Apr 19, 2013

Elegi Ritual Ikhlas 35: Cendekia yang ber Nurani




Oleh Marsigit

Bagawat:

Waha..semakin banyak saja peserta lomba Menjunjung Langit. Walaupun aku telah melihat banyak di antara mereka berjatuhan. Tetapi sebagaian besar mampu juga bangun kembali dan melanjutkan perlombaan. Itulah hebatnya manusia. Tuhan telah memberi dan melimpahkan karunia kepadanya, sehingga mereka selalu diberi kekuatan untuk selalu berikhtiar. Iba rasa hatiku. Tetapi ada sesuatu yang ternyata menjadi pemikiran buat diriku, yaitu bagaimana aku bisa menjelaskan kepada peserta lomba perihal pencapaian-pencapaiannya. Mengingat di antara mereka yang banyak itu, mereka mempunyai persepsi, pikiran dan perasaan yang berbeda-beda. Wahai Sang Rakata, kelihatannya ada sesuatu yang ingin engkau tanyakan?



Rakata:
Yang mulia Bagawat, mohon ampun atas kelancanganku. Bolehkah aku mengetahui siapa saja diantara pengikutku yang lulus mampu menjunjung langit? Dan siapa pula yang tidak lulus? Jikalau diantara pengikutku ada yang tidak lulus, kira-kira apa penyebabnya? Aku juga ingin tahu, dalam perlombaan Menjunjung Langit itu apakah pemenangnya bersifat tunggal atau jamak?

Bagawat:
Hemm..Sang Rakata muridku yang gagah perkasa. Ketahuilah bahwa pemenang perlombaan Menjunjung Langit itu bisa bersifat tunggal, dual, tripel atau jamak. Sedangkan pemenangnya adalah siapa saja yang berhati ikhlas dan mampu berpikir kritis. Ketahuilah bahwa berhati ikhlas dan berpikir kritis itu terikat oleh ruang dan waktu, artinya dia itu bisa berupa titik atau simpul potensi, berupa garis atau bidang vitalitas, atau berupa ruang interaksi dinamis antara potensi dan vitalitas dalam waktunya.

Rakata:
Ampun yang mulia, sulit kiranya aku memahami apa yang baru saja engkau jelaskan? Hemm..kalau begitu apa ya kira-kira kriteria bagi mereka yang dianggap gagal?

Bagawat:

Wahai Sang Rakata...aku mengerti apa yang sedang engkau pikirkan. Ketahuilah bahwa ruang dan waktu itulah tempatnya hatimu menunjukkan keikhlasanmu dan tempatnya pikiranmu menunjukkan keikhlasanmu. Sedangkan hubungan antara dirimu dengan ruang dan waktu tiadalah bersifat tetap bagi predikat-predikatnya dan bersifat tetap bagi predikat-predikat yang lain.

Rakata:
Ampun yang mulia...bukannya aku bertambah jelas perihal keteranganmu itu, melainkan aku malah bertambah bingung.

Bagawat:
Dirimu yang selalu berubah dalam ruang dan waktu itulah penyebab dari ketidakmampuanmu menunjuk dirimu. Tetapi bahwa hatimu dan pikiranmu itu selalu berada dalam ruang dan waktu itulah suatu ketetapan yang bersifat tetap untuk menjamin doa-doa dan ikhtiarmu. Kongkritnya adalah bahwa manusia itu tidak dapat mengaku dirinya sebagai telah berhati ikhlas dan telah berpikir kritis.

Rakata:
Lho..kalau begitu..bagaimana kita bisa mengetahui pencapaian-pencapaian doa-doa, pikiran dan ikhtiar kita?

Bagawat:
Itulah perlunya penilaian dari orang lain. Tetapi sehebat-hebat orang menilai maka dia tidak bisa melepaskan diri dari ruang dan waktunya, artinya dia tidak bisa terbebas dari subyektivitasnya. Maka sebenar-benar penilaian absolut itu datangnya dari Allah SWT.

Rakata:
Wahai Sang Bagawat...tadinya saya berpikir Allah SWT itu hanya meperhatikan keikhlasan manusia saja, sedangkan pikiran manusia itu sifatnya mandiri.

Bagawat:
Jangankan pikiran manusia, semua perbuatan manusia itu sesungguhnya tidak bisa lepas dari kekuasaan Nya.

Rakata:
Sang Bagawat...bolehkah aku mengetahui lebih rinci tentang ciri-ciri orang yang mampu atau yang tidak mampu menjunjung langit itu?

Bagawat:
Bahkan dirimu setiap saat dapat terancam kegagalan, walaupun setiap saat mempunyai harapan. Kegagalanmu disebabkan oleh karena kesadaranmu, tetapi keberhasilanmu juga ditentukan oleh kesadaranmu pula. Sedangkan doa-doa mu itulah yang mengangkat dimensimu di luar kesadaranmu. Pada saat engkau lantunkan keberhasilanmu, maka saat itulah kegagalanmu siap menjemputmu. Pada saat engkau menyadari keikhlasanmu, maka saat itulah ketidakikhlasanmu siap menjemputmu. Jangankan engkau bertanya kepada banyak orang, jika engkau mampu bertanya kepada diri sendiri maka engkau dapat mengetahui bahwa kegagalan dan keberhasilanmu selalu siap mengikuti dirimu dalam ruang dan waktumu. Maka tiadalah sebenar-benar dirimu itu ikhlas dan berpikir kritis, melainkan dirimu hanya selalu berusaha menggapainya. Ketahuilah bahwa sebenar-benar ikhlas dan berpikir kritis absolut itu hanyalah milik Nya. Maka tiadalah ada manusia dimuka bumi ini yang sebenar-benar mampu menjunjung langit itu, kecuali atas kehendak Nya.

