Oleh Marsigit
Penonton:
Wah asyiknya menonton pertunjukkan Kuda Lumping. Gerakannya yang lincah dan dinamis disertai musik tinthilan, kempul dan kendhang. Lihat tu..wow..wow..sudah mulai kesurupan. Wahai pengamat, asyik bukan? Inilah yang aku tunggu-tunggu, saatnya para pemain kesurupan.
Itu..tu dia mengejar penonton.
Pengamat:
Wahai penonton, diantara sekian banyak adegan pertunjukkan Kuda Lumping itu, manakah yang anda paling tertarik?
Penonton:
Lho..pertanyaanmu kok aneh ta? Ya jelas ketika para pemain kesurupan.
Pengamat:
Mengapa?
Penonton:
Aneh lagi pertanyaanmu itu. Lho kalau kesurupan itu kan jadinya ramai sekali, heboh dan menggemparkan. Lha ..kalau anda apanya yang menarik dari pertunjukkan ini?
Pengamat:
Kalau saya..yang menarik dari pertunjukan Kuda Lumping ini adalah penontonnya.
Penonton:
Lho kok aneh... Engkau itu bukan penonton apa? Kalau begitu engkau itu tertarik padaku?
Pengamat:
Enggak.. aku juga tidak tertarik dengan penonton seperti engkau.
Penonton:
Lho kenapa?
Pengamat:
Aku lebih tertarik dengan penonton seperti diriku.
Penonton:
Ah..bodhoh amat. Sudah..sudah..jangan ganggu saya saya mau konsentrasi melihat pemain kesurupan. Tetapi mengapa ya para pemain itu bisa kesurupan? Wahai pengamat, kelihatannya engkau senang berkomentar yang tidak-tidak? Aku ada pertanyaan nih. Mengapa para pemain Kuda Lumping itu bisa kesurupan?
Pengamat:
Nah..baru..Sekarang aku tertarik dengan engkau. Sebetulnya aku tertarik dengan penonton yang bertanya tentang tontonan dari pada penonton yang hanya menikmatinya.
Penonton:
Wah..sekarang aku jadi tertarik dengan komentarmu. Aku jadi kurang tertarik dengan pertunjukkan itu. Bolehkah aku bertanya lagi? Kenapa engkau menjadikan dirimu menjadi pengamat dan bukan menjadi penonton yang kafah seperti diriku?
Pengamat:
Ketika aku melihat pertunjukan Kuda Lumping, maka serta merta datanglah kesedihanku.
Penonton:
Lho kok aneh..bukankah pertunjukkan itu dimaksudkan untuk menghibur penonton? Tetapi bolehkah engkau jelaskan mengapa engkau sedih jika menonton pertunjukkan Kuda Lumping?
Pengamat:
Aku melihat kehidupan bangsaku, persoalan bangsaku, pikiran bangsaku, perasaan bangsaku, semakin lama kok semakin mirip dengan pertunjukkan Kuda Lumping.
Penonton:
Lho yang mirip apanya?
Pengamat:
Yang mirip kesurupannya.
Penonton:
Wahai pengamat..jangan asal bicara engkau. Masaaakk..bangsa kita dianggap kesurupan? Apa maksudmu?
Pengamat:
Wahai sahabatku..bukankah engkau melihat kehidupan masyarakat mengalami perubahan yang sangat cepat. Karena derasnya laju perubahan dan tingginya dinamika perubahan masyarakat, maka banyak hal/kejadian/peristiwa atau fenomena kehidupan dalam masyarakat, yang sulit dimengerti. Persis seperti sulitnya memahami mengapa pemain Kuda Lumping kesurupan. Maka dapat aku katakan juga bahwa semakin banyak gejala masyarakat mengalami kesurupan.
Penonton:
Ah..omong kosong? Bukti konkritnya?
Pengamat:
Bukankah engkau sering mendengar banyak siswa dari beberapa sekolah di daerah-daerah bahkan mengalami kesurupan? Jika para siswa mengalami kesurupan maka Kepala Sekolah, guru, ortu dan masyarakat juga bertanya-tanya mengapa mereka kesurupan? Mereka tidak bisa atau sulit menjelaskannya. Persis seperti sulitnya memahami mengapa pemain Kuda Lumping kesurupan. Maka dapat aku katakan juga bahwa semakin banyak siswa sekolah mengalami kesurupan. Atau jika saya ekstensikan, maka semakin banyak sekolah mengalami kesurupan.
