The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Apr 5, 2013
Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 8: Architectonic Mathematics (1)
Oleh Marsigit
Pada Axiomatic Mathematics di Perguruan Tinggi, yang bercirikan sebagai formal abstrak, maka Architectonic Mathematics sebagai suatu produk, tampak sangat jelas pada Struktur Matematika.
Oleh karena itu pembudayaan matematika di Perguruan Tinggi dapat dilakukan dengan cara mendorong kemandirian mahasiswa untuk membangun sendiri (tentu dengan bantuan dosen), struktur-struktur matematika nya.
Aspek membangun sendiri matematika atau "to construct their own knowledge of mathematics", dapat dilakukan dengan berbagai cara, utamanya adalah melalui kegiatan RISET MATEMATIKA seperti yang pernah Pak Wono sebutkan.
Maka Kegiatan Riset Matematika dapat dipandang sebagai prosesnya Architectonic Mathematics. Artinya, selama ini yang dilakukan oleh teman-teman di ITB, UGM dan PT yang lain menurut saya sudah selaras dengan Architectonic Mathematics; kecuali pada nuansa promosi kemandirian mahasiswa yang mungkin masih merupakan tantangan kita bersama.
Sedangkan yang masih menjadi persoalan besar adalah bagaimana menampakan atau mempromosikan Architectonic Mathematics pada proses belajar matematika di sekolah? Hal ini tidaklah mudah dilakukan karena kita menghadapi apa yang saya sebut sebagai Transforming Phenomena antara belajar matematika bagi orang dewasa di Perguruan Tinggi dan belajar matematika bagi anak-anak di Sekolah.
Artinya, secara pedagogis dan secara psikologis, karakter belajar matematika orang dewasa dan anak-anak, is totally diferent. Oleh karena itu, agar Architectonic Mathematics dapat dikembangkan di SD kita harus melakukan Transforming Phenomena secara besar-besaran untuk semua aspek belajar matematika termasuk subyek belajar matematika dan matematika nya itu sendiri.
Transforming Phenomena meliputi transfer the ideas, transfor the theories, transform the paradigm, transfor the philosophy, transform the concept of mathematics, trasnform the method of mathematics, transform the attitude of mathematics, trasnform the resources of learning mathematics, trasform the method of teaching mathematics, transform the perception what is called the competences of mathematics.
Namun jangan sampai salah paham. Sekali lagi jangan sampai salah paham. Transformasi yang dimaksud adalah Transformasi Internal dikarenakan Potensi Internal dalam kerangka kemandirian untuk mengembangkan Wadah atau Dimensinya agar mampu menyadari Ruang dan Waktu Matematika dan Pendidikan Matematika. Singkat kata maka Self Transformation dari setiap Subyek atau Pelaku belajar dan mengajar itulah yang diperlukan. Dengan kata lain, diperlukan keadaan PINDAH, atau HIJRAH atau INOVASI bagi siapapun yang ingin mempelajari Matematika, pada segala dimensinya. Bagaimana mungkin seorang anak kecil melakukan PINDAH, atau HIJRAH atau INOVASI? Hal demikian tidak akan dipahami kecuali kita memahami HAKEKAT CONSTRUCTIVISME.
Implikasinya, maka untuk anak SD kita tidak bisa dan memang harus tidak mungkin mengajarkan Matematika sebagai Axiomatic Mathematics. Artinya....STOP DULU wahai Pure Mathematician jika engkau ingin bergaul dengan the Younger Learner of Mathematics. Jika engka lanjutkan atau engkau paksakan beserta Paradigma-paradigmamu, maka TUNGGULAH akibat-akibat yang tak terkirakan dan tak terperikan.
PEMBERONTAKAN PENDIDIKAN MATEMATIKA beresensi bahwa UNTUK MEMPERBAIKI PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH kita harus mentrasformir atau menemukan "THE KIND OF MATHEMATICS THAT SUITABLE FOR YOUNGER LEARNER".
Satu-satunya solusi kita "HARUS MENGINTRODUCIR APA YANG KITA SEBUT SEBAGAI 'SCHOOL MATHEMATICS'".
Apakah yang disebut sebagai School Mathematics?