Rakata:
Jikalau manusia itu tidak mampu mencapai ikhlas dan berpikir absolut, mengapa engkau mengadakan perlombaan Menjunjung Langit?

Bagawat:
Itulah yang namanya ikhtiar. Aku dapat katakan bahwa ikhlas dan pikiran kritismu itu tidak lain tidak bukan adalah ikhtiar hati dan pikiranmu. Barang siapa berhenti berikhtiar dalam hati dan dalam pikirannya maka dia akan terancam dimangsa oleh mitos-mitosnya sendiri. Itulah yang disebut bernurani dan cendekia. Bernurani itu adalah ikhlas dalam hatimu dan cendekia itu adalah kritis dalam pikiranmu.

Rakata:

Hemm..terimakasih Sang Bagawat..padhang terawangan. Kalau begitu bernurani dan cendekia itu ternyata melekat pada diri kita masing-masing dalam ruang dan waktu kita masing-masing pula. Hemm..bolehkah Sang Bagawat aku masih bertanya tentang satu hal, yaitu apa yang dimaksud dengan mandiri?

Bagawat:
Seperti yang sudah saya jelaskan di muka. Ikhtiar manusia itu mentrasformir potensi hati dan pikirannya kedalam ruang dan waktu interaksi dinamis antara potensi-potensinya dengan vitalitas-vitalitasnya. Ruang dan waktu interaksi dinamis itu bisa berupa titik, garis, bidang atau bahkan ruang itu sendiri.

Rakata:
Wahai Sang Bagawat...saya hanya bertanya tentang mandiri..kenapa penjelasanmu malah bertambah rumit?

Bagawat:

Di dalam ruang dan waktu interaksi dinamis itulah manusia mampu merasakan, menyadari dan memikirkan dirinya dan bukan dirinya. Tetapi keadaan demikian bersifat timbal balik dengan lingkungannya. Di dalam ruang interaksi dinamis itu pula manusia harus bersedia menjadi obyek perasaan, obyek kesadaran dan obyek pikiran bagi yang lainnya. Jika ruang dan waktu kemudian diintensifkan dan diekstensikan, maka itulah yang terjadi bahwa manusia sedang melakukan hijrah dari satu titik ke titik yang lainnya untuk mentransformir doa-doa dalam hatinya serta kritis dalam pikirannya untuk memperoleh vitalitas-vitalitasnya. Ketahuilah bahwa jika ruang dan waktu diintensifkan dan diekstensifkan lagi maka vitalitas-vitalitas itu tidak lain adalah juga potensi-potensinya.

Rakata:
Apa hubungannya antara potensi, vitalitas, ruang dan waktu dengan mandiri?

Bagawat:
Wahai Sang Rakata yang gagah dan perkasa, sabarlah. Dalam ruang dan waktu interaksi dinamis itu, jika manusia terjaga hati dan pikirannya, maka ada 3 (tiga) kemampuan yang segera diperolehnya. Dia akan bisa merasakan, menyadari, memikirkan, dan menjalani fenomena mendatar, meruncing dan mengembang.

Rakata:
Apa pula fenomena mendatar, meruncing dan mengembang itu?

Bagawat:
Fenomena mendatar itulah kebiasaanmu, itulah aturan-aturanmu, itulah kodrat dan takdir yang telah ditetapkan baik dari dalam dirimu maupun dari luar dirimu. Fenomena meruncing itulah perasaanmu, itulah kesadaranmu, itulah pikiranmu, itulah ikhtiarmu untuk mengungkap segala misteri kehidupan dirimu dan lingkunganmu. Sedangkan fenomena mengembang itulah perolehanmu, akibat-akibatmu, pencapaianmu, prestasimu, pergaulanmu, keluargamu, teman-temanmu, masyarakatmu. Ketiga fenomena itulah sebenar-benar pilar dalam hidupmu. Itulah hidupmu. Janganlah mengaku-aku sebagai manusia mandiri jikalau engkau belum memahami dan mengimplementasikannya.

Rakata:
Oh..Sang Bagawat...ampunilah kebodohan diriku ini. Badanku terasa gemetar setelah mendengar uraianmu semua. Sungguh tiadalah aku merasakan keperkasaanku itu di hadapanmu itu. Perkenankanlah aku ingin meneteskan air mata dan melantunkan doa syukur atas karunia ini.

