The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Sep 20, 2013
Elegi Purusa Arkitektonia
Oleh Marsigit
Ampara:
Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa kini aku Ampara memperoleh mandat untuk berada dan mengada. Maka akulah setinggi-tinggi kuasa di Purusa Arkitektonia ini. Atau aku dapat mengatakan bahwa diriku itulah sebenar-benar subyek di sini. Tetapi keperluanku tidak hanya berada saja; aku juga perlu mengada. Agar aku bisa mengada maka aku akan melakukan pemetaan ke dalam diriku sendiri. Pemetaan ini aku sebut sebagai pemetaan isomorphisma. Daerah hasil aku sebut sebagai Dhampara. Aku tetapkan sifat-sifat Dhampara sesuai dengan kehendakku. Dia adalah reduksi dari diriku. Namun semua sifatku harus tetap terjaga padanya. Tiadalah ada sifat-sifatnya melebihi dari sifat-sifatku. Dhampara aku ciptakan semata-mata sesuai dengan peruntukanku. Wahai Dhampara kesinilah.
Apa rencanamu mengadamu setelah keberadaanmu aku jamin?
Dhampara:
Terimakasih atas perkenanmu, aku telah engkau beradakan. Mulanya aku merasakan kesepian karena saya pikir aku sendirian. Tetapi setelah aku menoleh kanan kiri ternyata aku menemukanmu sedang berada disitu dan sedang mengadakan diriku. Maka aku bisa mendengar, bertanya dan siap melaksanakan amanahmu.
Ampara:
Bagaimana perasaanmu setelah engkau mendengar pertanyaanku dan perintahku? Ceritakan ilmu dan pengalamanmu kepadaku.
Dhampara:
Pertama aku merasa heran. Ketika aku melihat keluar aku hanya melihat dirimu. Tetapi ketika aku berusaha melihat ke dalam diriku sendiri, aku menemukan banyak hal. Mulanya aku kira diriku itu satu, ternyata diriku itu beratus-ratus. Mulanya aku kira diriku itu sempit dan di sini saja, ternyata diriku itu luas dan di mana-mana. Aku tidak mampu melihat batas diriku, tetapi dikejauhan aku melihat bahwa batas diriku itu sama dengan batas dirimu. Tubuhku terdiri dari sepuluh bagian utama dimana setiap bagian mempunyai puluhan sub bagian-sub bagian yang lebih kecil. Sub bagian dari bagian dari diriku ternyata mempunyai puluhan hingga ratusan anggota. Setelah saya selidiki ternyata setiap anggota tubuhku itu mempunyai berjuta-juta anggota lagi. Wah sungguh dasyat dan mengerikan diriku itu jika aku melihat dari dalam diriku sendiri. Jika engkau berkenan, apa sebetulnya makna dibalik ini semua?
Ampara:
Itu hanyalah sebagian kecil dari apa yang aku sebut sebagai Purusa Arkitektonia. Ketahuilah bahwa aku dan engkau itu hanyalah sebagian kecil dari Purusa Arkitektonia. Tetapi diriku telah diberi mandat untuk menjaga agar Purusa Arkitektonia itu selalu berada dan mengada. Mengapa? Karena Purusa Arkitektonia itu merupakan tempat tinggal dari beratus-ratus juta angotanya yang juga memerlukan berada dan mengada. Itulah tugas yang maha berat yang di amanahkan kepada diriku dan diriku. Aku dan engkau tidak bisa melakukan tugas-tugas itu secara langsung, karena jika hal demikian aku lakukan maka itu tidak memenuhi syarat perlu dan cukup bagi kelangsungan berada dan mengaranya Purusa Arkitektonia.
Untung ada Parasda. Dia itu telah aku beri mandat untuk membuat program dan melakukan segala kegiatan agar dapat menjamin bahw Purusa Arkitektonia itu tetap berada dan mengada.
Parasda:
Wahai Ampara dan Dhampara, atas perkenanmu aku telah membentuk tim yang mewakili semua anggota Purusa Arkitektonia. Atas petunjukmu aku siap melaksanakan tugas-tugas dan melaporkan hasil-hasil yang aku capai sehingga Purusa Arkitektonia tetap berada dan mengada lengkap beserta para anggota-anggotanya.
