The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Apr 19, 2013
Elegi Ritual Ikhlas 17 : Para Bagawat Berlomba Menjunjung Langit
Oleh Marsigit
Paralogos:
Wahai Transenden...tiada yang lebih asyik dari pada melihat kiprah para Bagawat. Kenapa para Bagawat itu menempati kedudukan istimewa. Kenapa sumua orang sangat menaruh perhatian kepada kiprahnya para Bagawat?
Transenden:
Wahai Paralogos..benar apa katamu. Mengapa para Bagawat itu menempati kedudukan istimewa? Karena tidak ¬mudah untuk memperoleh kedudukan dan status sebagai seorang Bagawat itu. Bagawat itu adalah perjuangan panjang. Bagawat itu adalah akumulasi pengalaman dan hidup. Bagawat adalah amanah pengemban ilmu tinggi. Bagawat adalah tanggung jawab dan previlage. Bagawat adalah nilai moral. Bagawat adalah hak prerogatif. Bagawat adalah ikhtiar prima. Bagawat adalah ketentuan dan takdir. Bagawat adalah penentu nasib. Bagawat adalah merah hijaunya masyarakat dan bangsanya. Bagawat adalah etik dan estetika. Bagawat adalah konsistensi dan komitmen. Bagawat adalah panutan dan pembimbing. Bagawat itu formal yang normatif. Bagawat itu normatif yang formal. Bagawat itu doa dan harapan. Bagawat itu mandiri dan sistemik. Bagawat itu hidup dan menghidupkan. Bagawat itu metafisik. Bagawat itu filsafat. Begawat itu mengatasi Ilmu Bidang. Bagawat itu Orang Tua Berambut Putih. Bagawat itu logos. Bagawat itu phenomenologi. Begawat itu hermenitika. Begawat itu tidak hanya kualitas primer, tetapi kualitas sekunder, tertier, kuarter, dst. Begawat itu tidak hanya dimensi satu, tetapi dimensi dua, dimensi tiga dan dimensi empat. Bagawat itu tidak hanya pengalaman tetapi para logos. Bagawat tidak hanya bertanya tetapi memutuskan. Begawat tidak hanya sintetik tetapi analitik. Begawat tidak hanya a posteriori tetapi juga a priori. Bagawat tidak hanya intrinsik, tetapi juga ekstrinsik dan sistemik. Bagawat tidak hanya dulu, sekarang dan yang akan datang, tetapi Bagawat itu adalah dulu yang sekarang, sekarang yang akan datang, dan yang akan datang sekarang. Bagawat tidak hanya local genious tetapi means of global. Begawat tidak hanya diam tetapi action. Begawat tidak hanya action tetapi diam. Begawat tidak hanya mencari tetapi memberi. Begawat tidak hanya praktek tetapi berterori. Bagawat tidak hanya berteori tetapi praktek. Bagawat tidak hanya internal tetapi eksternal. Bagawat tidak hanya potensi tetapi faktual. Begawat tidak hanya wacana tetapi fungsi kontrol. Bagawat tidak hanya yang ada tetapi yang mungkin ada. Bagawat tidak hanya yang terbatas tetapi yang terbatas.
Paralogos:
Wah...wah...banyak sekali pegertian bagawat itu? Kenapa engkau dapat mendefinisikan Bagawat dengan banyak sekali pengertian?
Transenden:
Kata-kataku dan kalimatku tidak akan cukup untuk mendefinisikan apa itu Bagawat. Kenapa? Karena Bagawat itu tidak hanya dunia tetapi juga akhirat. Bagawat itu tidak hanya kata-kata, tetapi juga pikiran dan hati. Tiadalah kata-kataku itu mampu menjelaskan semua pikiran dan hatiku.
Paralogos:
Singkat kata dapatkah anda sebutkan siapa yang disebut Bagawat itu?
Transenden:
Bagawat adalah semua yang merasa memperoleh dan diberi amanah untuk mengemban ilmu. Dia bisa Kepala Rumah Tangga, bisa Kepala Desa, bisa Camat, bisa Presiden, bisa Guru, bisa Rektor, bisa Dosen, bisa Profesor, bisa Menteri...yaitu semua yang merasa sebagai pengemban dan pengembang ilmu serta mengimplementasikannya.
Paralogos:
Wahai transenden...apa kemudian rencanamu setelah orang banyak mengetahui apa itu Bagawat?
Transenden:
Tidak engkau rasakan. Tidak pula dirasakan oleh Bagawat. Tidak pula dirasakan oleh Cantraka, Rakata dan Cemani. Tidak pula dirasakan oleh semua warga. Sebenar-benar yang terjadi adalah kita selalu sedang menyaksikan Perlombaan Menjunjung Langit khusus bagi para Bagawat. Marilah kita mendengar, melihat dan mengikuti apa kata fenomena tantang perlombaan ini.
Bagawat Plagiat:
Aku betul-betul gerah dengan pernyataan Tranbsenden ini: “ Ilmuwan PLAGIAT adalah Ilmuwan yang tidak mengenal dirinya sebagai Ilmuwan ADA. Maka dengan sendirinya dia juga tidak mengenal Ilmuwan MENGADA dan Ilmuwan PENGADA? Guru yang memalsukan PAK adalah guru yang tidak mampu mengenal dirinya sebagai Guru ADA. Maka dengan sendirinya dia juga tidak mengenal dirinya sebagai Guru MENGADA dan Guru PENGADA. Kegiatan memalsukan karya tulis apakah itu oleh seorang Ilmuwan Plagiat dan memalsukan PAK oleh seorang guru adalah kegiatan memalsukan dirinya sebagai MENGADA. Itulah peran dan jasa Ruang dan Waktu yang tidak akan pernah lalai mencatat segala perbuatan manusia, bahwa sebenar-benar keber ADA annya adalah SAKSI bagi MENGADA nya. Tidak hanya itu, maka segala YANG ADA dan YANG MUNGKIN ADA juga menjadi SAKSI bagi keber ADA annya dan ke MENGADA nya”.