Bagawat:
Wahai Sang Rakata..bangunlah. Bukanlah sesuatu yang kebetulan engkau datang di hadapanku itu. Tiadalah orang lain selain dirimu dan diriku ada di sini. Aku pun tidak melihat para cantraka ada di depanku. Apa artinya? Artinya adalah tiadalah ada kata akhir perlombaan Menjunjung Langit itu. Kemampuanmu datang dihadapanku sekarang ini, adalah bukti bahwa dengan keikhlasanmu itu, engkau telah konsisten tetap berpikir kritis seraya mengembang tanggungjawab dan kewajiban-kewajibanmu. Tidak hanya itu, aku juga melihat bahwa engkau telah mampu mentransformir dirimu ke dalam ruang dan waktu interaksi dinamis yang tidak hanya engkau peruntukkan bagi dirimu, tetapi juga bagi yang lainnya. Secara sadar maupun tidak sadar engkau telah mengakomodir tidak hanya dirimu tetapi juga diri yang lain aspek-aspek kehidupan bernurani, cendekia dan mandiri. Jika ruang dan waktu yang lampau aku telah menunjuk sementara seorang Cantraka sebagai pemenangnya, maka sekarang aku telah menunjuk dirimu sebagai pemenang sementara. Teruskanlah perjuanganmu karena di atas pundakmulah banyak nasib di luar dirimu tergantung pada dirimu. Itulah sebenar-benar manusia cemani. Tetapi waspadalah terhadap mitos-mitosmu. Begitu engkau menyadari keikhlasanmu dan pikiran kritismu maka mitos-mitosmu itu siap menerkammu. Maka istighfar dan berdoalah mohon ampun dan bimbingan ke hadhlirat Allah SWT. Amiin.

40 comments:

  1. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
    Sesungguhnya kita sebagai manusia tidak dapat menjujung langit, kita hanya dapat menggapainya. Bagaimana cara menggapainya? Dengan keikhlasan dan berpikir kritis. Tidak ada orang ikhlas mengaku ikhlas dan orang berpikir kritis mengaku berpikir kritis. Seseorang dapat dikatakan seseorang itu ikhlas dan berpikir kritis pasti dari penilaian orang terhadapnya. Namun, sebenar-benar penilaian yang absolut ialah Allah SWT.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

    ReplyDelete
  2. Fany Isti Bigo
    18709251020
    PPs UNY PM A 2018

    Terdapat syarat-syarat bagi seseorang untuk dapat berhasil dalam menggapai ilmu yaitu memiliki keikhlasan, berpikir kritis dan menggunakan kesempatan berdasarkan ruang dan waktu ia berada. Orang yang gagal adalah yang tidak berpegang pada syarat tadi. Ini menjadi benar bahwa sukses atau tidak sukses seseorang bergantung pada kesadaran diri. Jika sadar maka ia akan melakukan syarat tersebut. Jika tidak maka ia akan mengabaikannya.

    ReplyDelete
  3. Elsa Apriska
    18709251005
    S2 PM A 2018

    Setiap kegiatan manusia di duni ini tidak terlepas dari kekuasaan-Nya. Allah SWT. akan menilai setiap perbuatan manusia dan penilaian ini bersifat absolut tidak seperti penilaian manusia yang tidak bisa terhindar dari subjektivitas. Karena itu dalam setiap kegiatannya manusia harus ikhlas. Namun tidak ada manusia yang benar-benar bisa menggapai ikhlas. Yang bisa dilakukan hanyalah berikhtiar untuk menggapai ridha-Nya. Seperti yang disampaikan dalam elegi di atas bahwa Ikhtiar manusia itu mentrasformir potensi hati dan pikirannya kedalam ruang dan waktu interaksi dinamis antara potensi-potensinya dengan vitalitas-vitalitasnya.

    ReplyDelete
  4. Nani Maryani
    18709251008
    S2 Pendidikan Matematika (A) 2018
    Assalamu'alaikum Wr.Wb.

    Manusia adalah makhluk yang bebas dan memiliki ikhtiar, karena ia melakukan segala tindakannya atas dasar akal dan kehendaknya. Manusia tidak seperti batu yang dilempar ke atas bukan dengan usahanya dan jatuh ke bawah bukan dengan kehendaknya. Ia juga bukan seperti pohon yang memperoleh makanannya dari tanah, kemudian tumbuh dan berbuah tanpa ada usaha dari dalam dirinya. Manusia tidak pula serupa dengan binatang yang bergerak dengan naluri dan tidak bisa melawan dorongan dari dalam dan menyerah di hadapan kecenderungannya tanpa berpikir lebih dulu. Manusia memiliki hati dan pikiran, yang menjadikannya makhluk paling istimewa di hadapan Allah SWT, yang dianugerahi kelebihan untuk berusaha dan berdo’a menghamba kepada sang Pencipta, serta memohon ampun atas segala dosa-dosa, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

    Wassalamu'alaikum Wr.Wb

    ReplyDelete
  5. Aan Andriani
    18709251030
    S2 Pendidikan Matematika B

    Assalamualaikum wr.wb.
    Diantara semua orang tidak ada yang benar-benar dapat ikhlas dan berpikir kritis, namun manusia hanyalah selalu berusaha untuk menggapainya karena sesungguhnya yang benar-benar ikhlas dan kritis hanyaah milik Allah. maka tidak akan ada orang yang bisa berhasil tanpa kehendak-Nya. Manusia hanya bisa berikhtiar. Jika manusia berhenti untuk berikhtiar maka ia terancam dimakan oleh paa mitos. Pada dasranya nurani dan cendekia itu ada dalam diri setia manusia. Nurani berarti ikhlas dalam hati, dan cendekia itu kritis dalam berpikir. Teruslah berjuang di jalan yang benar, karena pa yang kamu lakukan sekarang akan kamu raih hasilnya suatu saat nanti.
    Wassalamualaikum wr.wb.