Ampara dan Dhampara:
Baiklah kalau begitu, aku beri engkau waktu dan ruang secukupnya untuk melaksanakan tugas-tugasmu, dan engkau bertanggung jawab langsung kepada diriku. Jika engkau mengalami masalah atau kesulitan-kesulitan, engkau bisa berkonsultasi kepada Dhampara. Wahai Dhampara, silahkan bekerja sama yang baik dengan Parasda agar dia mampu melaksanakan tugas sebaik-baiknya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ady Ferdian Noor
ReplyDeleteDikDas S3 / 18706261004
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Purusa Arkitektonia merupakan sesuatu yang menyebabkan berada dan mengada. Di dunia kita menjalankan tugas sesuai dengan takdir yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Setiap purusa memiliki yang ada. Mahasiswa ada, berada diantara tugas-tugas yang dikerjakannya dan mengada hasil yang dikerjakannya berupa paper, refleksi, powerpoint presentasi. Mahasiswa harus mampu belajar dari sang pengampu belajar, maka dirinya harus berada pada titik nol sehingga mampu menyerap value pembelajaran yang dibelajarkan. Value itu akan menghasilkan kerjasama dengan diri sendiri dari mulai otak, pikiran, dan perasaan kita untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan sesuai perintah dari sang pengampu. dari hal tersebut mahasiswa menginginkan kompetensi terjadi dari berada dan mengada disertai do'a sesuai ruang dan waktunya. terima kasih.
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Purusa adalah sang penyebab adanya sesuatu, yang menghapus kekosongan, mewujudkan sesuatu, atau menghapus ketidaktahuan (wikipedia). Setiap subjek di bumi itu ada. Untuk mengakui keberadaannya maka harus mengada dan menjadi pengada. Dari elegi ini, dalam suatu komunitas untuk mengada dan menjadi pengada tidaklah bisa melakukannya sendiri. Ampara dalam elegi ini adalah subjek yang berkuasa. Subjek yang berkuasa saja masih dan sangat perlu bantuan subjek lain untuk mengada dan menjadi pengada. Karena sudah kodrat manusia adalah mahluk sosial yang hidup tanpa bisa bantuan orang lain. Begitu juga dengan diri manusia sendiri, dalam melakukan kegiatan untuk dirinya sendiri harus mengkoordinasikan seluruh bagian-bagian dalam dirinya. Contohnya ketika makan tidak hanya mulut yang bekerja, tetapi tangan untuk menyuap ke mulut, gigi untuk mengunyah, lidah untuk menelan, enzim-enzim untuk proses pengolahan secara kimiawi dan seterusnya hingga akhirnya makanan tersebut akan terserap pada tubuh manusia. Demikia lah bagaimana mengada dan menjadi pengada.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Kehidupan adalah gugusan luas tanpa batas. Dimulai dari luasnya pandangan manusia ke luar dirinya hingga launya jika kita dalami diri kita masing-masing. Di kehidupan tiap hal berjalan sesuai porsinya, walaupun kadang memang tidak menimbulkan nada yang harmonis. Beberapa benda bersususnan secara hirarkis. Satu benda bergantung dengan benda yang lain, dan didasari dengan suatu olah pikir yang dicampuri dengan tendensi.
Falenthino Sampouw
ReplyDelete18709251006
S2 Pendidikan Matematika
Selamat pagi, Prof.
Berdasarkan elegi diatas, dalam Purusa Arkitektonia, Ampara merupakan penerima mandat untuk menjadi pengada. Manusia bisa menjadi Ampara dalam kehidupan di bumi. Manusia mengada dengan sifat-sifatnya sebagai manusia. Untuk menjadi pengada, manusia tak mampu menjalankannya sendiri. Manusia membutuhkan hal lain diluarnya untuk menggapai pengada. Hal lain tersebut juga bisa berarti manusia lain.
Terima kasih, Prof.
