The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Apr 19, 2013
Elegi Ritual Ikhlas 4: Cantraka Sakti belum Ikhlas
Oleh Marsigit
Cantraka Sakti:
Waha sini saudaraku, Cantraka Awam, bagaimana khabarnya? Engkau dari mana kok bisa sampai kesini untuk mengikuti Ritual Ikhlas? BerZikir ya berZikir, tetapi ngobrol itu ya penting.
Cantraka Awam:
Aku dari jauh. Aku kesini memang ingin meningkatkan keikhlasanku dalam beribadat. Oleh karena itu Ritual Ikhlas ini saya anggap peristiwa yang sangat tepat dan sangat baik bagi diriku untuk belajar ikhlas, dengan cara menerima saran perbaikan dari Santri yang sudah pengalaman. Lha kalau kamu dari mana? Kenapa engkau juga datang kesini? Apa Alasanmu?
Cantraka Sakti:
Wha..aku sebetulnya tidak sengaja mengikuti kegiatan ini. Aku sebetulnya sedang menunggu job atau pesanan karya ilmiah saya. Seraya menunggu sembari mengisi waktu saya ingin melihat apa yang terjadi dalam Ritual Ikhlas.
Cantraka Awam:
Bicaramu kelihatan sangat ilmiah apakah engkau seorang Doktor atau Profesor?
Cantraka Sakti:
Oh bukan, cuma aku memang lulusan Cambridge University baru beberapa bulan. Ngomong bahasa Indonesia atau bahasa Jawa saja masih harus belajar. Wah kegiatan ini menurutku sangat menyiksa. Terlalu banyak peraturan, thethek mbgengek. Di luar negeri aku tidak pernah menemui kegiatan semacam ini. Ah buang-buang waktu saja.
Santri Petugas:
Maaf saudaraku, ini saatnya para peserta sedang berZikir. Mohon toleransinya agar bicaranya diperlemah. Atau kalau bisa saya sarankan, daripada banyak berbicara lebih baik memperbanyak amalan-amalannya dengan cara berZikir yang sebanyak-banyaknya.
Cantraka Sakti:
Waha...asem tenan...seorang Master lulusan Cambridge University baru beberapa bulan..ditegur sama lulusan SMP. Ya...ya...ya...saya diam. Hei Cantraka awam...aku membawa segala macam minuman. Ini pilihlah. Engkau akan minum apa? Kesenanganku adalah minum kopi hangat. Wah kopi hangat kaya gini suegernya bukan main...Dhuot..drut..drut. Apalagi habis minum bisa buang angin, wah rasanya sangat lega. Lalu minum lagi..wah badan terasa seger. Apalagi kalau bisa buang angin lagi...demikian itu seterusnya. Itu kebiasaanku selama di Luar Negeri selama bertahun-tahun. Tidak puas kalau minum tidak sambil buang angin.
Santri Petugas:
Maaf Cantraka Sakti...sesuai dengan kebiasaan dan tata cara melaksanakan Ritual Ikhlas, maka minum sambil buang angin itu tidak sopan. Karena setelah anda membuang angin, itu berarti anda tidak suci lagi. Seyogyanya, setelah anda membuang angin, anda harus bergegas mengambil air wudhlu. Jika tidak berwudu maka itu berarti anda minum dalam keadaan kotor. Artinya, Syaitan itu akan masuk bersama minum kopi anda itu.
Cantraka Sakti:
Wuhaeh...baru kali ini saya mendengar peraturan seperti itu. Ketika aku di Luar Negeri, tidak ada masalah itu minum sambil buang angin, sambil tertawa, sambil menari, sambil bernyanyi, bahkan sambil mabuk sekalipun. Masalah kayak gitu kok diurusi, kayak kurang kerjaan saja, mas...mas...Nanti kalau engkau butuh kerjaan lapor saja sama saya.
Santri Kepala:
Bapak ibu semua, setelah beberapa hari kita melakukan Ritual Ikhlas ini, maka sampailah kita pada penghujung acara yaitu acara penutupan. Pada acara penutupan nanti akan ada ceramah mengenai hakekat Ikhlas dan cara memperolehnya. Namun sebelumnya perkenankanlah kami ingin mengumumkan perihal penilaian transenden spiritual kami tentang siapa saja yang akan saya panggil untuk dapat melakukan atau melanjutkan Ritual Ikhlas selanjutnya. Nama-nama berikut yang yang saya panggil mohon agar dapat menuju ke mimbar tengah untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut. Sedangkan yang belum dipanggil, mohon agar tetap berada ditempat sampai acara selesai. Nama-nama yang dipanggil adalah: Mahammad Nurikhlas, Siti Nurikhlas, Cantraka Ikhlas, dan Cantraka Awam.