    ReplyDelete
  6. Deden Hidayat
    18709251032
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Semua yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini merupakan milik Allah SWT. Begitupun dengan ilmu yang ada seluruhnya merupakan milik Allah. Ikhlas dalam hati dan ikhlas dalam berpikir merupakan suatu cara untuk menggapai suatu ilmu. Ikhlas dalam hati dapat kita lakukan dengan bersungguh-sungguh dalam menggapai suatu ilmu serta tidak ada rasa terpaksa dalam menggapainya. Sedangkan ikhlas dalam berpikir bisa kita lakukan dengan selalu berpikir kritis dalam memikirkan sesuatu. Dengan berpikir kritis kita akan lebih memahami makna dari suatu ilmu yang sedang kita pelajari dan dapat memanfaatkan ilmu yang kita miliki untuk berbagi kepada orang lain.

    ReplyDelete
  7. Surya Shofiyana Sukarman
    18709251017
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Dikatakan cendikia jika ia sudah mampu berpikir kritis terhadap sesuatu dan dikatakan bernurani jika hatinya ikhlas dalam berbuat sesuatu. Hati nurani bukanlah masalah karakter yang lahir dari dalam diri seseorang yang melankolis, tetapi hati nurani merupakan rasa peka kita terhadap cahaya kebenaran dari Allah SWT. Dimana cahaya kebenaran tersebut adalah sesuatu yang tidak bisa diukur lewat logika, tetapi lewat hati nurani, dengan keyakinan kita terhadap-Nya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Endah Kusrini
      18709251015
      S2 Pendidikan Matematika A 2018

      Saya setuju bahwa hati nurani merupakan rasa peka yang dimiliki oleh seseorang. Rasa peka tidak akan muncul dengan sendirinya, namun perlu dipupuk. Caranya adalah dengan senantiasa membersihkan hati dari segala kotoran dan penyakit-penyakit hati. Hiasi hati dengan senantiasa berdzikir, memohon ampun, dan menginat Allah SWT. Karena hanya dengan mengingat Allah dalam segala kondisi lah, hati kita akan menjadi lembut dan bersih.

      Delete
  8. Janu Arlinwibowo
    18701261012
    PEP 2018

    Dalam seuatu proses belajar kita harus selalu ikhtiar dan tawakal. Itulah cara kita dalam menghadapi kesulitan belajar. Kita harus memahami bahwa belajar itu merupakan kewajiban setiap manusia dimana setiap kesulitannya marupakan suatu ujian. Untuk menghadapinya kita harus berpikir secara transenden dimana Alloh merupakan poros dari semua aktivitas. Kita harus memahami bahwa ilmu merupakan sesuatu tanpa batas dimana manusia adalah manusia dalam batasan-batasan tertentu. Oleh karena itu kita harus menjauhkan diri dari kesombongan. Atau dalam artian lain kita sebagai seorang pembelajar harus beretika, tidak sombong dan menggunakan ilmu untuk keperluan yang menimbulkan kebaikan.

    ReplyDelete
  9. Rindang Maaris Aadzaar
    18709251024
    S2 Pendidikan Matematika 2018

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
    Cedekia yang baik adalah cendekia yang bernurani. Seseorang harus memiliki hati yang bersih dan baik. Terlebih lagi seseorang tidak bisa hanya terus mencari ilmu dunia saja tanpa mencari ilmu akhirat. Seseorang harus mampu berpikir kritis sehingga dan bersikap ikhlas agar tidak mudah termakan mitos-mitos yang ada. Agar dapat terhindar dari mitos, seseorang harus memperbanyak dzikir.
    Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

    ReplyDelete
  10. Amalia Nur Rachman
    18709251042
    S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018

    Segala kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kita miliki tidak sepatutnya menyebabkan kesombongan dalam diri kita. Segala yang berhasil kita raih semata mata karena Kuasa Allah SWT. Sejatinya tidak ada manusia di bumi ini yang mampu menjunjung langit kecuali atas Kuasa dan KehendakNya. Apa yang telah kita miliki sebaiknya digunakan untuk menyebarkan manfaat sebanyak banyaknya bagi sekitar kita. Jangan sampai ilmu pengetahuan tersebut disalahgunakan dan justru membawa efek negatif

    ReplyDelete
    Replies
    1. Endah Kusrini
      18709251015
      S2 Pendidikan Matematika A 2018

      Sedikit menambahkan, bahwa kesombongan merupakan ancaman terbesar bagi manusia. Manusia-manusia yang dikaruniai kelebihan oleh Allah, akan dihadapkan pada ujian kesombongan. Apakah dengan kelebihan yang dia miliki, menjadikan dia merasakan kelebihan tersebut dan menganggap rendah pihak lain, atau justru dengan kelebihan tersebut dia merasa diri semakin tidak berdaya tanpa kuasa Allah? Karena justru sejatinya jika manusia bisa terbebas dari belenggu kesombongan, semakin tinggi tingkat keilmuan maupun keimanannya, dia akan merasa semakin rendah dari pada orang-orang lain.

