The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Apr 19, 2013
Elegi Ritual Ikhlas 31: Menggapai Kedamaian
Oleh: Marsigit
Kemenangan yang datang:
Terang teranglah sudah. Puas puaslah sudah. Akhirnyanya kesampaian juga harapanku. Inilah yang selamanya aku cari. Telah aku korbankan segalanya untuk menemukan kedamaian. Damai damailah sudah. Kini saatnyalah aku perlu bereuporia dalam kedamaianku. Dalam damaiku ini aku akan lebih banyak berafirmatif daripada berinterogated. Karena selama berafirmatif itulah aku terbebas dari keraguanku. Aku terbebas dari pertanyaanku. Inilah kepastian yang selama ini aku cari. Maka dalam kedamaianku maka pasti dan pastilah aku. Tiada keraguan lagi bagiku. Maka selesailah perjuanganku. Selesai dan selesai. Maka menanglah diriku. Menang dan menang. Maka merdekalah aku dalam kedamaian dan merdekalah aku dalam kemenangan
Memperdalam makna kemenangan:
Yah kemenangan itu begitu indahnya bagiku. Aku akan selalu menyanyikan kemenanganku itu dalam lagu dan syair kalimat afirmatif. Karena dengan kalimat afirmatif maka aku bisa selalu dalam kemenangan dan kepastian. Maka kujaga dan kupegang erat-eratlah kalimat afirmatif. Dan saya tidak mau lagi direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan lagi. Inilah ilmuku. Inilah kepastianku. Inilah kemenanganku. Dalam kemenangan ini aku merasa seperti dalam ruangan yang serba indah dan serba ada. Tiadalah kekurangan dalam diriku. Maka hanyalah tinggallah satu yang perlu aku gapai, yaitu ketika aku harus mengahadap kepada sang Kholik. Tetapi kapan ya itu?
Begitu mendengan kalimat terakhir sebagai pertanyaan, maka muncullah orang tua berambut putih:
Salam, wahai hamba Tuhan. Terimakasih engkau telah memanggilku kembali. Apa khabar? Baik-baik saja bukan? Aku telah lama tidak berjumpa denganmu. Kemana sajakah engkau? Kelihatannya wajahmu berbinar-binar. Sepertinya hatimu juga bergembira. Kelihatannya engkau baru saja meraih sesuatu atau mencapai suatu hasil yang besar bahkan mungkin sangat besar.
Hamba menggapai kedamaian:
Salam, kembali wahai orang tua berambut putih. Benar apa yang engkau katakan. Ketahuilah bahwa aku sedang menikmati kemenanganku sendiri, maka janganlah kau usik diriku dengan titah-titahmu lagi. Semuanya yang engkau katakan, semuanya yang engkau pikirkan bahkan semuanya yang akan engkau ucapkan, terkira-kira aku telah mengetahuinya. Aku telah mengetahui prinsip dan pokoknya. Aku telah mengetahui arah dan tujuannya. Jadi biarlah aku menikmati kepastian dan kemenanganku ini sendirian tanpa engkau usik kembali. Maka sebenar-benar aku sekarang adalah aku yang tidak lagi memerlukanmu. Inilah yang selama ini aku perjuangkan. Inilah yang selama ini berusaha raih dengan segenap pengorbananku. Maka sekali lagi, aku dapat katakan bahwa diriku sekarang adalah sebenar-benar diriku yang tidak memerlukan dirimu lagi. Bahkan ketika engkau mengaku sebagai pertanyaanku dan ketika engka mengaku sebagai ilmuku sekalipun, maka sebenar-benar bahwa aku tidak lagi memerlukan dirimu lagi. Kenapa engkau hanya diam seribu bahasa. Bukankah engkau tadi juga sempat pergi, tetapi mengapa sekarang engkau menghampiriku lagi, wahai orang tua?
Orang tua berambut putih:
Wahai hamba menggapai damai, biarkan aku terdiam sejenak. Aku memerlukan waktu sejenak untuk meneteskan air mataku. Maka tidak pula hanyalah engkau yang menginginkan diam dan tenang. Akupun demikian. Maka sebenar-benar diriki sekarang adalah diriku yang tidak ingin engkau usik. Yaitu ketika aku diam. tetapi ketahuilah bahwa sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa diamku tidak lah sama dengan diammu. Jikalau diammu engkau rasakan sebagai euporia kemenangan. Maka diamku adalah euporia kesedihan. Aku terdiam karena tidak bisa melantunkan kata-kataku. Aku terdiam karena memberi kesempatan kepada diriku untuk menangis. Tetapi mengapa ketika ketika aku terdiam dan menangis, engkau pergi dari hadapanku?
