Berikut saya sampaikan artikel saya sebagai salah satu bahan yang akan digunakan untuk menyusun Buku Pedoman Pendidikan Karakter di Universitas Negeri Yogyakarta. Hak cipta dilindungi oleh UU. Pembaca dapat mengopi untuk kepentingan kajian akademik dan dapat menggunakannya sebagai referensi sepanjang tetap mencantumkan pengarangnya. Demikian selamat membaca.
Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Matematika
Oleh Marsigit
Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA, UNY
A.Pendahuluan
Implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika di sekolah memunyai aspek pemahaman tentang hakikat matematika, hakikat matematika sekolah, hakikat pendidikan matematika, hakikat nilai matematika, hakikat belajar matematika, hakikat proses belajar mengajar matematika, hakikat pembudayaan matematika sekolah.
Di sisi lain, secara umum, pendidikan karakter harus mampu menjelaskan hakikat karakter, implementasi dan contoh-contohnya, menjelaskan sumber-sumber pengetahuan dan nilai-nilai dan macam-macam karakter yang harus digali dan dikembangkan, ukuran atau pembenaran kelaziman karakter dalam lingkup pribadi, kelompok, berbangsa dan secara universal.
Jika karakter dipandang sebagai nilai yang perlu digali, dikembangkan dan diimplementasikan, maka konteks ruang dan waktu serta arah pengembangannya menjadi sangat penting.
Pendidikan matematika dapat dipandang sebagai suatu keadaan atau sifat atau bahkan nilai yang bersinergis dengan pendidikan karakter. Perpaduan atau sinergi antara pendidikan karakter dan pendidikan matematika merupakan keadaan unik sebagai suatu proses pembelajaran yang dinamis yang merentang dalam ruang dan waktunya pembelajaran matematika yang berkarakter konteks ekonomi, social, politik, dan budaya bangsa.
Dengan demikian, pendidikan karakter dalam pendidikan matematika merupakan potensi sekaligus fakta yang harus menjadi bagian tidak terpisahkan bagi setiap insan pengembang pendidikan, baik pendidik, tenaga pendidik maupun pengambil kebijakan pendidikan.
Secara umum, kiranya semua sependapat bahwa tidak mudah memahami kompleksitas karakter sebagai suatu nilai atau suatu objek. Jika kita memikirkan karakter sebagai suatu objek maka secara umum apapun yang kita bicarakan, selalu berkaitan dengan dua hal pertanyaan yaitu:
Apa objek dan apa metodenya?
Apakah objek formal dan objek material pendidikan karakter itu?
Apakah objek formal dan objek material pendidikan matematika itu?
Apakah objek formal dan objek material pendidikan karakter dalam pendidikan matematika itu?
Untuk dapat menjawab semua pertanyaan itulah, kita memerlukan kajian tentang hakikat dari semua aspek yang terkandung di dalam pendidikan karakter dan pendidikan matematika.
Prinsip-prinsip dasar pengembangan pendidikan karakter dalam pendidikan matematika meliputi berbagai proses yang secara hirarkhis merentang mulai dari kesadaran diri dan lingkungan, perhatian, rasa senang dan rasa membutuhkan disertai dengan harapan ingin mengetahui, memiliki dan menerapkannya, merasa perlunya memunyai sikap yang selaras dan harmoni dengan keadaan di sekitarnya, baik dalam keadaan pasif maupun aktif, serta mengembangkannya dalam bentuk tindakan dan perilaku berkarakter; merasa perlunya disertai usaha untuk mencari informasi dan pengetahuan tentang karakter dan karakter dalam matematika, yang dianggap baik, mengembangkan keterampilan menunjukan sifat, sikap dan perilaku berkarakter dalam pendidikan matematika, serta keinginan dan terwujudnya pengalaman mengembangkan hidupnya dalam bentuk aktualisasi diri berkarakter dalam pendidikan matematika, baik secara sendiri, bersama atau pun dalam jejaring sistemik.
B.Matematika dan Pendidikan Karakter
Secara material objek matematika dapat berupa benda-benda konkret, gambar atau model kubus, berwarna-warni lambang bilangan besar atau kecil, kolam berbentuk persegi, atap rumah berbentuk limas, piramida-piramida di Mesir, kuda-kuda atap rumah berbentuk segitiga siku-siku, roda berbentuk lingkaran, dan seterusnya. Secara material objek matematika itu berada di lingkungan atau sekitar kita.
Secara formal objek matematika berupa benda-benda pikir. Benda-benda pikir diperoleh dari benda konkret dengan melakukan abstraksi dan idealisasi.
Abstraksi adalah kegiatan yang hanya mengambil sifat-sifat tertentu saja untuk dipikirkan atau dipelajari.
Idealisasi adalah kegiatan yang menganggap sempurna sifat-sifat yang ada. Dari model kubus yang terbuat dari kayu jati, dengan abstraksi kita hanya mempelajari bentuk dan ukuran saja.
Dengan idealisasi kita memperoleh informasi bahwa ruas-ruas kubus berupa garis lurus yang betul-betul lurus tanpa cacat.
Secara normatif, objek-objek matematika berupa makna yang terkandung di dalam objek-objek material dan formal.
Makna-makna yang terungkap dari matematika material dan matematika formal itulah kemudian yang menghasilkan value atau nilai matematika.
Misalnya, objek matematika material berupa “bilangan 2 yang terbuat dari papan triplek yang digergaji dan kemudian diberi warna yang indah”.
Di dalam khasanah matematika material, kita dapat memikirkan bilangan 2 yang lebih besar, bilangan 2 yang lebih kecil, bilangan 2 yang berwarna merah, bilangan 2 yang berwarna biru, dan seterusnya.
Pada dimensi formal terdapat pencampuradukan antara pengertian bilangan dan angka. Tetapi, begitu kita memasuki dimensi matematika formal, semua sifat dari bilangan 2 tadi kita singkirkan, dan yang kita pikirkan sifat nilai nya saja dari 2.
Kita tidak mampu memikirkan nilai bilangan 2 jika kita tidak memiliki bilangan-bilangan yang lain. Nilai bilangan 2 adalah lebih besar dari bilangan 1, tetapi lebih kecil dari bilangan 3.
Secara normatif, makna bilangan 2 mengalami ekstensi dan intensi.
Jika diintensifkan, bilangan 2 dapat bermakna “genap”, dapat bermakna “pasangan”, dapat bermakna “bukan ganjil”, dapat bermakna “ayah dan ibu”, atau dapat bermakna “bukan satu”. Secara metafisik, bilangan 2 dapat bermakna “jarak antara dua hal” misalnya jarak antara potensi dan vitalitas, jarak antara konkret dan abstrak, jarak antara subjek dan objek, dan seterusnya.