Penonton:
Itukan hanya kasus?
Pengamat:
Bukankah engkau sering membaca koran? Maka banyak peristiwa-peristiwa hukum di negeri ini semakin sulit dijelaskan dengan teori hukum? Persis seperti sulitnya memahami mengapa pemain Kuda Lumping kesurupan. Maka dapat aku katakan juga bahwa hukum kita itu juga sedang mengalami kesurupan.
Penonton:
Uraianmu kok semakin menarik? Terus..terus..?
Pengamat:
Bukankah engkau sering membaca koran? Maka semakin banyak peristiwa-peristiwa dan kebijakan pendidikan yang sulit dijelaskan dengan teori kependidikan. Persis seperti sulitnya memahami mengapa pemain Kuda Lumping kesurupan. Maka dapat aku katakan juga bahwa pendidikan di negeri ini juga sedang mengalami kesurupan.
Penonton:
Ada yang lainnya?
Pengamat:
Bukankah engkau sering membaca koran? Maka semakin banyak masyarakat kita yang mencari obat penyembuhan yang sulit dijelaskan dengan teori pengobatan. Persis seperti sulitnya memahami mengapa pemain Kuda Lumping kesurupan. Maka dapat aku katakan juga bahwa dunia pengobatan kita juga mengalami kesurupan.
Penonton:
Ohh ..begitu ta?
Pengamat:
Bukankah engkau sering membaca koran? Pernahkan engkau membaca beberapa berita tentang penjualan “pil pintar”. Pil pintar dijual dengan biaya jutaan, 10 juta, 15 juta, 25 juta agar siswa tidak usah belajar tetapi mampu mengerjakan UN. Maka hal yang demikianpun sulit dijelaskan dengan teori pendidikan maupun psikologi belajar. Persis seperti sulitnya memahami mengapa pemain Kuda Lumping kesurupan. Maka dapat aku katakan juga bahwa teori pendidikan dan psikologi pendidikan juga mengalami kesurupan.
Penonton:
Wah..menarik juga.
Pengamat:
Bukankah engkau sering membaca koran? Bukankah engkau sering menjumpai banyak orang-orang dengan gaya kaya mendadak, berpenampilan ala barat dan melupakan dan malu dengan budaya dan tradisi sendiri. Bukankah yang bisa membaca huruf jawa bisa dihitung dengan jari saja. Bukankah banyak orang semakin tidak mengenal tetangganya sendiri? Maka hal yang demikian sulit dijelaskan dengan teori kehidupan masyarakat. Persis seperti sulitnya memahami mengapa pemain Kuda Lumping kesurupan. Maka dapat aku katakan juga bahwa kehidupan bermasyarakat kita juga mengalami kesurupan.
Penonton:
Apa masih ada yang lain?
Pengamat:
Bukankah engkau sering membaca koran? Bukankah engkau mengalami sendiri gejala konsumerisme merajalela dimana-mana. Pemerintah dan masyarakatnya seakan kompak berpacu dan berlomba membudayakan konsumerisme. Bukankah konsumerisme itu hanya mementingkan produk saja daripada proses. Buwat apa susa-susah membikin mobil jika bisa import?. Buwat apa susah-susah bikin komputer jika bisa import? Buwat apa susah-susah bikin HP jika bisa import?. Maka kencenderungannya adalah semakin hari semakain kita dibanjiri barang import tanpa kita mau mengetahui proses pembuatannya apalagi berusaha memproduksi kemudian mengekspornya. Maka hal yang demikian sulit dijelaskan dengan teori pengembangan SDM. Persis seperti sulitnya memahami mengapa pemain Kuda Lumping kesurupan. Maka dapat aku katakan bahwa kehidupan konsumerisme bangsa kita adalah kehidupan bangsa yang sedang kesurupan pula.
Penonton:
Wah..wah..heubuat kau. Lagi..lagi..?
