The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Sep 20, 2013
Elegi Meratapi Sang Ilmuwan Plagiat dan Guru Pemalsu PAK
Oleh Marsigit
Paralogos:
Heem...tertegun aku menyaksikan kelakuan sang Bagawat dan Orang Tua Berambut Putih. Dia tidak menyadari bahwa Paramitos selalu berusaha mencelakakannya. Apa haknya Bagawat dan Orang Tua Berambut Putih sok mengatur dunia dan pemberi ilmu. Inilah buktinya sekarang telah tertangkap ada seorang Ilmuwan Plagiat dan tertangkap banyak Guru Pemalsu PAK. Pilu hatiku menyaksikan kejadian-kejadian itu. Saking pilunya hatiku maka hampir-hampir aku tak kuasa bicara apalagi menulis komen-komen pada Elegi-elegi. Pikiranku belum bisa menggapai batas hatiku, bagaimana seorang Ilmuwan tega melakukan plagiat dan seorang guru bisa memalsukan PAK untuk naik jabatan atau memperoleh sertifikasi guru. Wahai Antinomi, coba ceritakan apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan gonjang-ganjing ini?
Antinomi:
Wahai Paralogos, pengetahuanku itu setali tiga uang dengan pengetahuanmu. Selama ini memang kita telah memberikan keluluasaan dan kemerdekaan yang seluas-luasnya kepada sang Bagawat dan Orang Tua Berambut Putih. Kiprah mereka yang terakhir di mulai dari Perlombaan Menjunjung Langit sampai kegiatan mengungkap Misteri Sang Konveyor dan Misteri sang Kanopi. Dalam hal tertentu aku sempat mengkhawatirkan sepak terjangnya, tetapi karena itu adalah hakekatnya maka Ruang dan Waktu sajalah yang akan memberi catatan dan penilaian.
Paralogos:
Bukannya dengan tertangkapnya Sang Ilmuwan Plagiat dan Para Guru Pemalsu PAK itu telah membuktikan bahwa Ruang dan Waktu telah memberikan catatan dan penilaiannya?
Antinomi:
Betul apa katamu wahai Paralogos. Tetapi aku juga ingin menyampaikan bahwa peristiwa tertangkapnya Sang Ilmuwan Plagiat dan Guru Pemalsu PAK itu sebenar-benarnya adalah puncak gunung es dari fenomena yang sudah sejak lama melanda masyarakat dan bangsa ini. Itulah yang terjadi bahwa Ruang dan Waktu sebetul-betulnya tidak pernah tidur. Ruang dan Waktu itu sebetulnya selalu memberikan catatan dan penilaian terhadap apapun, kapanpun dan dimanapun. Hanya bagi orang-orang yang ikhlas dan berpikir kritislah yang mampu membaca catatan dan penilaian yang dilakukan oleh Ruang dan Waktu.
Paralogos:
Waha..kalau begitu apa sebetulnya fenomena yang selama ini terjadi?
Antinomi:
Itulah fenomenanya...yaitu pergulatan antara ADA, MENGADA DAN PENGADA. Peristiwa tertangkapnya Sang Ilmuwan Plagiat dan Guru Pemalsu PAK itu adalah puncak gunung es dari pergulatan antara Ilmuwan Ada, Ilmuwan Mengada, dan Ilmuwan Pengada; serta Guru ADA, Guru Mengada dan Guru Pengada.
Paralogos:
Waha...apakah fenomenanya bersifat tunggal atau plural?
Antinomi:
Fenomenanya bersifat plural, yaitu bahwa yang terjadi adalah pergulatan antara ADA, MENGADA DAN PENGADA itu bersifat plural. Maka dibawah gunung es itu ada pergulatan-pergulatan yang lain: pergulatan antara Doktor Ada, Doktor Mengada dan Doktor Pengada; pergulatan antara Dosen Ada, Dosen Mengada dan Dosen Pengada; pergulatan antara Lurah Ada, Lurah Mengada dan Lurah Pengada; pergulatan antara Guru Ada, Guru Mengada dan Guru Pengada; pergulatan antara Pejabat Ada, Pejabat Mengada dan Pejabat Pengada; pergulatan antara Presiden Ada, Presiden Mengada dan Presiden Pengada, pergulatan antara Mahasiswa Ada, Mahasiswa Mengada dan Mahasiswa Pengada; pergulatan antara Suami Ada, Suami Mengada dan Suami Pengada; pergulatan antara semua Ada, semua Mengada dan semua Pengada; dan pergulatan antara setiap Ada, setiap Mengada dan setiap Pengada.
Paralogos:
Heemmm...luar biasa kejadiannya. Aku sebagai Paralogos Sang Diraja nya para Logos saja sempat terlena tidak menyadari fenomena ini, apalagi para logos, apalagi para Bagawat, apalagi para Orang Tua Berambut Putih...Wahai para Bagawat dan Orang Tua Berambut Putih..kesinilah..sudah saatnya engkau itu melakukan instrospeksi dan memperoleh input yang bermanfaat. Maka marilah kita dengarkan penuturan lebih lanjut dari Sang Antinomi ini. Wahai Sang Antinomi, coba terangkanlah apa sebetulnya yang dimaksud dengan ADA, MENGADA dan PENGADA itu?
Antinomi:
Sebetul-betul MENGADA adalah logos bagi dirimu. Jika ADA adalah tesismu maka MENGADA adalah anti-tesismu. Jika engkau telah mempunya MENGADA maka serta merta wujudmu akan berubah menjadi PENGADA. Janganlah engkau mengharap dapat menjadi PENGADA jika engkau tidak mempunyai MENGADA.
Paralogos:
Sebentar, jika engkau sebut tesis dan anti-tesis maka dimana sintesisnya?
