamin konsistensinya. Kaum ini perlu tidak boleh hanya mengandalkan keabstrakannya saja dalam mengajarkan matematika. Sedangkan ruang dan waktu dihuni oleh para Intuitionist-Realist-Aristotelianist-Empiricist-Relativist penuh dengan Kontradiksi, tidak Konsisten, dan bersifat relatif yaitu kaum yang cocok dalam memberi pengetahuan sacara realistik kepada siswa. Dalam pembelajaran matematika disana butuh penggabungan dari kedua paham yang ada, karena ilmu murni (matematika murni) belum dikatakan ilmu yang lengkap jika belum mampu diajarkankepada yang lain. jadi untuk pembelajaran matematika butuh adanya pembuktian dan pembelajaran yang baik dalam suatu kelas.
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr wb
Matematik bersangkut paut dengan sifat-sifat structural dari simbol-simbol dan proses pengolahan terhadap lambing-lambang itu. Smbol-simbol dianggap sebagai sasaran yang menjadi objek matematik. Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat sintetik apriori dimana eksistensi matematika tergantung dari pancaindera adalah pendapat dari Immanuel kant. Pernyataan Kant tentu menunjukkan bahwa matematika itu kontradiktif dan tidak konsisten.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Tahapan siswa SD atau SMP masuk dalam level matematika sekolah, matematika sebagai kegiatan, matematika sebagai apa yang ada di sekitar mereka. Ketika mereka dituntut harus belajar pure mathematics, siswa yang masih berada pada level SD atau SMP pasti akan sangat tertekan. Pure mathematics, lebih cocok diajarkan pada level perguruan tinggi dimana peserta didik sudah sampai pada tingkat berpikir abstrak dan berpikir tingkat lanjut.
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Matematika untuk perguruan tinggi dengan matematika untuk sekolah sangatlah berbeda. Sebagai seorang pendidik, kita harus dapat memahami perbedaan tersebut dan sopan terhadap ruang dan waktunya. Maksudnya ialah dapat menempatkan matematika sesuai dengan ruang dan waktunya. Untuk matematika perguruan tinggi, matematika ialah bersifat abstrak, formal, konsisten, dan berlaku hukum identitas. Sedangkan untuk matematika sekolah adalah sebaliknya, yaitu bersifat konkret, tidak konsisten, dan berlaku hukum kontradiksi. Inilah yang disebut sebagai guru bijak atau guru cerdas.
Nur Afni
ReplyDelete18709251027
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Makna sebauah gelar adalah menggambarkan karakteristik gelar tersebut. Setiap gelar terbebas oleh ruang dan waktu, bebas dari kontradiksi, terjamin konsisten, tetapi kedudukan gelar terancam bukan sebagai ilmuwan. Mereka gagal bergaul dengan generasi muda sibelajar matematika secara substansi, tetapi unggul dalam bentuk formalnya. Tetapi mereka adalah harapan bagi pengembangan pure-mathematics ke depan.terimakasih
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Pembelajar atau peserta didik berada pada kaum Intuitionist-Realist-Aristotelianist-Empiricist-Relativist.Mereka belajar dengan banyak kontradiksi, ketidakkonsistenan, kerelativan dalam matematika. Sedangkan di perguruan tinggi merupakan tempat bagi matematikawan golongan kaumLogicist-Formalist-Foundationalist. Mereka semua adalah orang-orang yang belajar matematika murni yang di dalamnya terdapat materi-materi yang terbebas dari ruang dan waktu, terbebas dari kontradiksi, terjamin kekonsistenannya, tetapi kedudukannya terancam sebagai ilmuwan. Matematikawan di perguruan tinggi sebaiknya memahami cara berpikir mahasiswanya.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Kaum absolutist-platonist-logistic-formalist-foundalist yang dimaksud dalam elegi di atas adalah para matematikawan. Menjadi seorang matematikawan juga harus menjadi seorang yang ramah, cerdas, dan mampu bersosialisasi dengan sesama terutama yang menjadi objek dalam penelitiannya.Karena setiap gelar menggambarkan karakteristiknya, dimana karakteristik tersebut menggambarkan diri kita sebagai ilmuwan sejati. Selain itu seorang ilmuwan sejati adalah mereka yang selalu mengingat Sang Maha Pencipta Allah SWT dalam setiap pikirannya.