Saya uraikan di posting berikutnya.
Amin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Yuntaman Nahari
ReplyDelete18709251021
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Karakter belajar matematika orang dewasa dan anak-anak sangatlah berbeda, tidak dapat disamakan begitu saja. Architectonic Mathematics merupakan suatu proses kegiatan riset matematika yang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Menampakkan architectonic mathematics di sekolah tidaklah mudah karena terdapat transforming phenomena antara belajar matematika bagi orang dewasa di PerguruanTinggi dan belajar matematika bagi anak-anak di sekolah. Oleh karena itu, untuk mengembangkan architectonic di sekolah dasar harus dilakukan transforming phenomena secara besar-besaran, seperti transfer ide, teori, paradigma, konsep, dll. Sebagai pendidik, kita tidak bisa mengajarkan matematika kepada anak sekolah dasar sebagai definisi saja yang masih bersifat abstrak. Matematika murni tidak dapat memaksanakan anak sekolah dasar untuk menerima paradigma-paradigma yang ada begitu saja. Pendidik harus memahami perkembangan kognitif peserta didik agar pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh peserta didik.
Nani Maryani
ReplyDelete18709251008
S2 Pendidikan Matematika (A) 2018
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Salah satu cara mahasiswa agar dapat mengkonstruk atau membangun struktur matematika mereka sendiri adalah dengan melakukan riset matematika, yang dipandang sebagai proses Architectonic Mathematics. Akan tetapi, hal tersebut terkadang sulit untuk di aplikasikan pada tingkat sekolah. Banyak sekali factor yang mempengaruhi, terutama dari faktor sekolah dan dari faktor psikologi anak-anak.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Dalam implementasinya, pembelajaran matematika pada siswa SD tentu berbeda dengan pembelajaran pada perguruan tinggi. Pembelajaran tersebut berbeda karena karakter belajar dan tingkat penalarannya pun juga berbeda. Jika hal tersebut disamaratakan maka akan berakibat fatal. Peran kita sebagai calon pendidik profesional harus dapat memperkenalkan matematika sekolah dan menemukan strategi tepat untuk pembelajaran matematika pada berbagai tingkatan. Hal ini mendorong kita untuk melakukan transforming phenomena yang meliputi transfer ide, teori, paradigma, filosofi, kosep matematis, metode pembelajaran matematika, sikap terhadap matematika, metode pembelajaran matematika, dan sumber belajaran matematika
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Dalam elegi ini dijelaskan architectonic mathematic adalah suatu produk dari kegiatan riset matematika. Kegiatan riset matematika ini adalah cara mahasiswa untuk membangun konsep matematikanya. Namun, architectonic mathematic akan sulit dihadirkan pada matematika sekolah karena matematika sekolah berbeda dengan matematika murni. Menghadirkan architectonic mathematic dalam pembelajaran matematika membutuhkan transforming phenomena secara besar-besaran meliputi transfer ide, teori, paradigma dan lain-lain. Oleh karena itu, matematika sekolah tidak bisa disamakan dengan matematika di perguruan tinggi. Matematika sekolah adalah matematika yang ramah, menyenangkan, dan dekat dengan siswa. Itulah pentingnya bagi guru untuk mengetahui matematika yang seperti apa yang seharusnya diajarkan. Matematika yang abstrak, penuh dengan definisi, aksioma, teorema dan lainnya apabila diajarkan disekolah menjadikan matematika mata pelajaran yang ditakuti.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Berdasarkan elegi ini, kita mendapat penjelasan bahwa architectonic matematika dipahami sebagai suatu produk yang bercirikan formal abstrak. Proses pemikiran orang dewasa berbeda dengan anak-anak dalam hal memahami suatu pengetahuan baru. Untuk mengenalkan matematika pada anak-anak, dimana matematika dikenal sebagai ilmu yang abstrak, kita harus melakukan pendekatan kontekstual yang lebih cocok dengan kemampuan intuisi anak. Dengan intusi yang mereka miliki, ditambah dengan pendekatan yang familiar di sekitar mereka maka akan membantu anak-anak untuk mengkonstruksi matematika menurut bahasa dan selanjutnya guru membantu siwa untuk memahami konsep matematika yang lebih abstrak.