Jika diekstensifkan, maka makna bilangan 2 dapat berupa 2 teori, 2 teorema, 2 sistem matematika, 2 variabel, 2 sistem persamaan, dan seterusnya. Dengan cara yang sama kita dapat melakukan intensi dan ekstensi untuk semua objek matematika.
Uraian di atas barulah tentang dimensi matematika dari bilangan 2 dan objek-objek matematika yang lainnya.
Jika ingin menguraikan bagaimanakah implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika di sekolah, kita masih harus memikirkan pendidikan matematika, pembelajaran matematika, berpikir matematika, dan seterusnya.
Katagiri (2004) menguraikan bahwa berpikir matematika meliputi 3 aspek: pertama, sikap matematika, kedua, metode memikirkan matematika, dan ketiga, konten matematika.
Berpikir matematika juga merentang berpikir matematika pada dimensinya. Artinya, ada berpikir matematika di tingkat sekolah/material, atau perguruan tinggi/formal.
Secara umum, sikap matematika ditunjukkan oleh indikator adanya rasa senang dan ikhlas untuk mempelajari matematika, sikap yang mendukung untuk mempelajari matematika, pengetahuan yang cukup untuk mempelajari matematika, rasa ingin tahu, kemamuan untuk bertanya, untuk memperoleh keterampilan dan pengalaman matematika.
Secara pragmatis, kita dapat menyatakan bahwa matematika adalah himpunan dari nilai kebenaran yang terdiri dari teorema-teorema beserta bukti-buktinya.
Sementara itu, filsafat matematika muncul ketika kita meminta pertanggungjawaban akan kebenaran matematika. Oleh karena itu, filsafat matematika merupakan pandangan yang memberikan gambaran penting dan menerangkan secara tepat bagaimanakah seseorang dapat mengerjakan matematika.
Perbedaan filsafat matematika yang dianut akan menyebabkan perbedaan praktik dan hasil pendidikan matematika. Implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika merupakan implikasi dari kesadaran akan pentingnya refleksi kegiatan matematika melalui kajian matematika dan pendidikan matematika pada berbagai dimensinya.
Dengan demikian implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika mengandung makna seberapa jauh kita mampu melakukan kegiatan dalam rentang niat, sikap, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman matematika, pendidikan matematika, dan pembelajaran matematika.
Implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika dapat dicapai atas dasar pemahaman tentang pengetahuan matematika yang bersifat objektif dan pelaku matematika yang bersifat subjektif di dalam usahanya untuk memperoleh justifikasi tentang kebenaran matematika melalui kreasi, formulasi, representasi, publikasi dan interaksi.
Secara eksplisit implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika mendasarkan pada :
(1) pengetahuan matematika pada berbagai dimensinya, yang meliputi hakikat, pembenaran, dan kejadiannya,
(2) objek matematika pada berbagai dimensinya yang meliputi hakikat dan asal-usulnya,
(3) penggunaan matematika formal yang meliputi efektivitasnya dalam sains, teknologi, dan ilmu lainnya, serta
(4) praktik matematika pada berbagai dimensi secara lebih umum termasuk aktivitas para matematikawan atau aktivitas matematika para siswa SD.
C.Pendidikan Matematika dan Pendidikan Karakter
Secara umum diakui bahwa isi dan metode matematika formal, karena hakikatnya, membuat matematika menjadi abstrak, umum, formal, objektif, rasional, dan teoretis. Ini adalah hakikat ilmu pengetahuan dan matematika.
Dengan pendekatan ini kaum absolutis membangun matematika formal yang dianggapnya sebagai netral dan bebas nilai (Shirley, 1986). Hal-hal yang terikat dengan implikasi sosial dan nilai-nilai yang menyertainya, secara eksplisit, dihilangkannya.
Para absolutis teguh pendiriannya dalam memandang secara objektif kenetralan matematika formal. Tetapi dalam kenyataannya, nilai-nilai yang terkandung dalam hal-hal tersebut di atas, membuat masalah-masalah tidak dapat dipecahkan. Hal ini disebabkan karena mendasarkan hal-hal yang bersifat formal saja hanya dapat menjangkau pada pembahasan bagian luar dari matematika itu sendiri.
Matematika yang dipromosikan itu sendiri secara implisit sebetulnya mengandung nilai-nilai. Abstrak adalah suatu nilai terhadap konkret, formal suatu nilai terhadap informal, objektif terhadap subjektif, pembenaran terhadap penemuan, rasionalitas terhadap intuisi, penalaran terhadap emosi, hal-hal umum terhadap hal-hal khusus, teori terhadap praktik, kerja dengan pikiran terhadap kerja dengan tangan, dan seterusnya.
Jika berkehendak menerima kritik yang ada, sebetulnya pandangan mereka tentang matematika formal yang netral dan bebas nilai juga merupakan suatu nilai yang melekat pada diri mereka dan sulit untuk dilihat.
Kaum social constructivits memandang bahwa matematika merupakan karya cipta manusia melalui kurun waktu tertentu. Semua perbedaan pengetahuan yang dihasilkan merupakan kreativitas manusia yang saling terkait dengan hakikat dan sejarahnya.
Akibatnya, matematika dipandang sebagai suatu ilmu pengetahuan yang terikat dengan budaya dan nilai penciptanya dalam konteks budayanya.
Sejarah matematika adalah sejarah pembentukannya, tidak hanya yang berhubungan dengan pengungkapan kebenaran, tetapi meliputi permasalahan yang muncul, pengertian, pernyataan, bukti dan teori yang dicipta, yang terkomunikasikan dan mengalami reformulasi oleh individu-individu atau suatu kelompok dengan berbagai kepentingannya.
Pandangan demikian memberi konsekuensi bahwa sejarah matematika perlu direvisi. Dengan demikian, pemikiran kaum social constructivist mengarah kepada kebutuhan matematika material.
Kaum absolutis berpendapat bahwa suatu penemuan belumlah merupakan matematika dan matematika modern merupakan hasil yang tak terhindarkan.
Namun, bagi kaum ‘social constructivist’ matematika modern bukanlah suatu hasil yang tak terhindarkan, melainkan merupakan evolusi hasil budaya manusia.
Joseph (1987) menunjukkan betapa banyaknya tradisi dan penelitian pengembangan matematika berangkat dari pusat peradaban dan kebudayaan manusia.
Sejarah matematika perlu menunjuk matematika, filsafat, keadaan sosial dan politik yang bagaimanakah yang telah mendorong atau menghambat perkembangan matematika.
Sebagai contoh, Henry dalam Ernest (1991: 34) mengakui bahwa calculus dicipta pada masa Descartes, tetapi dia tidak suka menyebutkannya karena ketidaksetujuannya terhadap pendekatan infinitas.
Restivo, MacKenzie dan Richards dalam Ernest (1991 : 203) menunjukkan betapa kuatnya hubungan antara matematika dengan keadaan sosial; sejarah sosial matematika lebih tergantung kepada kedudukan sosial dan kepentingan pelaku dari pada kepada objektivitas dan kriteria rasionalitasnya.
Kaum social constructivist berangkat dari premis bahwa semua pengetahuan merupakan karya cipta. Kelompok ini juga memandang bahwa semua pengetahuan memiliki landasan yang sama, yaitu ‘kesepakatan’.
Baik dalam hal asal-usul maupun pembenaran landasannya, pengetahuan manusia memiliki landasan yang merupakan kesatuan, dan oleh karena itu semua bidang ilmu pengetahuan manusia saling terikat satu dengan yang lain.
Akibatnya, sesuai dengan pandangan kaum social constructivist, matematika tidak dapat dikembangkan jika tanpa terkait dengan pengetahuan lain, dan yang secara bersama-sama memunyai akarnya.
Dengan sendirinya matematika tidak terbebaskan dari nilai-nilai dari bidang pengetahuan yang diakui karena masing-masing terhubung olehnya.
Karena matematika terkait dengan semua pengetahuan diri manusia (subjektif), jelaslah bahwa matematika tidak bersifat netral dan bebas nilai.
Dengan demikian matematika memerlukan landasan sosial bagi perkembangannya (Davis dan Hers dalam Ernest 1991 : 277-279).
Dengan demikian hakikat mempelajari matematika adalah mempertemukan pengetahuan subjektif dan objektif matematika melalui interaksi sosial untuk menguji dan merepresentasikan pengetahuan-pengetahuan baru yang telah diperolehnya.
Di dalam usahanya untuk memperoleh atau mempelajari pengetahuan objektif matematika, siswa mungkin perlu mengembangkan prosedur, misalnya : mengikuti langkah yang dibuat orang lain, membuat langkah secara informal, menentukan langkah awal, menggunakan langkah yang telah dikembangkan, mendefinisikan langkah sehingga dapat dipahami orang lain, membandingkan berbagai langkah, dan menyesuaikan langkah.
Melalui langkah-langkah demikian, siswa akan memperoleh konsep matematika yang telah teraktualisasi dalam dirinya sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan matematikanya bersifat subjektif.
Namun, dalam beberapa hal, pengetahuan subjektif matematikanya belum tentu sesuai dengan pengetahuan objektifnya.
Untuk mengetahui apakah pengetahuan subjektif matematikanya telah sesuai dengan pengetahuan objektifnya, siswa perlu diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan publikasi.
Kegiatan publikasi matematika dalam praktiknya dapat berupa tugas-tugas yang diberikan oleh guru, pekerjaan rumah, membuat makalah, atau pun mengikuti ujian.
Interaksi sosial di antara para siswa dan guru akan dapat memberikan kegiatan kritisisasi untuk pembetulan konsep-konsep sehingga siswa akan memperoleh perbaikan konsep, dan akhirnya pengetahuan subjektif matematikanya telah sama dengan pengetahuan objektifnya.
Hubungan antara pengetahuan objektif dan pengetahuan subjektif matematika dan langkah-langkah implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika dapat diturunkan dari konsep yang diadaptasi dari Ernest.P (1991) sebagai berikut.
D.Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Matematika
Hartman (1942) menggariskan bahwa apa pun tentang objek pikir, termasuk matematika, selalu memunyai nilai meliputi empat hal: nilai dikarenakan maknanya, nilai dikarenakan tujuan atau manfaatnya, nilai dikarenakan fungsinya dan nilai dikarenakan keunikannya.
Agar dapat dilakukan usaha implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika di sekolah, seyogyanya kita menggunakan dimensi matematika material atau matematika pada dimensi transisi menuju matematika formal.
1.Pendidikan Karakter dan Hakikat Matematika Sekolah
Implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika di sekolah dapat diawali dengan mendefinisikan hakikat matematika sekolah.
Ebbutt dan Straker (1995) mendefinisikan matematika sekolah sebagai:
(1) kegiatan matematika merupakan kegiatan penelusuran pola dan hubungan,
(2) kegiatan matematika memerlukan kreativitas, imajinasi, intuisi dan penemuan, (3) kegiatan dan hasil-hasil matematika perlu dikomunikasikan,
(4) kegiatan problem solving merupakan bagian dari kegiatan matematika,
(5) algoritma merupakan prosedur untuk memperoleh jawaban-jawaban persoalan matematika, dan
(6) interaksi sosial diperlukan dalam kegiatan matematika.
Implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika di sekolah dapat menekankan kepada hubungan antarmanusia dan menghargai adanya perbedaan individu baik dalam kemampuan maupun pangalaman.
Matematika dipandang sebagai kebenaran absolut dan pasti, tetapi peran individu sangat menonjol dalam pencapaiannya.
Tetapi, siswa dapat dipandang sebagai makhluk yang berkembang (progress). Oleh karena itu matematika dipandang secara lebih manusiawi yang antara lain dapat dianggap sebagai bahasa, dan kreativitas manusia.
Pendapat pribadi dihargai dan ditekankan. Siswa memunyai hak individu untuk melindungi dan mengembangkan diri dan pengalamannya sesuai dengan potensinya.
Kemampuan mengerjakan soal-soal matematika adalah bersifat individu. Teori belajar berdasarkan anggapan bahwa setiap siswa berbeda antara satu dengan lain dalam penguasaan matematika.
Siswa dianggap memunyai kesiapan mental dan kemampuan yang berbeda-beda dalam mempelajari matematika. Oleh karena itu, setiap individu memerlukan kesempatan, perlakuan, dan fasilitas yang berbeda-beda dalam mempelajari matematika.
Implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika dan pembelajaran matematika berimplikasi kepada fungsi guru sebagai fasilitator sebaik-baiknya agar siswa dapat mempelajari matematika secara optimal.
Matematika dipandang bukan untuk diajarkan oleh guru, tetapi untuk dipelajari oleh siswa. Siswa ditempatkan sebagai titik pusat pembelajaran matematika.
Guru bertugas menciptakan suasana, menyediakan fasilitas, dan lainnya, sedang peranan guru lebih bersifat sebagai manajer daripada pengajar.
Pembelajaran dilakukan dalam suasana yang kondusif, yaitu suasana yang tidak begitu formal.
Siswa mengerjakan kegiatan matematika yang berbeda-beda dengan target yang berbeda-beda.
Guru memunyai tiga fungsi utama yaitu: sebagai fasilitator, sumber ajar dan pemonitor kegiatan siswa.
Dengan demikian, guru dapat mengembangkan metode pembelajaran secara bervarisasi: ceramah, diskusi, pemberian tugas, seminar, dan sebagainya. Sumber belajar atau referensi merupakan titik sentral dalam pembelajaran matematika.
Variasi sumber belajar atau referensi diperlukan termasuk buku-buku, jurnal, dan akses ke internet. Penilaian dilakukan dengan pendekatan asesmen, portofolio, atau autenthic assessment.
2.Hermenitika Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Matematika
Unsur dasar hermenitika implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika adalah kegiatan mengomunikasikan matematika pada berbagai dimensi.
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai berbagai bentuk vitalitas potensi-potensi relational antara subjek-subjek, subjek-objek, objek-subjek atau objek-objek. Bentuk vitalitas memiliki makna kesadaran dan perubahan ke dalam, paralel atau keluar dari diri potensi.
Oleh karena itu salah satu sifat vitalitas adalah sifat relational dan sifat penunjukkan kepada subjek atau objek di dalam, paralel atau diluar dirinya.
Maka, terbentuklah suatu relasi yang bersifat fungsional diantara subjek-subjek atau objek-objek.
Sifat penunjukkan terhadap subjek atau objek selain dirinya disebut juga sebagai sifat determine.
Satu-satunya substansi yang tidak dapat dihilangkan dari relasi penunjukkan atau determine adalah “sifat”.
Jadi, untuk dapat memahami secara ontologis hakikat komunikasi matematika, kita harus dapat memahami sifat, bukan sebagai sifat, tetapi sifat sebagai subjek dan sifat sebagai objek.
Jika sifat-sifat sudah melekat pada subjek atau objeknya, maka kita dapat mengatakan sebagai ciri-ciri subjek atau ciri-ciri objek berdasar sifat-sifatnya.
Jadi komunikasi matematika merupakan bentuk vitalitas dari potensi korelational yang memunyai sifat-sifat penunjukkan atau determine, yaitu terkarakterisasikannya sifat-sifat yang terjunjuk berdasar sifat-sifat penunjuk.
Dimensi komunikasi ditentukan oleh sifat apakah sifat dari subjek atau objeknya memunyai sifat dengan arah ke dalam, arah paralel, atau arah ke luar.
Dimensi komunikasi juga ditentukan oleh banyaknya satuan potensi matematika yang terlibat dan ragam vitalitas yang diakibatkan.
Secara harfiah, kristalisasi dimensi komunikasi matematika memberikan makna adanya komunikasi material matematika, komunikasi formal matematika, dan komunikasi normatif matematika.
a.Pendidikan karakter melalui komunikasi material matematika
Komunikasi material matematika didominasi oleh sifat horisontal arah vitalitasnya.
Dilihat dari segi keterlibatannya, jumlah satuan potensi yang terlibat adalah bersifat minimal jika dibandingkan dengan komunikasi dari dimensi yang lainnya.
Maka, sebagian orang dapat memperoleh kesadaran bahwa komunikasi material matematika adalah komunikasi dengan dimensi paling rendah.
Sifat korelasional sejajar memiliki makna kesetaraan antara subjek atau objek komunikasi. Implikasi dari kesetaraan subjek dan objek adalah bahwa mereka memiliki posisi yang paling lemah dalam sifat penunjukannya.
b.Pendidikan Karakter melalui Komunikasi Formal Matematika
Komunikasi formal matematika didominasi oleh sifat-sifat korelasional ke luar atau ke dalam dari vitalitas potensinya.
Korelasi ke luar atau ke dalam memunyai makna perbedaan antara sifat-sifat yang di luar dan sifat-sifat yang di dalam.
Korelasi antara perbedaan sifat itulah yang menentukan sifat dari subjek atau objek komunikasinya.
Implikasi dari perbedaan sifat-sifat subjek atau sifat-sifat objek memberikan penguatan adanya perbedaan sifat penunjukan.
Vitalitas dari subjek matematika dengan potensi lebih besar akan mengukuhkan dirinya tetap bertahan sebagai subjek, sedangkan vitalitas dari subjek dengan potensi lebih kecil akan menggeser peran subjek dirinya menjadi peran objek bagi subjeknya.
Intuisi two-oneness akan membantu subjek matematika untuk memahami objek matematika.
c.Pendidikan Karakter melalui Komunikasi Normatif Matematika
Komunikasi normatif matematika ditandai dengan meluruhnya sifat-sifat penunjukan korelasionalitas penunjukannya pada diri subjek dan objeknya.
Namun demikian, komunikasi dikatakan memunyai dimensi yang lebih tinggi dikarenakan keterlibatan satuan-satuan potensinya lebih banyak, lebih luas, dan lebih kompleks.
Meluruhnya sifat penunjukan korelasional horisontal bukan disebabkan oleh lemahnya potensi dan vitalitas komunikasi, tetapi semata-mata dikarenakan luasnya jangkauan dan keterlibatan satuan-satuan potensi dan vitalitas baik pada diri subjek maupun objek.
Maka, pada komunikasi normatif dapat dideskripsikan sifat-sifat pada subjek dan objeknya sebagai subjek yang memunyai potensi dan vitalitas matematika yang tinggi, tetapi memunyai korelasional horisontal yang rendah.
Dapat dimengerti bahwa pada komunikasi normatif matematika, sifat-sifat korelasional ke dalam dan keluar bersifat semakin kuat. Mereka semakin kuat jika dibandingkan pada komunikasi material ataupun komunikasi formal.
Keadaannya dapat digambarkan sebagi suatu gencatan senjata atau cease fire di antara potensi dan vitalitas matematika ke dalam dan ke luarnya.
Struktur komunikasi demikian ternyata merupakan struktur komunikasi yang lebih banyak mampu menampung karakteristik subjek atau objek komunikasi matematika.
Komunikasi normatif matematika ditandai adanya sifat-sifat ideal yang abstrak dari potensi dan vitalitas subjek dan objek matematika, misalnya keadaan baik atau buruknya matematika, pantas atau tidak pantasnya matematika, seyogyanya atau tidak seyogyanya matematika, bermanfaat atau tidaknya konsep matematika, dan seterusnya.
d.Pendidikan Karakter melalui Komunikasi Spiritual Matematika
Sifat-sifat korelasional keluar dari konsep matematika menunjukkan keadaan semakin jelas dan tegasnya apakah dalam bentuk ke luar ke atas atau ke luar ke bawah.
Korelasionalitas potensi dan vitalitas matematika ke atas akan mentransformasikan bentuk komunikasi ke dimensi yang lebih atas yaitu komunikasi spiritual matematika.
Di pihak lain, korelasional potensi dan vitalitas ke bawah akan mentransformasikan bentuk komunikasi matematika ke dimensi yang lebih bawah, yaitu komunikasi formal matematika atau komunikasi material matematika.
Maka komunikasi spiritual matematika menampung semua komunikasi yang ada dan yang mungkin ada. Komunikasi ke dalam akan memberikan sifat penunjukan absolut bagi subjek dan objek matematika.
Komunikasi ke luar ke atas akan meluruhkan semua sifat subjek dan objek matematika sehingga dicapai keadaan subjek dan objek komunikasi dengan sifat tanpa sifat.
Keadaan subjek dengan sifat tanpa sifat itu adalah keadaan di mana subjek dan objek komunikasi juga meluruh ke dalam keadaan di mana subjek dan objek matematika yang tidak dapat dibedakan lagi.
Artinya, tiada subjek dan objek komunikasi matematika pada tataran metafisik dari komunikasi spiritual dapat diidentifikasi dengan menggunakan hubungan korelasional potensi dan vitalitas subjek dan objek.
Hubungan korelasional ke dalam kemudian mentransformaikans semua potensi dan vitalitas matematika ke dalam subjek absolut.
Subjek absolut merupakan subjek dengan dimensi tertinggi yang mengatasi segala subjek dan objek komunikasi sekaligus juga mengatasi semua jenis komunikasi yang ada dan yang mungkin ada.
E.Pendidikan Karakter di dalam Pengembangan dan Inovasi Pendidikan Matematika
Implementasi pendidikan karakter di dalam kaitannya dengan pengembangan dan inovasi pendidikan matematika dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan yang mencakup semua aspek pembelajaran matematika.
Berbagai persoalan dan tantangan akan timbul sesuai dengan konteks ruang dan waktu dimana pembelajaran matematika itu diselenggarakan.
Berikut adalah butir-butir yang dapat digunakan sebagai bahan renungan dan kajian lebih lanjut:
1)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter dalam pengembangan PBM matematika yang menekankan kepada proses?
2)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui pembelajaran matematika kooperatif learning?
3)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter dalam belajar kelompok matematika?
4)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui belajar matematika di luar kelas?
5)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui permainan matematika?
6)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui variasi model pembelajaran matematika?
7)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui pemanfaatan benda-benda konkret dalam PBM matematika?
8)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter dalam pembelajaran kontekstual matematika?
9)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui pemanfaatan alam sekitar dalam PBM matematika?
10)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui team teaching matematika?
11)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter dengan cara mendorong inisiatif siswa dalam PBM matematika?
12)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter dengan cara meningkatkan peran siswa dalam PBM matematika?
13)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui pengembangan variasi sumber belajar matematika?
14)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui pemanfaatan alat peraga matematika?
15)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter berbagai percobaan matematika?
16)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter dalam perencanaan pembelajaran matematika yang inovatif?
17)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter pada diskusi matematika?
18)Bagaimanakah guru mampu memonitor aspek pendidikan karakter dalam PBM matematika?
19)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter dalam lesson study pembelajaran matematika?
20)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui kegiatan presentasi siswa?
21)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui kemandirian belajar matematika?
22)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui peningkatan peran fasilitator guru?
23)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter dalam kegiatan asesment matematika?
24)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui kegiatan remedial matematika?
25)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter pada kegiatan apersepsi siswa?
26)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan melalui variasi interaksi dan komunikasi matematika?
27)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui peningkatan kreativitas siswa?
28)Bagaimanakah mewujudkan portfolio pendidikan karakter dalam PBM matematika?
29)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui kegiatan konstruksi konsep-konsep matematika secara mandiri?
30)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter melalui matematika realistik?
31)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter dalam kegiatan refleksi siwa?
32)Bagaimanakah mengembangkan instrument observasi pendidikan karakter dalam PBM matematika?
33)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter yang selaras dengan konsep “Education is for All?”
34)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter sesuai dengan kebutuhan belajar matematika siswa?
35)Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter dalam pengembangkan LKS pembelajaran matematika?
E. Kesimpulan
Untuk dapat mengimplementasikan pendidikan karakter dalam pendidikan matematika diperlukan pemahaman tentang makna karakter, karakter bangsa, matematika dan pendidikan matematika pada berbagai dimensi.
Dimensi makna karakter dalam pendidikan matematika dapat dilihat dari sisi dimensi karakter matematika, karakter pendidikan matematika yang meliputi karakter guru matematika dan karakter siswa belajar matematika, baik untuk contoh-contoh konkret maupun bentuk-bentuk idealnya.
Pengembangan karakter dalam pendidikan matematika dapat dilaksanakan dengan mengembangkan komunikasi material, komunikasi formal, komunikasi normative, dan komunikasi spiritual.
Dalam kaitannya dengan pengembangan pendidikan karakter dalam pendidikan matematika, kita memerlukan pendekatan yang lebih cocok dengan dunia siswa belajar matematika.
Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan karakter dalam pendidikan matematika ditentukan seberapa jauh kita mampu mendefinisikan dan mengimplementasikan konsep dasar matematika sekolah.
Matematika sekolah yang cocok dengan pendidikan karakter antara lain menganggap matematika sebagai kegiatan menelusuri pola-pola, kegiatan penelitian atau investigasi, kegiatan pemecahan masalah, dan kegiatan komunikasi.
Pada akhirnya, implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika diharapkan dapat berkontribusi pada keunggulan bangsa melalui inovasi pembelajran matematika yang dilakukan secara terusmenerus baik secara instrinsik, ekstrinsik, atau sistemik.
DAFTAR PUSTAKA
Ebbutt, S dan Straker, A., 1995, Children and Mathematics: A Handbook for Teacher, London: Collins Educational.
Ernest, P., 1991, The Philosophy of Mathematics Education, London: The Falmer Press.
Kant, I., 1781, “The Critic Of Pure Reason: SECTION III. Systematic Representation of all Synthetical Principles of the Pure Understanding” Translated By J. M. D. Meiklejohn, Diunduh tahun 2003
Shirley, 1986, Mathematics Ideology, London : The Falmer Press
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Mengingat tantangan di era globalisasi yaitu semakin banyaknya perkembangan teknologi yang canggih dan maju, di mana persiapan yang harus dilakukan oleh generasi emas untuk menghadapi era tersebut adalah bagaimana siswa mampu untuk mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam berbagai bidang khususnya bidang matematika seperti karakter bangsa, karakter matematika dan pendidikan matematika. Karena pendidikan karakter juga merupakan salah satu hal yang harus ditanamkan kepada siswa yang mana dimensi karakter tersebut meliputi karakter guru matematika dan karakter siswa belajar matematika.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb
Karakter dalam pendidikan matematika dapat dilihat dari sisi karakter matematika, karakter pendidikan matematika yang meliputi karakter guru dan siswa. Dalam mengembangkan karakter dalam pendidikan matematika kita memerlukan pendekatan yang cocok untuk siswa. Matematika sekolah yang cocok dengan pendidikan karakter salah satunya yaitu kegiatan komunikasi. Sebagai seorang pendidik harus dapat berkomunikasi dengan baik kepada siswanya. Dalam menyisipkan pendidikan karakter dalam suatu pembelajaran juga harus memperhatikan kapan dan bagaimana dalam menyampaikannya. Jika hal tersebut disampaikan pada waktu yang tidak tepat dan dengan cara yang kurang sesuai maka tidak akan menimbulkan efek yang bermanfaat. Oleh kaena itu penting adanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa agar terjalin rasa memiliki dan rasa saling mengerti satu dengan yang lainnya sehingga pendidikan karakter yang berhasil diimplementasikan dapat memberikan dampak yang lebih baik.