Pengamat:
Bukankah engkau sering membaca koran? Bukankah engkau melihat sendiri bagaimana eksploitasi pengiriman tenaga kerja TKI/TKW secara besar-besaran ke luar negeri. Peduli amat dengan gengsi dan harga diri bangsa. Dari pada sulit-sulit mendidik mereka, dengan iaya mahal pula, maka kirim saja mereka keluar negeri. Disamping merupakan solusi instant bagi mereka, juga bisa menambah devisa negara. Maka hal ini juga sulit dijelaskan dengan teori pengambangan SDM dan pembangunan karakter bangsa dan jiwa nasionalisme. Persis seperti sulitnya memahami mengapa pemain Kuda Lumping kesurupan. Maka dapat aku katakan bahwa pembangunan karakter bangsa juga sedang mengalami kesurupan.
Penonton:
Lho..pertunjukkan Kuda Lumpingnya sudah bubar. Penonton yang lain juga sudah bubar. Tinggal kita berdua. Sekalian tanya bagaimana solusinya. Dan siapakah sebenarnya dirimu?
Pengamat:
Pertunjukkan Kuda Lumping yang sesungguhnya justru sedang menggejala. Itulah perikehidupan bangsa kita sekarang yang dapat saya gambarkan seperti pertunjukkan Kuda Lumping. Ketika bangsa dan masyarakat tidak atau belum siap bergaul dengan bangsa-bangsa lain, sementara aspek kehidupan dan budaya mereka sudah menggejala di mana-mana, maka bangsa dan masyarakat kita dilanda kebingungan. Maka bangsa dan masyarakat kita persis seperti pemain Kuda Lumping. Dalam suasana kebingungan dan kepanikan serta setangah sadar maka bangsa dan masyarakat kita tidak mempunyai pola dan hanya mengikuti gejala-gejala simtomatik narasi besar kehidupan dunia. Bangsa dan masyarakat kita hanya mampu bergerak sesuai dengan musiknya neokapitalis.Maka terapi-terapi instant, terapi irrasional, solusi aneh, pil ajaib, pil UN, kebijakan sesaat, program populis 100 hari, akan menjadi barang dagangan yang sangat laku dipasaran. Maka ditengah bangsa yang sedang kesurupan itu muncullah calo-calo dan juragan bangsa dan masyarakat yang sekedar ingin megambil keuntungan sebesar-besarnya.
Penonton:
Iya ..ya...wah cocok sekali analisismu dengan keadaan sekarang ini. Giiiiiimana menurutmu GAYUS itu?
Pengamat:
Gayus adalah pertunjukkan Kuda Lumping Bangsa Indonesia yang terbesar abad ini. Mafia Pajak adalah lirik-lirik lagu, nyanyian dan musiknya. Mafia Hukum adalah mantra-mantranya. Pemimpin Bangsa adalah si Tuan penanggap Kuda Lumping. Lembaga Peradilan adalah dukun-dukunnya. Aparat Penegak Hukum adalah penunggang-penunggangnya. Koruptor adalah mulut-mulut yang berbuih dan mata yang melotot. Pajak dan Uang Rakyat adalah sesaji-sesajinya.
Penonton:
Trus..siapakah dirimu itu?
Pengamat:
Aku adalah penonton Kuda Lumping yang berusaha berpikir kritis. Karena aku telah melihat bahwa engkau juga telah ikut berpikir kritis, maka aku tidak lain tidak bukan adalah dirimu sendiri, yaitu seorang penonton pertunjukkan Kuda Lumping yang berpikir kritis.
Pengamat dan Penonton:
Ohh...Kuda Lumping Bangsaku.
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Dari elegi ini menggambarkan keadaan bangsa Indonesia saat ini. Cita-cita powernow sudah mulai tercapai sedikit demi sedikt. Dengan tidak sadar bangsa Indonesai telah berubah karakter ketimurannya. Perkembangan zaman yang semakin canggih tidak membuat otak semakin canggih pula, tetapi justru semakin tidak terpakai. Hati yang semakin tidak berhati. Kesurupan kuda lumping hampir sudah terjadi dalam segala aspek. Oleh karena itu yang dapat dilakukan kita sebagai mahasiswa adalah perbaiki dari diri sendiri untuk selalu berpikir kritis dan gunakan hati yang jernih untuk menanggapi berbagai perkembangan zaman yang terjadi.