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Purusa sebagai salah satu yang membuat ada dan pengada. Objek filsafat membahas tentang sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, filsafat juga membahas tentang sesuatu yang membuat itu ada atau pengada. Apa yang ada dan apa yang mungkin ada ? Kita hidup di dunia merupakan ada, kita ada, siapa pengadanya? yaitu Tuhan yang menciptakan kita. Ada dan yang mungkin ada semuanya berawal dari Tuhan yang membuat segala sesuatunya menjadi ada dan tidak ada yang tidak mungkin bagiNYA karena itulah manusia diciptakan dengan segala sifatnya untuk tidak berlaku sombong, salah satu sifat manusia adalah saling bergantung pada orang lain artinya membutuhkan bantuan orang lain, karena manusia merupakan mahluk yang paling baik namun tidak sempurna.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dari bacaan diatas, dapat saya ketahui dengan apa yang dimaksud dengan Purusa Arkitektonia. Semuanya hanyalah sebagian kecil dari Purusa Arkitektonia yang selalu berada dan mengada tersebut. Hal ini dikarenakan Purusa Arkitektonia merupakan tempat tinggal segala sesuatu yang membutuhkan berada dan mengada. Hal itulah yang berusaha dilakukan oleh Ampara.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Elegi ini menjelaskan tentang Purusa Arkitektonia yang berarti bahwa diri kita terdiri dari beratur-ratus dari yang ada dan mengada. Setiap orang adalah bagian kecil dari purusa arkitektonia itu sendiri. hal ini seperti kita yang sedang dalam proses belajar selalu mendapatka tugas untuk belajar, mengerjakan tugas, ujian dan sebagainya dan mendapat penilaian dari dosen. Sebagai mahasiswa maupun dosen harus menjalankan amanah ini dengan baik. Karena semua amanah dipertanggungjawabkan kepada Allah. Untuk melakasanakan semua amanah yang ada kita harus dapat bekerja sama dengan orang lain agar dapat melaksanakan amanah dengan baik dan mengurangi beban pada diri kita.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Manusia adalah salah satu dari tak hingga banyaknya ciptaan Allah SWT. Manusia tersusun atas sifat-sifat yang tak hingga banyaknya pula. Bahkan manusia sendiri tak akan pernah mampu benar-benar memahami dirinya sendiri. inilah salah satu bukti bahwa manusia memang makhluk yang tidak sempurna.
Setiap hal di dunia ini diciptakan untuk tujuan-tujuan tertentu. Dengan berfilsafat, manusia belajar tentang segala yang ada dan yang mungkin ada. Manusia juga harus terus berikhtiyar agar dapat mengada dan menjadi pengada. Itulah sebenar-benar manusia, yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang senantiasa berproses.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Dalam elegi di atas, menjaga keselarasan hati dan pikiran kita seperti menjaga Ampara yang selaras dengan Dhampara. Diri kita dapat menunjukkan yang ada dan mengada melalui hati dan pikiran tersebut yang akan menghasilkan parasda. Dalam prosesnya menyelaraskan hati dan pikiran serta perbuatan akan berbeda bagi setiap individu. hal ini dikarenakan setiap manusia mempunyai tujuan hidup yang relative berbeda, maka prosesnya pun akan berbeda pula dalam mencapai tujuan tersebut
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Purusa Arkitektonia merupakan sebuah kata yang berarti kehidupan yang sedalam-dalamnya. Kehidupan seperti demikian memberikan kita sebuah informasi bahwa apa yang kita lakukan saat ini maupun masa yang akan datang memiliki sebuah rencana dan tujuan yang hendak dicapai. Misalnya sebagai calon guru, kita harus menjadi seorang pengada. Bukan hanya sebagai pendidik dan pengajar pembelajaran di kelas, melainkan kita juga harus mengadakan sebuah penelitian untuk mengembangkan proses pembelajaran. Hal tersebut bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan potensi yang dimiliki.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
PEP S3
Bisakah saya menganggap bahwa itu adalah percakapan guru? Seorang guru melaksanakan program supaya tetap menjadi pengada?
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Elegi Purusa Arkitektonia ini bagi saya sangat sulit untuk dipahami. Menurut apa yang saya pahami, purusa Arkitektonia dapat dianalogikan sebagai ruang atau wadah, sedangkan ampara ialah subyek atau isinya. Agar Purusa Arkitektonia tetap ada, maka setiap subyek memiliki tugas untuk mengada. Kalau direfleksikan dalam pendidikan, Purusa Arkitektonia merupakan sistemnya. Sementara guru dapat dianalogikan sebagai salah satu ampara. Agar guru benar-benar ada di dalam sistem, guru harus senantiasa mengada, dengan demikian guru akan menjadi pengada. Mengada bagi guru dapat dilakukan dengan melakukan penelitian dan menghasilkan karya-karya yang dapat menghasilkan inovasi pembelajaran.