Cantraka Sakti:
Lho...lho...aku kok tidak dipangil? Lho..kanapa? Wah malu saya ...seorang Master Lulusan Cambridge University hanya kayak gini saja kok tidak lulus. Mohon..tolong...wah...panitia? Aku protes..kenapa aku tidak dipanggil? Lho ..jadi aku masih belum dianggap Ikhlas? Bagi seorang Master Lulusan Luar Negeri, rasio itu nomor satu. Aku hanya akan ikhlas kalau sesuai dengan pikiranku. Lha buang angin itu kan sehat, masa' nggak boleh. Itu tidak logis. Bagaimana aku akan ikhlas. Aneh pula alasannya. Apa buktinya Syaitan masuk melalui minuman kopiku. Aku tak merasakan apa-apa itu?
Santri Kepala:
Maaf hanya belum dipanggil saja. Mungkin untuk Ritual Ikhlas selanjutnya nanti Bapak akan dipanggil. Untuk sementara tunggulah di sini dengan sabar dan tawakal.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 Pend. Mat A 2018
Dalam postingan elegi tersebut tampak bahwa tokoh cantraka sakti masih membawa hal-hal yang sifatnya duniawi, seperti pangkatnya, kedudukannya, perbekalannya. Cantraka Sakti dikatakan belum ikhlas karena yang pertama belum menjalankan aturan, adab yang diselenggarakan dalam ritual menggapai ikhlas tersebut. Nampak bahwa Cantraka Sakti tidak dapat menempat diri, tidak mempunyai sopan santun karena minum sambil buang angin. Yang kedua dia sombong karena tidak mau belajar, mengumpat dan tidak membaur dengan peserta yang lai. Yang ketiga Cantraka Sakti memaksakan kehendak dan merasa bahwa ia pantas untuk dipanggil. Sebetulnya, menurut saya Cantraka Sakti belum ikhlas karena dia merasa memiliki kekuasaan dan derajatnya tinggi. Ego sebagai seorang Cantraka Sakti.
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Dari postingan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keihklasan tersebut pertama-tama dapat kita lihat dari niatan awal kita, mengikuti segala sesuatunya karena sunguh-sungguh dan semata-mata karena ingin mencapai keridhaan Allah bukan karena ada faktor/ kepentingan lainnya, seringkali rasa sombong atas apa yang telah dimiliki, harta, kekayaan, ilmu, kedudukan , derajat dan pangkat yang membutakan kita sehingga kita sering mengungkit-ungkitnya sebagai kebanggan atas kemampuan kita sendiri, padahal setiap yang kita miliki merupakan sebuat titipan dan ujian bagi kita.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Kita dapat mengetahui dari elegi di atas bahwa kesombongan dapat meruntuhkan keikhlasan. Keikhlasan dapat dicapai dengan hati yang bersih. Jika dalam hatinya masih ada kesombongan walaupun sekecil apapun bahkan hingga membuatnya tidak sadar bahwa dia telah sombong maka ikhlas tidak akan tertanam dalam hatinya. Hal tersebut mengingatkan kita untuk meniadakan rasa sombong akan apa yang telah kita miliki, baik berupa pangkat, title maupun kedudukan lainnya. Semoga kita senantiasa mengingat hakikat tujuan hidup kita yang sebenarnya, darimana kita berasal dan kemana kita kembali, agar dapat mensyukuri segala hal yang kita miliki dalam keadaan berdzikir (mengingat) Allah SWT
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Cantraka Sakti belum bisa berbuat ikhlas. Ia masih sering protes, mengeluh, bahkan membantah apa yang sudah diajarkan padanya. Ia masih sering membandingkan apa yang dia lakukan dalam acara ritual ikhlas tersebut dengan kebiasannya ketika berada di luar negeri. Apa yang dilakukannya masih belum didasari oleh rasa ikhlas. Cantraka sakti malah masih cenderung agak sombong dengan statusnya yaitu seorang Master lulusan Cambridge University. Hal ini akhirnya membuatnya untuk lebih lama mengikuti acara tersebut agar benar-benar dapat berbuat ikhlas. Diharapkan dengan ia masih mengikuti kegiatan ritual ikhlas tersebut dapat merubah kebiasaan buruknya menjadi kebiasaan yang lebih baik dan bermanfaat. Oleh karena itu, untuk dapat lanjut pada tingkata keikhlasan yang lebih tinggi maka perlu adanya kerja keras dalam menggapai keikhlasan yang diinginkan.