      Delete
  11. Diana Prastiwi
    18709251004
    S2 P. Mat A 2018

    Di bumi, manusia adalah khalifah. Manusia diberikan amanah untuk mengatur dan menjaganya. Mencari dan mengaplikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan. Ilmu saja tidaklah cukup sebagai bekal menjalani kehidupan. Diperlukan juga doa dan kedekatan sebagai manusia kepada Tuhan-Nya. Ikhlas menjalankan amanah juga diperlukan. Karena sejatinya menerima amanah dengan hati lapang akan lebih mempermudah jalannya.Apapun yang dilakukan manusia tidak dapat lepas dari kekuasaan Allah swt. Usahayang dilakukan manusia apabila Allah tidak meridhoi, maka tetap akan sia-sia saja. Oleh karenanya jangan pernah meremehkan kekuasaan Allah swt. Jangan menjadi manusia yang sombong. Karena manusia tidak akan ada di bumi kalau bukan karena kehendak dan kekuasaan Allah swt.

    ReplyDelete
  12. Jefri Mailool
    PPs S3 PEP 18701261002

    Dalam perjalanan menggapai ilmu, ketekunan, kerja keras, berpikir kritis merupakan faktor-faktor penentu yang mesti dilakukan. Namun, perlu diingat terus bahwa sebagai penggapai ilmu, penting memiliki karakter yang baik. Dengan hanya berbekal ilmu, tidaklah cukup untuk hidup ini. memiliki hati nurani yang bersandar kepada Tuhan ditambah dengan ilmu yang cukup, membuat hidup ini bermanfaat.

    ReplyDelete
  13. Septia Ayu Pratiwi
    18709251029
    S2 pendidikan matematika

    Cendekiawan berasal dari kata cendekia yaitu ilmu. Cendekiawan berarti orang yang berilmu. Pepatah mengatakan bahwa padi yang berisi akan semakin merunduk. Orang yang memiliki ilmu yang tinggi seharusnya semakin arif dan bijaksana baik dalam mengelola ilmunya maupun mengelola sikapnya. Bersifat sombong merupakan larangan keras bagi orang yang berilmu. Karena ilmu pengetahuan yang kita miliki sesungguhnya hanyalah titipan Allah semata yang suatu saat akan diambil kembali oleh-Nya. Ilmu pengetahuan adalah amanah yang harus kita jaga kesucian dan kemurniannya. Dengan hati nurani yang bersih, dapat memperkuat dan menambah ilmu yang kita miliki. Allah mengatakan bahwa Dia akan meninggikab derajat orang-orang yang berilmu. Oleh sebab itu hendaknya kita dapat memperbaiki hati kita supaya tetap bersih dan suci dari segala penyakit. Amiin..

    ReplyDelete
  14. Bayuk Nusantara Kr.J.T
    18701261006
    PEP S3

    Ketiga fenomena itulah sebenar-benar pilar dalam hidupmu. Itulah hidupmu. Janganlah mengaku-aku sebagai manusia mandiri jikalau engkau belum memahami dan mengimplementasikannya. Dari artikel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat tiga fenomena kehidupan yaitu Fenomena mendatar itulah kebiasaanmu, itulah aturan-aturanmu, itulah kodrat dan takdir yang telah ditetapkan baik dari dalam dirimu maupun dari luar dirimu. Fenomena meruncing itulah perasaanmu, itulah kesadaranmu, itulah pikiranmu, itulah ikhtiarmu untuk mengungkap segala misteri kehidupan dirimu dan lingkunganmu. Sedangkan fenomena mengembang itulah perolehanmu, akibat-akibatmu, pencapaianmu, prestasimu, pergaulanmu, keluargamu, teman-temanmu, masyarakatmu. Setiap manusia mengalami ketiga fenomena itu setiap harinya.

    ReplyDelete
  15. Diana Prastiwi
    18709251004
    S2 P. Mat A 2018

    Manusia yang memiliki ilmu tapi jauh dari Tuhan-Nya, sama halnyatak ada tujuan hidup yang hendak dicapainya. Oleh karenanya sejalan antara dunia dan akhir sangatlah diperlukan. Menggunakan sebaik mungkin akal dan pikiran yang telah diberikan Allah swt untuk berpikir dan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain. Jadilah manusia yang berilmu pengetahuan dan tahu hakikat dirinya sebagai khalifah di bumi. Senantiasa melantunkan doa dan ikhtiar semaksimal mungkin. Selebihnya menyerahkan semua pada Allah swt untuk mengurusnya. Manusia yang telah mampu mengakomodir dirinya sendiri, ilmu pengetahuan yang telah didapatkan, memohon ampunan dan berserah diri pada Allah swt, serta mengaplikasikan untuk sendiri dan orang lain, maka dapat dikatakan bahwa mereka telah menjadi insane yang bernurani, cendeki, dan mandiri. InsyaAllah.

    ReplyDelete
  16. Atin Argianti
    18709251001
    PPs PM A 2018
    Berdasarkan elegi tersebut, saya belajar bahwa ikhlas dalam hati dan kritis dalam pikiran adalah seorang yang cendekia dan bernurani. Seorang yang bernurani akan menggunakan hatiya untuk melakukan sesuatu dengan ikhlas, dan seorang yang cendekia menggunakan pikiran kritisnya untuk bagaimana melakukannya. Cendekia dan nurani adalah sebenar-benarnya diri kita untuk selalu menggapainya. Karena sesungguhnya apa yang kita lakukan dan kita pikirkan tidak pernah lepas dari kekuasaanNya.