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
"Rest in peace" moralitas bangsa indonesia. Itulah yang sedang terjadi pasa indonesia sekarang ini. Masalah seolah tidak pernah ada habisnya. Mulai dari segi pendidikan, budaya yang mulai mengikuti pergaulan budaya barat, peperangan antar agama ,suku bahkan terjadi antar sesama rakyat indonesia. Jaman yang semakin serba instan ini menimbulkan dampat negatif dan positif, negatifnya segala sesuatunya mulai terjadi "kesurupan# karena tidak bisa memanfaatkannya ke arah yang positif karena itulah kita harus siap menghadapi berbagai macam krisis yang terjadi dan mulai menyaring pergaulan.
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Keadaan masyarakat yang digambarkan sebagai pemain kuda lumping menjadi suatu penggambaran akan kondisi kebingungan ditengah issue-issue yang beredar di bangsa ini. Keadaan terombang-ambing atas budaya yang juga mulai terkikis dengan adanya arus masuk budaya-budaya luar. Sehingga menurut saya, pendidikan harus mampu memberikan gagasan yang solutif bagi permasalahan yang ada. Mulai mengarahkan dan membimbing peserta didik dengan nilai-nilai yang sudah ternanam sejak dahulu di Indonesia.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Elegi ini menggambarkan tentang kehidupan masyarakat bangsa Indonesia dimana bangsa ini yang belum mampu untuk menghadapi arus globalisasi. Arus globalisasi adalah akibat yang harus kita rasakan karena kita adalah bagian dari dunia yang berkembang dan maju dengan pesat. Namun oleh karena pendidikan karakter yang kurang ditanamkan sehingga bangsa kita mudah terpengaruh dengan budaya bangsa lain, sehingga itulah yang membuat bangsa kita seakan-akan tidak memiliki nilai identitas yang khas dan membuat bangsa kta tertinggal jauh dari bangsa-bangsa lain.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Kuda lumping adalah sebuah seni tradisional yang sampai sekarang masih diminati oleh para penonton, di mana dalam permainan kuda lumping,ada pemain yang nantinya akan kesurupan. Elegi ini menjelaskan bahwa maasyarakat Indonesia saat inipun banyak yang mengalami kesurupan, sebagai contoh budaya konsumerisme besar-besaran, budaya yang serba instan, ingin pandai tapi tidak mau belajar dan justru lari ke membeli pil pintar, banyak orang lari dari Tuhan dan dating ke dukun, banyak kebijakan-kebijakan pemerintah yang diselewengkan atau tidak sesuai dengan aturan, hukum yang dapat diperjual belikan, dan lain sebagainya. Hal ini sungguh sangat disayangkan, maka seharusnya perlu adanya kesadaran akan ruang dan waktu. Sehingga bangsa dan Negara ini tidak dianggap sebagai pemangsa ruang dan waktu. Dan harapanya Bangsa ini dapat dikatakan sopan terhadap ruang dan waktunya.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Seperti yang kita ketahui bahwa kesenian kudang lumping seringkali membuat para pemain atau penarinya hilang kesadaran, mereka bergerak kesana kemari tanpa terkendali. Mungkin itu dapat dijadikan perumpaman untuk menggambarkan beberapa aspek kehidupan masyarakat yang dinamis. Dalam menjalankan kehidupan diperlukan adanya prinsip dan pedoman hidup yang kuat agar kita tidak mudah terombang-ambing ke dalam berbagai pengaruh yang ada, khusunya pengaruh yang tidak baik.
Tiara Cendekiawaty
ReplyDelete18709251025
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Kuda lumping yang kesurupan merupakan gambaran kehidupan saat ini. Masyarakat cenderung memikirkan cara instan untuk memenuhi kebutuhannya, untuk mencapai tujuannya. Hukum negara dapat dibeli dengan uang. Hal ini merupakan hal yang irrasional, kontradiksi dengan kehidupan yang sebenar-benarnya. Untuk membentuk negara yang sebenar-benarnya, kehidupan yang sebenar-benarnya maka harus menjadi masyarakat yang sebenar-benarnya terlebih dahulu, karena masyarakat adalah pilarnya suatu negara. Untuk menjadi masyarakat yang sebenar-benarnya maka yang harus dilakukan adalah senantiasi berpikir kritis dan menggunakan hati dalam kehidupan sehari-hari.