Wassalamualaikum wr.wb.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteErma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Untuk Ikhlas tidak perlu dari lulusan Cambridge University, tidak harus doktor maupun profesor. Tapi cukup dengan membunuh segala ego dan kesombongan lalu menundukkan dan merendahkan hati dihadapanNya serta meniatkan segalanya hanya semata-mata karena untukNya. Dalam ikhlas juga tidak membedakan antara Siawam dan sihebat. Kadar keihklasan tidaklah diukur dari semua itu, tinggi rendahnya keihklasan seseorang bukan diukur dari tinggi rendahnya pendidikan, jabatan, level, maupun kekuasaan. Tidak berarti bahwa orang lulusan Cambridge memiliki kadar keikhlasan yang lebih tinggi dari orang awam yang hanya lulusan SMP. Terkadang justru karena tingginya pendidikan, level, jabatanlah yang malah membakar habis niat ikhlas kita, dibakarnya dengan sifat sombong dan riya'.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Keikhlasan masih sulit dilakukan oleh manusia, ada saja alasan yang menjadi penyebab ikhlas masih berat dilakukan salah satunya kebiasaan. Kebiasaan yang terdiri dari bermacam-macam isian dijadikan alasan untuk menunda keikhlasan. tidak mempedulikan kedudukan manusia, ikhlas tetap ikhlas, tidak ada ikhlas yang spesial diberikan kepada manusia yang kedudukannya tinggi. Semua sama rata, karena manusia sama-sama diciptakan dari tanah maka ikhlas sama saja untuk semuanya. Jangan memilih-milih meminta dihormati hanya karena jabatannya lebih tinggi, tetap memandang ke bawah bagaimana dampaknya dan bagaimana dampak positifnya terhadap orang-orang di sekitar.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Cantraka sakti merupakan seseorang yang cerdas, memiliki intelektual tinggi, dan pandai, itu dibuktikan dengan predikatnya sebagai lulusan universitas terkemuka, Cambrige. Namun, segala kelebihannya tidak diimbangi dengan modal lain yaitu emosional dan spiritual. Cantraka sakti mudah marah, meluap-luap, dan memandang remeh orang lain, itulah tanda bekal emosinya dipertanyakan. Cantraka tidak ikhlas, tidak memahami etika dalam melakukan ritual dan dia tidak menghiraukan kesucian dalam ritual tanda bekal pemahaman agama dia memprihatinkan
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Berdasarkan elegi ritual ikhlas 4, menurut saya Cantraka Sakti belum paham bahwa ritual ikhlas tidak memandang derajat seorang yang lulusan luar negeri. Selain itu, Centraka Sakti yang belum tahu adab dalam menggapai ritual ikhlas yaitu suci dan menghormati sesama dalam emnggapai keridhoan Allah SWT. Dari hal tersebut, semoga kita selalu dalam jalan yang benar dalam menggapai ritual ikhlas pada Allah SWT.
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Dari elegi tersebut juga, saya dapat belajar bahwa seorang yang mempunyai ilmu tinggi tidak boleh sombong. Karena sesungguhnya orang yang berilmu tetapi sombong sama dengan seseorang tanpa ilmu. Mereka hanya akan membanggakan dirinyatanpa melihat bagaimana sekitarnya. Sombong dalam hati termasuk godaan yang harus dihindari yaitu dengan perbanyak berdoa dengan ikhlas agar terhindari dari sifat sombong seperti Centraka Sakti.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya tersenyum simpul melihat adanya interaksi antara para cantraka dimana ada cantraka yang sudah merasa ikhlas dan ada pula yang belum. Sebagai seorang manusia yang pernah merasa gagal seperti contohnya saya pernah gagal memasuki S1 Pendidikan Matematika di UNY. Tidak mudah bagi saya untuk bisa merasa ikhlas tapi saya berusaha untuk tetap ikhlas hingga sampai saat ini saya bisa berkuliah di UNY tapi dengan jalan yang lain yaitu dengan menempuh pendidikan S2 Pendidikan Matematika di UNY. Bagi saya ikhlas itu adalah yang paling utama sehingga bisa mendapatkan ridha dari Allah SWT.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sintha Sih Dewanti
ReplyDelete18701261013
PPs S3 PEP UNY
Seringkali seseorang mengatakan, “susah untuk ikhlas”. Itu bisa jadi karena dalam berbuatnya belum menjadi kebiasaan. Di saat kita memberi kepada orang lain dan terbersit ada penyesalan atau berpikir-pikir lagi atas apa yang telah dilakukannya, berarti kita belum ikhlas dan kita belum terbiasa dalam memberi. Keikhlasan atau ketulusan bukan hanya dalam memberi tetapi juga dalam menyikapi permasalahan. Permasalahan selalu ada menyertai kita dalam keseharian. Seseorang yang sudah terbiasa menghadapi masalah dengan kepala dingin, maka dapat dengan mudah menghadapinya. Tidak perlu konsep ribet, karena kita sudah terbiasa dan kita sudah ikhlas dengan apa yang diperbuat.