    ReplyDelete
  17. Atin Argianti
    18709251001
    PPs PM A 2018
    Selain komen diatas, saya belajar bahwa seorang yang mandiri adalah seorang yang dapat mentransformasikan potensi hati dan pikirannya pada ruang dan waktu yang dinamis antara potensi-potensi dengan vitalitas-vitalitasnya. Dengan kedinamisan tersebut, seseorang dapat menggunakan alat indranya dan pikirannya untuk merasakan, menyadari dan memikirkan diri sendiri dan bukan diri sendiri. Potensi-potensi tersebut akan bertransformir menjadi fenomena kebiasaan. Dari kebiasaan tersebut diperlukan ikhtiar agar menjadi istiqomah.

    ReplyDelete
  18. Sintha Sih Dewanti
    18701261013
    PPs S3 PEP UNY

    Pada elegi ini dituliskan bahwa “Pada saat engkau menyadari keikhlasanmu, maka saat itulah ketidakikhlasanmu siap menjemputmu. Jangankan engkau bertanya kepada banyak orang, jika engkau mampu bertanya kepada diri sendiri maka engkau dapat mengetahui bahwa kegagalan dan keberhasilanmu selalu siap mengikuti dirimu dalam ruang dan waktumu.” Jika direnungkan maka maknanya sangat dalam. Misalnya, kita sering merasa telah banyak melakukan amal-amal secara ikhlas, tetapi rupanya tanpa disadari kita telah terperangkap kepada perbuatan di luar keikhlasan kita yaitu Riya. Dalam beramal yang dilihat Allah adalah pernyataan hati atau niat kita.

    ReplyDelete
  19. Eka Puspita Sari
    18709251035
    S2 PM B 2018

    Tiada akhir dalam menjunjung langit dapat diartikan sebagai tiada akhir dalam menuntut ilmu, atau tiada akhir dalam bertaubat, atau tiada akhir dalam memperbaiki diri atau tiada akhir dalam berpikir kritis atau tiada akhir dalam mencoba ikhlas atau tiada akhir dalam berdoa atau tiada akhir dalam mencoba. Teruslah mencoba, karena kewajiban manusia adalah senantiasa mencoba dan berikhtiar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Umi Arismawati
      18709251037
      S2 Pendidikan Matematika B 2018

      Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
      saya sangat setuju bahwa Tiada akhir dalam menjunjung langit dapat diartikan sebagai tiada akhir dalam menuntut ilmu, atau tiada akhir dalam bertaubat, atau tiada akhir dalam memperbaiki diri atau tiada akhir dalam berpikir kritis atau tiada akhir dalam mencoba ikhlas atau tiada akhir dalam berdoa atau tiada akhir dalam mencoba. Dalam hidupnya manusia bisa melakukan apapun sampai ajal menjemputnya seperti mencari ilmu ,memperbaiki diri dan lain sebagainya. Asalkan itu perbuatan baik pastilah Allah akan meridhoi. Untuk itu marilah selalu berlomba-lomba dalam kebaikan.

      Delete
  20. Endah Kusrini
    18709251015
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Di dalam kehidupan, manusia pasti akan dihadapkan pada tantangan-tantangan. Manusia yang mampu mencapai level tertinggi dalam hidup adalah manusia yang senantiasa berproses menuju ke arah yang lebih baik. Jika manusia berhenti pada suatu titik dan merasa dirinya telah mampu, telah menguasai hal tertentu, justru sejatinya dia telah terancam mitos-mitosnya. Karena sebenar-benar hidup adalah terus bergerak, terus berjalan, terus belajar, dan terus berproses. Tak usah hiraukan penilaian orang, karena yang berhak menilai usaha kita hanyalah Allah SWT.

    ReplyDelete
  21. Herlingga Putuwita Nanmumpuni
    18709251033
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Ikhlas dan pikiran kritismu itu tidak lain tidak bukan adalah ikhtiar hati dan pikiranmu. Barang siapa berhenti berikhtiar dalam hati dan dalam pikirannya maka dia akan terancam dimangsa oleh mitos-mitosnya sendiri. Itulah yang disebut bernurani dan cendekia. Bernurani itu adalah ikhlas dalam hatimu dan cendekia itu adalah kritis dalam pikiranmu. Cendekia artinya tajam pikiran; lekas mengerti (kalau diberi tahu sesuatu); cerdas; pandai; cepat mengerti situasi dan pandai mencari jalan keluar (pandai menggunakan kesempatan); cerdik; terpelajar. Nurani artinya berkenaan perasaan hati yang murni yang sedalam-dalamnya; dan lubuk hati yang paling dalam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dita Aldila Krisma
      18709251012
      PPs Pendidikan Matematika A 2018

      Antara cendekia dan nurani memang selayaknya harmonis, sinergis, dan dinamis. Maknanya adalah adanya keselarasan antara apa yang dirasakan dalam nurani dan apa yang dipikirkan terkait kecendekiaan sehingga dapat berjalan maju dengan beriringan. Sinergis adalah membangun dan memastikan hubungan kerjasama yang produktif untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas. Dan terkahir dinamis yakni penuh semangat sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan dan sebagainya. Ketiganya adalah bentuk menggapai logos dan meninggalkan mitos karena ada pergerakan dan pemikiran. Seperti pernyataan Sdri. Herlingga bahwa ketika berhenti ikhtiar maka terancam mitos, maka ikhtiar yang dilakukan berpirnsip pada hal itu.