Aji Joko Budi Pramono
ReplyDeletePEP-S3-2018
18701261003
Seperti yang diketahui, objek filsafat berupa yang ada dan yang mungkin ada. Di dalam filsafat sebuah eksistensi terikat ruang dan waktu. Seperti misalnya Apakah yang dimaksud ‘ada’? Mengapa yang ‘tidak ada’ itu ‘ada’? Dalam pemikiran pada umumnya, jika suatu objek dianggap ada maka objek tersebut eksis secara nyata. Artinya objek tersebut dapat dilihat, disentuh maupun dirasakan keberadaannya. Sedangkan yang tidak ada berarti nihil, atau tidak nampak, tidak dapat disentuh dan dirasakan keberadaannya. Dalam filsafat, keberadaan suatu objek dikaitkan dengan ruang dan waktu. ‘Tidak ada’ tidak berarti tidak eksis, sedangkan yang ‘ada’ tidak berarti objek tersebut selalu ada. ‘Tidak ada’ bisa juga disebut ‘ada’. Mengapa bisa demikian? Seperti yang sudah disebutkan, jika kita memandang keberadaan suatu objek dalam dimensi ruang dan waktu, ‘ada’ dalam suatu ruang dan waktu dapat juga dikatakan ‘tidak ada’ dalam ruang dan waktu yang lain. Jika sebuah objek berada di tempat tertentu, berarti objek tersebut tidak ada di tempat lainnya, begitu pula jika objek itu ada di suatu waktu tertentu, bisa juga objek itu tidak ada di waktu lain
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr wb
Setiap subjek di bumi itu ada. Manusia mengada dengan sifat-sifatnya sebagai manusia. Mengadanya manusia bisa berasal dari yang benar-benar ada atau dari yang tidak ada kemudian diadakan. Sehingga disinilah Allah bisa menilai letak kejujuran dari setiap umat-Nya. Semoga kita selalu dilimpahi ke jalan yang mengada sesuatu yang memang benar adanya sesuai realita.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat malam Prof.
Purusa Arkitektonia adalah tempat dimana lahirnya berada dan mengada. Tempat artinya naungan. Berada dan mengada dapat didapat pada Purusan Arkitektonia. Untuk menuju tempat ini diperlukan sebuah proses. Proses ini berupa pengalaman itu sendiri. Pengalaman ini berarti berfilsafat. Jadi, Purusa Arkitektonia dapat diartikan sebagai tempat berfilsafat. Terima kasih.
SUHERMI
ReplyDelete18709251007
S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA A
Wujud kita sebagai manusia merupakan makluk yang sangat kompleks dan tidak sempurna.Didalam diri kita terdapat sifat, pemikiran, tingkah laku dan lain sebagainya yang saling berkaitan satu sama lain. untuk menghadirkan keberadaan diri kita terdapat proses ada dan mengada. Dalam proses ada dan mengada diperlukan kerjasama di dalam diri kita, sehingga tindakan kita sebagai wujud dari berbagai komponen tersebut, dapat sesuai dengan ruang dan waktu.
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Dari elegy diatas megenai Elegi Purusa Aekitektoni yang artinya diri kita sendiri yag terdiri dari berartus-ratus yang ada dan mungkin ada, Dalam proses mengada diperlukannya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Maka agar terus mengada kita harus selalu menambah wawasan kita, dalam proses untuk menjdi pengada manusia tidak mampu menjalankannya sendiri, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Sebagaimana sifat manusia sebagai makhluk sosial, yang artinya membutuhkan bantuan orang lain.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Untuk dapat menyelesaikan tugas atau hal-hal lainnya memang diperlukan waktu dan ruang yang cukup. Dalam menyelesaikan tugasnya tentu akan ada banyak kesulitan yang akan dihadapi. Akan tetapi kesulitan itu tidaklah kita jadikan sebagai beban, namun haruslah kita jadikan sebagai pacuan dan motivas untuk terus menyelesaikan apa yang harusnya kita selesaikan dengan usaha yang semaksimal mungkin.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Dalam elegi tersebut Dhampara mengatakan bahwa saat ia melihat keluar yang ia lihat hanyalah Ampara saja. Ampara merupakan daerah asal dari pemetaan antara Ampara dan Dhampara. Tetapi saat melihat kembali kedalam diri sendiri ternyata lebih banyak yang dapat dilihat dari pada ia melihat keluar.hal tersebut mengingatkan kepada kita bahwa agar senantiasa mensyukuri setiap apa yang kita miliki. Janganlah selalu melihatnya dari sisi selain diri sendiri apalagi yang dilihat memiliki sesutu yang lebih dari apa yang kita miliki. Hal tersebut merupakan perbuatan sia-sia, tidak hanya membuang-buang waktu saja namun justru semakin membuat kita menjadi manusia sombong yang enggan mensyukuri setiap apa yang kita punya dan apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Padahal jika kita menyadarinya, sebanyak apapun rasa syukur tidak akan mampu mengganti setiap apapun yang melekat dalam diri. Lantasapakah masih sombong enggan untuk bersyukur? Padahal yang bersyukur saja tidak mampu mengganti seluruh nikmat Tuhan.