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika 2018
Dalam percakapan diatas, cantraka sakti masih berpegang pada egonya. Ia tetap membanggakan dirinya meskipun apa yang ia lakukan bukan hal yang benar, cantraka sakti belum mampu mengikuti ritual ikhlas yang diadakan pada kegiatan untuk bermuhasabah diri tersebut. cantraka sakti belum benar-benar mampu memahami bagaimana seharusnya melakukan ritual ikhlas itu. ia belum bisa membedakan kepentingan duniawi dan akhirat, sehingga egonya masih mendominasi untuk berpusat pada kepentingan duniawi. Cantra sakti merupakan seorang lulusan universitas ternama di dunia, namun disini ia belum bisa mengikuti ritual ikhlas yang sebenarnya. Hal ini membuktikan bahwa antara dunia dan akhirat adalah hal yang berbeda. Ikhlas tidak memandang siapa ia, bagaimana derajatnya, apa golongannya, serta apa jenis kelaminnya. Ritual ikhlas dapat dilakukan oleh semua orang yang benar-benar ingin menyerahkan dirinya kepada Rabbnya.
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Elegi ini menarik sekali. Secara tidak langsung elegi ini mengingatkan bahwa ikhlas ikhlas tidak diukur dari kecerdasan atau seberapa banyak ilmu yang dimiliki, tetapi ikhlas itu berasal dari hati. Dalam elegy ini dikisahkan seorang cantraka sakti yang belajar ikhlas hanya karena mengisi waktu luang, tanpa niat lillahita’ala. Selama belajar ikhlas, ia tak mau mengikuti seperti apa yang dituntunkan, ia selalu membangga-banggakan ilmunya dan menganggap bahwa dengan ilmu yang dimilikinya itu ia bisa mendapatkan segalanya, ia mengedepankan gengsinya dan merasionalkan segalanya, ini semua menandakan bahwa ia masih belum ikhlas
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
PEP S3
Artikel ini menunjukkan seberapa tinggi kedudukan, pendidikan dan yang lainnya, kedudukan kita akan tetap sama di mata Allah. Yang membedakan hanya amal dan ibadah. Lulusan terbaik sekalipun, seringnya sholat 5 waktu, jika masih ada kesombongan dalam diri sendiri, maka nilainya akan berkurang di mata Allah.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Terungkap sudah apa yang terjadi dengan Cantraka Sakti.
Ilmu dan agama harus berjalan beriringan
Ilmu tanpa agama itu buta, sedangkan agama tanpa ilmu lumpuh
Dalam elegi tersebut Cantraka Sakti digambarkan sebagai manusia berilmu namun tak beragama. Ia begitu sombong dengan apa yang ia punya, padahal sesungguhnya Allah jua lah yang memberikan semua itu kepadanya. Untuk menuju kepada Allah diperlukan keikhlasan hati yang sungguh-sungguh. Cantraka Sakti melakukan ritual ikhlas hanya karena ingin menyombongkan diri bahwa ia manusia tangguh yang telah melalui berbagai macam rintangan dan menganggap ritual ikhlas adalah sebuah hal yang sepele. Namun, apa yang terjadi, gelar master yang ia peroleh dari Cmbridge University nyatanya tak mampu membawanya mencapai ritual ikhlas. Hal tersebut membuktikan bahwa dimata Allah siapa dan apa yang kamu punya sungguh tak penting. Semua sama dihadapan Allah, hanya keikhlasannya saja yang membedakan mereka satu sama lain.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Manusia memang seringkali bersikap sombong. Manusia cenderung ingin diakui keberadaanya, diakui kemampuaanya, diakui kehebatannya oleh orang lain. Ini lah salah satu hal yang menyebabkan manusia belum ikhlas dalam beribadah. Seharusnya, dalam beribadah, manusia sudah melepaskan segala hal yang berkaitan dengan duniawi, sudah tak ada lagi sikap ke”aku”an yang dibawa. Beribadah berarti melakukan hubungan vertical dengan Allah, Sang Maha Pencipta, Yang Maha Segalanya. Tiadalah kita tanpa Kuasa-Nya. Tiadalah kita mampu mencapai prestasi-prestasi tertentu tanpa campur tangan-Nya. Untuk itu, tak sepantasnya manusia berlaku sombong. Apalagi sombong di hadapan Tuhannya.