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Membelajarkan siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah dan di perguruan tinggi sangatlah berbeda. Di samping proses pemikiran dan pengalamannya yang berbeda, cara pembelajarannya pun juga berbeda. Matematika sekolah lebih menekankan siswa untuk. Membangun sendiri pengetahuannya lewat media pembelajaran yang efektif yang diterapkan guru di kelas sementara pada perguruan tinggi seseorang tsb sudah dianggap mampu untuk belajar sehingga pendidikan hanya memfasilitasi mereka saja.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Terdapat perbedaan antara the Pure Mathematician dan the Younger Learner of Mathematics. Perbedaannya adalah sistem belajarnya, jika serta-merta dilakukan penyemaan maka hasilnya tidak akan menggembirakan. Guru sebagai seorang pembelajar yang barangkali sudah masuk dalam pure mathematician harus mengesampingkan egonya dalam mengajar. Guru harus memahami tingkatan berfikir siswanya.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pemberontakan Pendidikan Matematika : Architectonic Mathematics, dalam pembelajaran dapat berupa guru yang tidak hanya fokus pada satu siswa saja tapi harus memperhatikan siswa-siiswa yang lain secara menyeluruh. Hal ini bertujuan agar dapat dilakukan dengan baik terlebih lagi agar setiap siswa bisa menginginkan matematika dan buka hanya beberapa siswa saja. Dengan demikian pembelajarannya bisa dikatakan lebih berpusat kepada siswa sehingga siswa bisa lebih kreatif dan berpikir kritis lagi.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Kita ketahui bersama bahwa karakter belajar matematika orang dewasa dengan karakter belajar matematika anak-anak itu berbeda. Orang dewasa ranahnya matematika perguruan tinggi sedangkan anak-anak ranahnya matematika sekolah. Architectonic mathematics perguruan tinggi dapat diterapkan dengan kegiatan riset matematika sedangkan architectonic mathematics pada matematika sekolah dapat diterapkan dengan membangun kemandirian pada siswa melalui kegiatan konstruktivisme. Namun harus dipahami bahwa kita harus memperhatikan kondisi siswa dan jenis matematika yang ccocok untuk siswa. Jangan memaksakan matematika siswa menjadi matematika orang dewasa, biarkan siswa mempelajari matematika sesuai ranahnya. Tumbuh dengan alami. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Jefri Mailool
ReplyDeletePEP 18701261002
Hendaknya teori perkembangan dari Jean Piaget dipertimbangkan untuk diadaptasi dalam implementasi pembelajaran matematika pada kelas-kelas dasar. sehingga tidak menerapkan matematical science secara radikal pada seluruh jenjang/kalangan pembelajar.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
PEP S3
I am on your side that we should find the right mathematics that is suitable for younger learner. As you mentioned a couple of time, the material for younger learner should be different from the adult. How we deliver the material should be different also. That is why, as a teacher, we need to "understand" the students before we teach them.
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 pendidikan matematika 2018
Membelajarkan matematika kepada anak dan orang dewasa tentu berbeda. Anak membutuhkan pedagogy yang simple namun berarti untuk memahami sebuah ilmu pengetahuan. Sedangkan andragogi orang dewasa cenderung lebih kompleks. Anak harus memahami konsep matematika secara bertahap dari yang dasar menuju ke yang kompleks. Kompleksitas dalam pembelajaran matematika harus sesuai dengan level belajar anak supaya tidak tercampur dengan kompleksitas subjek pembelajaran pada orang dewasa. Seperti yang dikemukakan Jean Piaget, anak belajar melalu tahapannya yaitu tahap sensorimotor, preoperasional, operasional konkrit, dan operasional formal. Oleh sebab itu, sebagai calon pendidik kita harus dapat memahami metode pembelajaran yang sesuai dengan anak supaya kita dapat mentransformasikan ilmu matematika -yang sebenarnya rumit itu- supaya dapat dipahami dengan baik oleh anak.
Sintha Sih Dewanti
ReplyDelete18701261013
PPs S3 PEP UNY
Struktur matematika merupakan statu sistem yang di dalamnya memuat atau memperhatikan adanya hubungan yang hirarkhis dalam matematika. Struktur matematika yang lengkap yaitu konsep-konsep primitif (undefined term, basic terms, primitive terms), aksioma, konsep-konsep lain yang didefinisikan, teorema atau bias juga dalam bentuk lemma atau corollary atau kriteria. Matematika dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, kemudian pada unsur yang didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep Matematika tersusun secara hirarkis, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Oleh karena itu, untuk mempelajari matematika, konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat yang harus benar-benar dikuasai oleh siswa agar dapat memahami topik atau konsep selanjutnya.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Pendidikan matematika di Perguruan Tinggi berbeda dengan di Sekolah Dasar. Di Perguruan tinggi, mahasiswa dituntut untuk mandiri dengan cara mengkontruksi sendiri struktur-struktur matematikanya. Di Sekolah Dasar siswa hendaknya tidak ditekankan untuk bisa mengkontruksi sendiri struktur-struktur matematika seperti di Perguruan Tinggi, karena pola pikir mahasiswa dan anak-anak sangatlah berbeda. Daya nalar mahasiswa sudah mumpuni untuk melakukan hal yang demikian, sedangkan pada anak SD masih belum mumpuni karena anak SD masih cenderung suka bermain dan kurang menyukai aktivitas belajar.
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr wb
Untuk mengenalkan matematika pada anak-anak, kita harus melakukan pendekatan kontekstual yang lebih cocok dengan kemampuan pemikiran anak. Pembelajaran yang dimulai dengan definisi akan menyebabkan miskonsepsi pada anak, kita harus membelajarkan matematika misalnya dengan memberikan contoh-contoh yang kontekstual dan dapat dipahami anak lebih sederhana.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Karakter dalam kegiatan belajar pendidikan matematika untuk anak-anak akan berbeda dengan orang dewasa. hal ini dikarenakan setiap anak memiliki kemampuan dan batasan dalam menerima ilmu dan pengetahuan yang baru. Sebagai calon pendidik kita harus mengetahui metode pembelajaran yang dapat dan cocok digunakan untuk anak-anak dikelas terutama dalam proses pembelajaranya sesuai ruang dan waktunya.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Pada elegi di atas telah disampaikan apabila secara pedagogis dan secara psikologis, karakter belajar matematika orang dewasa dan anak-anak sungguh sangat berbeda. Oleh karena itu, agar Architectonic Mathematics dapat dikembangkan di SD kita harus melakukan Transforming Phenomena secara besar-besaran untuk semua aspek belajar matematika termasuk subyek belajar matematika dan matematika nya itu sendiri. Membangun konsep dan pemahaman matematika dalam benak siswa tidaklah mudah. Matematika sekolah dekat dengan hal-hal yang konkrit agar mudah untuk dipahami oleh siswa. Tahap-tahap memahami matematika dalam benak anak dimulai dari yang kongkrit ke formal ke teori imajinatif.
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Matematika murni adalah matematika untuk orang dewasa. Matematika murni tidak sesuai bagi anak-anak di sekolah, terlebih bagi anak-anak kecil. Anak-anak kecil mengenali sesuai melalui benda konkret, sementara matematika murni bersifat abstrak, maka anak-anak kecil tidak akan mungkin bisa menjangkaunya. Oleh karena itu, agar matematika dapat dikonstruksi sendiri oleh siswa, matematika harus disajikan sesuai dengan kemampuan siswa. Inilah perlunya inovasi pembelajaran, dari pembelajaran konvensional menuju pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif ialah pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui pengalaman-pengalaman yang diciptakan oleh guru.
Umi Arismawati
Delete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
Matematika muni adalah matematika unntuk orang dewasa dimana orang dewasa susdah mmemiliki pola pikiran yang abstrak. Beda dengan anak-anak . Anak-anak memang cenderung lebih mudah mempelajari sesuatudari benda yang konket. Untuk itu, Saya setuju bila matematika harus disajikan sesuai dengan kemampuan siswa. Sehingga jangan memaksakan anak-anak untuk belajar matematika orang dewasa tetapi matematika yang harus dita rancang agar dapat dengan mudah diterima oleh anak-anak.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Anak-anak dan orang dewasa memiliki pola piker yang berbeda. Begitupun dalam mempelajari matematika. Matematika orang dewasa tentu berbeda dari matematika anak-anak. Matematika dewasa bersifat formal dan abstrak, sementara matematika untuk anak-anak didefinisikan sebagai suatu aktivitas atau kegiatan. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah dengan di perguruan tinggi seharusnya memang dibedakan.