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Dalam elegi tersebut Parasda digambarkan sebagai sesuatu yang diberi mandat untuk membuat program dan melakukan segala kegiatan agar dapat menjamin bahwa Purusa Arkitektonia tetap berada dan mengada. Parasda tersebut saya analogikan sebagai sesuatu yang berada diluar diri manusia atau suatu lingkungan yang memberikan dampak baik untuk diri setiap manusia, jika muslim mungkin seperti pengajian jika itu lingkungan atau masjid jika itu tempat. Lingkungan atau tempat yang baik secara tidak langsung dapat membantu seseorang untuk membentuk karakternya. Jika dalam elegi tersebut Dhampara bekerja sama dengan Parasda maka dalam analogi ini parasda saya gambarkan dengan hati, yang merupakan faktor penentu utama, karena kadang lingkungan dan tempat tinggal yang kadang sangat mendukung tetap saja membuat seseorang gojah saat diterpa angin cobaan, maka diperlukan hati yang tangguh untuk melawan dan menyakini bahwa lingkungan tersebut sangat membantu dirinya.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Cukup sulit untuk memahami elegi purusa aritektonia, namun saya akan mencoba mengambil inti sari dari elegi tersebut. Purusa dapat diartika segala sesuatu yang menjadikan kita ada untuk menjadi berada dan mengada. Kita menjadi purusa di dunia atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena setiap purusa selalu memiliki tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan.
138. Nur Afni
ReplyDelete18709251027
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
saya masih belum terlalu paham dengan elegi ini pak prof. hal yang saya dapat ambil adalah Ampara mendapatkan mandat sebagai berada sekaligus mengada. Ampara diberi mandat untuk menjaga purusa arkitektonia selalu berada dan mengada. Ampara sebagai pemimpin yang berada dan selalu menjaga untuk mengada dibantu dengan dhampara dan parasda untuk menjalankan tugasnya menjaga purusa. terimakasih
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Purusa Arkitektonia ini seperti menggambarkan seorang individu dengan segala pemikirannya dan keterbatasannya. Pemikiran yang diperlukan adalah pemikiran dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Manusia memiliki kesempatan untuk ada, mengada dan menajdi pengada. Namun perlu diingat bahwa manusia juga memiliki keterbatasan maka mmebutuhkan yang lain. Untuk menciptakan ada, mengada, dan pengada perlu keharmonisan dalam pikiran dan luar pikiran serta dalam diri dan diluar diri.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dari elegi diatas bahwa purusa arkitektonia memiliki makna sebagai kehidupan yang sedalam-dalamnya di mana apa yang kita lakukan selalu ada rencana, maksud, dan tujuannya. Maka hendaklah purusa ini kita lestarikan. Contoh konkretnya adalah kelak ketika kita sudah menjadi ada sebagai guru, maka hendaklah pula kita mengada dan menjadi pengada. Tidak hanya melaksanakan kewajiban untuk mengajar namun juga hendaklah kita mengadakan penelitian untuk mengembangkan pembelajaran demi kemampuan siswa.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Setelah membaca elegi di atas menurut saya purusa arkitektonia merupakan pikiran manusia. Dimana pikiran manusia harus selalu ada dan mengada. Kita mengolah pikiran untuk menghasilkan suatu solusi dari permasalahan kehidupan yang ada. Suatu permasalahan kehidupan yang lebih kompleks juga bisa diatasi dengan menggabungkan beberapa pemikiran-pemikiran yang saling bekerja sama untuk mencari solusi.
Hendra b.
ReplyDelete18701261008
PEP S3 2018
melihat diri sendiri menemukan banyak hal, tetapi ketika melihat orang lain kita hanya melihat satu saja pada dirinya. Maka benar perkataan para tetuah bahwa untuk melihat dunia maka lihatlah dirimu sendiri
Sintha Sih Dewanti
ReplyDelete18701261013
PPs S3 PEP UNY
Pada elegi ini dituliskan Purusa Arkitektonia merupakan tempat tinggal dari beratus-ratus juta angotanya yang juga memerlukan berada dan mengada. Konsep “Ada” sebagai pusat penyelidikannya. Seluruh alam semesta terdiri dari struktur-struktur obyektif dari Ada. Inti dari struktur obyektif itu adalah substansi. Semua bentuk kategori lainnya menempel pada substansi tersebut. Tidak ada kesatuan utuh di dalam konsep Ada, karena konsep Ada itu sendiri terdiri dari substansi dan predikat-predikat dari substansi tersebut, seperti kualitas, kuantitas, dan sebagainya.