Umi Arismawati
Delete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, wr, wb
Kesombongan memang sangat merugikan. Sebagai manusia beriman, tidak ada dalam diri kita yang dapat disombongkan. Semua yang ada dalam diri kita semata-mata hanyalah karunia dan titipan dari Allah. Untuk itu, kita yang tidak punya apa-apa ini tidak pantas untuk menyombongkan diri.
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr wb
Ikhlas adalah suatu perasaan dan kondisi dimana seseorang yang sedang melakukan sesuatu dengan penuh ketulusan tanpa mengharapkan balasan apapun. Dalam menjalani kehidupan, kadang kita disuguhi kebahagiaan namun juga terkadang kesedihan. Mungkin pada saat bahagia kita senantiasa dekat kepada Allah selalu bersyukur menyebut nama Allah, akan tetapi terkadang saat kita dalam kesedihan kita lupa akan Allah SWT dan selalu berkeluh kesah. Semoga kita dijauhkan dari sifat suka mengeluh dan senantiasa ingat bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kondisi apapun adalah ketetapan dari-Nya.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Cantraka Sakti mengatakan bahwa ia hanya akan ikhlas kalau sesuai dengan pikirannya sendiri. Sebenar-benarnya apa yang dikatakan oleh Cantraka Sakti itu adalah contoh dan bukti nyata dari belum ikhlas. Mengikhlaskan seseuatu memang bukanlah perkara yang dibilang mudah, diperlukan sikap menerima dan lapang dada agar bisa mencapai posisi mengikhlaskan itu sendiri.
Umi Arismawati
Delete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, wr, wb
saya sangat setuju dengan pendapat saudai Herlingga bahwa Mengikhlaskan seseuatu memang bukanlah perkara yang dibilang mudah, diperlukan sikap menerima dan lapang dada agar bisa mencapai posisi mengikhlaskan itu sendiri. Untuk itu, kita harus terus berusaha dan belajar menerapkan keikhlasan itu.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
“Cantraka Sakti”, adalah salah satu contoh seseorang yang yang memiliki ilmu yang tinggi dibandingkan yang lain. Seseorang yang merasa bahwa menomor satukan ilmu yang berdasar pada rasio, yaitu sesuatu yang dapat diterima dengan akal. Perbuatan yang dilakukan “Cantraka Sakti” tersebut mengindikasikan bahwa sifat sombong telah menyerang hatinya.. Senantiasa membanggakan dirinya lebih dari yang lain. Berbicara dengan orang lain tanpa menghargai ataupun menghormati. Merasa mempunyai ilmu yang lebih tinggi sehingga dapat melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Apabila hati sampai sakit atau terkotori maka perlulah diobati.
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, wr, wb
Keikhlasan harus dilandasi dengan ketulusan dan kesadaran diri. dalam elegi ini kita tahu bahwa "Cantraka sakti" berpartisipasi dalam kegiatan ini bukan karena bermaksud untuk memperbaiki dan meningkatkan ketulusan ibadah. ia hanya ingin mengamati aktivitas warga di sana dengan namanya sebagai lulusan Megister luar negeri. ia mengganggu yang lain, terutama "cantraka awan" dan selalu angkuh. dan tidak akan wudhu setelah ia kentut. sedangkan, ritual ketulusan yang tepat adalah menjaga kesucian dan meninggalkan hal-hal duniawi seperti derajat termasuk tingkat pendidikan.
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, wr, wb
Keikhlasan memang bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Para cantraka masih memegang hawa nafsu keduniawian mereka. Mereka masih bersifat angkuh dan sombong. Oleh karena itu, janganlah menyombongkan apa yang tingginya pendidikan atau ilmu yang kita miliki, tanpa adanya rasa keikhlasan yang segala sesuatu itu tidak ada maknanya.