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Dari elegy ditas bisa kita lihat terdapat perbedaan menonjol antara matematika orang dewasa dan matematika untuk anak. Pembelajaran untuk anak disekolah harus bersifat kontekstual yaitu materi pembelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, berbeda dengan pemebalajaran matematika untuk orang dewasa yang lebih bersifat abstrak dan analitis. Sehingga pembelajaran yang diajarkan untuk orang dewasa tidak bisa kita paksakan kepada anak, karena akan sulit bagi anak untuk membayangkan mater-materi yang abstrak, selain itu, hal itu akan membuat mindset anak-anak bahwa matematika adalah pembelajaran yang sulit. Oleh karena itu, jangan memaksakan teori-teori yang bukan pada tingkatannya, karena hal tersebut akan berdampak bagi pola pikir dan psikologi anak.
Nur Afni
ReplyDelete18709251027
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Karakter belajar matematika anak-anak dengan orang dewasa sangatlah berbeda baik dari sisi pedagogik maupun dari sisi psikologi. Anak sd tidak bisa diajarkan langsung menggunakan definisi atau aksioma karena bertentangan dengan dimensinya. Usianya secara psikologis belum mampu mencapai tahap belajar langsung menggunakan definisi. Tetapi dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme yaitu dengan membantu anak membangun pemahamannya terhadap matematika dengan melalui proses abstraksi berdasarkan pengalaman sebelumnya, mengajak siswa untuk mengklasifikasikan objek, menamai objek, hingga anak dapat memahami konsep yang terkandung didalamnya. terimakasih
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
Pendidikan matematika di Perguruan Tinggi berbeda dengan di Sekolah Dasar. Di Perguruan tinggi, mahasiswa dituntut untuk mandiri dengan cara mengontruksi sendiri struktur-struktur matematikanya karena pada tahap ini mahasiswa sudah dapat berpikir abstrak. Di Sekolah Dasar siswa hendaknya tidak ditekankan untuk bisa mengkontruksi sendiri struktur-struktur matematika seperti di Perguruan Tinggi, karena pola pikir mahasiswa dan anak-anak sangatlah berbeda. Daya nalar mahasiswa sudah mumpuni untuk melakukan hal yang demikian, sedangkan pada anak SD masih belum mumpuni karena anak SD masih cenderung suka bermain.
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Berdasarkan elegi tersebut, terdapat perbedaan antara karakter pembelajaran pendidikan matematika anak-anak dengan orang dewasa. Karena sesungguhnya perkembangan kognitif juga dipengaruhi oleh umur mereka. Sama dengan halnya cara belajar anak-anak dengan orang dewasa yaitu anak-anak mudah menerima tanpa ada penolakan yang berat dalam konsep matematika, tetapi orang dewasa yang mempunyai pikiran kritis akan menyanggahnya dan sedikit menerimanya. Sehingga, bagaimana cara menyampaikannya juga harus disesuaikan dengan ruang dan waktunya dan dengan metode yang cocok untuk umurnya.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Berdasarkan pada konstruktivisem, belajar merupakan proses aktivasi pengetahuan siswa dimana siswa menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang pernah dimilikinya sehingga pengetahuannya dapat berkembang dan dapat memberi mana pada tiap pengetahuan sehingga siswa lebih memahami materi dengan baik. Jelas bahwa bagi konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Terlihat perbedaan menonjol bagaimana pembelajaran di bangku perkuliahan dan bangku sekolah. Masihlah mudah mengatur pembelajaran atau situasi kelas di bangku perkuliahan daripada bangku sekolah. Terlebih lagi membelajarkan matematika. Inilah perbedaannya antara orang dewasa dan anak-anak. Menurut saya, agar lebih mudah membelajarkan matematika kepada anak di bangku sekolah, matematika itu sendiri harus ditanamkan sedari kecil, sedari bangku sekolah dasar. Mereka haruslah mempunya rasa yakin terhadap matematika sedari dini.