      Delete
  22. Rosi Anista
    18709251040
    S2 Pendidikan Matematika B
    Assalamualaikum wr wb
    Menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi kita yang ingin mengetahui lebih banyak ilmu. Karena dengan ilmu yang tinggi diharapkan agar kita dapat lebih baik dalam menjalani kehidupan. Tentunya hal tersebut harus disertai dengan niat dan hati yang baik. Niat, hati dan pikiran kita harus senantiasa baik agar ilmu tersebut tidak dipersalahgunakan.

    ReplyDelete
  23. Fabri Hidayatullah
    18709251028
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Cendekia yang bernurani berarti kritis di dalam pikiran sekaligus ikhlas di dalam hati. Tidak ada kata selesai dalam menggunakan pikiran dan mencari ilmu karena sesungguhnya manusia tidak akan pernah menggapai ilmu, yang ada hanyalah berikhtiar. Namun, dalam hidup ini, berikhtiar untuk mencari ilmu saja tidak akan cukup, manusia juga harus berdoa dan menggunakan hatinya karena pikiran manusia terbatas. Selain harus menggunakan pikiran dan hati, ilmu juga harus dapat dimanfaatkan di dalam kehidupan.

    ReplyDelete
  24. Nur Afni
    18709251027
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
    Tidak ada batasan dalam menuntut ilmu, itu berarti tidak ada batasan dalam berikhtiar dan berpikir. Jangan berhenti berikhtiar agar tidak termakan oleh mitos. Seorang cendekia atau penuntut ilmu yang terus berikhitiar dan berpikir kritis adalah orang yang bernurani. Setiap orang dapat mencapai nurani dengan ikhtiarnya. terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Umi Arismawati
      18709251037
      S2 Pendidikan Matematika B 2018

      Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
      Saya setuju bahwa tidak ada batasan dalam menuntut ilmu. Manusia dapat menuntut ilmu dari lahir sampai liang lahat. Menuntut ilmu memang sanagt banyak manfaatnya yaitu dapat mencerdaskan kita, menambah wawasan, dan menjadikan kita tidak terhasut oleh perkataan-perkataan mitos dan belum diketahui kebenarannya.

      Delete
  25. Samsul Arifin / 18701261007 / S3 PEP 2018

    Tiada akhir menjujung langit, dan manusia tidak pernah berhenti berlomba, itulah hebatnya manusia. Tuhan menciptakan manusia memiliki kekuatan untuk berikhtiar. Dan sebagai pemenangnya yang berhasil menujung langit adalah mereka yang memiliki hati yang ikhlas dan berhati kritis. Sedangkan yang gagal adalah sebagian dari mereka yang tidak memegang persyaratan tersebut.

    ReplyDelete
  26. Umi Arismawati
    18709251037
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
    Pemenang lomba menjunjung langit ialah siapa saja yang berhati ikhlas dan mampu berpikir kritis. Berhati ikhlas dan berpikir kritis terikat oleh ruang dan waktu. Ruang dan waktu merupakan tempat hati dan pikiran seseorang untuk menunjukkan keikhlasannya. Ikhlas atau belum, kritis atau belum kita tidak mengetahuinya. Untuk dapat mengetahuinya kita membutuhkan penilaian dari orang lain.

    ReplyDelete
  27. Umi Arismawati
    18709251037
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
    Sebenar-benar penilaian itu bukan dari penilaian orang lain melainkan penilaian dari Allah SWT. Sebenarnya ikhlas dan berpikir kritis itu absolut milik Allah. Kita sebagai manusia hanya dapat berusaha untuk mampu menggapai ikhlas dan berpikir kritis tersebut. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang mampu menjunjung langit, kecuali atas izin dan ridho Allah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dita Aldila Krisma
      18709251012
      PPs Pendidikan Matematika A 2018

      Untuk menjunjung langit perlu adanya niat yang ikhlas, bekal ilmu yang cukup, dan mendapat ridha dari Allah SWT. Seperti halnya kita hendak menjunjung atau membangun lingkungan kita. Kita awali dengan niat yang ikhlas, insyaallah diberi kemudahan dalam setiap langkahnya. Selain itu, mempersiapkan segala pengetahuan agar kita mampu menganalisis dan berpikir kritis. Dan tidak lupa untuk senantiasa memanjaatkan doa memohon pertolongan dan ridha Allah SWT.

      Delete
  28. Dita Aldila Krisma
    18709251012
    PPs Pendidikan Matematika A 2018

    Kegagalan dan keberhasilan selalu siap mengikuti kita dalam ruang dan waktu. Kegagalan memberikan kita pengalaman baru, menjadi tahu apa penyebah kegagalan sehingga kedepannya kita bisa memperkecil persentase risiko kegagalan. Kegagalan menjadi besar ketika kita berhenti dari suatu perubahan dan kemajuan, disini berarti kita sudah menyerah dan tidak lagi menggunakan pikiran kita untuk mendesain ulang keberhasilan. Kegagalan dan keberhasilan bukanlah kejadian gambling namun perlu dipersiapkan sebelum kita terjun di medan perang. Untuk menghadapi kegagalan dan keberhasilan dibutuhkan sikab bernurani yaitu ikhlas dalam hati dan cendekia yaitu kritis dalam pikiran.