Hamba menggapai kedamaian menhampiri orang tua berambut putih:
Wahai orang tua berambut putih. Aku baru mengalami kejadian yang luar biasa yang menimpa diriku. Ketika engkau bertanya kenapa aku pergi, maka datanglah energi yang luar biasa dasyatnya sehingga melemparkan diriku ke tampat yang jauh. Ternyata tempat yang sangat jauh itu tidak lain tidak bukan adalah tempat di depanmu ini. Itulah mengapa serta merta aku menghampirimu, ketika engkau membuat pertanyaan. Tetapi aku tidak mengetahui dari manakah energi sebesar itu?
Orang tua berambut putih terperanjat mendengar penuturan hamba menggapai damai:
Oh hamba menggapai damai. Bukankah keadaanmu sekarang adalah bertentangan dengan apa yang engkau katakan dan engkau cita-citakan. Bukankah engkau merasa telah menemukan kedamaianmu? Engkau telah menemukan kepastianmu. Maka engkau ingin hidup menyendiri. Dan engkau tidak lagi memerlukan pertanyaan-pertanyaan. Bahkan dengan sombongnya engkau tidak lagi menginginkan ilmu. Tetapi kenapa engkau masih melantunkan pertanyaan-pertanyaanmu? Bukankah engkau masih ingat bahwa pertanyaanmu itu adalah ilmumu. Ilmumu tidak lain-tidak bukan adalah diriku. Mengapa di satu sisi engkau menampikku sekaligus merindukanku? Bukanlah itu kontradiksi dalam pikiranmu?
Hamba menggapai damai:
Wahai orang tua berambut putih. Kenapa pertanyaanmu yang terakhir juga telah menyebabkan aku terlempar di depanmu? Perkenankanlah aku juga menginginka diam sejenak untuk sekedar meneteskan air mataku. Yang sekarang ini diamku agak berbeda dengan waktu yang lalu. Aku sedih karena aku juga melihat bahwa dalam dirimu terdapat kontradiksi. Bukankah engkau pernah mengatakan bahwa kontradiksi adalah sebenar-benar ilmu dalam pikiranku. Kenapa engkau menyesali kontradiksi itu?
Orang tua berambut putih:
Wahai hamba menggapai damai. Ingin aku katakan bahwa sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa aku baru saja mengalami peristiwa seperti apa yang engkau alami. Begitu engkau melantunkan pertanyaanmu, maka datanglah energi yang besar sehingga melemparku ke hadapanmu.
Hamba menggapai batas dan orang tua berambut putih terhentak oleh kesadarannya sendiri, dan bersama-sama melantunkan kata-kata:
Jikalau engkau adalah ilmuku, maka aku ternyata adalah juga ilmumu. Maka aku telah menemukan bahwa sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa aku dan engkau tidak dalam keadaan diam. Aku menjumpai bahwa aku dan engkau saling datang dan pergi. Aku dan engkau saling bertanya dan menjawab. Aku dan engkau saling memerlukan dan berjuang. Aku dan engkau belum berhenti. Aku dan engkau belum memperoleh kepastian. Aku dan engkau masih diliputi keraguan. Maka belumlah selesai perjuangan hidupku ini. Maka belumlah ada sebenar-benar kemenangan itu. Tetapi mengapa kita terburu-buru merayakannya?
Hamba yang lain datang menghapiri:
Wahai hamba menggapai batas. Bolehlah engkau menyebut diriku sebagai hamba ataupun sebagai orang tua berambut putih. Itu sama saja buatku. Tetapi aku juga terpaksa datang oleh karena pertanyaanmu yang terakhir. Aku ingin menyampaikan bahwa sebenar-benar menggapai ilmu tiadalah ada akhir batasnya. Maka “keadaan jelas” bagimu adalah sebenar-benar ancaman bagimu. Barang siapa telah merasa jelas akan sesuatu maka seketika “ruang gelap” telah menantimu. Mengapa? Karena bisa saja jelasmu itu adalah jelasnya sekedar ruanganmu, bukankah engkau juga menginginkan jelas pula untuk ruangan di sebelahmu. Bagaimana mungkin engkau memperoleh jelas akan ruang di sebelahmu jikalau engkau terperosok dalam-dalam pada suatu ruang saja. Bukankah “diam” mu itu menunjukkan bahwa engkau sedang menikmati “keterperosokkanmu” di dalam “ruang gelapmu”. Itulah sebenar-benar bahaya di muka bumi ini, yaitu jika seseorang telah merasa jelas akan sesuatu, sehingga yang demikian telah menghilangkan ikhtiarnya untuk memperoleh pengetahuan selanjutnya. Bukankah itu adalah kesombongan luar biasa bagi seseorang yang telah merasa bisa sehingga merasa toidak perlu lagi mencari pengetahuan yang lainnya. Maka sebenar-benar bahaya adalah ruang-ruang gelap yang setiap saat siap menerkammu sehingga engkau puas dalam kedamaian kepastianmu. Ketahuilah bahwa tiadalah sesuatu yang pasti di dunia ini. Kepastian itu hanyalah milik Allah SWT. Maka jikalau seseorang telah menolak ilmu-ilmunya, maka sulitlah bahwa dia masih dapat dikatakan sebagai sebenar-benar hidup di dunia ini. Ingatlah bahwa sebenar-benar hidup adalah ilmu. Bahkan ketika matipun kita masih memerlukan ilmu. Bukankah kita memerlukan ilmu bagaimana kita bisa meninggalkan dunia ini dengan khusnul khotimah. Amien Ya robbal alamin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Ketika kemenangan datang, janganlah sombong. Ketika memperdalam kemenangan, janganlah sombong. Ketika kau sudah meraih segala impianmu, janganlah sombong. Tetaplah merunduk, tidak ingatkah kau bagaimana berbagai perjuanganmu dalam meraihnya? Tidak ingatkah kau dengan susah payah mencapainya? Bukankah ketika kita sudah mencapai sesuatu itu ternyata itu adalah capaian lingkupan kita saja? Ingat, itu hanya berdasarkan lingkupan kita saja, masih ada lingkup yang lain. Janganlah sombong, sombong hanya akan menenggalamkan dirimu sendiri. Astaghfirullahhal’adzim Semoga kita senantiasa dalam lindunganNya.