Khintoko Intan Permatasari
ReplyDelete19701251020
PEP A S2 2019
Assalamu'alaikum wr.wb
Dalam elegi di atas menjelaskan tentang kemampuan pedagogis dan psikologis guru dalam memahami siswanya. Guru tidak boleh egois dalam menentukan kehendaknya sendiri dalam suasana saat pembelajaran. Begitu juga dalam penggunaan model pembelajaran. Guru harus peka terhadap siswanya. Sebab seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap siswa memiliki karakteristik dan daya fikir yang berbeda-beda. Selain itu, guru harus mampu menempatkan dirinya. Seperti pada proses pembelajaran antara di sekolah dasar dengan perguruan tinggi yang memiliki berbagai macam perbedaan. Pada pembelajaran matematika di Perguruan Tinggi dapat dilakukan dengan cara mendorong kemandirian mahasiswa untuk membangun konsep sendiri. Sedangkan pada pembelajaran siswa sekolah dasar masih perlu adanya bimbingan khusus. Siswa SD cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan masih dalam masa bermain. Oleh karena itu, peran guru di sini sangatlah penting.
Ahmad Syajili
ReplyDelete19709251066
S2 PM D 2019
Assalamualaikum wr.wb
Terima kasih Pak Prof. atas postingan ini. Dari elegi ini saya benar-benar menemukan alasan kenapa dalam mengenalkan matematika kepada anak-anak sama sekali tidak bisa dan tidak memungkinkan untuk mengajarkan matematika seperti di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan perkembangan psikologis dan karakter antara anak-anak dan orang dewasa sangat berbeda. Dimana bagi orang dewasa ia mampu mempelajari matematika yang bersifat abstrak, sedangkan bagi anak-anak ia mengenal matematika dari hal yang bersifat konkrit atau nyata, yang bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, janganlah mencoba untuk mengenalkan matematika abstrak kepada anak-anak karena itu tidak akan mungkin bisa. Tetapi cobalah mengenalkan matematika melalui cara-cara yang memang sesuai dengan perkembangan psikologis anak.
Sekar Hidayatun Najakh
ReplyDelete19701251007
S2 PEP A 2019
Assalamualaykum wr wb...
Filsafat sangat erat kaitannya dengan perkembangan dan pemahaman ilmu pengetahuan. Mulai dari lahirnya teori, hukum, prinsip, postulat, maupun asumsi. Ilmu, termasuk matematika merupakan unsur dari suatu proses, prosedur, dan produk. Paradigma yang terbentuk adalah proses merupakan jalan lahirnya penelitian, prosedur merupakan jalan lahirnya metode, dan produk merupakan jalan lahirnya pengetahuan yang sistematis. Ideologinya, tentang apa yang dikaji disebut ontologi, yaitu cabang dari metafisika yang membicarakan eksistensi dan ragam-ragam dari suatu kenyataan. Maka seharusnya matematika dalam pembelajarannya mengikuti alur tersebut. Dalam pembelajaran matematika terhadap penyampaian kepada peserta didik, tentu harus menyesuaikan jenjang dari peserta didik. Misalnya untuk jenjang sekolah dasar, matematika perlu diajarkan melalui benda-benda konkret. Sedangkan pada jenjang yang lebih tinggi, matematika perlu diajarkan melalui pengalaman dan paradigma logis.
Terimakasih Prof...
Rifki Rinaldo
ReplyDelete19709251070
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Architectonic mathematics merupakan suatu kegiata membangun pengetahuan matematika. Belajar matematika memang harus dimulai dengan mengkonstruk konsep itu sendiri. Dan selama ini pembelajaran matematika terlebih di tingkat sekolah masih cenderung transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Sehingga siswa kurang dapat memahami dan mengingat sebuah konsep lebih lama. Hal inilah yang harus dirubah,bahwa pembelajaran matematika tidak boleh hanya sekedar mentransfer ilmu dari guru ke siswa, tetapi siswa harus mengalami dan membangun pengetahuannya sendiri dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari yang dijumpai.