Antinomi:
Jika tesisnya adalah ADA maka anti-tesisnya adalah MENGADA. Jika anti-tesisnya adalah MENGADA maka sintetisnya adalah MENGADA.
Paralogos:
Kalimatmu yang terakhir sangat sulit aku pahami.
Antinomi:
Itulah yang terjadi. Maka sebenar-benar MENGADA adalah sekaligus tesis, anti tesis dan juga sintesis. Sedang sebenar-benar PENGADA adalah anti-tesis dari MENGADA.
Paralogos:
Maksudnya?
Antinomi:
Tidak akan ada PENGADA jika engkau tidak MENGADA.
Paralogos:
Aku masih bingung.
Antinomi:
Itulah yang terjadi, yaitu bahwa PENGADA itu juga sekaligus tesis, anti-tesis dan juga sintesis.
Paralogos:
Baiklah bisakah engkau memberikan contoh konkritnya?
Antinomi:
Misal engkau adalah MAHASISWA yang sedang menempuh perkuliahan. Maka tanda-tanganmu dalam daftar hadir merupakan bukti bahwa engkau itu ADA. Sedangkan kegiatanmu mengerjakan tugas-tugas dari dosenmu itu menunjukkan MENGADA mu. Jika engkau telah membuat tugas-tugas maka itu bukti bahwa engkau telah menjadi PENGADA, yaitu pengada akan tugas-tugasmu.
Paralogos:
Apa ada contoh yang lain?
Antinomi:
Misal engkau adalah seorang Guru, maka Ijazahmu dan penulisan gelarmu di depan namamu itu pertanda bahwa engkau Guru ADA. Sedangkan kegiatan-kegiatanmu mengajar, menulis dan melakukan Penelitian Tindakan Kelas itu menunjukkan dirimu sebagai Guru MENGADA. Jika engkau terbukti telah memproduksi tulisan-tulisanmu itulah maka engkau telah mewujudkan dirimu sebagai Guru PENGADA.
Paralogos:
Apa ada contoh yang lain?
Antinomi:
Misal engkau adalah seorang Doktor, maka Ijazahmu dan penulisan gelarmu di depan namamu itu pertanda bahwa engkau Doktor ADA. Sedangkan kegiatan-kegiatanmu menulis itu menunjukkan dirimu sebagai Doktor MENGADA. Jika engkau terbukti telah memproduksi tulisan-tulisanmu itulah maka engkau telah mewujudkan dirimu sebagai Doktor PENGADA.
Paralogos:
Apa ada contoh yang lain?
Antinomi:
Misal engkau adalah seorang Professor, maka SK Presiden dan penulisan gelarmu di depan namamu itu pertanda bahwa engkau Ilmuwan ADA. Sedangkan kegiatan-kegiatanmu menulis itu menunjukkan bahwa engkau Ilmuwan MENGADA. Jika engkau terbukti telah memproduksi tulisan-tulisanmu itulah maka engkau telah mewujudkan dirimu sebagai Ilmuwan PENGADA.
Paralogos:
Hemmm..kamudian apa masalahnya..bukankah kita sudah cukup bangga karena kita telah mempunyai ADA nya banyak Guru Profesional, ADA nya banyak Doktor, dan ADA nya banyak Ilmuwan?
Antinomi:
Sebentar dulu. Sebuah karya mu itu adalah ADA bagi karya mu. Dan keberadaan sebuah karyamu itu belum tentu MENGADAKAN ..ADA Dirimu dan ADA diri yang lainnya. Jika karyamu itu adalah PLAGIAT atau PALSU maka karyamu itu bukanlah suatau PENGADA mu. Maka sebuah karya mu itu bisa terancam menjadi mitos dan MENIADAKAN dirimu, yaitu jika engkau merasa puas hanya membuat karya-karya PLAGIAT dan memalsukan PAK. Maka nasib dari sebuah karyamu itu persis seperti nasib dirimu yang tidak mengetahui ADA, MENGADA dan PENGADA. Itulah bahwa PLAGIAT itu adalah perilaku sang Paramitos yang mengancam keber ADA mu sebagai Ilmuwan. Itulah bahwa kegiatan memalsukan PAK adalah perilaku sang Paramitos yang mengancam keber ADA mu sebagai Guru. Jika keber ADA mu terancam maka terancam pula MENGADA mu dan PENGADA mu.
Paralogos:
Kemudia bagaimana solusinya?
Antinomi:
Tiadalah ADA dirimu itu tanpa MENGADA dan PENGADA. Maka agar engkau tetap ADA tidak ada jalan lain bagi dirimu untuk selalu MENGADA. Jika engkau telah MENGADA maka PENGADA akan selalu meyertaimu. Tiadalah Ilmuwan ADA tanpa Ilmuwan MENGADA dan Ilmuwan PENGADA. Maka jika ingin tetap menjadi Ilmuwan ADA, tidak ada jalan lain kecuali harus tetap menjadi Ilmuwan MENGADA. Jika engkau telah menjadi Ilmuwan MENGADA maka Ilmuwan PENGADA akan dengan sendirinya menyertaimu. Tiadalah Guru ADA tanpa Guru MENGADA dan Guru PENGADA. Maka jika ingin tetap menjadi Guru ADA, tidak ada jalan lain kecuali harus tetap menjadi Guru MENGADA. Jika engkau telah menjadi Guru MENGADA maka Guru PENGADA akan dengan sendirinya menyertaimu.
Paralogos:
Apakah aku dapat menyimpulkan bahwa sebenar-benar Ilmuwan ADA adalah Ilmuwan MENGADA dan Ilmuwan PENGADA sekaligus? Dan sebenar-benar Guru ADA adalah Guru MENGADA dan Guru PENGADA sekaligus?