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PM A PPs UNY 2018
Seperti halnya belajar tidak memiliki batas bahkan hidup sendiri adalah proses belajar maka menggapai kesempurnaan juga tiadalah akhir batasnya. Kesempurnaan disini adalah Ilmu yang ada akan terus berkembang karena manusia terus berpikir, terus ada kontradiksi sehingga ilmu yang telah diperoleh sekarang tidak menjadi jaminan bahwa pengetahuan hanya sebatas ilmu yang kita miliki. Janganlah kita puas, bersikap sombong dan bangga dengan ilmu yang kita miliki saat ini karena sesungguhnya ilmu kita belum seberapa. Pengetahuan itu begitu luas dan dalam, jadi setiap orang bisa memperdalam dan memperluas ilmunya saat ini atau di waktu mendatang. Begitu pula dengan diri kita, janganlah menikmati ilmu yang dimiliki untuk kepuasan dan kesombongan semata.
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
ketika seseorang berasa telah mencapai apa yang diharapkannya terkadang membuat mereka sombong dan merasa sudah cukup dan berhenti di titik itu. Sama seperti saat menuntut ilmu, saat ia sudah merasa di keadaan jelas maka itu sebenarnya adalah ancaman untuk dirinya sendiri. Saat merasa sudah jelas terkadang membuatnya tidak ingin mencari ilmu-ilmu lain. Padahal dalam menuntut ilmu tidak dikenal batasnya. Ilmu yang ada ini tidak terbatas dan begitu luas. Begitu banyak yang belum kita ketahui, dan merupakan kesombongan jika merasa sudah memiliki banyak ilmu.
Nani Maryani
ReplyDelete18709251008
S2 Pendidikan Matematika (A) 2018
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Sebenar-benar meggapai ilmu adalah sampai kita mati, karena hidup adalah untuk belajar, setiap detiknya, setiap harinya hidup akan mengajari kita hal-hal baru yang semakin menjadikan kita sebagai manusia dewasa. Sehingga orang yang merasa bahwa ia telah jelas dan sudah mencapai titik akhir dalam mencari ilmu adalah orang yang sudah mati secara filsafat.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Sebenar-benar hidup adalah ilmu. Menuntut ilmu itu tidak akhir dan batasnya, selama kita masih hidup di dunia, terikat oleh ruang dan waktu, tugas kita sebagai hamba Allah adalah mencari ilmu seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Ilmu merupakan bekal kita untuk menghadapi kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat. Orang yang paling terancam di dunia ini adalah orang sudah merasa jelas dengan ilmu, ia telah masuk ke "ruang gelap" tidak ada cahaya karena kesombongannya. Padahal jika kita mencari dan mencarinya lagi, maka kita akan sadar betapa bodohnya dan betapa banyak hal yang tidak diketahui.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Ilmu diperlukan kita untuk dapat menggapai damai. Maka dari itu kita harus selalu menutut ilmu kapanpun dan dimanapun kita berada. Ikhtiar, berdoa serta Ikhlas dalam hati dan pikiran akan membawa atau mengantarkan kita kepada suatu ilmu. Dengan ilmu yang luas kita akan bisa menerima terhadap pemikiran-pemikiran yang lain dan dengan ilmu juga kita tidak akan menutup diri kita terhadap ilmu-ilmu yang baru. Oleh karena itu, marilah kita semua untuk terus meningkatkan ilmu yang kita miliki, karena dengan ilmu kita akan dapat menggapai suatu kedamaian.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Elegi ini mengajarkan dan sekaligus menyadarkan agar kita tidak senantiasa cepat berpuas diri dengan ilmu yang dimiliki. Berpuas diri dengan sesuatu pencapaian itulah kedamaian yang gelap, semu dan juga kedamaian yang mati. Belajar secara continu itu adalah proses penghidupan atas ilmu yang sudah kita capai. Maka tanpa belajar secara continu ilmu yang dicapai akan terhenti dan mati, kita juga akan sulit menggapai ruang-ruang ilmu lainnya. Berdiam pada kedamaian semu itu sama dengan berada pada zona nyaman yang membahayakan. Mahasiswa yang lanjut s2 itulah orang yang berhasil keluar dari zona nyamannya, orang yang dalam tahap keberhasilan menuju ruang-ruang ilmu lainnya karena akan memperoleh banyak ilmu yang belum didapatnya selama S1.