M. Ikhsan Ghozali
ReplyDelete19701261003
PEP S3 2019
Assalau'alaikum wr.wb.
Purusa berarti penyebab adanya sesuatu. Arkitektonia berarti arsitek atau pembangun utama (https://www.bumchecks.com/biblecommentary/tag/meaning-of-architekton/). Secara sederhana, purusa arkitektonia dapat dipahami sebagai Sang Pencipta alam semesta, dengan sistem dan struktur sedemikian rupa. Dalam konteks manusia, purusa arkitektonia dapat dipahami secara beragam, tergantung pada tingkatannya. Dalam sistem keluarga, misalnya, purusa arkitektonianya adalah kepala keluarga atau orang yang memiliki tanggung jawab utama menjadikan keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Atau dalam sistem pembelajaran, purusa arkitektonianya adalah guru, yang fokus memberikan ilmu kepada siswa dengan penuh ikhlas dan penuh kasih. (https://id.wikipedia.org/wiki/Purusa).
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Assalamu'alaykum wr wb
ReplyDeleteDwi Kawuryani
19709251061
Pendidikan Matematika S2 D
Dari postingan tersebut dapat kita pelajari bahwa setiap manusia memiliki perannya masing-masing. Satu manusia bisa saja memiliki lebih dari satu peran. Semua itu tergantung terhadap dimensi ruang dan juga dimensi waktunya. Seorang guru tentu juga akan berperan sebagai seorang ibu di rumah juga akan berperan sebagai istri bagi suami akan berperan sebagai tetangga bagi tetangga yang lain dan akan berperan sebagai adik atau kakak bagi saudaranya. Setiap orang tersebut memiliki tanggung jawabnya masing-masing dan karena tanggungjawab yang beragam tersebut maka seseorang harus memiliki kemampuan untuk menata dirinya sendiri. Seseorang harus mampu menata kapan dia harus bersikap sebagai seorang guru kapan dia harus bersikap sebagai seorang ibu kapan ia harus bersikap sebagai seorang istri ataupun kapan ia harus bersikap sebagai seorang tetangga.
Wassalamu'alaikum wr wb
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Terima kasih Bapak untuk Elegi Purusa Arkitektonia yang telah Bapak share kepada kami. Dalam elegi di atas, saya belajar bahwa dalam hidup itu pasti berada dan mengada. Seperti guru, tidak hanya berada namun juga mengada artinya tidak hanya melaksanakan kewajiban untuk mengajar namun juga harus merancang pembelajaran agar bermakna dan sesuai tujuan. Misalnya dengan membuat perangkat pembelajaran ataupun menciptakan alat peraga yang nantinya digunakan untuk pembelajaran di kelas.
Indra Kusuma Wijayanti
ReplyDelete18709251046
Pendidikan Matematika S2 C
Elegi Purusa Arkitektonia ini mengartikan bahwa purusa arkitektonia berarti tempat tinggal (alam semesta) yang luas, yang banyak makhluk tinggal disana, yang juga memerlukan berada dan mengada. Kita sebagai manusia hanya sebagian yang sangat kecil, kita jauh dari kesempurnaan maka janganlah menjadi manusia sombong. Kita sebagai manusia dibumi harus menjaga purusa arkitektonia jangan membuat kerusakan baik di darat maupun dilautan. kita harus menjadi mengada dan pengada yang baik.
Vera Yuli Erviana
ReplyDeleteNIM 19706261005
S3 Pendidikan Dasar 2019
Assalamualaikum Wr. Wb.
Elegi ini menjelaskan tentang Purusa Arkitektonia yang berarti bahwa diri kita terdiri dari beratur-ratus dari yang ada dan mengada. Setiap orang adalah bagian kecil dari purusa arkitektonia itu sendiri. Manusia tersusun atas sifat-sifat yang tak hingga banyaknya pula. Bahkan manusia sendiri tak akan pernah mampu benar-benar memahami dirinya sendiri. inilah salah satu bukti bahwa manusia memang makhluk yang tidak sempurna.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete