The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Sep 20, 2013
Elegi Memahami Elegi
Oleh Marsigit
Mahasiswa:
Aku jengkel, aku marah, aku tak peduli, aku tersinggung...
Dosen:
Sebentar apa masalahnya? Mengapa anda bersikap demikian?
Mahasiswa:
Ah Bapak tak perlu berpura-pura. Kan segala macam persoalan yang membuat Bapak sendiri.
Dosen:
Lho kenapa, emangnya apa salahnya Elegi?
Mahasiswa:
Setelah membaca Elegi dan mengikuti kuliah Bapak saya jadi pusing. Konsep pemikiranku menjadi berantakan tak karuan. Waktu saya untuk belajar filsafat itu cuma sedikit Pak. Saya mempunyai banyak tugas-tugas yang lain. Apa lah gunanya berfilsafat, sehingga berbicara ngalor ngidul yang tak relevan dengan kehidupan sehari-hari. Lagi pula tidak ada sangkut pautnya dengan tugas mengajar saya. Saya perlu pemondokan, saya perlu transportasi, saya bolak balik dari kampus ke tempat asalku. Itu sudah sangat menyita waktu.
Dosen:
Lha apa usul anda?
Mahasiswa:
Berikan saja kepada saya referensi yang singkat, padat dan jelas, untuk kemudian saya bisa baca dengan singkat dan saya gunakan untuk persiapan ujian. Beres gitu aja pak.
Dosen:
Maaf, menurut pandangan saya. Ibarat perjalanan, anda sudah memasuki jalan-jalan dan gang sempit, sehingga sulit bagi dirimu untuk membalikkan kendaraanmu atau parkir atau balik arah dsb. Padahal orang belajar filsafat itu ibarat duduk di lobi, dia belum menentukan sikap jalan mana yang harus dilalui, dia hanya baru memikirkannya.
Mahasiswa:
Tetapi sebagian Elegio itu betul-betul mengganggu pikiran saya. Saya kadang-kadang tidak merasa nyaman di hati, bahkan ingin marah.
Dosen:
Kelihatannya anda cukup bernafsu dalam bersikap. Jika demikian maka pilihan hidup anda akan semakin sedikit. Bukankah banyak orang lebih suka mempunyai banyak pilihan agar hidup itu membahagiakan? Padahal dalam mempelajari filsafat, mahasiswa itu seyogyanya dalam keadaan NOL. Artinya agar mampu berpikir kritis, maka kita perlu berpikir netral, tidak prejudice atau watprasangka, tidak emosi, tidak putus asa.
Mahasiswa:
Jujur saja untuk berbicara di kelas juga aku mengalami kesulitan, karena mungkin bacaanku juga masih sedikit.
Dosen:
Kenapa engkau tidak usul atau bertanya atau memberi saran.
Mahasiswa:
Untuk itu semua juga sama saja. Saya tidak merasa pede karena mungkin saya juga kurang membaca. Atau bacaan saya belum relevan dengan pokok pembicaraan.
Dosen:
Terus apalagi yang ingin engkau sampaikan?
Mahasiswa:
Kenapa Bapak melakukan testing filsafat, sehingga terasa memberatkan mahasiswa?
Dosen:
Itu merupakan komunikasi formal. Wajib hukumnya bagi dosen untuk menguji mahasiswa.
Mahasiswa:
Kenapa ujiannya seperti itu, lain lagi minta ujiannya sesuai dengan selera saya.
Dosen:
Ujian seperti apa yang engkau inginkan?
Mahasiswa:
Aku sendiri juga bingung. Bagaimana ya cara Bapak menguji diriku agar Bapak juga tahu kemampuan berfilsafatku?
Dosen:
Saya sebetulnya mempunyai banyak cara dan teori untuk mengujimu. Anda sendiri juga bisa membuat refleksi, bisa membuat makalah, bisa menguraikan atau membuat tesis, anti tesis atau sintesis.
Mahasiswa:
Apa pula itu Pak?
Dosen:
Kemarahan dan emosimu telah menutup sebagaian ilmumu. Jika engkau terus-teruskan itulah sebenar-benar musuhmu dalam belajar filsafat. Jika engkau tidak mamu mengatasi sampai kuliah ini berakhir, itu pertanda engkau gagal dalam menempuh perkuliahan. Padahal sebetul-betulnya yang terjadi adalah untuk belajar filsafat, tidak cukup hanya membaca sedikit, tidak tepat kalau hanya menginginkan petunjuk teknis, tidak cukup kalau hanya membaca referensi wajib, tidak cukup hanya berpikir parsial. Jika itu yang engkau lakukan maka itulah sebenar-benar anda akan menjadi manusia yang berbahaya dimuka bumi ini, karena anda akan menggunakan filsafat tidak tepat ruang dan waktunya. Maka mempelajari filsafat juga tidak bisa urut hirarkhis, tidak hanya membaca tetapi berfilsafatlah dengan segenap jiwa ragamu. Itulah maka sebenar-benar filsafat adalah refleksi hidupmu sendiri. Amarahmu dan kekecewaanu itu adalah catatanmu. Tetapi ketahuilah bahwa amarah dan emosi itu sebenar-benar adalah telah menghabiskan dan membakar energimu.
Mahasiswa:
Pak, untuk sementara aku akan berdiam diri, untuk memperoleh ketenangan.
Dosen:
Baik, dalam diam itu ada kebajikan. Karena diam dapat digunakan sebagai sarana untuk refleksi diri. Ketahuilah bahwa refkesi diri itu merupakan kegiatan berpikir yang paling tinggi. Demikianlah semoga kita semua dapat selalu belajar dari pengalaman. Amiiin.
Mahasiswa:
Ntar Pak jangan ditutup dulu. saya ingin tanya dengan jurur. Terus terang saya mengalami kesulitan memahami Elegi Bapak. Bahasa apa yang Bapak gunakan?
Dosen:
Baik anda mengalami kesulitan karena saya menggunakan berbagai macam bahasa dengan segala tingkatannya.
Mahasiswa:
Maksud Bapak?