Hemm...aku sudah terlanjur menyandang gelar Sang Bagawat. Satu sisi aku harus menunjukan formalku untuk Mengada, sisi lain aku tidak mempunyai Ekstrinsik apalagi Sistemik. Hemm...aku sebetulnya sangat marah dengan Sang Penguasaku. Karena Ekstrinsik dan Sistemik itu di luar kemampuanku. Itu adalah urusan Lembaga, Departemen dan Negaraku. Itu adalah urusan Political Will sang Penguasa Negaraku. Tetapi bagaimana sementara Sang Penguasa Negaraku itu belum berdimensi Bagawat Sistemik. Padahal para Bagawat Sistemik Transinternasional betul-betul mengharapkan diriku bisa menjadi anggotanya. Wah kalau begitu memang aku dipaksa harus bermain sandiwara. Waha ...ini ada referensi tentang Ada dari Bagawat Sistemik Transinternasional. Mumpung teman-temanku sedang terlena, mumpung semua masyarakatku tidak menyadarinya, maka akan aku ambil saja Referensi ini sebagai karyaku. Gamblinglah diriku. Jika mujur maka makmur, tetapi jika tidak mujur yah..terpaksa memperoleh gelar Bagawat Plagiat itu pilihan tak terhindarkan.
Bagawat Main Paksa:
Aku betul-betul gerah dengan pernyataan Tranbsenden ini: “O...oo Sang Bagawat, dengan kegiatanmu main paksa, maka ada beberapa kesalahan yang telah engkau lakukan. Kesalahan pertama, engkau menganggap dirimu sabagai satu-satunya Bagawat, padahal selain dirimu itu ada tak terhingga jumlahnya para Bagawat. Kesalahan kedua, engkau telah melakukan KEGIATAN MAIN PAKSA. Ketahuilah bahwa tiadalah sebenar-benar hakekatnya seorang Bagawat itu melakukan KEGIATAN MAIN PAKSA. Kegiatan MAIN PAKSA itu hanya dilakukan oleh mereka yang berdimensi lebih rendah dari dirimu, yaitu oleh PARA SUBYEK FORMAL DAN PARA SUBYEK MATERIAL. Ketahuilah bahwa sebenar-benar Bagawat itu mempunyai DIMENSI NORMATIF DAN DIMENSI SPIRITUAL. Kesalahan ketiga, engkau ternyata telah menganjurkan kepada orang lain untuk juga MELAKUKAN KEGIATAN MAIN PAKSA. Anjuranmu itu adalah kesalahanmu yang lebih besar lagi karena engkau telah melibatkan orang lain dalam kesalahanmu”.
Hemm...aku sudah terlanjur menyandang gelar Sang Bagawat. Satu sisi aku harus menunjukan formalku untuk Mengada, sisi lain aku tidak mempunyai Ekstrinsik apalagi Sistemik. Hemm...aku sebetulnya sangat marah dengan Sang Penguasaku. Karena Ekstrinsik dan Sistemik itu di luar kemampuanku. Itu adalah urusan Lembaga, Departemen dan Negaraku. Itu adalah urusan Political Will sang Penguasa Negaraku. Tetapi bagaimana sementara Sang Penguasa Negaraku itu belum berdimensi Bagawat Sistemik. Padahal para Bagawat Sistemik Transinternasional betul-betul mengharapkan diriku bisa menjadi anggotanya. Wah kalau begitu memang aku dipaksa harus bermain sandiwara. Waha ...ini ada Konferensi bagaimana Membangun Karakter, dimana menunjuk diriku sebagai nara sumber. Mumpung teman-temanku sedang terlena, mumpung semua masyarakatku tidak menyadarinya, maka akan aku tampilkan saja semua pikiran dan kebijakan instantku, tak usah repot-repot, tak usah studi komparasi, tak usah penelitian, tak usah baca referensi tambahan, dont care lah dengan semuanya. Toh kedudukanku sebagai Bagawat itu adalah sebenar-benar referensi bagi mereka. Mahai semua peserta konferensi dengarkanlah wejanganku ini: Gunakan Tiga Sa untuk Membentuk Karakter itu. Pertama, PAKSALAH, kedua Buat TERPAKSA, dan ketiga Buat BIASA.
Bagawat Ilmu Bidang dan Bagawat Penguasa Lembaga:
Walaupun aku tahu ini bertentangan dengan nuraniku, karena tidak cocok dengan rasional asal-usulku menjadi Begawat Ilmu Bidang. Tetapi bukankah Lembagaku ini sangat membutuhkanku. Apa tahunya Cantraka, Rakata dan Cemani itu? Aku sangat mengerti tabiat rakyat dan bangsaku. Mereka belum tahu bedanya Bagawat Ilmu Bidang dan Bagawat Penguasa Lembaga. Karakter rakyat dan bangsaku menganggap Bagawat Penguasa Lembaga tentu Bagawat Ilmu Bidang. Maka hanya Bagawat bodoh saja yang tidak mau merebut Bagawat Penguasa Lembaga. Aku juga akan PAKSA diriku bisa menggabungkan Bagawat Ilmu Bidang dan Bagawat Penguasa Lembaga. Jika demikian maka aku akan dapat menyatukan antara Ilmuku dan Kebijakanku. Itulah setinggi-tinggi nikmat hidupku yaitu ketika aku dapat menyatukan Ilmuku dan Kebijakanku, aku dapat menyatukan Teori dan Praktiku, aku dapat menyatukan semua tujuanku dan tujuan rakyatku, dan semua terangkum dalam diriku. Maka aku akan menemukan bahwa semua aspek kehidupanku adalah kebijakanku adalah aspek hidup mereka. Kata-kataku, batuk dan bersinku itu adalah kebijakanku.