Nur Afni
ReplyDelete18709251027
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Mempelajari tata cara beribadah dengan benar melalui ritual ikhlas hendaknya dengan niat yang benar ikhlas bukan hanya sekedar mengisi waktu luang. Belajar tentang ibadah yang benar itu adalah kewajiban. Ilmu dunia boleh saja dipelajari. Tetapi jangan sampai karena ilmu dunia kita melupakan akhirat. Tetap rendah hati dan ikhlas belajar jika kita belum mengetahui dengan benar tentang adab dan tata cara yang sesuai dengan syariat. Serta belajar dengan penuh kesabaran. Semoga Allah terus menjaga kita untuk tetap istiqomah dijalan yang benar. aamiin
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Keberadaan cantraka sakti tidak menunjukkan keseriusannya dalam mengikuti ritual ikhlas. Justru hanya ingin menampakkan identitasnya sebagai seorang lulusan luar negeri yaitu lulusan Cambridge University. Tidak adanya keikhlasan dalam hati cantraka sakti dalam mengikuti ritual ikhlas ini, perlu diketahui bahwa ketika kita melakukan suatu ibadah dan menghadap kepada Allah Ta’ala maka kita dihadapan Allah itu sama dengan individu lainnya dan tidak ada gunanya juga kita membangga-banggakan status kita dihadapan orang lain.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Gelar, jabatan, golongan adalah derajat duniawi. Tidak ada hak bagi manusia untuk menyombongkan pencapainnya, namun hendaknya menggunakan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang berilmu sudah sepantasnya dapat berpikir lebih bijak, menghargai setiap aturan, dan tetap rendah hati, tidak seperti cantraka sakti. Ia telah menempuh pendidikan hingga tinggi namun adabnya tidak menunjukkan kalau dia orang yang berilmu.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dari artikel di atas, dapat diketahui betapa sombongnya Cantraka Sakti yang mengagung-agungkan diri dengan pendidikan yang dimilikinya. Padahal segala sesuatu apabila tanpa didasari rasa ikhlas adalah sia-sia. Pangkat atau pun derajat intelektualitas dalam skala pendidikan formal bukanlah menjadi jaminan utama dalam standar baiknya ibadah seseorang. Bisa dimungkinkan ketika ada orang yang pandai secara akademik juga baik dalam ibadahnya. Atau sangat dimungkinkan sekali bahwa orang yang tidak secerdas ilmuwan-ilmuwan ternama namun dalam konteks ibadah dialah juaranya. Di dalam menjalani hidup, hendaknya kita selalu ikhlas, tidak menyombongkan diri, dan tidak memandang seseorang berdasarkan golongan, pangkat, dan sebagainya. Di mata Allah Swt, kita semua adalah sama.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Keikhlasan seseorang tidak dapat diukur dan nilai dari ucapan, ikhlas muncul dari dalam hati dan bukan untuk diumbar-umbar melalui ucapan. Keikhlasan tidak dapat diukur dari gelar, jabatan dan tingkat pendidikan seseorang. Hanya Allah SWT lah yang dapat mengukur keikhlasan seseorang. Dari dialog tersebut, tokoh Cantraka Sakti menunjukan bahwa ikhlas yang diucapkan dihadapan orang lain itu sama saja dengan sombong, sama saja dengan tidak ikhlas, dan sombong adalah perbuatan yang sangat di benci Allah SWT. Keikhlasan sendiri itu muncul dari niatan yang benar untuk mencari ridho Allah SWT, dan semua manusia memeiliki kedudukan yang sama dihadapan Allah SWT, hanya niat yang ikhlas dan amalan perbuatan lah yang membedakannya. Segala sesuatu jika di sertai niat dan keikhlasan untuk mencari ridho Allah akan mempermudah urusan kita dan menjadikan hidup damai dan tentram.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tingkatan keikhlasan yang dimiliki oleh seseorang tidaklah diukur dari seberapa tinggi tingkat pendidikannya. Seseorang yang hanya lulusan SMP bahkan dapat memiliki rasa ikhlas lebih dari seseorang yang merupakan lulusan Magister dari Cambridge University. Dalam menumbuhkan rasa ikhlas harus dibarengi dengan sikap rendah hati, kita tidak boleh sombong dan angkuh dengan apa yang kita miliki seperti halnya Cantraka Sakti. Dia tidak mau mendengarkan omongan santri lain yang hanya lulusan SMP karena dia meradsa lebih pintar dari santri tersebut. Padahal Allah SWT tidak pernah membeda-bedakan hamba-Nya dari tingkat pendidikan yang dimiliki.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dalam hal ini keiklasan harus diniati karena semata-mata karena Allah. Karena tanpa keiklasan tidak akan berkah apa yang telah ia dapatkan didunia. Iklhas tidak hanya di perkataan saja tetapi di hati juga harus mempunyai dasar keiklhasan. Agar hidup menjadi berkah. Sesungguhnya kita semua sama di mata Allah, yang membedakan adalah ketaatan kita terhadap-Nya.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
“Elegi Ritual Ikhlas 4: Cantraka Sakti belum Ikhlas" menyadarkan kita bahwa ikhlas itu munculnya dari hati, tidak memandang apakah ia berpangkat tinggi, gelar tinggi, harta banyak, derajat, atau apapun. Seperti kisah Cantraka Sakti diatas, dia salah seorang lulusan Cambridge University akan tetapi ia sangat sombong dan terlena dengan apa yang ia miliki. Perlu diingat bahwa selama manusia itu masih dalam kesombongan maka rasa ikhlas itu akan sulit dirasakan dalam hati. Mungkin lisannya bisa mengatakan bahwa ia ikhlas, tetapi hati itu tidak bisa dibohongi dan rasa ikhlas yang sesungguhnya itu berasal dari hati. Memang tidak mudah untuk ikhlas. Banyak sekali godaan dari syaitan. Akan tetapi jika hati kita bersih maka ikhlas itu akan muncul dengan sendirinya. Untuk itu perbanyaklah dzikir Insya Allah hati akan menjadi bersih.