    ReplyDelete
  29. Erma Zelfiana Surni
    18709251009
    S2. P.Matematika A 2018

    Assalamualaikum Wr. Wb
    “Secara sadar maupun tidak sadar engkau telah mengakomodir tidak hanya dirimu tetapi juga diri yang lain aspek-aspek kehidupan bernurani, cendekia dan mandiri. Jika ruang dan waktu yang lampau aku telah menunjuk sementara seorang Cantraka sebagai pemenangnya, maka sekarang aku telah menunjuk dirimu sebagai pemenang sementara. Teruskanlah perjuanganmu karena di atas pundakmulah banyak nasib di luar dirimu tergantung pada dirimu. Itulah sebenar-benar manusia cemani”. Kalimat ini menunjukkan bagaimana menyadarkan seseorang dengan perilakunya yang pada dasarnya sebenarnya telah menjadi pribadi yang cendekia dan bernurani.

    ReplyDelete
  30. M. Ikhsan Ghozali
    19701261003
    PEP S3 2019

    Assalamu'alaikum wr.wb.
    Kesuksesan dan kegagalan adalah potensi yang ada dalam kehidupana manusia. Ihtiar dan do'a terus-menerus dibutuhkan sebab kesuksesan dan kegagalan terikat oleh ruang-waktu dan bersifat subjektif. Ihtiar dan do'a hendaknya dilakukan keikhlasan dan berpikir kritis agar manusia terhindar dari mitos-mitos dalam dirinya, merasa sudah berhasil dan mandiri sehingga menjadi sombong.
    Cendekia yang bernurani, sebagaimana judul elegi di atas, berwujud Muslim yang be-iptek dan ber-imtaq yang memiliki kebiasaan dan kesadaran diri yang positif untuk mengembangkan potensi-potensi dalam dirinya untuk mencapai kesuksesan dan memberi manfaat bagi kemajuan bangsa, negara, dan agama. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat dan memberi manfaat.
    Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Semoga pula kita senantiasa dalam ampunan dan lindungan-Nya. Aamiin.
    Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih.
    Wassalamu'alaikum wr.wb.

    ReplyDelete
  31. Khintoko Intan Permatasari
    19701251020
    PEP A S2 2019

    Assalamu'alaikum wr.wb
    Orang yang mampu mencapai kesuksesan adalah orang yang berhati ikhlas dan mampu berpikir kritis. Dan orang yang berhati ikhlas dan berpikir kritis itu terikat oleh ruang dan waktu, yang mempunyai makna bahwa dia dapat berupa titik atau simpul potensi, berupa garis atau bidang vitalitas, atau berupa ruang interaksi dinamis antara potensi dan vitalitas dalam waktunya. Namun yang mempunyai keikhlasan dan mampu berpikir kritis itu hanyalah Allah, sehingga kita sebagai manusia hanya dapat berusaha. Meskipun banyak kegagalan yang selalu mendapati, namun mampu bangkit kembali dan melanjutkan hidup.

    ReplyDelete
  32. Hidayatul wafiroh
    19701251010
    S2 PEP A 2019

    Manusia dikarunia kekuatan untuk selalu berikhtiar. Ikhtiar dalam berbagai hal untuk menggapai Rida Allah. Ikhtiar tersebut dilakukan dengan hati ikhlas dan berpikir kritis yang terikat oleh ruang dan waktu. Hati dan pikiran tempatnya menunjukkan keikhlasan. Namun, diri kita yang tidak dapat menempatkan dalam ruang dan waktu menjadi penyebab ketidakmampuan. Keikhlasan dan berpikir kritis kita tak dapat dinilai oleh diri kita sendiri, tetapi penilai paling sempurna adalah Allah. Dalam setiap ikhtiar kita tidak terlepas dari kegagalan dan keberhasilan yang mengiri setiap perbuatan kita. Maka kita terus berikhtiar untuk menggapai ikhlas dan berpikir kritis. Kita selalu ikhtiar untuk menambah Logos (ilmu) kemudian mengatasi segala macam mitos. Dengan bernurani yaitu ikhlas dalam hati dan cendekia yaitu kritis dalam pikiranmu.

    ReplyDelete
  33. Mira Amalia Yudhanti
    19701251014
    S2 PEP A

    Setiap tindakan manusia pasti tidak lepas dari kekuatannya. Kegagalan dan kesuksesan selalu mengikuti kita dalam dimensi ruang dan waktu. Tulus dan kritis berpikir itu adalah upaya hati dan pikiran kita. Jika manusia mampu menjaga hati dan pikirannya, maka ia akan mendapatkan tiga kemampuan. Ia akan dapat merasakan, menyadari, dan menjalani kebiasaan, perasaan, dan pencapaian dari perolehan tindakan kita.

    ReplyDelete
  34. Ardhya Handayani
    19701251015
    S2 PEP 2019 A

    Elegi ini menceritakan bagaimana seeorang mencapai tingkat tertinggi (sukses) dan juga kegagalan. Kedua hal tersebut terikat pada ruang dan waktunya. Seseorang yang mampu meraih kesuksesnya adalah orang orang yang ikhlas dan berfikir kritis. Namun perlu diingat bahwa kejadian yang terjadi pada manusia adalah kehendak Allah. Atau dapat dikatakan bahwa manusia harus selalu berusaha dan berdoa namun Allah yang menentukan. Sehingga perlu menjadi seseorang dengan ilmu yang luas namun tetap memegang sifat sifat baik, dan mendekatkan diri pada Allah SWT. Selain itu berdoa agar dihindarkan dari kesombongan.

    ReplyDelete