Bagawat Transnasional:
Hidup terkadang harus melawan hati nurani. Hemm...aku telah mencapai kedudukan sebagai Begawat Ilmu Bidang. Satu sisi aku harus menunjukan formalku untuk Mengada dalam Ilmu Bidang, sisi lain aku tidak mempunyai Ekstrinsik apalagi Sistemik untuk mengada dalam Ilmu Bidang. Hemm...aku sebetulnya sangat marah dengan Sang Penguasaku. Karena Ekstrinsik dan Sistemik itu di luar kemampuanku. Itu adalah urusan Lembaga, Departemen dan Negaraku. Itu adalah urusan Political Will sang Penguasa Negaraku. Tetapi bagaimana sementara Sang Penguasa Negaraku itu belum berdimensi Bagawat Sistemik. Padahal para Bagawat Sistemik Transinternasional betul-betul mengharapkan diriku bisa menjadi anggotanya. Wah kalau begitu memang aku dipaksa harus bermain sandiwara. Waha ...ini ada ada Proyek Nasional. Mumpung teman-temanku sedang terlena, mumpung semua masyarakatku tidak menyadarinya, maka akan aku ambil Proyek nasional ini. Negaraku ternyata cukup menghibur diriku dengan tawaran memegang Proyek Nasional. Akan aku laksanakan tugasku sebagai Bagawat Birokrat Nasional. Dengarkanlah titah-titahku. Wahai peserta Rakor yang berbahagia, pertama mari kita hormat dulu kepada Pelaksana Teknis Admninistrasi, walaupun dia bukan Bagawat tetapi berkat dia maka kegiatan ini berjalan. Kedua mari kita taruh hormat kepada Perwakilan Bagawat transinternasional. Tentu mereka datang karena melihat kita mempunyai dan mampu memproduksi madu buat mereka. Hemm dengarkan semua Bagawat Ilmu Bidang...engkau itu tidak ada apa-apanya didepan Pelaksana Teknis Administrasi. Jangan pula engkau mentang-mentang di sini. Jangan pula engkau bicara Bagawat di sini. Jika engkau tidak dapat uang saku, tamat pula riwayatmu. Wahai Tuan Bagawat Transinternasional..sungguh mulia engkau jika berkenan me Refresh dan men Charger semua Bagawat Ku di seluruh negeri ini ke hadapanmu. Tiadalah daya dan upayaku dihadapanmu kecuali pengakuan totalku bahwa semua Bagawatku itu tidak ada apa-apanya di hadapanmu. Maka dengan demikian aku juga berserah diri semua rakyat dan bangsaku di haribaanmu untuk menerima semua titah-titahmu. Maka aku sangat menyambut gembira Program Rechargingmu bagi bangsaku. Itulah semata-mata pengakuan tulus dan tergantungku kepadamu. Aku terimakasih atas kepercayaanmu mengangkat diriku sebagai Bagawat Cabang Proyek Transinternasional. Hanya dengan demikianlah aku mampu menghidupi diriku. Dari pada menunggu kesadaran penguasaku. dari pada menuruti hati nurani, lebih baik aku bersikap realistis menyesuaikan dengan apa kepentingan dan kebutuhanku. Maka segeralah kemari mumpung rakyatku semua belum meyadarinya. Tenanglah bahwa semua Bagawat Tinggi, Panglima bagawat di negeri ini sudah terhipnotis semua dikarenalan silaunya dan anggunnya penampilanmu itu.
Paralogos:
Oh..oh...cukup-cukup...wahai Transenden. Aku tidak kuasa menyaksikan perilaku para Bagawat kita. Hati dan jangtungku terasa akan meledak. Aku tak kuasa menahan tangisku. Oh...Bagawat..Bagawat.. bangsaku. Kenapa engkau bernasib tragis seperti ini. Lebih tragis lagi karena engkau tidak menyadari ketragisanmu. Wahai Transenden...keadaan demikian itu salah siapa?