Hendra b.
ReplyDelete18701261008
PEP S3 2018
ukuran ikhlas itu di hati. Bukan pada logika. Karena sebenar-benar ikhlas tempatnya dihati jika diperdebatkan melalui akal pikiran maka keikhlasan itu menjaddi kabur dan esensinya sebagai tindakan yang mulia akan hilang.
SUHERMI
ReplyDelete18709251007
S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA A
Dari elegi diatas, puncak keikhlasan adalah ketika kita mampu melepaskan label-label keduniawian yang melekat pada diri kita. Kita tidak menyebut apa yang kita miliki dan peroleh,dan apa yang kita mampu merupakan salah satu cerminan keikhlasan.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
Ikhlas adalah sesuatu yang sulit dilakukan bagi sebagian manusia yang belum memahami benar apa itu ikhlas. Niat dari hati yang tulus adalah kuci munculnya keikhlasan dalam diri. “Cantraka Sakti”, adalah salah satu contoh seseorang yang yang memiliki ilmu yang tinggi dibandingkan yang lain. Seseorang yang merasa bahwa menomor satukan ilmu yang berdasar pada rasio, yaitu sesuatu yang dapat diterima dengan akal. Perbuatan yang dilakukan “Cantraka Sakti” tersebut mengindikasikan bahwa sifat sombong telah menyerang hatinya.. Senantiasa membanggakan dirinya lebih dari yang lain. Berbicara dengan orang lain tanpa menghargai ataupun menghormati. Merasa mempunyai ilmu yang lebih tinggi sehingga dapat melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Apabila hati sampai sakit atau terkotori maka perlulah diobati.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Ikhlas adalah hanya mengharap kepada Allah SWT dengan segala aktivitas yang dilakukan bukan kepada manusia. Ikhlas memiliki lawan tidak ikhlas, dimana ego yang tinggi masih menguasai hati dan pikiran., kita belajar dan terus belajar sampai akhirnya apa yang ingin kita capai tercapai, kemudian kita merasa paling benar dan ilmu yang dimiliki tidak ada tandingannya itu juga termasuk dengan kesombongan maka sebenar-benar kesombongan itu adalah jebakan syetan, yang mengoda manusia baik dari segi Ilmu maupun Harta yang dimiliki. Maka niatkan dengan Menginggat Allah disetiap memulai aktivitas kita dan akhiri dengan menginggat Allah setiap kita selesai aktivitas kita.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHidayatul wafiroh
ReplyDelete19701251010
S2 PEP A 2019
Dari elegi ini, saya memahami bahwa untuk ikhlas harus meluruskan niat terlebih dahulu. Ketika niat sudah benar semata-mata mencari rida Allah maka ikhlas akan terlaksana. Tetapi, ketika niat hanya sekedar di mulut maka tidak akan berproses mencapai titik ikhlas dengan baik. Cantraka sakti merupakan contoh yang memiliki niat yang hanya sekedar di mulut tetapi belum sampai ke hati. Dia selalu membanggakan dirinya sendiri, memikirkan dirinya sendiri, dan tidak memiliki sikap toleransi. Dengan pendidikan yang tinggi ia ingin mempunyai fasilitas khusus dalam beribadah untuk mencapai dengan cepat titik ikhlas. Padahal sesungguhnya Allah melihat hamba-Nya sama, yang membedakan adalah takwanya. Dengan bertambahnya ilmu dan pendidikan seharusnya membuat sesorang menyadari ternyata masih banyak ilmu yang belum dipelajari. Seperti padi yang semakin berisi makin merunduk, yang artinya semakin bertambah pengetahuan kita, semakin kita rendah hati. Bukannya semakin bertambah ilmu maka membuat riya dengan ilmunya. Satu lagi, siapapun yang memberikan nasihat yang membawa pada kebaikan kita terima tanpa memandang siapa dan apa kedudukannya.
M. Ikhsan Ghozali
ReplyDelete19701261003
PEP S3 2019
Assalamu'alaikum wr.wb.