Antinomi:
Cerdas pula engkau itu. Itulah harapanku bahwa engkau sebagai partnerku akan selalu bisa memahami dan menyimpulkan fenomena yang ada. Sangat tepatlah kesimpulanmu itu bahwa Ilmuwan ADA itu adalah sekaligus Ilmuwan MENGADA dan Ilmuwan PENGADA. Dan Guru ADA itu adalah sekaligus Guru MENGADA dan Guru PENGADA.
Paralogos:
Sebentar, jangan ditutup dulu. Bukankah di awal pembicaraan kita engkau telah menyebut Ilmuwan PLAGIAT dan Guru Pemalsu PAK? Lalu apa maknanya?
Antinomi:
Ilmuwan PLAGIAT adalah Ilmuwan yang tidak mengenal dirinya sebagai Ilmuwan ADA. Maka dengan sendirinya dia juga tidak mengenal Ilmuwan MENGADA dan Ilmuwan PENGADA? Guru yang memalsukan PAK adalah guru yang tidak mampu mengenal dirinya sebagai Guru ADA. Maka dengan sendirinya dia juga tidak mengenal dirinya sebagai Guru MENGADA dan Guru PENGADA. Kegiatan memalsukan karya tulis apakah itu oleh seorang Ilmuwan Plagiat dan memalsukan PAK oleh seorang guru adalah kegiatan memalsukan dirinya sebagai MENGADA. Itulah peran dan jasa Ruang dan Waktu yang tidak akan pernah lalai mencatat segala perbuatan manusia, bahwa sebenar-benar keber ADA annya adalah SAKSI bagi MENGADA nya. Tidak hanya itu, maka segala YANG ADA dan YANG MUNGKIN ADA juga menjadi SAKSI bagi keber ADA annya dan ke MENGADA nya.
Paralogos:
Kalau begitu apakah Ilmuwan ADA tidak harus menjadi Ilmuwan MENGADA dan Ilmuwan PENGADA? Dan Guru ADA tidak harus menjadi Guru MENGADA dan Guru PENGADA?
Antinomi:
Tidak mengenal itu tidak berarti tidak ada.
Paralogos:
Lho mengapa?
Antinomi:
Itulah kelihaian dan kelembutan Paramitos. Paramitos itu pulalah yang selalu mengajakmu menyesatkan mereka untuk berhenti hanya sebagai Ilmuwan ADA dan Guru ADA saja. Padahal jika hanya sebagai Ilmuwan ADA atau Guru ADA saja, maka akan terancam sebagai Ilmuwan TIDAK ADA dan Guru TIDAK ADA. Jika telah muncul Hukuman ADA atau Pemecatan ADA, maka Hukuman dan Pemecatan MENGADA akan segera MENIADAKAN Ilmuwan Plagiat dan Guru Pemalsu PAK. Maka akan terasa pedih dan perih hukumannya bagi orang-orang yang di anggap TIDAK ADA. Padahal perjuangan mereka masih sangat banyak dan sangat panjang. Maka mereka akan sebenar-benar menjadi Ilmuwan ADA jika mereka selalu berjuang untuk menjadi Ilmuwan MENGADA dan Ilmuwan PENGADA, yaitu dengan memproduksi karya-karyanya yang sesuai dengan hakekat ADA, hakekat MENGADA dan hakekat PENGADA dari segala sesuatu yang ADA dan yang MUNGKIN ADA. Mereka juga akan benar-benar menjadi Guru ADA jika mereka selalu berjuang untuk menjadi Guru MENGADA dan Guru PENGADA dengan cara memproduksi karya-karyanya yang sesuai dengan hakekat ADA, hakekat MENGADA dan hakekat PENGADA dari segala sesuatu yang ADA dan yang MUNGKIN ADA di dunia Pendidikan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ady Ferdian Noor
ReplyDeleteDikDas S3 / 18706261004
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Ilmuwan dan guru adalah seorang manusia. Manusia pasti mempunyai keinginan untuk mencapai puncak gunung es sesuai ruang dan waktu. Pencapaian manusia ruang dan waktu yaitu ilmuwan dan guru. Pencapaian menuju hal itu dengan ada, mengada, dan pengada. Kita ingin ada tetapi dengan menggunakan cara yang kurang baik plagiat dan palsu. Mengada menjadi pengada mencapai puncak gunung es melalui olah pikir atau pola pikir dari ahli-ahli filsafat, maka ada dicapai melalui mengada, dan pengada dengan dido'akan. Do'a akan membentengi palgiat dan palsu yang ingin dilakukan paralogos. terima kasih.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Fenomena yang selama ini terjadi yaitu mengenai pergulatan antara ada, mengada, dan pengada. Ilmuan dan guru yang melakukan plagiat dan pemalsu PAK berarti mereka hanya pada sebatas ilmuan ada dan guru ada. Mereka melakukan kesalahan yang menyebabkan mereka tidak akan bisa pada tahap mengada. Ilmuan yang melakukan plagiat menunjukkan bahwa hasil yang diperolehnya merupakan hasil karya orang lain. Hal ini bisa menyebabkan ilmuan tidak ada karena tidak ada bukti tulisan hasil penelitiannya, namun yang ada hanya tulisan dari orang lain. Sedangkan guru pemalsu PAK juga akan terancam tidak ada karena sudah berusaha melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh guru. Hal ini dapat membuat citra guru menjadi buruk dan terancam tidak ada. Oleh karena itu, agar benar-benar menjadi ilmuan atau guru ada, ilmuan atau guru mengada, dan ilmuan atau guru pengada lakukanlah dengan cara memproduksi karya-karyanya sendiri dengan jujur dan amanah.
Wassalamualaikum wr.wb.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Keberadaan sesuatu tidak dapat berdiri sendiri. Dalam proses kehidupan manusia membutuhkan tesis, anti-tesis dan sistesis. Elegi ini mebahasakanny menjadi ada, mengada, dan pengada. Suatu logos akan tercipta jika ketiga aspek tersebut telah terpenuhi. Jika salah satu saja hilang maka akan mempengaruhi yang lain sehingga mitoslah yang tercipta.