Transenden:
Itulah perbuatan dajal. Dajal itu begitu halus, lembut dan tersembunyi. Bahkan yang mengaku para Bagawat saja banyak yang tidak menyadarinya. Itulah dimensi bangsamu. Ini bukan disebabkan oleh karena kejadian sesaat. Ini dikarenakan oleh perjalanan bagsa ini yang telah lama mengabaikan ruang dan waktu. Bangsa ini telah lama mengabaikan kesempatan yang ada. Bangsa ini telah lama mengabaikan potensi yang ada. Maka aku sedang menyaksikan bahwa bangsamu itu sedang dikuasai para dajal. Akibatnya adalah dimana-mana terjadi dilema, kontradiksi, kemunafikan, penyelewengan, korupsi, nepotisme, anomali, kong kalingkong. Maka aku nyatakan “Tiadalah sebenar-benar Bagawat dari bangsamu itu mampu menjunjung langit”. Semua Bagawat yang ada masih terisolasi pada kediriannya masing-masing. Sementara sang Penguasa para Bagawat itu sudah terkena jeratan sistemik dari dajal transinternasional. Bagawat Plagiat, Bagawat Main Paksa, Bagawat Korupsi, Bagawat Ambivalen, Bagawat Menentang Hati Nurani, Bagawat Sekedar Wadah, Bagawat Sekedar Formal, ...itu semua adalah produk-produk sekarang dan yang akan datang dari masyarakatmu yang sedang sekaratul maut digerogoti oleh Dajal Transinternasional melalui belalai-belalai neolismenya. Hanya keajaiban dan Pemimpin Bangsa yang dapat melihat 200 tahun ke depan akan mampu menyelamatkan Bangsamu itu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Membaca elegi ikhlas di atas dijelaskan bahwa ternyata begawat itu mempunyai banyak pengertian dan bahkan dari sebanyak itu pengertian begawat yang sudah dijelaskan itu belum mampu menjelaskan begawat secara keseluruhan karena begawat itu tidak hanya ada di dunia tetapi juga akhirat. Tetapi dapat dijelaskan secara singkat begawat adalah orang yang merasa memperoleh dan diberi amanah untuk mengemban ilmu. Sosok begawat ini harus mampu menggunakan ilmu yang ia miliki dengan sebaik-baiknya sehingga tidak haya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang lain.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PM A PPs UNY 2018
Bagawat adalah semua orang yang telah mempelajari banyak ilmu dan diberi amanah dan kesempatan untuk mengemban ilmu. Jika kita diberikan kepercayaan sebagi bagawat maka kita hendaknya mampu secara ikhlas dan tulus menjalankan tugas kita sebagai bagawat dengan penuh tanggung jawab sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan juga bagi orang lain. Begawat dengan ilmu pengetahuan tidak berjalan sendiri tetapi tetap meminta petunjuk dan tuntunan Tuhan untuk dapat melakukannya dengan keikhlasan hati dan terhindar dari sikap bagawat yang plagiat, main paksa, korupsi, abivalen, menentang hati nurani, sekedar wadah, sekedar formal dan lain sebagainya.
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Begitu banyak definisi begawat, namun dapat disimpulkan bahwa begawat itu adalah orang yang telah memperoleh banyak ilmu dan diberi amanah untuk mengemban ilmu. Begawat adalah manusia itu sendiri baik itu manusia yang memiliki gelar, kedududukan, jabatan maupun tidak. Dari postingan ini kita diajarkan untuk bagaimana menjadi manusia atau insan yang baik dan ikhlas dalam mengemban amanah untuk kehidupan dunia dan akhirat. Jangan sampai kita menjadi manusia yang terus menerus berlomba-lomba menjunjung langit hanya demi kepentingan pribadi dan terus menghalalkan berbagai macam cara yang buruk untuk mencapai langit tersebut, maka perlunya mengenal batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai langit tersebut.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Begawat mempunyai kedudukan yang tinggi dibandingkan dengan yang lain. Begawat mempunyai pengertian yang bermacam-macam sesuai dengan situasi dan kondisinya. Begawat berusaha untuk menampilkan yang terbaik yang ia miliki. Setiap begawat memiliki cara untuk mengajarkan karakter pada setiap orang. Ada yang main paksa, ada yang plagiat, ada yang menyatukan beberapa teori, dan lain sebagainya. Dalam hal ini begawat sama halnya dengan pengetahuan. Pengetahuan perlu diperoleh dengan cara-cara yang baik dan menarik agar lebih bermanfaat dalam kehidupan dan dapat membantu segala persoalan yang ada. Ilmu tidak hanya untuk dipelajari namun juga untuk diamalkan. Semakin sering dalam berbagi ilmu dengan orang lain maka semakin tinggi ilmu yang kita dapatkan.
Wassalamualaikum wr.wb.
Jefri Mailool
ReplyDeleteS3 PEP 18701261002
Bagawat adalah subjek yang memiliki kedudukan pada tanggung jawab yang mulia. maka sepatutnya para begawat menjalankan tanggung jawabnya secara jujur, adil, bijaksana, beretika, berestetika, dan menggunakan hati yang bersih dalam menjalankan tugasnya itu.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Semua hal prinsip dalam hidup manusia termasuk hal pribadi merupakan bentuk dari bagawat-bagawat di bumi. Hal-hal yang bukan termasuk dalam bagawat juga pasti akan saling berkesinambungandan mendukung sifat bagawat yang seperti itu adanya. Tetapi, harap berhati-hati karena bagawat bisa menjadi lupa diri dan menjadi diri orang lain sehingga kepribadiannya tidak sesuai dengan seharusnya yang ada di diri mereka. Menjaga diri dari pengaruh luar juga merupakan suatu misi yang harus selalu terlaksana dan akan menjadi batu acuan agar tidak kembali ke kepribadian semua.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Jika sang begawat itu adalah orang-orang terpilih (pemimpin) yang diberi amanah, maka sudah seharusnya menjadi kesyukuran bagi mereka yang mencapai gelar itu. Kesyukuran disini bukan sekedar berterima kasih atas apa yang diperolehnya tetapi menjalankan amanah itu dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan dimana mengsinergikan antara hati nurani dan pikirannya dalam menjalankan amanah itu. Para pemimpin adalah ujung tombak kehidupan bangsa kita. Pemimpin dipemerintahan, pemimpin diperekonomian, pemimpin pendidikan, pemimpin keagamaan dst. Semua itulah yang menjadi penguasa dan penanggung jawab bagi kehidupan dan kemajuan hidup bangsa. Ditangan merekalah hidup bangsa akan benar-benar hidup namun ditangan mereka pulalah hidup bangsa akan benar-benar mati. Pemimpin yang berkhianat akan janji dan tanggung jawabnya adalah sebenar-benar pemimpin munafik pembawa kematian bagi bangsanya. Mematikan kehidupan bangsanya secara perlahan dengan memanfaatkan segala kesempatan untuk memenuhi segala kebutuhan pribadinya semata.
Begawat menjunjung langit secara umum menurut saya pribadi ada dua. Ada begawat pembawa kematian (begawat yang tidak berintegritas) yaitu begawat yang menjunjung langit hanya berusaha untuk menggapai kekuasaan dan kedudukan tinggi semata tanpa merenungi amanah yang diembannya. Begawat seperti ini ialah para begawat yang hanya memperturutkan hawa nafsunya, tidak memikirkan masa depan bangsanya, begawat yang suka memanfaatkan segala cara untuk mencapai inginnya, begawat pemuja patung filsafat, suka dengan berbagai cara instant, tidak memperhatikan kualitas yang penting memperoleh kuantitas, dst. Begawat yang lainnya adalah begawat pembawa dan pemberi kehidupan (begawat yang berintegritas) yaitu begawat yang merenungi amanah dan tanggung jawabnya hanya karena semata-mata ingin menggapai ridhoNya, ingin mendapat kedudukan tinggi dihadapan Rabnya, tidak mempertuturutkan hawa nafsunya, Begawat yang menggunakan segala ikhtiar hati dan pikirnya, serta memanfaatkan segala potensi kebaikan yang ada untuk menghidupkan peradaban bangsanya. Maka sebenar benar begawat menggapai langit ialah begawat yang menggapai ridho-Nya
ReplyDeleteDiana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P.Mat A 20108
Dari elegi tersebut dapatkita ketahui begawat adalah orang yang mempunyai pengetahuan dan amanah. Begawat diperoleh dari pengetahuan dan pengalaman selama hidup. Untuk itu, kita sebagai mahasiswa teus belajar dan menambah pengalaman. Mahasiswa yang sedang belajar dan diharuskan untuk membuat tugas akhir dekat kaitannya dengan plagiarisme. Plagiat merupakan menjiplak, meniru, mengutip tanpa menyantumkan sumber suatu karya orang lain. Untuk itu, sebagai mahasiswa yang akan membuat tugas kita endaknya pandai-pandai dalam memparafrasekan kalimat.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P.Mat A 20108
Amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk dilaksanakan. Godaan syaitan adaalah godaan besar melaksanakan tanggungjawab menjalankan amanah. Godaan-godaan tersebut datang dari banyak hal, godaan korupsi, kolusi dan nepotisme. Semakin tinggi kedudukan dalam amanah, godaan akan semakin besar. Lebih mengerikan lagi ketika membentuk suatu jaringan yang terstruktur dalam kegiatan KKN tersebut. Kita perlu menyadari bahwa jika tidak dimulai dari diri sendiri untuk amanah dalam tanggung jawab sekecil apapun, jika diberikan amanah yang besar akan terlena.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sifat Dajal yang halus, lembut, dan tersembunyi seakan-akan Dajal itu fleksibel sehingga dapat kita sebut sebagai stigma karena bentuknya yang tersembunyi atau tersamar. Agar terhindar dari stigma tersebut maka jangan mudah termakan stigma seperti jangan mudah termakan isu-isu yang belum tentu benar adanya. Jika ingin menjunjung langit seperti para begawat, tentunya yang dilakukan tidaklah mudah karena harus tulus ikhlas dalam melakukan sesuatu. Banyak dzikir, berdoa, dan terus ikhlas
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Memiliki ilmu, menjadi seorang penguasa, menjadi kader, menjadi perwakilan, bukanlah kondisi yang akan memberikan kita waktu bersenang-senang. Sungguh benar pribahasa semakin tinggi pohon maka semakin kencang pula angin yang menerjang. Itulah maka setiap masukan ilmu pada diri akan menghasilkan tanggungjawab, setiap kondisi akan membawa tanggungjawab. Dalam kehidupan seringkali kondisi keilmuan tinggi membuat orang merasa superior sehingga bertingkah bertolak-belakang dengan hakekatnya sebagai pemilik ilmu.
Endah Kusrini
Delete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Salah satu godaan bagi orang-orang yang dikaruniai kelebihan dari Allah adalah menjadi sombong. Merasa diri lebih unggul dari pada orang lain, dan menganggap orang lain lebih rendah. Inilah yang harus dihindari. Senantiasa mendekatkan diri kepada Illahi adalah kunci agar terhindar dari sifat buruk ini.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Sebagai masyarakat yang baik akan mengerti dan sadar atas peranan dan kewajiban masing masing. Ketika masyarakat mempunyai kesadaran yang baik maka akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Oleh karena itu, perkembangan suatu bangsa sangat bergantung pada masyarakatnya. Namun, tidak dapat dielakkan bahwa pada saat ini terdapat beberapa masyarakat yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi dibanding kepentingan bersama. Hal ini dapat kita lihat dengan munculnya berbagai perilaku negative seperti korupsi (KKN) dan lain sebagainya. Semoga bangsa kita dapat menjadi lebih baik dengan kesadaran akan kebaikan dan meninggalkan keburukan dalam perilaku negatif
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Berdasarkan elegi tersebut, pemimpin merupakan semua yang memperoleh dan diberi amanah dalam menyandang sebuah ilmu. Perolehan yang sudah diraihnya tentunya dicapai bukan dengan hal yang mudah. Namun untuk mempertahankan ilmu yang sudah diperolehnya sering kali mengabaikan dan tidak sadar bahwa ketika kita melakukan kesalahan maupun kecurangan maka lama kelamaan akan menghilangkan ilmu yang sudah diperoleh tersebut.
Sintha Sih Dewanti
ReplyDelete18701261013
PPs S3 PEP UNY
Begitu banyak definisi Bagawat.. Dapat disimpulkan bahwa Bagawat adalah orang yang telah mempelajari banyak ilmu dan diberi amanah dan kesempatan untuk mengemban ilmu, menjalankan tanggung jawabnya secara jujur, adil, bijaksana, disiplin, dan menggunakan hati yang bersih dalam menjalankan tugasnya itu. Tanggung jawab merupakan ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya.
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika 2018
Dalam percakapan diatas mengungkapkan bahwa bagawat memiliki berbagai macam definisi. Bagawat memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Bagawat bisa berarti camat yaitu yang mempunyai kuasa di kecamatan. Ia memimpin seluruh masyarakat dari tingkat dusun, kelurahan, dan kecamatan. Ia mempunyai hak untuk membuat aturan-aturan yang mengatur kehidupan bermasyarakat di seluruh kecamatan. Contoh lain yaitu kepala rumah tangga yang mana ia mempunyai kuasa untuk memimpin rumah tangganya. Ia bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup isteri dan anak-anaknya yaitu dengan memberi nafkah berupa sandang, pangan, dan papan. Oleh sebab itu, seorang bagawat harus membuang segala sikap tinggi hati dan memupuk sifat ikhlas untuk mencari ridho Allah SWT.
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Begawat merupakan semua orang yang merasa bahwa dirinya memperoleh dan diberi amanah untuk mengemban ilmu. Idealnya, seorang bagawat berusaha untuk menjunjung langit, yaitu mengemban ilmu, mengembangkan ilmu, serta mengimplementasikannya. Menjadi bagawat memang tidak mudah, karena mengemban ilmu merupakan amanah yang akan diminta pertanggungjawabannya di dunia dan di akhirat nanti. Padahal godaan untuk melakukan pengembangan ilmu dengan cara-cara yang tidak benar akan terus menerus mengalir. Maka menjadi seorang bagawat harus dapat menempatkan dirinya dalam ruang dan waktu yang tepat, agar tidak terjebak pada hal-hal yang tercela seperti korupsi, penyelewengan, kongkalikong, dsb.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
PEP S3
Saya sepakat bahwa bangsa ini sering mengabaikan potensi. Potensi-potensi bangsa ini sudah lama diabaikan. Potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia contohnya. Terkadang bangsa ini lupa bahwa potensi sumber daya alam juga harus diolah sendiri supaya hasilnya lebih baik. Potensi yang diabaikan ini kemudian dianggap sebagai kesempatan oleh bangsa lain sehingga bangsa lain yang akan mendapatkan keuntungan. Begitun juga dengan potensi sumber daya manusia. Oleh karena itu, kita perlu untuk mengambil potensi yang telah lama diabaikan.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Jika boleh saya sederhanakan, Begawat adalah pemimpin.
Menjadi Begawat memang istimewa karena ia menduduki kedudukan istimewa. Menjadi seorang Begawat tidak serta merta karena keinginan saja, menjadi Begawat perlu usaha dan tenaga ekstra dalam mencapainya, oleh karenanya hanya sedikit orang yang bisa menjadi seorang Begawat. Begawat juga bisa diartikan sebagai hadiah dari hasil usaha yang tidak biasa.
Menjadi seorang Begawat pasti telah melalui berbagai macam rintangan dan cobaan, namun jangan sangka setelah menjadi seorang Begawat akan terbebas dari godaan dan cobaan, justru cobaan nya adalah gelar Begawat itu sendiri. Apakah ia akan bijak menggunakan gelar Begawat tersebut atau justru malah terlena oleh keistimewaannya. Maka sebenar-benar yang berat itu bukan saat menuju menjadi, tapi saat telah menjadi (Begawat).
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr wb
Begawat adalah orang yang telah mempelajari banyak ilmu dan diberikan kesempatan untuk mengemban ilmu tersebut. Maksud menjunjung langit di atas adalah bagaimana para begawat tersebut berlomba-lomba menjadi yang terbaik, yang paling banyak ilmunya. Adalah hal baik jika kita bersifat seperti itu namun jika hal tersebut berlebihan akan sangat merugikan bagi kehidupan pribadi itu sendiri.
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Berdasarkan elegi tersebut, saya belajar bahwa begawat mempunyai banyak makna yang belum dapat didefinisikan secara keseluruhan. Dan jika ditransendenkan begawat berada di dunia serta di akhirat. Untuk kita harus dapat melakukan apapun dengan tanggung jawab dn ikhlas agar dapat menghasikan yang bermanfaat untuk orang ain yang dapat digunakan sebagai bekal untuk di akhirat. Begawat sendiri tidak akan bergerak jika tidak mendapat pertolongan dari Allah SWT untuk dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan Allah SWT.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Manusia memang tidak pernah luput dari godaan syeitan. Semakin tinggi iman seseorang, maka godaannya pun juga semakin berat. Oleh karena itu manusia harus senantiasa memohon perlindungan kepada Allah. Setiap hari, setiap saat, manusia akan senantiasa dihadapkan pada pilihan-pilihan dalam hidupnya. Terkadang manusia dihadapkan pada hal-hal yang menggiurkan, yang menjanjikan hasil manis dengan tanpa usaha. Jika manusia tidak mampu berpikir kritis dan menggunakan hati nuraninya, maka manusia akan terancam masuk ke dalam perangkap syeitan.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Entah mengapa menurut saya begaat adalah semua yang merasa memperoleh dan diberi amanah untuk mengemban ilmu. Dia bisa Kepala Rumah Tangga, bisa Kepala Desa, bisa Camat, bisa Presiden, bisa Guru, bisa Rektor, bisa Dosen, bisa Profesor, bisa Menteri...yaitu semua yang merasa sebagai pengemban dan pengembang ilmu serta mengimplementasikannya.
Nur Afni
ReplyDelete18709251027
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Makna yang diambil dari membaca elegi ini adalah jangan melawan nurani. Keburukan itu datang terkadang tak terlihat atau bersembunyi dibalik sesuatu yang sangat halus. Kembangkan potensi yang ada dengan tidak mengabaikan ruang dan waktu. Bantulah bangsa ini untuk membasmi neptisme dan korupsi. Semoga Tuhan yang maha esa selalu melindungi bangsa ini dari mara bahaya yang terus mengancam. aamiin
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, wr, wb
Pemimpin merupakan seseorang yang diberi amanah untuk mengemban ilmu, memimpin masyarakatnya, dan bertanggung jawab terhadap masyarakatnya. Tanggung jawab yang dipegang oleh pemimpin sangatlah besar dan hal tersebut akan dipertanggungjawabkan tidak hanya ketika di dunia saja tetapi juga dipertanggungjawabkan ketika di akhirat kelak. Oleh karena itu, seorang pemimpin hendaknya menjalankan amanah-amanah yang telah diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan jangan sampai menyalah gunakan amanah yang telah diberikan kepadanya
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, wr, wb
Sungguh sangat berat tugas para begawat. Mereka memiliki tanggung jawab yang beraneka ragam dan harus dilaksanakan demi kepentingan bangsa dan negara. Mereka harus memiliki tabiat yang mulia. Apabila kita melihat para pemimpin dan pemegang kebijakan di negeri ini, mungkin masih dijumpai beberapa orang yang masih mementingkan kepentingan pribadi. Jangan sampai para pemimpin menyalahgunakan kewenangannya dengan melakukan berbagaihal tercela seperti korupsi, main paksa, dan lain sebagainya.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Amanah tidak akan salah memilih pundak. Menjadi pemimpin tidaklah mudah dan tidak bisa diremehkan, ada tanggung jawab berat yang harus diembannya. Seorang pemimpin hendaknya mementingkan kepentingan wilayah yang dipimpinnya bukan mementingkan kepentingan pribadi. Kebijakan para pemimpin berpengaruh terhadap keberlangusngan kehidupan rakyatnya maka kebijakan yang diambil haruslah mampu menyejahterakan rakyatnya. Namun, realita yang ada dan sudah menjadi konsumsi public bahwa tabiat pemimpin juga ada yang tidak terpuji.
Amanah merupakan salah satu sifat mulia yang dimiliki oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ajaran untuk bersifat amanah ini sejalan dengan perintah Allah di surat An Nisa ayat 58 yang artinya, “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang Memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat”. Selain itu, Nabi Muhammad juga pernah bersabda tentang amanah, yang diriwayatkan oleh Ahmad, “Tidak ada iman yang sempurna bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah, dan tidak ada agama yang sempurna bagi orang yang tidak menepati janji”
ReplyDeleteM. Ikhsan Ghozali
ReplyDelete19701261003
PEP S3 2019
Assalamu'alaikum wr.wb.
Setiap orang adalah pemimpin, setidaknya bagi dirinya sendiri. Seseorang yang menjadi pemimpin tentunya bukan orang sembarangan, melainkan orang yang hebat, terpilih dan dipilih, memiliki kemampuan lebih dan keunggulan dibandingkan orang banyak. Seorang pemimpin memiliki tugas dan fungsi, sesuai dengan tingkatan dan jenisnya. Tugas seorang pemimpin tentunya tidak mudah dan karenanya ia mestinya sosok yang menjadi teladan, tegas tapi bukan kasar, lembut tapi bukan lemah, mengayomi bukan membiarkan, merangkul bukan memukul, berani dan bertanggung jawab, berakhlak yang baik, memegang teguh prinsip-prinsip agama dan kemanusiaan, serta mengajak orang-orang yang dipimpin menuju kebaikan.
Orang-orang yang ia pimpin tentunya memiliki beragam karakter, dan tidak sedikit yang abai terhadap aturan. Seorang pemimpin mesti mampu mengoptimalkan potensi-potensi positif orang-orang yang dipimpinnya. Memang tidak mudah karena selalu ada pro dan kontra. Tapi, tak ada kata tidak mungkin untuk menciptakan kehidupan yang baik dan bisa dilakukan membudayakan kebiasaan baik. Seperti pepatah, "ala bisa karena biasa" dan untuk menjadi biasa, kadangkala perlu dipaksa meskipun mereka merasa terpaksa (3 SA),
Semoga kita sebagai bangsa dan warga dari sebuah negara senantiasa berdo'a untuk kebaikan bersama. Semoga pula kita selalu diberikan rahmat, hidayah, dan perlindungan dari Allah SWT.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Hidayatul wafiroh
ReplyDelete19701251010
S2 PEP A 2019
Setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Beberapa memiliki tanggung jawab untuk memimping yang lain. Namun, terkedang kekuasaan tersebut membuat manusia terlena. Amanah yang diperoleh tidak dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Mereka berlomba-lomba untuk membuktikan kemampuan dan keahlian mereka agar orang lain terkesan. Manusia menyadari kalau hal tersebut salah, tetapi tetap dilakukan untuk kekuasaan. Godaan syaitan dan pengaruh dajal mampu mengalahkan komando hati dan komando pikiran. Sebagai manusia lebih meningkatkan iman kepada Allah dan ikhlas dalam mejalankan amanah dan semata-mata mengharap ridah Allah dalam melaksanakan amanah tersebut.
Mira Amalia Yudhanti
ReplyDelete19701251014
S2 PEP A
Bagawat tidak hanya tentang duniawi tetapi juga tentang kehidupan setelah kematian. Bagawat bukan hanya kata-kata tetapi juga pikiran dan hati. Bagawat adalah semua yang dirasa diterima dan diberikan tanggung jawab untuk mencari ilmu dan mengembangkan ilmu. Banyak begawat menggunakan cara kotor untuk ke surga. Ini karena bangsa telah lama mengabaikan ruang, waktu, peluang dan potensi yang ada karena telah dikuasi para dajal. Sebagai seorang bagawat hendaknya mampu menggunakan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk kebaikan supaya bermanfaat bagi kehidupan dan mampu mengemban amanah yang sudah diberikan.
Khintoko Intan Permatasari
ReplyDelete19701251020
S2 PEP A 2019
Dalam elegi ini, pemimpin di ibaratkan sebagai begawat. Begawat merupakan orang yang memperoleh dan diberi amanah untuk mengemban ilmu. Seorang pemimpin harus mampu mengemban ilmu, amanah dan bertanggung jawab penuh rakyatnya atau anggotanya. Hal tersebut akan dipertanggung jawabkan di dunia dan juga diakhirat kelak. Menjadi seorang pemimpin harus dapat menempatkan dirinya dalam ruang dan waktu, agar tidak terjerumus pada hal-hal yang bersifat negatif seperti korupsi, penyelewengan, dsb. Seorang pemimpin yang baik, selain mampu memimpin rakyatnya, juga harus mampu memimpin dirinya sendiri terlebih dahulu. Maksudnya agar mampu mengendalikan diri di setiap tingkah laku dan hatinya. Jika kita mampu mengontrol diri kita maka dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin dapat berjalan sesuai dengan amanah yang diberikan. Dan jangan lupa menjalankna amanah dilandasi dengan niat ikhlas mengharap ridha Allah, InsyaAllah semua akan berjalan sesuai dengan apa yang di amanahkan.
Ardhya Handayani
ReplyDelete19701251015
S2 PEP 2019 A
Dalam elegi ini membicarakan mengenai begawat, begawat merupakan orang orang yang merasa mengemban amanah dan memiliki ilmu, yang sering dijumpai adalah pemimpin, pemuka agama, maupun professor. Dalam elegi ini dijelaskan bahwa begawat (para pemimpin dan tokoh) mengemban amanah dan ilmu yang seharusnya berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, dan mengingatkan bagaimana para pemimpin dan tokoh tergoda oleh syaiton yang akhirnya merugikan orang banyak (seperti fenomena yang dialami para pemimpin yang korupsi dan tokoh yang saling adu domba). Dari sinilah perlu diambil bahwa seseorang harus mampu menyesuaikan dengan ruang dan waktu yang tepat dan memiliki hati nurani dan meluruskan niat untuk memperoleh ridha Allah SWT.
Jewish Van Septriwanto
ReplyDelete19709251077
S2 Pendidikan Matematika 2019 kelas D
Terima kasih atas tulisan ini prof, Pemahaman saya dalam elegi ini adalah, sosok yang diberikan amanah dengan mengemban dan pengemban ilmu pengetahuan, tetapi tidak melakukan kewajibannya. Sosok yang disebut sebagai begawat tersebut seharusnya mampu mengubah kondisi keterpurukan namun karna begawat tidak mampu menjalankan tugasnya. Maka yang terjadi adalah keterpurukan itu sendiri. Oleh sebab itu, elegi ini memberi wejangan bagi siapupun untuk selalu mengingat tanggung jawab yang telah diberikan terlepas sebagai apapun perannya.
Ahmad Syajili
ReplyDelete19709251066
S2 PM D 2019
Assalamualaikum wr.wb
Dari elegi ritual ikhlas 17 ini saya menemukan bahwa banyak sekali defenisi Bagawat, yaitu merentang dari yang ada dan yang mungkin ada. Bagawat itu sebenarnya adalah semua yang merasa mengemban dan memperoleh ilmu dan kemudian mengimplementasikan ilmu yang telah diperolehnya tersebut. Namun, sifat masing-masing manusia pasti berbeda-beda. Seperti halnya yang diibaratkan dalam elegi diatas, terdapat Bagawat Plagiat, Bagawat Main Paksa, Bagawat Ilmu Bidang, Bagawat Penguasa Lembaga, dsb. Ini memperlihatkan kepada kita bahwa sikap dan cara pandang masing-masing orang terhadap apa yang telah dimilikinya berbeda-beda. Untuk itu, agar menjadi seorang Bagawat yang bersahaja hendaklah kita selalu amanah terhadap apa yang telah diberikan kepada kita, baik itu ilmu, jabatan, dll. Serta selalu memahami peran terhadap perkembangan ruang dan waktu.
Vera Yuli Erviana
ReplyDeleteNIM 19706261005
S3 Pendidikan Dasar 2019
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Begawat adalah semua yang memperoleh dan diberi amanah untuk mengemban ilmu. Begawat merupakan manusia yang memiliki gelar, kedudukan, jabatan, maupun tidak. Setiap begawat memiliki cara tersendiri untuk mengajarkannya kepada orang lain. Namun, begawat juga bisa lupa diri dan menjadi diri orang lain, sehingga kepribadiannya tidak sesuai dengan yang ada pada diri mereka. Sehingga, yang perlu dilakukan adalah membentengi diri dari pengaruh buruk dengan memperbaiki diri dengan hal-hal yang positif.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.