Wassalamualaikum wr.wb.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Karakter yang merupakan ciri dari suatu hal misal karakter seseorang agar dikenali oleh orang terdekatnya. Bila dikaitkan dengan pendidikan, karakter itu sendiri akan di didik untuk menjadi lebih baik dan berguna untuk sesama nantinya. Perlu usaha lebih untuk mengembangkan pendidikan karakter di diri seseorang, karena diri sendiri perlu melakukan pendidikan karakter juga. Seperti guru dan siswa di mana guru memberikan pendidikan karakter kepada siswa untuk kepentingan siswa nantinya bila sudah keluar dari dunia persekolahan dan memasuki dunia kerja. Guru melakukan pendidikan karakter kepada siswa bisa terfokus pada matematika, maksudnya melalui salah satu mata pelajaran yaitu matematika bisa dilakukan pendidikan yang bisa bersifat mendidik karakter siswa. Karena maraknya pendidikan karakter di Indonesia saat ini, tidak hanya melalui segi psikologi tetapi meranah kepada mata pelajaran yang sesuai bidang guru yang akan melakukannya.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Pendidikan karakter dalam pendidikan matematika adalah topic yang menarik untuk diperbincangkan. Terlepas dari pendidikan matematika, pendidikan karakter sendiri mempunyai pengertian yang dalam dan amat mulia. Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik.
Sedangkan matematika adalah pelajaran esensial yang selalu ada disetiap jenjang/ tingkat pendidikan, bahkan pada pendidikan anak usia dini matematika sudah mulai diperkenalkan, hal tersebut menunjukkan bahwa matematika itu sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Mengingat betapa mulia nya tujuan pendidikan karakter dan betapa pentingnya pendidikan matematika maka diperlukan pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika. Pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas kemampuan matematika anak, karena nampaknya pembelajaran matematika yang senantiasa ada disetiap jenjang pendidikan tak mampu membuat semua siswa setidaknya menyukai matematika.
Jefri Mailool
ReplyDeletePEP 18701261002
Pendidikan karakter dalam keterpaduan pembelajaran dengan semua mata pelajaran sasaran integrasinya adalah materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar para siswa. Konsekuensi dari pembelajaran terpadu, maka modus belajar para siswa harus bervariasi sesuai dengan karakter masing-masing siswa.
Tiara Cendekiawaty
ReplyDelete18709251025
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Pendidikan karakter memang sedang digadang-gadang dalam dunia pendidikan sejak beberapa tahun yang lalu, tak terkecuali dalam pendidikam matematika. Seperti yang sudah dijelaskan, keberhasilan pendidikan karakter dalam pendidikan matematika ditentukan seberapa jauh kita mampu mendefinisikan dan mengimplementasikan konsep dasar matematika sekolah. Untuk itu, perlu pemahaman tentang konsep dasar matematika sekolah yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya sehingga dapat diimplementasikan dengan baik. Pendidikan karakter matematika mencerminkan bagaimana matematikja itu sendiri.
Nani Maryani
ReplyDelete18709251008
S2 Pendidikan Matematika (A) 2018
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Pendidikan karakter merupakan sebuah sistem yang menanamkan nilai karakter pada peserta didik yang berisi komponen pengetahuan, kesadaran tiap individu, tekad, dan kemauan untuk melaksanakan nilai-nilai baik terhadap Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan bangsa. Beberapa karakter yang dikembangakan dalam pembelajaran matematika adalah sikap teliti, cermat, dan hemat, sikap jujur, tegas dan bertanggung jawab, sikap pantang menyerah dan percaya diri, dll.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pendidikan karakter adalah hal yang sangat penting dalam pendidikan di Indonesia. Siswa yang berpendidikan tidak boleh hanya menang pintarnya saja, tetapi siswa di Indonesia juga harus memiliki karakter bangsa Indonesia yang luhur. Jangan sampai menjadi orang yang mendapatkan ilmu di tanah Indonesia tetapi lupa dengan langit Indonesia
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat siang Prof.
Pendidikan karakter dalam pendidikan matematika dapat dicapai melalui pengetahuan, pelaku, dan cara mengimplementasikan pengetahuan tersebut. Pengetahuan yang diperoleh seharusnya mampu memberikan kesan kepada pelaku. Hal ini diperlukan agar pelaku mampu mengimplementasikan apa yang diperolehnya. Pendidikan karakter berarti mampu mengenal diri sendiri dengan ikhlas. Keikhlasan yang muncul dari dalam hati mengibaratkan penerimaan terhadap kondisi diri sendiri tersebut. Ketika mampu menerima diri, artinya mampu menguasai diri sehingga dapat menggunakan pengetahuan tersebut dalam mengimplementasikannya sesuai dengan ruang dan waktunya. Terima kasih.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
PEP S3
Untuk dapat mengembangkan pendidikan karakter, maka, hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami makna karakter itu sendiri. Tentu saja tidak bisa kita mengembangkan pendidikan karakter tanpa mengetahui apa itu karakter.
Anggoro Yugo Pamungkas
ReplyDelete18709251026
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Berdasarkan artikel diatas, antara matematika dan pendidikan karakter mempunyai hubungan. Dimana hubungannya yaitu, matematika seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang mengerikan oleh siswa, tetapi dengan adanya pendidikan karakter, diharapkan siswa yang tdi membenci matematika, mereka dapat berubah haluan untuk tidak membenci matematika. Sebagai seorang guru, jangan hanya menjadi guru pengajar materi pelajaran, tetapi jadi guru yang dapat menjadi pengajar dan menjadi pendidik. Karena menurut saya antara pengajar dan pendidik itu punya makna yang berbeda. pengajar meberikan pelajaran, dan pendidik memberikan ajaran karakter. Dimana harapannya siswa dapat menjadi karakter yg baik untuk masa depan, khususnya dalam pelajaran matematika menjadi menyukai matematika.
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Pendidikan karakter sangat penting dalam proses pembelajaran di kelas. Terutama dalam matematika, contoh dalam proses pembelajaran kelompok di kelas siswa diajarkan bagaimana mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya, rasa ingin bekerja sama dengan sesama untuk menyelesaikan persoalan mate Sikap sikap seperti itulah yang membantu menumbuhkan pendidikan karakter seorang siswa.
Sintha Sih Dewanti
ReplyDelete18701261013
PPs S3 PEP UNY
Pada artikel ini disampaikan bahwa “Prinsip-prinsip dasar pengembangan pendidikan karakter dalam pendidikan matematika meliputi berbagai proses yang secara hirarkhis merentang mulai dari kesadaran diri dan lingkungan, perhatian, rasa senang dan rasa membutuhkan disertai dengan harapan ingin mengetahui, dan seterusnya”. Kuncinya dalam pengembangan pendidikan karakter ada pada kesadaran diri. Kita bisa memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika 2018
Pendidkan karakter merupakan hal yang penting dalam sebuah pendidikan. Dalam mengembangkan pendidikan karakter diperlukan pendekatan yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Salah satu hal yang sesuai dalam pengembangan karakter dalam pendidikan matematika yaitu kegiatan mengomunikasikan. Kegiatan ini bersifat mengomunikasikan lambang bilangan yang sesuai. Melalu hal tersebut dapat terbentuk karakter siswa yaitu siswa menjadi lebih solutif dalam menyelesaikan masalah, mengenal konsep dasar dari suatu ilmu dan akar dari suatu permasalahan, dan bagaimana siswa dapat mengimunikasikan matematika menggunakan bahasa matematika yang tepat.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Kurikulum baru akan bernasib sama dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya jika antara lain tidak dikawal dengan paradigma pembelajaran yang tepat dan tidak ditangani oleh guru-guru yang profesional dan berpikiran inovatif. Pendidikan matematika, dan pendidikan formal pada umumnya, cenderung menghasilkan lulusan yang mempunyai banyak pengetahuan faktual, namun masih terbilang kurang dalam kemampuan berpikir, dan kepribadian, termasuk kurang berani mengambil keputusan, dan kurang berani bertanggung jawab atas tindakan yang telah dilakukan.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Pendidikan karakter dalam pendidikan matematika harus nampak dalan setiap langkah langkah dalam model pembelajaran baik dari pendahulunya, kegiatan inti sampai pada penutup. Dalam kegiatan pendahuluan contohnya dalam melakukan apersepsi seharus masalah yang diambil memunculkan karakter misalnya tentang seorang ilmuwan yang menemukan teori tersebut. Karakter yang baik dari ilmuwan harus di munculkan. Dalam kegiatan inti, hal paling sederhana adalah menambahkan kata kata motivasi dalam LKS, sedangkan dalam kegiatan penutup harus juga pendidikan karakter dimunculkan misalnya penguatan karakter yang guru munculkan dikegiatan pendahuluan.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Jaman dulu dan jaman sekarang jauh berbeda bila bahasannya tentang pendidikan, karena menurut cerita para orangtua pendidikan jaman dulu sulit untuk dilakukan dan bila sudah termasuk dalam siswa di sekolah maka akan berhadapan dengan para guru kiler yang tidak kenal ampun untuk menghukum siswa yang kurang dalam perilaku maupun belajarnya. Sehingga, kedisiplinan dalam pendidikan jaman dulu tidak perlu diragukan. Sekarang pada jaman sekarang banyak sekali anak sekolah yang semena-mena mengabaikan aturan di sekolah dan bila dihukum maka dianggap guru yang buruk. Begitu pentingnya menjunjung pendidikan karakter pada usia anak sekolah sejak dini bahkan di rumah pun pasti harus diwajibkan pendidikan karakter oleh orangtua. Bukannya memaksa untuk dibentuk kepribadian yang tidak sesuai keinginan siswa, tetapi mengarahkan untuk berpikir secara logis dan secara manusiawi bagaimana dampak perilaku di masa mendatang.
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Tulisan ini mengkaji aspek yang menurut saya sering dilupakan namun coba untuk diangkat kepermukaan, yaitu tentang pendidikan karakter. Seringkali, aspek yang dianggap terutama dalam pendidikan adalagh aspek kognitif dan menyamarkan aspek sikap ataupun karakter siswa, dalam penerapannya pada pembelajaran matematika, perlu adanya pemahaman guru yang ditinjau dari berbagai dimensi. Pelaksanaan untuk mencapai pendidikan berkarakter juga cukup efektif apabila menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran dimana hal ini membutuhkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Seperti yang disampaikan pada tulisan di atas bahwa pendidikan karakter dalam pendidikan matematika merupakan potensi sekaligus fakta yang harus menjadi bagian tidak terpisahkan bagi setiap insan pengembang pendidikan, baik pendidik, tenaga pendidik maupun pengambil kebijakan pendidikan. Karakter yang dimaksudkan adalah kemampuan siswa dalam berpikir untuk membedakan yang baik dan benar, mengalami emosi-emosi moral, melibatkan diri dalam tindakan-tindakan yang mengarah ke sesuatu yang baik.
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Berdasarkan postingan tersebut, terdapat kaitan antara pendidikan karakter dalam pendidikan matematika. Misalnya saja, karakter dalam pendidikan matematika dapat dilaksanakan dengan mengembangkan komunikasi. Mengapa demikian? Karena matematika yang dasarnya sebuah symbol kesepakatan yang diawali dengan komunikasi bahwa matematika meupakan pendidikan yang universal. Untuk itu, karakter dalam pendidikan matematika dapat dikembangkan mulai dari komunikasi material, formal, normative, dan spiritual.
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Pendidikan matematika yang sekarang mengikuti arah kemajuan dengan mengembangkan pendidikan karakter dapat didukung dengan adanya pendekatan. Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik yang mengunggulkan 5M yaitu mengamati, menanya, mencari informasi, mengasosiasi, serta menyimpulkan. Pendekatan tersebut, diharapkan dapat menciptakan karakter dalam pendidikan matematika.
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Selain hal trsebut, tanpa adanya implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika tidak akan terlaksana tanpa kita mengenal konsep dasar dari matematika itu sendiri. Matematika yang menantang untuk dipecahakan persoalannya mulai bagaimana mengetahui pola-polanya, kemudian menemukan konsepnya. Dengan hal tersebut, siswa yang melakukannya akan menumbuhkan rasa ingin tahu yang merupakan salah satu dari pendidkan karakter dalam pendidkan matematika.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Pendidikan karakter dalam pendidikan matematika diharapkan dapat berkontribusi pada keunggulan bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan pendidikan karakter tersebut dapat diwujudkan dalam belajar kelompok matematika. Pembelajaran kelompok matematika dapat menanamkan karakter-karakter pada siswa seperti saling menghargai pendapat diantara anggota kelompok, menyatukan pemikiran melalui pengambilan keputusan secara bersama-sama, dan lainnya.