Orang berilmu yang menggapai kedamaian semu tidak akan pernah tahu betapa banyak ketidaktahuannya, sehingga enggan untuk mau belajar lagi. Sementara orang berilmu yang berhasil keluar dari kedamaian semu akan semakin tahu ketidaktahuannya sehingga ia terus belajar keluar dari kegelapan (ketidaktahuannya). Maka sebenar-benar hidup orang berilmu adalah terus belajar.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Sebenar-benar menggapai ilmu tidak ada batas akhirnya. Sampai kapanpun kita tetap mencari ilmu. Tidak hanya muda, tapi juga dewasa dan lansia juga tetap mencari ilmu. Untuk menggapai kedamaian intinya kita tidak boleh sombong dengan apa yang sudah dimiliki. Jika seseorang sudah merasa jelas terhadap sesuatu maka akan membuat seseorang tersebut menghilangkan ikhtiar untuk mengetahui sesuatu yang lainnya. Ia sudah puas dengan satu jawaban, tanpa ingin mengetahui jawaban yang lainnya. Ia sudah puas dengan satu pendapat tanpa memperhatikan pendapat yang lainnya. Hal ini membuktika bahwa ia telah puas dalam kedamaian kepastian yang menyebabkan ia menjadi sombong. Padahal perlu diingat bahwa tidak ada yang pasti di dunia ini, karena kepastian hanyalah milik Allah. orang tidak boleh puas dengan satu ilmu, karena sesungguhnya semua ilmu-ilmu itu saling berkaitan dan berguna dalam kehidupan, jadi jangan mudah puas dan sombong dengan apa yang dimiliki.
Wassalamualaikum wr.wb.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Damai dalam hati, pikiran, perasaan, jiwa diperoleh dari mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Perasaan damai diciptakan oleh diri sendiri, bila tidak maka tidak muncul damai dalam diri. Damai juga melalui proses ikhlas, karena dengan ijin ikhlas maka terwujudlah rasa damai karena perasaan sudah plong. Hal sederhana saja yang bisa memunculkan damai yaitu tersenyum kepada orang lain dan melihat orang lain tersenyum. Tanpa disadari akan memunculkan rasa damai karena merasa bahwa hidup di dunia ini berdampingan dengan orang-orang di sekitar kita dan menikmatinya bersama-sama.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Tidak ada sesuatu yang pasti di dunia ini dimiliki oleh manusia, satu-satunya yang pasti hanyalah milik Alloh. Dalam elegi ini saya tertarik dengan kalimat Maka jikalau seseorang telah menolak ilmu-ilmunya, maka sulitlah bahwa dia masih dapat dikatakan sebagai sebenar-benar hidup di dunia ini. Ingatlah bahwa sebenar-benar hidup adalah ilmu. Tidak ada ilmu dalam diri seseorang berarti adalah kematian. Sehingga hidup sampai kapan itu adalah pilihan. Ketika seseorang memilih untuk mati, diamlah. Jangan fungsikan otak, tolaklah semua ilmu, maka keberadaan manusia tersebut akan hilang begitu pula manfaatnya. Karena dia tidak mengada, tidak lagi jadi pengada maka dia tidak ada.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Untuk menggapai kedamaian, seseorang pastinya akan terus berusaha menggapai apa yang dia inginkan untuk mencapai kedamaian tersebut. Damai di hati bisa dilakukan dengn mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu tentunya harus diimbangi dengan adanya ilmu pengetahuan. Ilmu yang didapatkan bisa berupa ilmu dan dunia dan ilmu akhirat. Dalam mencari ilmu, ilmu pasti akan dicari setinggi-tingginya juga. Tapi semakin engkau menguasai suatu ilmu, pasti akan merasa ilmu yang dikuasai justru tidak ada apa-apanya dengan ilmu yang lainnya karena ilmu itu tidak terbatas adanya. Justru jika seseorang merasa segala ilmunya sudah cukup, maka matilah hatinya karena dia tidak berpikir lagi bahwa ada banyak ilmu di balik semua ilmu yang ada.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jefri Mailool
ReplyDeletePPs S3 PEP 18701261002
Ilmu yang dimiliki dengan usaha yang keras dan penuh perjuangan hendaklah memberikan kontribusi yang nyata dalam kehidupan. menggapai kedamaian dengan berbekal ilmu tidaklah sepenuhnya cukup sebab untuk menggapai kedamaian diperlukan doa-doa kita yang mesti selalu dipanjatkan kepada Tuhan.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Dalam upaya menggapai kedamaian, kita memerlukan arah menuju kebenaran. Arah kebenaran tersebut dapat kita peroleh dari ilmu. Maka dari itu, kita dapat menuntut ilmu sebanyak mungkin agar menjadi bekal bagi kita. Menuntut ilmu itu tidak berbatas, kapanpun dimanapun dan siapapun dapat menuntut ilmu selagi masih bisa. Namun, dalam menuntut ilmu, kita tidak boleh merasa berpuas diri maupun menyombongkan atas ilmu yang telah kita miliki. Menuntut ilmu yang baik adalah meniatkannya untuk ibadah dan menjadikkaannya sebagai bekal kehidupan dan bermanfaat bagi sebanyak banyaknya
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
Dari elegi tersebut, Ilmu diperlukan untuk menggapai kedamaian. Ketika ilmu sudah didapatkan perlulah didiringi dengan doa-doa dan ikhtiar. Ilmu agama menjadi pijakan pertama seseorang untuk menuntut ilmu yang lainnya. Apabila manusia belum menuntaskan ilmu pokok dalam agamanya, maka ilmu yang lain pun hanya akan diraih sejalan dengan kehidupannya. Dapat dikatakan mendapatkan ilmu tanpa bersyukur. Semoga hati kita termasuk ke dalam hati yang damai. Aamiin.
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 pendidikan matematika 2018
Kedamaian dapat diraih seseorang yang bertwakkal kepada Allah. Hati yang damai memerlukan kekhusyukan dalam beribadah, pikiran yang jernih, dan hati yang bersih. Hati yang damai yaitu hati yang tidak dirundung rasa cemas dan khawatir yang berlebihan. Seseorang akan merasa damai jika mereka dapat mengontrol pikiran dan perasaannya serta ia yang tidak suka berprasangka buruk kepada Allah maupun sesama manusia. Salah satu cara untuk menggapai kedamaian yaitu dengan bermuhasabah dan selalu mengingat kematian karena sesungguhnya yang paling dekat dengan kita selain jodoh adalah kematian.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
PEP S3
Sebenar-benar menggapai ilmu adalah tanpa batas. Artinya, kita tidak memiliki batas untuk mencari ilmu selama nafas masih ada. Setiap saat kita perlu mencari ilmu. Ilmu bukan berarti kita harus datang ke sekolah dan belajar. Ilmu bisa didapatkan di mana saja. Ilmu ini yang akan mempermudah kita dalam menjalankan ibadah di dunia ini.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
Manusia memerlukan ilmu dalam menggapai kedamaian. Ketika ilmu sudah didapatkan perlulah didiringi dengan doa-doa dan ikhtiar. Ilmu agama menjadi pijakan pertama seseorang untuk menuntut ilmu yang lainnya. Apabila manusia belum menuntaskan ilmu pokok dalam agamanya, maka ilmu yang lain pun hanya akan diraih sejalan dengan kehidupannya. Dapat dikatakan mendapatkan ilmu tanpa bersyukur. Kedamaian letaknya dalam hati manusia. Seorang yang memiliki ilmu tinggi tanpa bersyukur dan munajat pada Allah swt, maka tak akan menemukan kedamaian dalam hatinya. Hanya kepuasan semu belaka yang didapatkan.
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Berdasarkan elegi tersebut, dalam pikiran saya menggapai kedamain dari menggapai kemenangan. Kemenangan yang ada dalam pikiran saya tentang bagaimana kita melawan hawa nafsu, lapar dan dahaga. Sehingga pada waktu yang akan datang, ada hari kemenangan karena kita menjalankan kewajiban sebagai seorang hamba. Dengan hari kemenangan tersebut, kita diberkahi hati dan pikiran yang bersih dan menyambutnya dengan kemenangan. Jadi, kedamaian bermuara pada hati dan pikiran karena kedamaian dari hati dan pikiran.
Sintha Sih Dewanti
ReplyDelete18701261013
PPs S3 PEP UNY
Setiap manusia menginginkan kedamaian, tapi kebanyakan orang mencarinya di tempat yang salah. Kita sering memikirkan kata ketenangan pikiran, akan tetapi kita tidak dapat mengandalkan pikiran untuk memberi kedamaian yang diinginkan dari jiwa kita. Perdamaian tidak ditemukan dalam pikiran. Pikiran meminta perhatian kepada kita, akan tetapi tidak ada kedamaian jika kita bereaksi terhadap setiap pemikiran dari pikiran kita ini. Kedamaian sejati dimungkinkan dengan menghubungkan ke jiwa kita. Perdamaian adalah emosi mendalam yang bertindak sebagai batu loncatan menuju pencerahan.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Pergerakan bumi tak ada yang tau batasnya, kapan ia akan berhenti hanya menjadi rahasia Tuhan. Oleh karenanya menggapai ilmu pun adalah tiada batasnya. Hidup memang penuh dengan kontradiksi, jika kamu merasa benar-benar jelas atas sesuatu, janganlah berpuas diri dengan itu. Mungkin saja, kejelasanmu berarti bahwa hanya sekedar jelas menurut ruangmu, kejelasanmu tak akan pernah bisa mencapai kejelasan orang lain. Karena sedalam-dalamnya hati dan pikiran orang lain tidak ada yang tau dalamnya.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap manusia. Menuntut ilmu berawal sejak dalam buaian hingga liang lahat. Sehingga selama manusia hidup, maka menuntut ilmu harus terus berlanjut. Ilmu itu luas, bahkan Allah SWT berfirman, jika seluruh pepohonan digunakan sebagai pena, sementara air dilautan digunakan sebagai tintanya, maka air itu tetap tidak akan cukup untuk menuliskan ilmu-ilmu Allah. Bahkan jika ditambahkan tinta sebanyak itu lagi, tetaplah ia tak mampu menuliskan semuanya. Ilmu tidak akan ada habisnya. Oleh karena itu, janganlah manusia merasa diri sudah mampu, sudah bisa, sudah paham, sudah mengerti, karena sejatinya apa yang kita pahami belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang belum kita pahami.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Dikatakan dari elegi di atas bahwa sebenar-benar bahaya adalah ruang-ruang gelap yang setiap saat siap menerkammu sehingga engkau puas dalam kedamaian kepastianmu. Ketahuilah bahwa tiadalah sesuatu yang pasti di dunia ini. Kepastian itu hanyalah milik Allah SWT. Maka jikalau seseorang telah menolak ilmu-ilmunya, maka sulitlah bahwa dia masih dapat dikatakan sebagai sebenar-benar hidup di dunia ini. Ingatlah bahwa sebenar-benar hidup adalah ilmu. Bahkan ketika matipun kita masih memerlukan ilmu. Hal tersebut menunjukkan bahwa ilmu memanglah sangat penting peranannya dalam kehidupan seorang manusia. Jika selama hidupnya manusia selalu berusaha dan berhasil mendapatkan ilmu-ilmu yang baik serta memanfaatkan dan menggunakannya dalam kebaikan maka manusia tersebut akan memperoleh kedamaian dalam hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr wb
Pengetahuan itu begitu luas dan dalam, jadi setiap orang bisa memperdalam dan memperluas ilmunya saat ini atau di waktu mendatang. Kaitannya dengan kedamaian, dalam kehidupan terkadang memang kedamaian sulit untuk didapatkan, namun dengan ilmu yang cukup dan pengetahuan yang mendukung kedamaian tersebut senantiasa akan datang.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Berbicara tentang ilmu. Ilmu itu sangat mahal harganya, terkadang kita tidak menyadari ilmu yang kita punya terkadang sangat berharga buat orang lain, begitu juga sebaliknya ilmu yang oarang lain punya sangat berharga buat kita disitulah kita diajarkan untuk saling berbagi. Karena ilmu itu luas dan dimana saja. kita sebagai manusia diwajibkan untuk menuntut Ilmu
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Tidak ada seorangpun yang dapat benar-benar menggapai ilmu, yang ada hanyalah berusaha untuk menggapainya. Maka, tidak panas manusia untuk merasa cukup atau bahkan telah merasa menguasai suatu ilmu sehingga beranggapan bahwa tidak perlu lagi mencari ilmu. Hal yang demikian itu merupakan kesombongan yang dibenci oleh Allah SWT. Selama masih hidup, manusia harus selalu mencari ilmu bahkan terkadang manusia tidak menyadari hal itu. Dengan terus menerus belajar, ilmu yang dimiliki akan terus berkembang dan akan semakin tinggi derajatnya di hadapan Allah SWT.
Umi Arismawati
Delete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, wr, wb
Seperti pepatah yang menyebutkan bahwa tuntutlah ilmu sepanjang hayat. Kita sebagai manusia memang dituntut untuk selalu belajar dimanapun dan kapanpun. Menuntut ilmu juga tidak mengenl usia. Semuanya berhak untuk menuntut ilmu.
Nur Afni
ReplyDelete18709251027
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tugas manusia didunia adalah mencari ilmu, memperlajarinya dengan niat yang benar dan sungguh-sungguh setelahnya ilmu yang diperoleh diamalkan dengan benar sesuai aturan yang berlaku. Dengan ilmu manusia dapat memperoleh kedamaian. Dengan ilmu manusia juga dapat merasakan kemenangan. Harta terbesar dan tak ternilai adalah ilmu yang bermanfaat. terimakasih
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, wr, wb
Ilmu itu sangat luas sekali. Ilmu juga sangat penting di dalam kehidupan. Dalam meraih ilmu tersebut tidak ada batasnya. Setiap kita ingin mencari suatu ilmu, maka akan timbul ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan ilmu tersebut. Ilmu selalu berkembang dari waktu ke waktu. Tidak ada yang bisa memastikan kapan suatu pengetahuan akan berhenti berkembang karena pada hakikatnya pengetahuan itu dinamis. Untuk itu carilah ilmu sepanjang hayat.
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, wr, wb
Orang yang sudah mempunyai ilmu tidak boleh menutup dirinya untuk berusaha memperoleh ilmu/ pengetahuan lainnya. Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang menuntut ilmu. Maka dari itu, kita jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang kita miliki, apalagi merasa sudah bisa dan tidak perlu menuntut ilmu lagi. Hal yang demikian merujuk pada kesombongan. Padahal kesombongan merupakan hal yang dibenci oleh Allah SWT.
Samsul Arifin / 18701261007 / S3 PEP 2018
ReplyDeleteUntuk mencapai kedamaian manusia harus memiliki bekal ilmu. Bahkan ilmu diraih tanpa batas. Manusia diciptakan Alloh memiliki derajat yang paling tinggi diantara semua ciptaan Alloh yang lain. Hal yang membedakan manusi dengan makhluk lain adalah manusia dibekali akal. Manusia dapat mencapai ilmu yang diinginkan dengan menggunakan akal yang dimiliki. Manusia menggunakan ilmu yang dimilki untuk mencari kedamaian yang diinginkan.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Tiadalah sesuatu yang pasti di dunia ini. Meskipun kita mempunyai ilmu hingga saat ini kita menempuh kuliah PPs, belum tentu pasti ilmu kita cukup untuk menyelsaikan berbagai persoalan. Dunia terus berkembang, maka pemikiran kita juga harus mampu berkembang, oleh sebab itu, ilmu kita pun harus di upgrade. Yang ada saat ini, kita mencoba menggapai penyelesaiannya agar memberikan kebaikan bagi kita maupun pihak lain atau diwujudkan dalam pemberian alternative solusi. Maka tiada kesombongan yang pantas untuk ditunjukkan karena sesungguhnya kemampuan manusia itu terbatas dan kita membutuhkan pertolongan orang lain.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Pertempuran pada jaman dulu menjadikan trauma tersendiri bagi masyarakat jaman dulu. Untuk mengajukan perdamaian saja harus melakukan banyak hal yang ternyata merugikan pihak mereka sendiri bukannya sama-sama tidak ada rugi dan tidak ada untung. Itu jaman dahulu, bila jaman sekarang semua orang bukannya bertempur dengan orang tetapi diutamakan pertempuran dengan diri sendiri. Karena bila dengan dirinya sendiri saja belum damai apalagi dengan orang lain. Hal itu merupakan syarat utama untuk memulai hidup yang tenang dan bisa memulai untuk lebih menghargai diri sendiri dan orang lain.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Kemenangan memang sangat indah karena merupakan sebuah pencapaian apa yang diharapkan bisa terwujud dengan maksimal sehingga seseorang sampai pada sebuah kepuasan. Kemenangan bisa didapatkan dengan sendiri dan juga kemenangan bisa di gapai dengan bersama-sama tinggal apa itu yang akan di capai.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
"Barang siapa telah merasa jelas akan sesuatu maka seketika (ruang gelap) telah menantimu". Dari kalimat berikut kita bisa memahami bahwa sebuah kesombongan akan membawa kedalam ruang gelap kehidupan karena merasa baik dari kita sendiri belum tentu baik untuk orang lain dan dimata orang lain.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Kedamaian digapai dengan menggunakan ilmu, baik itu kedamaian hati, pikiran dalam menjalani hidup. Menuntut ilmu dengan niat hati yang ikhlas dan bermanfaat bagi orang yang ada di sekitar kita, dengan terus belajar dan belajar agar tidak terjebak pada mitos dan selalu rendah hati terhadap sesuatu yang telah dicapai serta menaburkan kebaikan antar sesama manusia sehingga akan menciptakan kedamaian.
M. Ikhsan Ghozali
ReplyDelete19701261003
PEP S3 2019
Assalamu'alaikum wr.wb.
Berpuas diri atau cepat merasa puas bukanlah hal yang dianjurkan. Kehidupan di dunia sangatlah dinamis sehingga menuntut manusia untuk selalu bergerak, menjadi lebih baik lagi. Berpuas diri atau cepat merasa puas atas apa yang dicapai atau dirasakan adalah jebakan yang membuat manusia karena ia sudah merasa nyaman dengan kondisi tersebut.Di atas langit masih ada langit, di balik tabir ada tabir lainnya. Artinya, tidak ada kepastian sehingga manusia mesti terus bergerak, pikiran dan tindakannya, untuk terus menguak rahasia ayat-ayat Allah SWT. Jika sudah merasa puas dan cepat berpuas diri, ia termasuk orang yang sombong karena merasa tidak melakukan ataupun membutuhan apa-apa lagi. Semoga Allah mengampuni dosa kita dan melindungi kita dari perbuatan tidak terpuji. Aamiin.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Khintoko Intan Permatasari
ReplyDelete19701251020
PEP A S2 2019
Assalamu'alaikum wr.wb
Ketika seorang telah mencapai suatu kesuksesan, maka itu hanyalah sebuah puncak kesuksesan yang masih berada di lembah kesuksesan. Seperti ilmu padi yang semakin berisi maka akan semakin merunduk. Hal yang harus disadari manusia adalah bila semakin banyak ilmu yang ia miliki maka haruslah tetap rendah hati. Mencapai puncak kesuksesan yang sebenar-benarnya bagi manusia adalah akhir hidup yang baik – khusnul khotimah. Yang mampu menghantarkannya ke kehidupan kekal yang baik yang berada di sisi Allah SWT. Kemenangan dan kesuksesan yang ada di dunia ini adalah hanya sementara dan bukan yang utama. Niat menggapai kesuksesan di dunia untuk bekal kesuksesan di akhirat adalah sebuah kebijaksanaan bagi manusia. Tentunya semua itu haruslah ditempuh dengan jalan yang benar.
Hidayatul wafiroh
ReplyDelete19701251010
S2 PEP A 2019
Mencari ilmu tidak ada batasnya, karena puncak ilmu adalah milik Allah. Saat manusia mencapai kesuksesaannya tanpa bekal ilmu maka kesuksesaan itu dapat menutup mata dan hatinya. Manusia akan sombong terhadap kesuksesaannya dan tidak akan berusaha untuk mencari ilmu pengetahuan lagi. Manusia sudah merasakan cukup ilmu karena sudah sukses. sebenar-benarnya hidup adalah ilmu, jangan lelah berikhtiar mencari ilmu di dunia ini karena semakin bertambah ilmu kita semakin kita merasa ternyata ilmu yang sudah kita peroleh adalah sebagian kecil ilmu di dunia ini. Semoga Allah mudahkan setiap langkah kita dalam menggapai ilmu pengetahuan dan dijauhkan dari sikap sombong.
Mira Amalia Yudhanti
ReplyDelete19701251014
S2 PEP A
Allah akan meninggikan derajatnya kepada orang-orang yang berilmu. Dengan demikian, dalam mencari ilmu tidak ada batasnya. Jika seseorang merasa sudah mampu menjelaskan tentang sesuatu kepada orang lain yang membuatnya enggan untuk memperoleh pengetahuan lebih lanjut akan menimbulkan sifat sombong pada dirinya. Padahal kesombongan salah satu hal yang dibenci Allah SWT. Kita harus ingat bahwa sebenarnya hidup adalah untuk pencarian ilmu, bahkan ketika mati pun kita masih membutuhkan ilmu pengetahuan.
ahmad syajili
ReplyDelete19709251066
S2 PM D 2019
Assalamualaikum wr.wb
Dari elegi ritual ikhlas 31 ini, saya memahami bahwa dalam menggapai kedamaian yang dibutuhkan hanyalah sikap tawadu’ dan tidak cepat berpuas diri terhadap apa yang telah dicapai. Meskipun sesuatu yang telah diraih melewati perjuangan yang berat, tetap itu bukanlah apa-apa tanpa adanya pertolongan dari Allah SWT. Untuk itu, janganlah terlalu menikmati perolehan yang telah dicapai karena sesungguhhnya itu adalah awal dari keterpurukan.
Misalnya dalam menuntut ilmu. Sedalam apapun seseorang menguasai ilmunya, tetapi ia masih kecil dihadapan ilmu karena jangkauan ilmu itu tidak ada batasnya. Maka, gapailah kedamaian dengan ilmu, sikap tawadu’ dan memohon kepada Allah SWT agar dibukakan rahmat dan pertolongan-Nya.
Ardhya Handayani
ReplyDelete19701251015
S2 PEP 2019 A
Elegi ritual ikhlas ini menjelaskan mengenai sikap manusia untuk rendah hati dan tidak mudah berpuas diri. Dalam elegi ini dicontohkan ketika kita mencari ilmu. Ketika seseorang merasa ilmu yang dimilikinya sudah cukup maka orang tersebut dapat dikatakan sombong. Sikap seperti membuat seseorang berhenti dalam mencari ilmu. Ketika kita berhenti berikhtiar dalam mencari ilmu pada saat itu kita menjadi orang yang terjerumus. Dari elegi ini diingtakan untuk menjadi pribadi yang rendah hati dan tidak mudah berpuas diri, semakin banyak ilmu yang kita milik seharusnya kita lebih rendah hati. Semoga kita selalu dilindungi dan diberikan perlindungan dari Allah SWT.