Keberadaan logos sangat dipengaruhi oleh proses yang sebenarnya, atau dalam arti lain kejujuran meraupakan faktor penting dalam pembentukan logos. Jika dalam suatu proses manusia melakukan plagiat, maka hasil yang tercipta adalah cerminan dari korban plagiat. Karena korban plagiatlah yang mengada dan menjadi pengada. Maka sesungguhnya ketika seseorang melakukan plagiat maka dia telah menutupi dirinya sendiri. Dengan arti lain, pelaku plagiat telah meremehkan dirinya sendiri, tidak percaya pada dirinya sendiri, tidak bangga dengan dirinya sendiri.
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika B
Fenomena yang sering terjadi pada saat ini yaitu adanya pengada, mengada, dan Ada. Banyak tuntutuan yang ada saat ini menciptakan seseorang mengadakan hal yang tidak ada, atau bahkan meniru yang sudah ada. Selain itu faktor pemicunya adalah mereka yang engga berpikir dan meciptakan inovasi-inovasi baru. Di sisi lain, guru pengada itu ada dikarenakan kurangnya pengetahuan dan training terhadap tuntutan yang diberikan oleh guru. Adanya karya menandakan bahwa seseorang itu ada, adanya objek yang membuat karya menandakan bahwa ada pengada, dan orang yang tidak menciptakan karya namun mengakui karya orang lain menandakan bahwa ia adalah mengada. Seorang guru dan ilmuan dituntut untuk menjaga profesionaltias dengan menghindari melakukan plagiat dan pemalsuan.
Falenthino Sampouw
ReplyDelete18709251006
S2 Pendidikan Matematika
Selamat malam, Prof.
Seorang ilmuan dan guru, menjadi ADA dengan adanya status melalui ijazah ataupun surat yang menyatakan bahwa mereka adalah ilmuan atau guru. Saat ilmuan mengerjakan berbagai macam riset dalam bidangnya dan guru melakukan pengajaran serta melengkapi berbagai administrasi keprofesiannya maka meraka sedang MENGADA. wujud hasil penelitian yang berupa paper oleh ilmuan dan juga wujud hasil administrasi profesi oleh guru, menjadikan mereka sebagai PENGADA.
Pergulatan akan selalu terjadi untuk menghubungkan ADA, MENGADA, dan PENGADA. Ruang dan waktu akan selalu mencatat setiap pergulatan yang ada, dan bisa jadi ruang dan waktu juga yang memberikan punishment terhadap perilaku ADA, MENGADA dan PENGADA. Sama halnya dengan ilmuan plagiat dan guru pemalsu PAK. Demi mengejar status ADA, ia bisa melakukan kesalahan dalam MENGADA dan PENGADA yang terus direkam oleh oleh ruang dan waktu. Dan ruang dan waktu akan menunjukkan hal itu pada ruang dan waktu yang tepat.
Terima kasih, Prof.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dari percakapan diatas, dapat saya simpulkan dan saya pahami jika terdapat beberapa bukti yang bisa menyatakan bahwa seseorang ada, tetapi ada juga yang tidak bisa berbuat dengan bukti tersebut karena bisa menjadi tidak ada. Hal tersebut berkaitan dengan adanya mengada dan pengada. Seseorang dapat mengada dan menjadi pengada dengan jalan yang baik tapi karena adanya plagiarisme yang dilakukan sehingga mengada dan menjadi pengada tersebut membuatnya tidak ada seperti dicopotnya dari jabatan tertentu.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Berdasarkan elegi ini ada hal penting yang ditekankan tentang ada, mengada, dan pengada. Pada dasarnya, kita ada, ditunjukkan dengan keberadaan kita dan bukti fisik bahwa kita ada, namun terkadang kita tidak sadar akan keberadaan kita sehingga kita belum dapat menjadi pengada. Dikalatakan ilmu plagiat dan guru pemalsu PAK adalah ketika kita tidak menyadari keberadaan kita, kita tidak berkarya, kita tidak mengadakan sesuatu yang menjadikan kita pengada.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Berdasarkan elegi ini ada hal penting yang ditekankan tentang ada, mengada, dan pengada. Pada dasarnya, kita ada, ditunjukkan dengan keberadaan kita dan bukti fisik bahwa kita ada, namun terkadang kita tidak sadar akan keberadaan kita sehingga kita belum dapat menjadi pengada. Dikalatakan ilmu plagiat dan guru pemalsu PAK adalah ketika kita tidak menyadari keberadaan kita, kita tidak berkarya, kita tidak mengadakan sesuatu yang menjadikan kita pengada.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Ada mengada dan pengada merupakan satu kesatuan. Elegi ini mengingatkan kita kembali agar selalu menghargai proses. Suatu pencapaian tertentu harus melalui proses. Adanya kita diwujudkan dengan proses yang kita lalui. Hasil dari proses tersebutlah yang menunjukkan diri kita sebagai pengada. Jalan pintas memang ada di mana-mana, karena sejatinya setan memang merupakan musuh manusia yang nyata.
Rosi anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr wb
Jika berbicara tentang ada, pengada dan mengada maka sangat erat kaitannya dengan perbedaan pendapat. Sesuatu yang memang ada dan benar-benar terjadi merupakan suatu realita, yang kemudian anggapan dari setiap manusia yang berbeda-beda dari suatu realita yang terjadi tersebut dan anggapannya tidak sesuai adalah mengada. Manusia-manusia yang memiliki anggapan disebut pengada. Sehingga antara ada, mengada dan pengada haruslah selaras atau sama agar pertentangan di kehidupan sekarang ini dapat diminimalisir.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Seorang guru bisa menjadi ada, pengada bahkan menjadi tidak ada. Ketika guru ada menghasilkan sebuah karya yang bermanfaat bagi pendidikan maka guru sebagai pengada yang mengada. Namun apabila guru tidak menghasilkan suatu karya apapun tanpa keikhlasan maka dapat dikatakan bahwa guru menjadi tidak ada. Dalam prosesnya, mengada bukanlah perkara yang mudah, karena memerlukan kreatifitas, ilmu yang mumpuni dan bahan inspirasi untuk mengada tersebut. Tidak dapat kita pungkiri, bahwa sebuah karya dapat dibentuk ketika ada karya lain sebelumnya. Disini kita sebagai pengada yang baik dapat memprosesnya dengan proses kita masing masing yang menjadikan karya kita berbeda, baru dan orisinil, tidak sepenuhnya hanya meniru sebuah inspirasi
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Seorang ilmuan atau guru untuk dapat menjadi seorang pengada diharuskan untuk mengadakan sesuatu. Mengadakan sesuatu yang mungkin ada menjadi ada dibutuhkan olah pikiran yang baik. Namun tidak cukup dengan mengolah pikiran saja, kita juga harus membentengi diri kita dengan hati dan pikiran yang jernih. Hal tersebut bertujuan agar kita terhindar dari cara-cara yang tidak baik seperti menjadi seorang pemalsu atau plagiat.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
PEP S3
Artikel di atas menjelaskan tugas kita sebagai seorang guru. Seorang guru diwajibkan untuk memiliki gelar dan ijazah. Selain itu, ada tugas mengajar dan juga mempublikasikan tulisan dalam karya ilmiah. Itu lah yang disebut sebagai guru ada, mengada, dan pengada. Saat ini banyak dari kita yang hanya menjadi guru ada. Refleksi diri, kemudia temukan kesalahan kita sebagai seorang guru sehingga kita dapat mengetahui apa yang perlu diperbaiki sehingga kita tidak hanya menjadi guru ada.
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Elegi ini mengingatkan kita untuk mempertahankan keberadaan dengan menghasilkan karya-karya yang sesuai dengan hakekat ADA, MENGADA dan PENGADA. Bukan dengan melakukan pemalsuan dan plagiat. Tindakan pemalsuan dan plagiat yang disengaja merupakan akibat dari lebih mementingkan hasil daripada proses. Padahal hasil yang dibuat tanpa adanya proses yang baik tidaklah ada artinya. Berbeda jika prosesnya baik, maka apapun hasilnya pasti akan membawa manfaat.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
Budaya plagiarism harus kita hindari. Kita sering kali lalai, tergoda setan, sombong dan tak sopan dengan dimensi ruang dan waktu yang terus bergerak. Hanya mereka yang serius, menikmati proses dan mengerjakkan dengan ikhlas lah yang akan bertahan lama. Sedangkan mereka yang melakukan plagiat, hanya aman sementara/semu selebihnya justru membahayakan jiwa mereka sendiri. Maka, ikhlaskanlah diri kita untuk berproses, menjadikan sesuatu ada dengan melewati proses yang tidak sebentar, instan begitu saja. Proses yang berkelanjutan atau secara terus menerus dan proses kesabaran dalam melakukan sesuatu adalah yang harus dilalui seseorang untuk mencapai keberhasilan, karena pembentukan kebiasaan yang baik pun butuh proses yang panjang dan dilakukan secara kontinue.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat malam Prof.
Manusia adalah makhluk yang istimewa. Walaupun demikian, manusia juga mempunyai kekurangan. Kekurangan ini terkadang menjerumuskan diri menciptakan kebiasaan buruk. Plagiat adalah salah satu contoh kebiasaan buruk tersebut. Ilmuan dikatakan sebagai ilmuan karena melahirkan pandangan mengenai rukun ilmu yang sukainya. Tidak dapat dipungkiri seiring berjalannya waktu selama proses mencari jati diri ilmuan tersebut dapat berujung pada tindakan plagiatrisme. Hal yang sama juga dapat ditemukan dengan kondisi guru. Guru yang diduga memalsukan PAK adalah guru yang belum mampu bertanggungjawab dan menggapai keikhlasan menjadi seorang guru. Artinya Ia sungguh belum memahami hakekat dalam menjadi seorang pendidik. Refleksi adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan ini. Refleksi yang berasal dari diri sendiri tetapi didorong pula dengan bantuan orang lain sehingga saling mengingatkan satu sama lainnya. Terima kasih.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Berdasarkan elegi tersebut diatas dapat saya simpulkan bahwa Mengada adalah sebuah proses yang dilakukan agar Ada tetap menjadi Ada. Jika Ada tidak melakukan Mengada maka Ada tersebut akan terancam menjadi Tidak ada. Sedangankan Pengada adalah sebuah bukti bahwa sang Ada telah melakukan Mengada. Jadi, Ada tersebut juga merupakan Pengada, yaitu Ada yang telah melakukan Pengada. Membaca tentang Ada, Mengada dan Pengada mengingatkan saya kepada Bapak Habibie yang menyebutkan bahwa bahwa beliau adalah mental pesepeda, agar sepeda tersebut tetap berjalan maka harus tetap mengayuh, jika berhenti mengayuh maka jatuhlah. Begitu pula dengan hidup, harus tetap bekerja, jika berhenti bekerja maka matilah. Nampaknya hal tersebut sejalan dengan apa yang telah Bapak sampaikan, terus mengayuh sepeda yang Bapak Habibie katakan sama dengan melakukan Mengada, terus mengayuh agar sepeda tersebut tetap berjalan sama dengan terus melakukan Mengada agar Ada tetap menjadi Ada dan tetap berjalannya sepeda dengan seimbang merupakan wujud dari usaha mengayuh yang sama artinya dengan Ada tersebut yang menjadi Pengada karena senantiasa melakukan Mengada.
SUHERMI
ReplyDelete18709251007
S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA A
Proses Ada, Mengada dan Pengada merupakan bentuk keberadaan kita. Untuk menjadi ada kita harus melalui proses ada dan mengada. Plagiasi memang mampu untuk menghadirkan keberadaan kita, namun menghapus Mengada dan Pengada. Dengan kesadaran dan tanggung jawab dapat menghindarkan diri kita dari plagiasi tersebut.
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Elegy ini menjekaskan bagaimana seorang ilmuwan ataupun guru dalam belajar. Pengalaman-pengalamannya itulah yang menjadi bahan pelajarannya. Seseorang akan benar-benar menjadi pencari ilmu jika ia ADA sebagai bentuk keberadaanya, jika ia mengerjakan berbagai macam riset ataupun menulis setiap tugasnya maka ia dalam proses MENGADA, dan jika terbukti hasil produknya ataupun penelititaanya, maka itulah PENGADA. Dari sini kita bisa melihat bahwa pentingnya ADA, MENGADA DAN PENGADA dalam setiap prosesnya, tanpa mengada dan mengada maka seseorang tesebut berpeluang untuk tmenjadi TIDAK ADA.
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Plagiarisme merupakan tindakan kecurangan yang dilakukan dengan cara mencopy paste hasil karya orang lain untuk mengatasnamakan karyanya sendiri. Seseorang yang melakukan plagiarisme berarti seseorang terjebak dalam ruang dan waktu yang salah, dalam meng-adakam sesuatu memang dituntut menjadi ada dengan mengharuskan adanya suatu usaha dalam pencapaiannya. Dalam proses pencapaian tersebut selain ikhtiar harus juga disertai dengan keikhlasan dan do’a.
Nur Afni
ReplyDelete18709251027
S2 Pendidikan Matematika 2018 B
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Adanya seseorang dibuktikan dengan kehadiran karya. Karya sebagai bentuk dari usaha dalam hal ini mengada. Hasil karya ini adalah sebuah pengada. Karya yang dihasilkan adalah karya yang jujur dan bermanfaat bukan hasil dari plagiat. Bukan hanya sekedar hasil duplikasi tetapi hasil inovasi. Terimakasih
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Dalam hidup ini apa-apanya berhubungan maka ada tesis dan anti-tesis, menerjemahkan dan diterjemahkan. begitupula kaitannya antara ada, mengada, dan pengada. Kehatia-hatian diperlukan dalam menciptakan ada, mengada, dan pengada karena bisa saja akan terpeleset pada jebakan plagiarisme. Masuklah ia dalam mitos-mitos. Perlu kiranya yang akan atau sudah menjadi ilmuwan untuk menciptakan karya sesuai dengan hakikat ada, mengada, dan pengada yang sesungguhnya.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Setiap manusia tidak lain tidak bukan semuanya adalah seorang plagiat, maka tidak bisa adanya kalau kita menghindari sifat yang di konotasikan negative oleh sebagian manusia tersebut. Plagiatisme ini tak hanya dilakukan oleh peserta didik, golongan pendidik pun tak jarang berlaku curang seperti ini. Penguatan karakter perlu ditanamkan baik dalam diri peserta didik maupun pendidik. Sebab keduanya harus saling bersinergi untuk mencapai tujuan pendidikan.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Sungguh ironis sekali bila kita menemui ilmuwan plagiat dan guru pemalsu PAK. Profesor dan guru merupakan orang-orang yang dihormati. Apa yang mereka katakan dan lakukan akan mempengaruhi masyarakat karena mereka adalah teladan sehingga apa yang mereka lakukan akan ditiru oleh masyarakat. Gelar profesor bukanlah gelar yang mudah untuk didapatkan, harus melalui proses yang panjang dan sulit, sungguh memprihatinkan bila gelar yang sangat terhormat itu harus dicemari dengan perilaku plagiarisme. Dalam elegi di atas sudah disebutkan bahwa perbuatan plagiarisme akan menghilangkan keberadaaannya. Jadi dengan perilaku plagiarisme sebenarnya akan membuat seseorang itu kehilangan dirinya dalam karya-karyanya.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Hakikat sang ilmuwan plagiat adalah ilmuwan yang tidak mengenal dirinya sebagai ilmuwan ADA. Maka dengan sendirinya dia juga tidak mengenal ilmuwan " Mengada" atau ilmuwan " Pengada".Hakikat guru pemalsu PAK adalah guru yang tidak mampu mengenal dirinya sebagai guru ADA. Maka dengan sendirinya dia juga tidak mengenal dirinya sebagai guru "Mengada" dan guru " Pengada".Jadi bahwa sebenar-benar keber ADA annya adalah saksi bagi mengadanya. Metode melalui karya-karya yang dapat menunjukkan bahwa dirinya ada yaitu dengan kegiatan menulis karya-karya ilmiah yang merupakan Mengada, sedangkan hasilnya adalah Pengada. Dengan ADAnya seseorang maka dia akan berusaha untuk membuat kegiatan Mengada sehingga menghasilkan sebuah karya tulis atau sesuatu sebagai Pengada.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Dewasa ini, fenomena yang terjadi adalah mengenai perdebatan antara ada, pengada, dan mengada. Ilmuan dan guru yang melakukan plagiat dan pemalsu PAK berarti mereka hanya pada sebatas ilmuan yang ada dan guru yang ada. Mereka melakukan kesalahan yang menyebabkan mereka tidak akan bisa berada pada tahap mengada. Ilmuan yang melakukan plagiat menunjukkan bahwa hasil yang diperolehnya merupakan hasil sebuah kejahatan mencuri karya orang lain. Hal ini bisa menyebabkan ilmuan tidak ada karena tidak dapat memberikan bukti tulisan hasil penelitiannya, namun yang ada hanya tulisan dari orang lain.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Lalu nasib guru pemalsu PAK juga akan terancam tidak ada karena sudah berusaha melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh guru. Hal ini dapat membuat citra guru menjadi buruk dan terancam tidak ada. Oleh karena itu, agar benar-benar menjadi ilmuan atau guru ada, ilmuan atau guru mengada, dan ilmuan atau guru pengada lakukanlah sesuai dengan prosedur, dengan cara memproduksi karya-karyanya sendiri dengan jujur.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Sebagai seorang yang bergelut dalam bidang pendidikan hendaknya menentang keras plagiarisme atau menjiplak karya orang lain. Menghasilkan suatu karya yang orisinil dari pemikiran sendiri tidak melakukan pemalsuan terhadap karya yang dibuat. Semoga kita dihindari dari hal tersebut. Aminn.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Gelar guru ataupun profesor yang kita miliki jangan sampai hanya sebagai identitas semata, tapi harus dibuktikan secara nyata gelar yang ADA tersebut dengan cara MENGADA dan menjadi PENGADA. Guru dapat memanfaatkan ilmu yang dimilikinya, mengembangkan kreativitas yang dimiliki. Melalui itu guru merancang pembelajaran di kelas agar efektif dan efisien. Selain itu dengan melakukan penelitian-penelitian yang bermanfaat seperti melakukan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di dalam kelas.
Sintha Sih Dewanti
ReplyDelete18701261013
PPs S3 PEP UNY
Saya berusaha memahami kalimat “Misal engkau adalah seorang Doktor, maka Ijazahmu dan penulisan gelarmu di depan namamu itu pertanda bahwa engkau Doktor ADA. Sedangkan kegiatan-kegiatanmu menulis itu menunjukkan dirimu sebagai Doktor MENGADA. Jika engkau terbukti telah memproduksi tulisan-tulisanmu itulah maka engkau telah mewujudkan dirimu sebagai Doktor PENGADA.” Bisa dipahami bahwa akan benar-benar menjadi Doktor ADA jika saya selalu berjuang untuk menjadi Doktor MENGADA dan Doktor PENGADA dengan cara memproduksi karya-karya yang sesuai dengan hakekat ADA, hakekat MENGADA dan hakekat PENGADA dari segala sesuatu yang ADA dan yang MUNGKIN ADA di dunia Pendidikan ini...
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Plagiat merupakan perbuatan yang tidak terpuji, setiap siswa atau pelajar dilarang untuk plagiat dalam melakukan penulisan. Jika seorang siswa dilarang melakukan plagiat bagaimana dengan seorang ilmuwan dan guru? Perbuatan tidak terpuji tersebut telah dilakukan oleh seorang panutan dalam dunia pendidikan. Ilmuwan dan guru adalah orang yang mendedikasikan ilmu dan panutan bagi siswa yang seharusnya tidak melakukan hal tersebut. Ingin menjadi Ada dengan Mengada sesuatu yang tidak baik prosesnya. Menurut Prof Marsigit dalam diskusi pembelajaran dikelas : Tidak adalah alat manusia yang bisa mendeteksi plagiat kecuali kuasa Tuhan yang menitipkannya lewat ciptaan-Nya berupa Hati manusia, maka sebenar-benarnya yang mengetahui Plagiat adalah Hati mu sendiri.
kamhar ngado
ReplyDelete(18709251048)
PLAGIARISME itulah salah satu cara menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kita mau dengan cara yangpaling singkat. entah kenapa teringat lagi yang dikatakan Paralolgos ilmu tidak akan hakiki kalau kalau di dalam hati masih ada secuil dusta. ibarat itulah kenapa samapi plagiat itu disebut dusta. Antonim berkata lalu kenapa para ilmuan memalsukan hasil penelitian bukannya tanoa sebab tetapi karena ada sebab dibalik namun sebab itu masih dikatakan sebagai X factor. oleh karena kita harus meniru sifat yang dimiliki oleh antinomi dan paralogos yang menjungjung tinggi kejujuran jika semua mahasiswa uny jujur melakukan plagiarisme maka akan ada generasi emas yang akan mengguncang dunia.
Aulia Nur Arivina
ReplyDelete18709251051
S2 Pendidikan Matematika C 2018
Assalamu’alaikum wr.wb.
Ditemukannya ilmuan plagiat dan guru pemalsu adalah puncak dari pergulatan pengetahuan yang ada, mengada, dan pengada. Ada, mengada, dan pengada bersifat plural. Kita tidak dapat berharap menjadi pengada jika tidak mengada. Mereka yang melakukan adalah mereka mengakui bahwa mereka ilmuwan tetapi mereka tidak berilmu. Hal ini memberikan contoh pada kita sebagai ilmuwan dan guru agar selalu mengapresiasi dan menghargai karya orang lain.
Assalamu'alaykum wr wb
ReplyDeleteDwi Kawuryani
19709251061
Pendidikan Matematika S2 D
Ilmu dapat diartikan sebagai sebuah gunung es. Artinya adalah dasar dari ilmu tersebut jika ada puncak dari ilmu tersebut. Kegiatan plagiarisme merupakan puncak dari ilmu itu sendiri. Namun hal itu tidak dapat dipandang dari satu sisi saja karena setiap fenomena bersifat plural artinya memiliki banyak sudut pandang yang berbeda. Dari sudut pandang lain kegiatan plagiat dapat dilihat sebagai kegiatan hubungan antara subjek dan juga objek. Subjek adalah orang yang melakukan plagiat dan juga objek adalah orang yang dia sedang di plagiat. Untuk mencegah adanya plagiarisme maka kita perlu memahami hubungan antara subjek dan juga objek yang mengakibatkan relasi itu terjadi. Dengan mengetahui hal tersebut diharapkan kegiatan plagiarisme ini dapat dikurangi.
Wassalamu'alaikum wr wb
Dini Senjaningrum
ReplyDelete19709251067
Pendidikan Matematika D 2019
Pada hakekatnya ruang dan waktu yang akan memberikan catatan dan penilaian, tentang ADA, MENGADA DAN PENGADA. Dari tertangkapnya seorang plagiat dan tertangkapnya guru pemalsu PAK berarti mereka baru pada tahap Ada, mereka tidak mengenal dirinya sebagai Mengada dan Pengada. Apabila kita hanya menggunakan jalan pintas maka waktu yang akan membuktikan semua kecurangan kita. Sehingga kita perlu memahami lebih dalam lagi setiap profesi dan status pada diri kita, agar kita bisa lebih meningkatkan kemampuan diri kita. Untuk menjadi Mengada dan Pengada.
Khintoko Intan Permatasari
ReplyDelete19701251020
S2 PEP A 2019
Untuk bisa dihargai orang lain, manusia bukan hanya harus ada bentuk fisiknya, namun ia harus melakukan kegiatan serta menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan juga orang lain. Apa yang ia lakukan haruslah berasal dari dirinya sendiri bukan hanya plagiat dari orang lain yang kemudian diakui sebagai hasil karyanya. Dengan demikian manusia akan diakui keberadaannya. Begitu pula sebaiknya apabila manusia hanya bisa melakukan plagiat dan tidak menghasilkan apa-apa, maka lama kelamaan keberadaannya tidak akan diketahui orang lain. Atau dengan kata lain ia tidak ada lagi meskipun fisiknya masih tampak.
Hidayatul wafiroh
ReplyDelete19701251010
S2 PEP A 2019
Plagiat atau pemalsuan merupakan perbuatan yang tidak dalam ruang dan waktu yang sebenarnya. Manusia itu adalah Ada dengan berbagai predikatnya. Kemudian menjadi pengada dengan proses untuk menjadi mengada. Dalam proses ini lah, manusia terkadang terlena dengan plagiat atau pemalsuan. Sehingga untuk menggapai mengada manusia melakukan berbagai hal yang tidak baik. Hasilnya, manusia akan menghasilkan karya tetapi karya lama kelamaan akan hilang dan tidak ada jejak pemikirannya karena karyanya merupakan hasil dari plagiat.
sintha fardu anggraeni
ReplyDelete19709251071
S2 pend matematika /D
Terimakasih Bapak Prof Marsigit. Keberadaan seseorang merupakan hasil dari diri sendiri dalam mengadakan bukti bahwa dirinya sudah sesuai dengan hakikat yang ada, sedangkan pemalsu dan palgiat tidak membuktikan keberadaan, memanipulasi bukti keberadaan orang lain agar tampak bahwa itu adalah bukti keberadaanya.
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Terima kasih Bapak untuk Elegi Meratapi Sang Ilmuwan Plagiat dan Guru Pemalsu PAK yang telah Bapak share kepada kami. Dalam kehidupan ini, pastilah setiap orang ingin dianggap ada. Untuk dianggap ada pastilah tidak lepas dari mengada dan pengada. Ilmuwan dan guru dapat dikatakan sebagai narasumber ilmu. Ilmuwan dapat diakui ada jika ia memiliki penelitian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Begitu juga dengan guru, dianggap ada jika tidak hanya berperan menyampaikan pembelajaran namun juga dapat berperan sebagai peneliti khususnya penelitian untuk yang tertuju pada pembelajaran siswa di kelas. Oleh karena itu, sangatlah tidak pantas untuk melakukan plagiarisme karena sebenarnya orang yang melakukan plagiarisme ia telah menghilangkan dirinya sendiri.
Lovie Adikayanti
ReplyDelete19709251068
S2 Pendidikan Matematika D
Assalamualaikum wr wb.
Jika hidup jujur maka hancur, kata orang di sana tapi bukankah jujur itu mujur. Jika ada kejujuran maka takan ada kehancuran, karena jujur selalu bertindak positif untuk mencapai langkah ke depan.
Maka pemalsuanpun tak akan ada, adanya akan berbuat sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan. Karena kejujuran juga merupakan uswatun khasanah, maka akan ada di dunia ini untuk berlomba menuju kebajikan dan sebaliknya tak akan ada kemungkaran
Vera Yuli Erviana
ReplyDeleteNIM 19706261005
S3 Pendidikan Dasar 2019
Assalamualaikum Wr. Wb.
Seseorang yang melakukan plagiarisme berarti seseorang terjebak dalam ruang dan waktu yang salah, dalam meng-adakam sesuatu memang dituntut menjadi ada dengan mengharuskan adanya suatu usaha dalam pencapaiannya. Budaya plagiarism harus kita hindari. Kita sering kali lalai, tergoda setan, sombong dan tak sopan dengan dimensi ruang dan waktu yang terus bergerak. Hanya mereka yang serius, menikmati proses dan mengerjakkan dengan ikhlas lah yang akan bertahan lama. Sedangkan mereka yang melakukan plagiat, hanya aman sementara/semu selebihnya justru membahayakan jiwa mereka sendiri.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlfiana Dewi
ReplyDelete19701251005
S2 PEP A 2019
Plagiarisme adalah primitif pemikiran, Manusia adalah mahluk yang multidimensi. Salah satu dimensi yang tertanam di dalam kodratnya adalah hasrat untuk meniru, atau mimesis. Mimesis sendiri memiliki beragam arti, seperti imitasi, dan berbagai bentuk tindakan yang meniru suatu obyek tertentu. Dasar filosofis dari mimesi sangatlah dalam. Banyak pemikir sepanjang sejarah mencoba memahami fenomena mimesis ini. Mimesis adalah hasrat yang mendasari tindak plagiarisme.