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Dari elegi di atas saya menyadari bahwa sebagai seorang matematikawan janganlah berpuas diri dengan ilmu dengan paham logicist-formalist-foundationalist, terbebas dari ruang dan waktu. Namun kita sebagai seorang matematikawan sekaligus seorang pendidik harus menyadari bahwa kita tidak bisa terlepas dari dunia yang terikat dengan ruang dan waktu. Jadi matematika itu sendiri tidak konsisten dan kontradiksi.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat sintetik apriori dimana eksistensi matematika tergantung dari pancaindera adalah pendapat dari Immanuel kant. Pernyataan Kant tentu menunjukkan bahwa matematika itu kontradiktif dan tidak konsisten. Sehingga seorang matematikawan yang mempunyai gelar membebaskan diri dari ruang dan waktu. Padahal sebenarnya kita hidup sesuai dengan ruang dan waktunya. Hal ini menyebabkan matematikawan terbebas dari kontradiksi tetapi terancam dari gelar sebagai matematikawan.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
MatematikawanPerguruan Tinggi tremasuk dalam kaum Logicist-Formalist-Foundationalist, yaitu dunia yang terbebas dari ruang dan waktu, terbebas dari kontradiksi, terjamin konsistensinya. Kaum ini perlu tidak boleh hanya mengandalkan keabstrakannya saja dalam mengajarkan matematika. Sedangkan ruang dan waktu dihuni oleh para Intuitionist-Realist-Aristotelianist-Empiricist-Relativist penuh dengan Kontradiksi, tidak Konsisten, dan bersifat relatif yaitu kaum yang cocok dalam memberi pengetahuan sacara realistik kepada siswa. Dalam pembelajaran matematika disana butuh penggabungan dari kedua paham yang ada, karena ilmu murni (matematika murni) belum dikatakan ilmu yang lengkap jika belum mampu diajarkankepada yang lain. Jadi untuk pembelajaran matematika butuh adanya pembuktian dan pembelajaran yang baik dalam suatu kelas.
Lovie Adikayanti
ReplyDelete19709251068
S2 Pendidikan Matematika D
Assalamualaikum wr.wb
Jika seorang matematikawan mempunyai gelar para Absolutist-Platonist-Logicist-Formalist-Foundationalist maka berarti seorang ilmuwan yang hanya pandai untuk dirinya sendiri. Hal demikian berarti tidaklah akan lebih seorang ilmuwan dalam memiliki ilmunya, padahal seharusnya amalkan ilmu sebanyak-banyaknya walau hanya "a sekalipun yang kau miliki". Hal demikian dikandung maksud setiap orang wajib memiliki siswa-siswa sebagai pengamalan ilmu-ilmunya atau teman sejawat yang bisa saling mengisi atau membangun ilmu-ilmu tersebut serta para guru yang berfungsi untuk mempertinggi ilmu.
Ahmad Syajili
ReplyDelete19709251066
S2 PM D 2019
Assalamualaikum wr.wb
Dari elegi ini saya menemukan bahwa matematika terbagi kedalam dua bagian dengan peran dan fungsinyan masing-masing. Bagian pertama yaitu mereka yang terbebas dari ruang dan waktu, konsisten, dan terbebas dari kontradiksi. Mereka inilah yang disebut sebagai kaum Absolutist-Platonist-Logicist-Formalist-Foundationalist. Sementara itu bagian lainnya memandang matematika yang terikat dengan ruang dan waktu, penuh kontradiktif, bersifat relatif dan tidak konsisten. Kelompok ini disebut dengan kaum Intuitionist-Realist-Aristotelianist-Empiricist-Relativist.
Jewish Van Septriwanto
ReplyDelete19709251077
S2 PM D 2019
Terima kasih prof untuk tulisan ini, Ketika memberlakukan ada atau tidaknya ruang dan waktu, maka terdapat dua kaum, yaitu para Absolutist-Platonist-Logicist-Formalist-Foundationalist dan para Intuitionist-Realist-Aristotelianist-Empiricist-Relativist. Kaum yang pertama adalah mereka yang hidup di dunia yang terbebas dari Ruang dan Waktu, terbebas dari Kontradiksi, terjamin Konsistensinya, tetapi terancam kedudukannya bukan sebagai Ilmuwan. Mereka gagal bergaul dengan generasi muda yang tengah belajar matematika secara substansi, tetapi unggul dalam bentuk formalnya. Tetapi mereka adalah harapan bagi pengembangan pure-mathematics ke depan.Sementara itu kaum yang kedua adalah mereka yang hidupnya dibatasi oleh Ruang dan Waktu. Mereka penuh dengan Kontradiksi, tidak Konsisten, bersifat relatif, mengerjakan matematika yang belum benar dan subyektif, tetapi terjamin kedudukannya sebagai Ilmuwan Sejati. Mereka telah berhasil bergaul dengan siswa yang tengah belajar matematika. Ketika bergaul dengan siswa sibelajar matematika mereka menjelma menjadi Para Educationist seperti Realistics Mathematicist, Contextualist, Psycho-mathematicist, Psycho-therapist.