Dosen:
Elegi itu tidak hanya meliputi jenis ucapan tetapi juga tindakan ucapan. Kita mengetahui ada paling sedikit empat macam jenis komunikasi: material, formal, normatif dan spiritual. Maka Elegi itu meliputi semua tingkatan jenis komunikasi tersebut.
Dalam Elegi aku juga berusaha menggunakan bahasa konstatif, maksudnya saya berusaha menggambarkan suatu kejadian atau fakta atau fenomena menggunakan gaya bahasaku sendiri. Dengan bahasa konstatif itu anda dapat melakukan verifikasi atau menilai benar salahnya pernyataan saya. Maka carilah mereka itu dalam Elegi-elegi saya. Tetapi ada juga Elegi dimana saya bebas memilih kata-kata atau bahasa saya sesuai dengan selera saya.
Dengan bahasa demikian saya tidak bermaksud agar anda membuktikan kebenarannya, tetapi semata-mata merupakan usaha saya sebagai penutur bahasa untuk memberi muatan filsafat, muatan moril atau muatan pengetahuan atau muatan pengalaman lainnya. Dengan bahasa perforatif itu saya ingin menunjukkan bahwa elegi itu memang orisinil tulisan saya.
Saya juga ingin menunjukkan kehadiran keterlibatan saya dalam elegi itu dengan demikian saya bisa lebih menghayati penulisan elegi itu. Di sinilah mungkin terjadi perbedaan taraf kelaikan yang anda harapkan dengan taraf kelaikan yang saya gunakan atau saya pilih. Jika terjadi kesenjangan ini maka saya menyadari bahwa anda akan dibuatnya “unhappy”, sedangkan saya sipembuat elegi happy-happy saja.
Tetapi dalam membuat Elegi ini saya juga tidak hanya melakukan hal-hal di atas. Dalam beberapa hal saya juga melakukan apa yang disebut sebagai tindakan lokusi, yaitu meletakkan tanggung jawab penuturan bahasa bukan pada penuturnya tetapi kepada semuanya. Artinya penuturan bahasa itu memang bersifat umum. Dengan mengambil tindakan lokusi pada suatu Elegi saya merasa mempunyai landasan untuk mengembangkan tindakan illokusi bahasa.
Tindakan illokusi bahasa adalah bahasa yang menunjukkan lawan terhadap tindakan sesuatu, dengan demikian tindakan illokusi ini akan menuntut saya sebagai si penutur bahasa untuk bersikap konsekuen juga melaksanakan penuturan saya itu. Misal keyika saya menyarankan anda untuk membaca, itu berarti saya juga seharusnya menyarankan kepada diri saya juga. Demikian juga ketika saya menyarankan anda untuk berbuat baik, bertindak konsisten, berpikir kritis, dsb.
Namun tidak hanya itu saja. Kata-kataku dalam elegi juga sebagian menunjukkan keadaan si pendengar dengan segala implikasinya. Artinya, saya menyadari bahwa kata-kata saya itu akan berpengaruh terhadap si pembaca elegi. Dalam filsafat bahasa mungkin ini yang disebut sebagai tindakan saya yang bersifat perlokusi.
Misalnya kalimat saya yang berbunyi-tidak mungkin belajar filsafat tanpa membaca-.
Ini berakibat anda sebagai mahasiswa saya yang menempuh filsafat, mau tidak mau harus membaca. Jika hal demikian dirasa berat, itulah anda dan juga saya menemukan bukti yang kesekian kalinya bahwa manusia di dunia itu bersifat kontradiktif.
Maka dapat aku katakan bahwa hidup itu adalah pilihan. Jika itu telah menjadi pilihanmu, mengapa engkau melakukan segala perbuatanmu kelihatannya kurang ikhlas. Bukannya engkau tahu bahwa ketidak ikhlasan walau sedikitpun itu tidak akan membawa manfaat baik di dunia maupun akhirat.
Maka renungkanlah. Semoga Allah SWT mengampuni segala kesalahan dan dosa-dosa kita. Amiin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Falenthino Sampouw
ReplyDelete18709251006
S2 Pendidikan Matematika
Selamat sore, Prof.
Membaca elegi-elegi yang ditulis oleh Prof dalam blog ini, saya merasakan bagaimana sebenarnya saya sedang dikritisi. Betapa saya menyadari banyak yang tidak saya ketahui. Bahkan dalam membaca elegi menggapai elegi inipun sebenarnya saya merasa sedang dikritisi. Beberapa elegi tidak saya pahami, bingung dan marah. Tetapi ternyata itulah ilmu bagi saya. Kritikan dari membaca elegi dan pembelajaran di kelas, mestinya terbawa dalam refleksi saya bahwa ternyata sayapun memiliki ilmu yang minim dan belum mampu mengontrol diri. Itulah yang membawa saya untuk terus membaca elegi.
Terima kasih, Prof.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Dalam memahami elegi memang tidak mudah. Tidak jarag bahkan sering saya sulit memahami elegi-elegi yang ada. Saya perlu membaca berkali-kali untuk dapat memahaminya. Bahkan ada juga yang samapi berkali-kali tapi belum menemukan intinya. Mungkin ini dikarenakan kurangnya bacaan dan pemahaman saya mengenai filsafat sehingga saya sulit dalam memahami elegi-elegi tersebut.
Memang tidak cukup jika hanya membaca setengah-setengah apalagi jika membacanya dengan rasa marah dan kurang ikhlas akan membuat kita semakin tertutup dan ilmu juga akan sulit untuk masuk dalam pikiran dan hati kita.
Wassalamualaikum wr.wb.
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Untuk seseorang yang baru mempelajari filsafat seperti saya memang terkadang terasa sulit untuk memahami elegi-elegi. Namun ini menyadarkan saya kembali bahwa ternyata masih begitu yang belum saya ketahui. Seperti yang Bapak sampaikan juga dikelas bahwa untuk membaca tulisan-tulisan di blog ini harus dengan ikhlas hati dan ikhlas pikiran. Karena itu saya selalu berusaha untuk memahami elegi-elegi yang disampaikan karena tentunya sangat bermanfaat untuk saya dan juga teman-teman lainnya. Terimakasih Pak.
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika B
Jujur saja dalam memahami topik elegi memahami elegi ini saya merasa terlibat di dalamnya. Apa yang diungkapkan oleh mahasiswa diatas sama seperti apa yang saya rasakan. Terkadang saya merasa bingung, marah, jenuh, dan penasaran. Namun saya mneyadari mungkin itulah proses belajar saya. Saya tidak memiliki banyak ilmu untuk memahami filsafat. Selain itu semakin saya belajar semakin saya merasa tidak mengerti, namun saya menyadari akan minimnya asupan bacaan saya selama ini. Sehingga membuat saya seperti berlari mengejar ketertinggalan ilmu saya. Namun ada hal yang saya nikmati, yaitu proses belajar saya. Saya menjadikan proses belajar filsafat menjadi tidak membosankan, walaupun pada kenyataannya filsafat sangat sulit dipahami oleh orang awam seperti saya. Terima kasih prof. telah mempersembahkan kepada kami tulisan-tulisan yang sangat bermanfaat.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dari ilustrasi antara dosen dan mahasiswa tersebut membuat saya menjadi merefleksi bagaimana saya dalam mengikuti pembelajaran filsafat. Alhamdulillah setelah mengenal filsafat ilmu, saya merasa pemikiran saya lebih berkembang lagi dan tidak berpikir tanpa ilmu sehingga meningkatkan kualitas pemikiran saya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Elegi di dalam elegi yang harus dielegikan. Filsafat yang harus membaca banyak tidak hanya dari buku juga dalam situasi lingkungan setiap detik bisa mnejadi bahan bacaan filsafat yang mungkin hanya bermanfaat bagi diri sendiri belum tentu orang lain. Sebenarnya, saya pun untuk belajar filsafat harus membaca materi secara berulang sampai mendapatkan makna yang khusus saya akan pahami untuk saya sendiri, karena belum tentu orang lain mau tahu tentang pendapat saya dan cenderung lebih memilih untuk mempunyai argumennya sendiri tentang filsafat. Maka dari itu, filsafat kadang akan sangat menarik bila di saat itu sedang terjadi filsafat yang menarik, bila sebaliknya maka filsafat akan membuat menjadi enggan untuk memahami karena sudah memahami sebelumnya.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Hidup adalah pilihan. Hidup adalah perjuangan. Jika manusia sudah memilih, maka tahap berikutnya adalah memperjuangkan apa yang telah ia pilih. Saya telah memilih untuk belajar filsafat, maka saya akan berjuang untuk dapat memahami filsafat. Saya setuju dengan elegi ini, karena memang mempelajari filsafat membutuhkan energy yang luar biasa. Elegi-elegi dalam blog ini ditulis dengan gaya bahasa yang berbeda. Yang saya rasakan, ketika membaca elegi-elegi dalam blog ini memang membutuhkan pemikiran yang luar biasa. Namun saya merasakan manfaatnya, yakni: adanya nilai-nilai, pandangan-pandangan, pelajaran-pelajaran berharga yang saya dapatkan setiap kali membaca tulisan dalam blog ini. Terima kasih Pak.
Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
ReplyDeleteBesse Rahmi Alimin
18709251039
s2 Pendidikan Matematika 2018
Terkait topik bahasan mengenai Elegi Memahami Elegi bahwa seperti yang orang kebanyakan katakan syair atau nyanyian yg mengandung ratapan dan ungkapan dukacita disebut Elegi lalu kemudian diilustrasikan dalam tulisan ini bahwa "...Dalam beberapa hal saya juga melakukan apa yang disebut sebagai tindakan lokusi, yaitu meletakkan tanggung jawab penuturan bahasa bukan pada penuturnya tetapi kepada semuanya. Artinya penuturan bahasa itu memang bersifat umum. Dengan mengambil tindakan lokusi pada suatu Elegi saya merasa mempunyai landasan untuk mengembangkan tindakan illokusi bahasa", dari pernyataan tersebut didapat kata lokusi dan ilokusi, lokusi bisa juga dikatakan sebagai makna kata yang menjelaskan atau menginformasikan suatu hal secara jelas tanpa ada maksud atau makna lain di dalamnya, sedangkan ilokusi dikatakan sebagai makna tersembunyi dari sebuah kata atau pernyataan. dari makna tersebut, memang ada keterkaitan maksud dan tujuan antara Elegi dengan Lokusi dan Ilokusi.
Rosi anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr wb
Setelah membaca berbagai macam elegi yang sudah bapak tulis, saya sangat mengakui bahwa tulisannya memang menggunakan bahasa yang tidak mudah dimengerti, mengandung makna yang tersirat. Namun disinilah letaknya, cara yang bapak gunakan dengan memakai bahasa yang tidak mudah dipahami membuat mahasiswa berpikir lebih. Karena sebenar-benar berfilsafat adalah berpikir.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Memahami elegi-elegi yang ada dibutuhkan suatu pemikiran yang kritis. Kebingungan merupakan sebuah awal yang kita dapatkan ketika mencoba untuk memahami suatu elegi yang ada. Kebingungan tersebut merupakan suatu tanda bahwa kita harus terus mencoba memahami elegi-elegi yang ada dengan berpikir kritis. Namun tidak cukup dengan berpikir kritis, proses memahami yang kita lakukan harus dibarengi dengan keikhlasan dari dalam diri kita, karena dengan keikhlasan tersebut akan menuntun kita dari kebingungan yang dihadapi.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Dalam upaya memahami elegi sebaiknya dilakukan dengan keikhlasan dan kesabaran. Yang dimaksud keikhlasan di sini yaitu sikap rela dan mau berusaha dengan setulus hati dalam mengerjakannya. Kesabaran ditunjukkan dengan perlakuan secara terus menerus tanpa adanya keluhan ketika bertindak. Ketika kita dapat menjalankan keikhlasan, kesabaran dan daya juang yang tinggi maka hasil pun tidak akan mengkhianati proses. Berpijak pada pikiran, hati dan doa yang selalu kita panjatkan dan yakini kepada Allah SWT dalam melakukan segala hal untuk memberikan manfaat lebih bagi lingkungan sekitar
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
PEP S3
Saya sangat sepakat dengan kalimat hidup adalah pilihan lalu ketika kita sudah memilih, mengapa harus melakukan hal tersebut dengan tidak ikhlas. Terkadang, saya menjadi orang tersebut. Padahal saya yang memilih hal tersebut, tetapi terkkadang saya mengeluh. Terkadang saya memilih hal tersebut, tetapi saaya juga yang tidak melakukan dengan ikhlas. Semoga kita semua terhindar dari hal-hal macam itu.
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Mengenai elegi yang bersifat perlokusi, saya sendiri juga merasakan bahwa elegi-elegi yang saya baca dari blog ini telah memberikan pengaruh pada saya. Meskipun seringkali saya mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama dalam memahami maksud dari elegi yang saya baca, saya merasakan banyak sekali manfaat yang bisa saya ambil. Misalnya elegi mengingatkan saya untuk terus menerus belajar, mengembangkan pengetahuan, lebih sensitif terhadap ruang dan waktu, melihat dari berbagai sudut pandang, tidak berperilaku sombong, bersabar, dan yang paling penting adalah untuk senantiasa berusaha ikhlas dan selalu menjadikan agama sebagai pegangan dalam mengembarakan pikiran.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat malam Prof.
Berfilsafat artinya mulai memahami kehidupan secara menyeluruh. Hal yang dulunya tidak ketahui perlahan mulai disadari dan diketahui. Elegi membantu dalam memahami filsafat dalam kehidupan. Betapa pentingnya hal kecil yang ada dalam kehidupan dan hal tersebut merupakan bagian dari filsafat. Elegi ini mempermudah diri dalam mengenal filsafat itu walaupun pada kenyataannya bahasan yang diberikan sulit dipahami. Hal ini terjadi karena belum lahirnya kebiasaan dalam memahami elegi-elegi tersebut. Diperlukan waktu yang lebih dan dilakukan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan selalu merasakan kehadiran filsafat dalam hidup. Terima kasih.
SUHERMI
ReplyDelete18709251007
S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA A
Elegi-elegi yang saya baca selama ini menambah pemahaman saya dalam memahami filsafat. Meskipun belum semua tindakan saya mencerminkan kebaikan dari filsafat. Elegi-elegi yang Bapak tulis saya jadikan refleksi untuk menjadi lebih baik lagi. Terima kasih pak.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Ikhlas merupakan modal dan syarat utama dalam menuntut ilmu. Seperti yang Bapak katakan bahwa kita harus bertanggung jawab atas segala keputusan yang telah diambil. Maka berada disini saat ini, menjadi mahasiswa UNY merupakan sebuah akibat dari keputusan yang telah diambil sebelumnya, oleh karenanya kita mempunyai kewajiban untuk mempertanggung jawabkan keputusan tersebut. Awali dan jalani dengan ikhlas, ikhlas dalam menjalani tanggung jawab, ikhlas dalam menuntut ilmu, ikhlas dalam belajar, dan ikhlas dalam membaca elegi-elegi. Baru saya pahami bahwa ikhlas bukan hanya tentang menerima takdir yang telah digariskan, ikhlas lebih luas dan kompleks dari pada itu. Dalam hal-hal sederhanapun hendaknya sertakan ikhlas didalamnya contohnya saja makan, meskipun hanya perkara makan jangan lupakan ikhlas didalamnya, ikhlas menerima apapun rasa atau bentuk dari makanan tersebut belajarlah menghargai sepiring nasi terlebih dahulu, jika mampu maka tidak akan sulit lagi menghargai dan mengikhaskan hal-hal yang lebih besar dari sepiring nasi.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Apa yang dirasakan mahasiswa dalam elegi memahami elegi ini seperti kilas balik yang saya dan teman-teman saya alami ketika memulai perkuliahan filsafat. Setiap minggunya bapak selalu mengingatkan untuk membaca, membaca, dan membaca elegi-elgi bapak yang telah diposting dalam web ini. Berulang kali bapak mengingatkan kami dan bahkan menyebutkan bahwa ia yang memiliki komen 600 lah yang berhak mendapat nilai akhir sempurna. Elegi-elegi yang bapak posting dan segala sesuatu tentang filsafat yang bapak berikan memiliki pilihan diksi yang tidak mudah untuk dipahami. Kadangkala maknanya tidak tersurat secara langsung tapi tersirat dalam permainan bahasa yang bapak sajikan.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Sesekali bahkan ada beberapa elegi yang harus saya baca secara dua atau tiga kali agar saya dapat mengetahui makna yang terdapat dalam elegi tersebut. Padahal jumlah postingan bapak semuanya berjumlah +/- 656 postingan. Seperti yang disebutkan dalam elegi ini : Kemarahan dan emosimu telah menutup sebagaian ilmumu. Jika engkau terus-teruskan itulah sebenar-benar musuhmu dalam belajar filsafat. Hal tersebut benar, karena emosi yang kami rasakan, dimana kami merasa tugas memberi komen ini sungguh tidak mudah, sungguh perlu waktu yang tidak sebentar padahal tugas lain juga mendampingi kami. Karena rasa emosi tersebut justru memeberatkan langkah saya untuk bisa aktif dan intens memberi komen pada blog bapak.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Tapi ketika saya tersadar dan membangun keikhlasan dalam mengerjakan tugas ini saya justru seperti mendapat semangat dan kemampuan lebih dalam memahami elegi-elegi ini. Semoga usaha dan kerja keras saya dalam memenuhi tugas ini memberikan berkah bagi saya kedepannya. Amin. Maka benar adanya bahwa hidup itu adalah pilihan. Jika itu telah menjadi pilihanmu, mengapa engkau melakukan segala perbuatanmu kelihatannya kurang ikhlas. Bukannya engkau tahu bahwa ketidak ikhlasan walau sedikitpun itu tidak akan membawa manfaat baik di dunia maupun akhirat.
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Sebenar-benar filsafat itu dalah diri kita sendiri. Filsafat itu olah pikir, bagaimana kita berpikir. Dalam berfilsafat memang tidaklah mudah dan juga tidak sulit. Dalam memperlajari filsafat diperlukan kegigihan, kesabaran dan pemikiran kritis dalam memahaminya. Dan apabila dilakukan dengan hati dan pikiran yang jernih dan ikhlas maka kita akan merasakan banyak manfaat, mengubah pola pikir kita menjadi lebih baik, dan melatih kita untuk berpikir secara bijaksana, menghargai ruang, waktu, dan setiap proses yang ada.
93. Nur Afni
ReplyDelete18709251027
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
memilih untuk membaca elegi demi elegi bapak karena kekurangan saya belum memahami tentang filsafat. Sejujurnya ada rasa malu karena begitu banyak yang belum saya pahami dan melalui elegi dan perkuliahan filsafat ilmu dengan sederhana saya memperoleh pengetahuan baru dan pengalaman belajar yang unik dan menyenangkan. berjalan waktu saya dapat memahami sedikit demi sedikit maksud dari elegi bapak berdasarkan filsafat saya sendiri. Saya kagum dengan cara bapak menyelipkan makna mendalam di setiap elegi. Kemasan cerita yang mengandung makna sekaligus mengjibur. terimakasih
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Elegi-elegi yang Bapak buat memberikan jalan menuju kesadaran untuk berpikir. Fenomena yang tercipta pada elegi pun relevan dengan keadaan sekitar juga gejolak pada pikiran. Kritik yang ada pada elegi pun seperti mengkritisi pula para pembaca sehingga pembaca seharusnya lebih sadar untuk membuka pikiran dan hati, pembaca disini dikhususkan bagi diri saya sendiri. Elegi ini pun mengajarkan untuk berpikir reflektif, jadi setelah membaca elegi setidaknya pembaca mampu menerapkan kebaikan yang ada pada elegi ke dalam kehidupannya. Selain itu, hal yang harus saya perbaiki adalah untuk mempelajari segala hal tidak boleh setengah-setengah namun harus dari awal sampai selesai agar ilmu yang didapatkan utuh seutuh-utuhnya. Terima kasih, Prof.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Setelah saya membaca artikel di atas yang ada dalam pikiran saya adalah membaca elegi tidak semudah membaca novel. Elegi dalam berfilsafat merupakan ekspresi dari hati, puisi, dan masih banyak lagi makna yang terkandung di dalamnya. Elegi tidak hanya kata-kata tetapi juga termasuk jenis tindak tutur. Sebagai manusia kita pasti pernah berpikir apa yang kita punya setelah mempelajari filsafat dengan-elegi elegi yang terkadang membuat kita bingung untuk memahami maknanya. Pada dasarnya studi filsafat adalah refleksi dari kehidupan kita sendiri. Dengan mempelajari filsafat kita mampu berpikir kritis, berpikir rasional, dll pemantauan filsafat harus dipelajari secara keseluruhan, karena jika tidak, bisa jadi seseorang akan menggunakan filosofi tidak sesuai dengan ruang dan waktu dan itu tidak akan berguna.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
"Hidup itu adalah pilihan. Jika itu telah menjadi pilihanmu, mengapa engkau melakukan segala perbuatanmu kelihatannya kurang ikhlas. Bukannya engkau tahu bahwa ketidak ikhlasan walau sedikitpun itu tidak akan membawa manfaat baik di dunia maupun akhirat"
Memang, ikhlas itu harus kita miliki dalam setiap langkah yang kita ambil karena akan meringankan langkah kita dan menjadikannya sebagai ibadah. Menjadi benar-benar ikhlas memang susah, tapi perlahan pasti bisa dilakukan.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Setelah membaca elegi di atas, saya merasa seperti terlibat diantara percakapan dosen dan mahasiswa. Awalnya begitulah yang saya rasakan ketika saya memaksakan diri untuk membaca elegi. Saya merasa kesulitan untuk memahaminya. Namun, berbeda hasilnya ketika saya mencoba untuk tidak memaksakan diri saya dan mencoba membaca elegi-elegi yang ada dengan ikhlas, niat dan dengan pikiran yang jernih. Walaupun saya belum mampu menangkap maksud keseluruhan dari elegi-elegi yang ada, setidaknya pasti ada sedikit ilmu tersirat yang saya dapatkan dari membaca elegi-elegi ini. Dari sini saya dapat mengatakan bahwa sang pembelajar itu selalu ikhlas, rendah hati, dan berpikiran jernih untuk siap menampung ilmu-ilmu baru, serta yang terpenting adalah niat.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ikhlas ikhlas dan ikhlas.....
Ikhlas sudah tersedia di dalam hati setiap manusia, tetapi perasaan ikhlas itu sering tertutup oleh nafsu, kebencian, iri, sombong, dan takabur. Meskipun ikhlas itu tidak ada ilmunya, namun ia bisa dipelajari dengan banyak latihan bersabar. Perlu banyak latihan kesabaran agar kita lebih ikhlas dalam hidup ini. Dengan membaca elegi kita belajar untuk ikhlas dalam mempelajari sesuatu. memerlukan sebuah proses dalam menggapai pengetahuan yang tak terhingga batasnya ini. semakin kita mengerti atau memahami sesuatu semakin kita makin percaya akan kebesaran Allah SWT.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Hakekat elegi adalah semua tingkatan jenis komonikasi yang meliputi : material, formal, normatif, dan spiritual. Elegi menggunakan bahasa konstatif yaitu menggambarkan suatu fakta/fenomena dengan gaya bahasa sendiri. Dalam elegi ada tindakan lokusi yaitu meletakkan tanggung jawab penuturan bahasa bukan pada penuturanya tetapi kepada semuanya. Dalam elegi ada tindakan ilokusi bahasa yaitu bahasa yang menunjukkan lawan terhadap tindakan sesuatu. Membuat manusia bersikap konsekuen, konsisten dan berfikir kritis.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dari elegi ini juga yang bisa saya tangkap adalah tentang kejujuran dan tidak malu. Dalam berfikir salah satu yang penting adalah jujur. Jujur pada hati kita dan jujur pada diri kita. Karena dengan jujur kita mampu mengetahui mana yang belum kita tahu dan mana yang sudah tahu. Namun jujur saja belumlah cukup. Kita dalam menggapai ilmu sedalam-dalamnya harus punya sifat jangan malu. Jangan malu disini berarti dalam konteks kebaikan. Misal jangan malu mengakui kalau memang belum paham dan jangan malu untuk bertanya hal yang belum paham tersebut. Kedua hal tersebut jika bisa mengaplikasikannya dalam usaha mencari dan menggapai ilmu maka akan menghasilkan individu yang terbuka dan menjadi individu yang selalu terus dan terus maju.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Untuk seseorang yang baru mempelajari filsafat memang terkadang terasa sulit untuk memahami elegi-elegi yang dituliskan oleh prof Marsigit. Namun ini menyadarkan kita bahwa ternyata masih begitu yang belum kita ketahui. Seperti yang telah disampaikan juga dikelas bahwa untuk membaca artikel harus dengan ikhlas hati dan ikhlas pikiran. Karena itu kita harus selalu berusaha untuk memahami elegi yang disampaikan karena sangat bermanfaat untuk kehidupan kita
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Dari mengikuti perkuliahan Bapak dan membaca elegi di atas saya semakin sadar bahwa dalam mempelajari filsafat dibutuhkan rasa ikhlas. Tidak hanya dalam mempelajari filsafat, tapi ilmu-ilmu yang lainnya juga. Sehingga dengan rasa ikhlas itu, semoga ilmu yang diberikan Tuhan menjadi berkah dan bermanfaat.
hendra B.
ReplyDelete18701261008
PEP S3 2018
sebagai mahasiswa pembelajar memang akan banyak menguras tenaga waktu dan pikiran, namun belajar filsfat ini seharusnya bisa menyadari bahwa kita perlu lebih banyak membaca refrensi yang relevan dalam belajar bukan hanya belajar filsafat tetapi mata kuliah yang lain juga. tak ada kata mundur setelah menabuh genderang dalam belajar apapun hasilnya yang mesti kita lakukan adalah terus maju dengan melakukan perbaikan-perbaikan diri selama perjalanan.
Desi Nurwidawati
ReplyDeleteS3 PEP 18701261009
Belajar dan terus belajar, termasuk belajar ikhlas, ikhlas dalam belajar pun diperlukan untuk mencapai tujuan dari belajar tersebut. Dalam belajar tidaklah hanya berusaha keras namun iklas diperlukan agar tidak menyulitkan diri.Ikhlas diperlukan untuk membuat kita terus berintrospeksi dan menjadi lebih baik
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Terima kasih Bapak atas artikel yang telah Bapak share kepada kami. Saya tertawa membacanya Pak, terlihat ada mahasiswa yang berbicara dengan dosennya, dan ketika dosennya membahas mengenai filsafat mahasiswanya menunjukkan rasa kurang sukanya, karena menurutnya filsafat itu sulit. Mahasiswa itu juga sudah jemu dan bosan apabila dosennya mulai berbicara mengenai filasfat. Jujur saya juga belum terlalu paham dengan elegi. dari cerita di atas Elegi itu tidak hanya meliputi jenis ucapan tetapi juga tindakan ucapan. Kita mengetahui ada paling sedikit empat macam jenis komunikasi: material, formal, normatif dan spiritual. Maka Elegi itu meliputi semua tingkatan jenis komunikasi tersebut. Jadi elegi itu tidak hana berupa ucapan, tetapi juga bisa berupa tindakan, misalnya "kemarahan dan emosimu telah menutupi sebagian ilmumu", dapat saya artikan bahwa kemarahan dan emosi itu tidak memberikan kita manfaat, tapi malah akan menimbulkan rasa ketidaksenangan terhadap sesuatu. misalnya marah dan emosi ketika mendapat nilai ulangan jelek, sebaiknya kita tidak marah dan emosi, namun lebih kepada instropeksi diri kenapa nilai kita bisa jelek, sehingga dengan jeleknya nilai kita akan membuat kita lebih bersungguh-sungguh dalam belajar dan mencintai proses belajar agar mendapatkan hasil yang diinginkan.
M. Ikhsan Ghozali
ReplyDelete19701261003
PEP S3 2019
Assalamu'alaikum wr.wb.
"Tidak mungkin belajar filsafat tanpa membaca" dan itu adalah pilihan yang mesti dijalani dengan keikhlasan. Terima kasih Prof atas tulisan reflektifnya. Semoga saya diberikan kesempatan, kemampuan, dan kekuatan untuk bisa terus belajar, belajar dengan penuh keikhlasan. Meskipun tidak mudah, semoga membawa berkah dan manfaat. Aamiin.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Imroatus Syarifah
ReplyDelete19709251051
Pend. Matematika S2 D 2019
Elegi adalah salah satu jenis komunikasi dengan memhaminy amelalui membaca. Membaca. Sudah bukan rahasia lagi jika membaca adalah suatu yang penting. Bahkan terdapat sebuah pepatah mengatakan bahwa membaca bagai membuka jendela dunia. Dengan membaca akan menambah pengetahuan kita. Tetapi yang menjadi masalah adalah bagaimana cara meningkatkan minta seseorang terutama dalam membaca? Karena jika bukan hobinya, kegiatan tersebut akan terasa sangat berat. Terkadang, seeorang menyadari sendiri akan hal tersebut, tapi sangat sulit unutuk memulainya. Diperlukan tekad yang sangat kuat.
Ahmad Syajili
ReplyDelete19709251066
S2 Pendidikan Matematika 2019
Assalamualaikum wr.wb
Terima kasih Pak Prof. atas tulisan elegi memahami elegi ini. Dari tulisan Bapak di atas, saya memahami betapa pentingnya untuk mempelajari dan memahami filsafat. Pada awalnya memang saya kesulitan dalam memahami tulisan Bapak dalam elegi-elegi ini, karena bahasa yang dipakai bukanlah bahasa yang digunakan sehari-hari. Namun semakin ke sini, saya mulai menyadari bahwa elegi yang Bapak tulis menggambarkan kehidupan manusia. Terkadang bahkan saya sendiri merasa seperti mendapat cambukan setelah membaca elegi-elegi yang Bapak tulis.
Melalui elegi ini, saya memahami bahwa dalam memahami elegi hendaklah dengan ikhlas, baik itu ikhlas hati maupun ikhlas pikiran. Sehingga kita dapat memetik hikmah dan pelajaran dari elegi tersebut
Aulia Nur Arivina
ReplyDelete18709251051
S2 Pendidikan Matematika C 2018
Assalamu’alaikum wr.wb.
Terima kasih Pak Marsigit atas penjelasan gamblang mengenai elegi memahami elegi. Meskipun pada awalnya saya mengalami kesulitan dalam mengikuti perkuliahan filsafat. Setelah membaca beberapa postingan Bapak, saya menjadi lebih paham dan pikiran saya menjadi lebih terbuka untuk menerima hal baru. Karena diniati dengan ikhlas insyaalloh akan memberikan manfaat di kemudian hari. Kritik memang diperlukan namun idealnya kita melakukan evaluasi diri terlebih dahulu sebagai sarana belajar dari pengalaman.
Aulia Nur Arivina
ReplyDelete18709251051
S2 Pendidikan Matematika C 2018
Assalamu’alaikum wr.wb.
Hikmah yang dapat saya peroleh dari bacaan diatas antara lain yaitu ketika sedang menuntut ilmu harus disertai dengan hati ikhlas dan niat yang tulus sesuai dengan ruang dan waktunya. Sedangkan musuh terbesar dalam belajar filsafat adalah kemarahan dan emosi yang dapat menghabiskan dan membakar energi kita. Karena pada dasarnya hidup adalah pilihan dan elegi itu tidak hanya meliputi jenis ucapan tetapi juga tindakan ucapan. Semoga Allah SWT senantiasa menuntun hambaNya ke jalan yang lurus.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMira Amalia Yudhanti
ReplyDelete19701251014
S2 PEP A
Berdasarka elegi di atas, hal utama dalam memahami elegi dalam filsafat adalah keikhlasan. Seperti yang disampaikan oleh Prof.Marsigit bahwa dalam mempelajari filsafat tidak cukup hanya membaca sedikit, tidak tepat kalau hanya menginginkan petunjuk teknis, tidak cukup kalau hanya membaca referensi wajib, tidak cukup hanya berpikir parsial. Salah satu untuk bisa mempelajari filsafat dengan membaca artikel atau postingan Prof dengan ikhlas dalam pikir dan ikhlas dalam hati. Dengan demikian, kita dapat belajar bagaimana cara untuk berfilsafat.
Sintha Fardu Anggraeni
ReplyDelete19709251071
S2 Pend Matematika/D/2019
Terima kasih Banyak Pak Prof. Marsigit.Setiap elegi yang Bapak berikan, selalu ada pesan yang saya dapat dan menjadi bahan bacaan reflektif yang cukup efektif bagi saya.
Assalamu'alaykum wr wb
ReplyDeleteDwi Kawuryani
19709251061
Pendidikan Matematika S2 D
Dalam membaca dan memahami elegi dari postingan Bapak Prof, saya harus membacanya berulang-ulang, harus mencari kosakata yang tidak saya ketahui agar dapat memahaminya, namun elegi yang Bapak sampaikan selalu menyimpan suatu pembelajaran bagi saya, sehingga terkadang dalam menghadapi permasalahan sehari-hari saya teringat dengan pesan dari elegi Bapak, dan mencoba mengaitkannya dengan filsafat.
Wassalamu'alaikum wr wb
Dini Senjaningrum
ReplyDelete19709251067
Pendidikan Matematika D 2019
Percakapan di atas sangat menarik untuk memahami lebih jauh tentang filsafat. Seperti yang pernah disampaikan Bapak di dalam kelas, bahwa “ Sebenar-benarnya ilmu filsafat adalah dirimu sendiri”. Walaupun sederhana dan tampak mudah, tapi ternyata memahami diri sendiri itu tidak mudah. Membaca merupakan salah satu cara agar membantu kita memahami diri sendiri dan membantu dalam memahami filsafat.
Hidayatul wafiroh
ReplyDelete19701251010
S2 PEP A 2019
Dari elegi di atas bahwa sebenar-benarnya filsafat adalah refleksi hidupmu sendiri. Belajar filsafat tidak cukup hanya membaca sedikit. Belajar filsafat itu dengan keikhlasan. Begitu juga dalam menuntut ilmu, diperlukan keikhlasan. Keikhlasan akan membuat manusia terhindar dari kesombongan akan ilmu yang dimilikinya. Sehingga akan selalu merasa bahwa dirinya kurang ilmu dan selalu ingin menambah ilmu. Dalam mencari ilmu pun tidak seketika diperoleh, melainkan dengan proses untuk dapat memperolehnya. Oleh karena itu, dalam menuntut ilmu gunakan akal pikiran dan hati nurani agar kita terhindar dari stigma-stigma ilmu.
Sekar Hidayatun Najakh
ReplyDelete19701251007
S2 PEP A 2019
Assalamualaykum wr wb...
Sebenar-benarnya pikiran adalah filsafat, yang objeknya adalah segala yang ada dan yang mungkin ada. Dalam belajar, sebagai upaya untuk memperoleh ilmu pengetahuan, jelas pikiran memiliki peran yang amat penting. Untuk menerima ilmu baru, tentu perlu kesiapan pikiran. Jika di awal timbul pikiran yang bertolak belakang, maka perjalanan memperoleh ilmu akan terhambat timbul rasa bingung, jengkel, bahkan amarah. Maka sebagai pencari ilmu, pikiran harus dikendalikan. Pikiran harus ikhlas bahwa belajar adalah perjalanan menaklukkan tantangan-tantangan.
Terimakasih Prof.
Rifki Rinaldo
ReplyDelete19709251070
S2 Pendidikan Matematika 2019 D
Assalamualaikum Wr.Wb
Berdasarkan elegi diatas, saya menyimpulkan bahwa semua ilmu yang kita pelajari harus dilaksanakan dengan ketenangan, ketekunan, dan kesabaran. Jika kita hanya menuntut ilmu hanya setengah-setengah saja maka tidak bermakna lah ilmu itu tersebut. Maka itu akan menyebabkan terbebannya pikiran kita untuk mepelajarinya. Sebaik-baiknya belajar adalah bagaimana kita mengontrol pikiran kita dalam menghadapi hambatan baru dalam belajar.
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Terimakasih prof atas artikelnya. Pada awalnya saya memang merasa kesulitan untuk memahami elegi dalam blog ini, namun dengan memabacanya berulang-ulang saya menjadi paham akan maknanya.
Pada dasarnya belajar itu memang harus dengan hati yang tulus ikhlas, karena dengan ikhlas semua yang dilakukan akan terasa ringan dan mudah. Belajar juga tidak cukup hanya dilakukan sekali, untuk memahami suatu hal kita harus berulang kali belajar dari berbagai sumber yang ada.
Vera Yuli Erviana
ReplyDeleteNIM 19706261005
S3 Pendidikan Dasar 2019
Assalamualaikum Wr. Wb.
Filsafat yang harus membaca banyak tidak hanya dari buku juga dalam situasi lingkungan setiap detik bisa mnejadi bahan bacaan filsafat yang mungkin hanya bermanfaat bagi diri sendiri belum tentu orang lain. mempelajari filsafat membutuhkan energy yang luar biasa. Elegi-elegi dalam blog ini ditulis dengan gaya bahasa yang berbeda. Yang saya rasakan, ketika membaca elegi-elegi dalam blog ini memang membutuhkan pemikiran yang luar biasa. Namun saya merasakan manfaatnya, yakni: adanya nilai-nilai, pandangan-pandangan, pelajaran-pelajaran berharga yang saya dapatkan setiap kali membaca tulisan ini
Tiara Wahyu Anggraini
ReplyDelete19709251065
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Menurut saya, untuk memahami elgi-elegi pada blog ini sangat membutuhkan waktu, karena tidak cukup membaca sekilas namun berkali-kali agar tahu apa makna dari elegi tersebut. Inilah gambaran dalam menuntut ilmu diperlukan keikhlasan dan kesungguhan agar ilmu yang dipeoleh dapat bermakna dan bermanfaat.
Fitria Restu Astuti
ReplyDelete19709251069
S-2 Pendidikan Matematika D 2019
Assalamu'alaikum, Prof. Setelah membaca postingan Prof. Marsigit tentanf elegi memahami elegi saya ingin mengutip satu kalimat yang bagi saya sangat bermakna yaitu "Orang belajar filsafat itu ibarat duduk di lobi, dia belum menentukan sikap jalan mana yang harus dilalui, dia hanya baru memikirkannya." dari kalimat ini saya berpikir bahwa filsafat adalah awal dari ilmu, filsafat mendasari setiap ilmu-ilmu ataupun pengetahuan yang lainnya. Dan untuk mempelajari filsafat sebelumnya kita perlu memperkuat hati agar tidak terjerumus pada konsep-konsep yang mungkin berbeda dengan apa yang ada dalam hati dan pikiran kita. Terlebih kita manusia biasa dengan tingkatan ilmu yang sangat sedikit.
Assalamualaikum wr. wb
ReplyDeleteNovi Indriyani Kones
19701251002
PEP S2 A 2019
Dari artikel ini saya memperoleh pembelajaran bahwa segala sesuatu yang kita pelajari dalam dunia ini lakukan dengan ikhlas dan berusaha ikhlas terhadap sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan keiginanmu. Teringat satu kalimat "Yang menurutmu baik, itu belum tentu baik dimata Tuhan dan yang menurutmu tidak baik itu ternyata baik dimata Tuhan". Oleh karena itu, ikhlas dan syukur dalam menjalani hidup. Kita berusaha hadapi segala problematika yang ada. Pasti semuanya terjadi untuk mendapatkan pengalaman yang berarti dan kebaikan kita ke depannya tetapi tetap dibarengi dengan proses berpikir yang baik, benar, dan tepat.
Terimakasih
Wassalamu'alaikum wr.wb
Alfiana Dewi
ReplyDelete19701251005
S2 PEP A 2019
hidup itu adalah pilihan. Jika itu telah menjadi pilihanmu, mengapa engkau melakukan segala perbuatanmu kelihatannya kurang ikhlas. Bukannya engkau tahu bahwa ketidak ikhlasan walau sedikitpun itu tidak akan membawa manfaat baik di dunia maupun akhirat. kalimat penutup ini menjadikan suatu pembelajaran. apapun yang saat ini yang kita jalanin dan apapun hasilnya merupakan suatu pilihan yang sudah kita buat
Dea Armelia
ReplyDelete19709251072
S2 Pend. MTK D 2019
Kesimpulan yang saya ambil yaitu kita harus ikhlas dalam menuntut ilmu atas apa yang sudah kita pilih. Ikhlas dalam belajar yaitu ikhlas mengadakan yang mungkin ada. Maka dari itu ikhlas dalam belajar adalah dengan mensyukuri segala proses setiap waktu. Dalam menuntut llmu, apapun itu, siapkan diri sebaik mungkin baik fisik, pikiran maupun mental. Fisik yang kuat dan sehat, pikiran yang jernih dan mental yang siap berani, percaya diri dan yang paling penting ikhlas. Ingat segala hal di awali dengan niat. Jika sudah ada niat yang sungguh-sungguh maka akan ada jalan untuk menggapai tujuan. Dan niat yang bersih ialah yang disertai dengan keikhlasan untuk menerima segala proses yang akan ditempuh dalam menempuh perjalanan menuntut ilmu itu sendiri.