Pelajaran yang bisa diambil dari kisah di atas adalah untuk mencapi ikhlas dibutuhkan adab yang benar: kesucian, ketulusan, dan kerendahan hati, istiqomah dan kedisiplinan, menghormati/menghargai yang lain, serta tidak mudah menggampangkan sesuatu. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ataupun gelar atau status (akademik ataupun sosial) yang tinggi tidak menjamin seseorang bisa mendapatkan ikhlas ataupun kesuksesan. Ikhlas ataupun kesuksesan tidak berdasarkan cara berpikir seseorang meskipun sederhana, sepanjang mau terus berlajar dan introspeksi.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Ardhya Handayani
ReplyDelete19701251015
S2 PEP 2019 A
Dari elegi ini dapat diambil pesan bahwa ikhlas tidak hanya dipandang dari apa yang dilakukan namun juga bagaimana melakukannya. Ikhlas melaksanakan ibadah tanpa mengeluh mengenai tata caranya, dilakukan secara tulus dan mengharap ridha Allah. Selain itu keikhlasan tidak memandang pendidikan, harta, jabatan, maupun pangkat. Jika direfleksikan dengan kenyataan sebenarnya masih banyak orang yang secara tidak sadar melakukan kesalahan seperti Cantraka Sakti yang sering mengeluh dengan ibadah yang dilakukan serta masih memandang orang berdasarkan pangkat, harta, dsb.
Mira Amalia Yudhanti
ReplyDelete19701251014
S2 PEP A
Dari artikel tersebut saya memahami bahwa seseorang yang ikhlas tidak dilihat dari derajatnya tetapi dari perbuatannya. Apabila seseorang menilai dirinya ikhlas dengan cara menyombongkan diri, meremehkan orang lain berarti dalam hidupnya belum ada keikhlasan dihatinya. Keikhlasan berasal dari hati biarlah hanya diri kita yang tahu dan Tuhan yang menilainya
Ngaenun Nangim
ReplyDelete19709251058
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Sombong adalah indikasi ketidakikhlasan. Seseorang yang ikhlas akan menjaga dirinya dari penyakit sombong. Sebagai manusia, tiada kiranya yang patut untuk disombongkan karena semua hanyalah sementara. Karena semua pemberian dan titipan dari sang Pencipta dan hanya Allah lah yang berkuasa atas segala kuasaNya.
Vera Yuli Erviana
ReplyDeleteNIM 19706261005
S3 Pendidikan Dasar 2019
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dalam hal ini ditegaskan lagi bahwa dalam kegiatan ritual ikhlas ini tidak ada perbedaan berdasarkan derajat dan pangkat manusia. Baik orang yang kaya, orang miskin, orang yang berpendidikan tinggi, maupun orang yang berpendidikan kurang tinggi, semuanya berhak mendapatkan fasilitas dan perlakuan yang sama. Pengetahuan manusia akan ilmu-imu duniawi yang tinggi juga perlu diimbangi dengan akhlak yang baik. Baik akhlak kepada Tuhan maupun akhlak kepada sesama manusia. Hendaklah kita memperlakukan setiap orang dengan baik seperti apa yang kita harapkan orang lain memperlakukan kita, tanpa merugikan orang lain.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Mira Amalia Yudhanti
ReplyDelete19701251014
S2 PEP A
Dari elegi di atas, keikhlasan tidak dilihat dari kedudukan tetapi dari niat. Cantraka sakti lulusan dari Cambridge University merasa bahwa kedudukannya lebih tinggi dari para santri lainnya, sehingga dia tidak mau mendengarkan teguran dari santri tersebut. Seharusnya kita mendengarkan semua nasihat baik yang diberikan oleh orang lain tanpa mempedulikan pangkat dan kedudukan dari orang tersebut. Hal tersebut dikarenakan setiap nasihat dipandang baik bukan dilihat dari siapa yang menyampaikannya, tetapi dari isi nasihat tersebut dan efek yang ditimbulkan untuk diri kita kedepannya. Karena nasihat adalah wujud dari kepedulian orang lain kepada kita.
Fitria Restu Astuti
ReplyDelete19709251069
S-2 Pendidikan Matematika D 2019
MasyaaAllah dari artikel ini saya sedikit banyak belajar tentang bagaimana kita bisa ikhlas. Ikhlas adalah ketika kita mampu melaksanakan perintah dari atasan tanpa protes dan tanpa penolakan. Selain itu ikhlas sangat jauh dari kesan kesombongan, kita tidak boleh bermain-main dengan ikhlas apalagi berpura-pura ikhlas hanya untuk disombongkan dan mendapatkan pujian dari orang lain. naudzubillahi min dzalik.