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Karakter merupakan sifat yang mempengaruhi pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki oleh makhluk hidup. Dengan demikian, karakter merupakan suatu yang penting karena berdampak pada banyak hal. Karakter dapat dan harus dikembangkan melalui pendidikan, tidak terkecuali di dalam pendidikan matematika. Meski demikian, implementasi pendidikan karakter harus memperhatikan berbagai aspek. Menurut bacaan tersebut, implementasi pendidikan karakter harus memahami makna karakter, karakter yang sesuai dengan bangsa, dan lain sebagainya beserta dimensinya. Dalam pendidikan matematika, keberhasilan pendidikan karakter ditentukan seberapa jauh kita mampu mendefinisikan dan mengimplementasikan konsep dasar matematika sekolah.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Nilai-nilai pendidikan karakter sangatlah penting untuk diketahui dan dijalankan atau diterapkan oleh siswa. Karakter bukanlah sekedar permasalahan perilaku sehari atau dua hari. Karakter dalam diri seseorang butuh waktu dan proses untuk bisa terbentuk. Adanya pendidikan karakter adalah agar bisa mengarahkan karakter-karakter setiap orang agar menjadi lebih baik lagi. Dalam kegiatan pembelajaran matematika tentu adapula karakter-karakter yang diharapkan ada dalam diri masing-masing siswa.
Nur Afni
ReplyDelete18709251027
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dari elegi ini dapat disimpulkan bahwa sikap matematika ditunjukkan oleh indikator rasa senang dan ikhlas untuk belajarmatematika,dengan didukung pengetahuan yang cukup untuk mempelajari matematika, rasa ingin tahu, kemauan untuk bertanya, untuk memperoleh keterampilan dan pengalaman matematika. Secara pragmatis, kita dapat menyatakan bahwa matematika adalah himpunan dari nilai kebenaran yang terdiri dari teorema-teorema beserta bukti-buktinya. terimakasih
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Dalam mencerdeskan anak-anak bangasa tidak hnaya dibekali dengan pengetahuan kognitif saja, tapi juga perlu penanaman nila-nilai karakter, pendidikan karakter dalam pendidikan matematika harus dikembangkan dengan pendekatan yang sesuai dengan dunia siswa belajar matematika di sekolah. Pendidikan karakter berhasil ketika mampu membuat siswa menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari dan bertanggungjawab terhadap segala apa yang ia peroleh dari belajar matematika. Hal inilah yang sebenarnya menjadi tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Siswa tidak sekedar belajar, akan tetapi bisa tumbuh menjadi siswa yang berkarakter
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Pendidikan karakter sangat penting dalam dunia pendidikan. Bukan hanya dalam pendidikan matematika saja, namun seluruh bidang pendidikan. Mengingat bahwasannya zaman ini telah memiliki kemerosotan karakter di kalangan siswa. Pendidikan matematika memberikan pendidikan karakter dalam bentuk jujur, sopan, teliti, pantang menyerah, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha dengan segala cara untuk menempuh sesuatu yang diinginkan. Itu bisa dimasukan ke dalam pembelajaran matematika dalam bentuk soal-soal yang terkait dengan unsur pendidikan karakter.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Pendidikan karakter merupakan sesuatu yan sangat penting untuk diimplemenatsikan di Indonesia. Terlebih lagi salah satau yang menentukan kesuksesan seseorang adalaah karakter dari orang tersebut. Karakter dapat membantu seorang untuk menghadapi tantangan yang terjadi di era global. Untuk itu kita haruslah membekali siswa-siswi kita dengan pendidikan karakter untuk membantu mereka dalam menghadapi persaingan di masa depan. Terlebih lagi pendidikan karakter dalam pendidikan matematika. Agar dapat berhasil menerapkan pendidikan kareakter dalam matematika, terlebih dahulu guru haruslah menguasai matematika itu sendiri. Dalam pendidikan karakter matematika siswa juga harus mempercayai bahwa matematika merupakan ilmu yang dapat bermanfaat bagi mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Dea Armelia
ReplyDelete19709251072
S2 Pend. Matematika D 2019
Menanggapi berkaitan Bagaimanakah mewujudkan pendidikan karakter pada diskusi matematika? yaitu dengan siswa dilatih untuk menghargai dan mengkritisi pendapat orang lain, menghargai kesepakatan, dan berlatih mengemukakan pendapat dengan argumentasi yang kuat. Nilai-nilai ini sebenarnya merupakan bagian kompetensi sikap yang harus dicapai siswa sesuai dengan tuntutan dalam kompetensi inti pertama dan kedua (sikap spritual dan sosial).
Indra Kusuma Wijayanti
ReplyDelete18709251046
Pendidikan Matematika S2 C
Karakter merupakan bagian yang sangat penting bagi manusia, karena karakter merupakan cerminan dari pikiran dan hati manusia itu. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk membentuk bagaimana karakter seseorang. Pendidikan karakter menjadi perbincangan yang cukup menarik, hal ini didukung karena fakta di lapangan sikap sosial siswa menjadi kurang baik terhadap guru, ada beberapa kasus yang menunjukkannya. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk pembentukan individu yang memiliki etos kerja yang baik dan berbudi luhur. Pendidikan karakter dapat diterapkan melalui pendidikan Matematika. Setiap guru memang memiliki tanggung jawab dalam pembentukan karakter siswanya, sehingga guru matematikapun wajib memberikan pembelajaran yang mengarah pada pendidikan karakter. Pendidikan karakter melalui pembelajaran matematika erat kaitannya dengan hakikat matematika itu sendiri, bagaimana penyampaiannya dan bagaimana implementasi dalam kehidupan sosial.
Lovie Adikayanti
ReplyDelete19709251068
S2 Pendidikan Matematika D
Assalamualaikum wr.wb
Terima kasih Pak Prof. atas postingan artikel ini. Dari tulisan ini saya memahami bahwa dalam pelaksanaan pendidikan tidak hanya mementingkan pemahaman atau kecerdasan intelektual siswa saja, melainkan juga membentuk karakter siswa atau juga dikenal sebagai pendidikan karakter. Untuk dapat mengimplementasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika diperlukan pemahaman yang mendalam bagi guru tentang pendidikan matematika pada berbagai dimensi. Selain itu juga diperlukan kesiapan guru sebagai fasilitator bagi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, sehingga mampu membentuk siswa yang berkarakter.
Maka dalam pelaksanaannya, pembelajaran matematika dilaksanakan dengan pendekatan “student center”, dimana siswa ikut dilibatkan selama proses pembelajaran dengan mengikuti kegiatan menelusuri pola-pola, kegiatan penelitian atau investigasi, kegiatan pemecahan masalah dan kegiatan komunikasi.
Assalamu'alaykum wr wb
ReplyDeleteDwi Kawuryani
19709251061
Pendidikan Matematika S2 D
Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik. Nilai karakter yang ada pada pembelajaran matematika, adalah jujur, disiplin, kreatif, komunikatif, tanggung jawab, rasa ingin tahu, mandiri dan kerja keras.
Wassalamu'alaikum wr wb