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 PM A 2018
Agar mampu mengerjakan UN, normalnya harus belajar. Karena tidak mungkin dapat mengerjakan jika tidak belajar. Saya pun bingung ketika ada yang dapat mengerjakan soal UN tanpa belajar. Kesurupan yang terjadi pada bangsa ini sudah sangat berbahaya. Karena fenomena itu terjadi dimana-mana meskipun dengan bentuk yang berbeda. Mereka meyakini dapat mengerjakan soal dengan menggunakan sesuatu yang tidak masuk akal, yang sering disebut dengan jimat. Semoga kita semua terhindar dari keykinan seperti itu.
Terima kasih
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 PM A 2018
Budaya instan atau budaya mencari aman memang sedang berkembang saat ini. Budaya ini merupakan efek samping dari berkembangnya ICT yang sudah memudahkan segala aktivitas kita. Budaya instan lama kelaman akan semakin membawa dampak buruk bagi bangsa karena semakin lama bangsa ini akan mudah dipengaruhi atau dijajah bangsa lain. Bangsa ini seperti dibodohi oleh abngsa lain.
Terima kasih
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Kuda lumping bangsaku dianalogikan sebagai gejala sosial atau kondisi yang sedang terjadi pada bangsa ini. Ketidakadilan yang terjadi, penyelewengan kekuasaan, penyalahgunaan wewenang, perubahan pola kehidupan masyarakat hingga merambah ke dunia pendidikan dan karakter masyarakat tidak dapat dijelaskan dengan teori. Persoalan-persoalan tersebut sulit dipahami seperti sulitnya memahami mengapa pemain kuda lumping kesurupan. Berdasarkan elegi ini, persoalan-persoalan tersebut muncul akibat bangsa kita yang belum siap dalam menghadapi arus globalisasi sehingga banyak pihak-pihak lain yang memanfaatkan situasi ini untuk meraup keuntungan. Hanya sebagian dari masyarakat kita yang mampu berfikir kritis dalam menghadapi persoalan tersebut, kebanyakan masyarakat yang lain hanya menikmati kehidupannya tanpa menyadari fenomena yang sedang terjadi, seperti halnya para penonton yang menyaksikan pertunjukkan kuda lumping. Sebagian lagi justru seperti pemain kuda lumping yang kesurupan, tidak menyadari apa yang sedang terjadi.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
Fenomena-fenomena seperti apa yang ada di elegi diatas menunjukkan pada kita problematika yang sedang dihadapi di bangsa kita yaitu mewabahnya budaya instan. Budaya instan semakin menjamur dan sangat digemari masyarakat Indonesia mulai yang hidup diperkotaan hingga masuk ke kampung-kampung kecil. Kita harus sadari bahwa budaya ini bukanlah budaya murni bangsa Indonesia karena budaya ini bisa merubah manusia menjadi sangat egoistis. Budaya instan adalah budaya yang berasal dari luar negeri dengan seiring perkembangan berbagai peralatan modern, perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan teknologi, dan juga hasil temuan sumber-sumber daya modern.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Cepatnya perubahan kehidupan dalam bermasyarakat berimbas kepada banyaknya hal-hal yang sulit dimengerti. Keadaan seperti demikian diibaratkan keadaan sedang kesurupan dalam kesenian kuda lumping. Kesurupan dalam kesenian kuda lumping itu tidak bisa dijelaskan bagaimana proses terjadinya kesurupan. Hal tersebut sejalan dengan apa yang telah dialami oleh bangsa kita sekarang, yaitu banyak sekali kebijakan yang tidak sesuai dengan realita di lapangan dan sulit untuk dijelaskan. Hal tersebut berakibat bangsa kita menjadi bangsa yang mudah terpengaruh oleh budaya luar. Oleh karena itu, agar terhindar dari keadaan tersebut sudah seharusnya kita selalu mampu berpikir kritis dalam menjalani kehidupan.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Kesurupan yang dimaksud adalah kebingungan dan kepanikan dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan. Bukankah kita sering mendapati kejadian yang terdapat di sekeliling kita bahwasanya pendidikan di Indonesia sempat mengalami kebingungan berkaitan dengan penerapan kurikulum yang baru, di mana waktu pemerintah mengumumkan untuk menerpakan kurikulum 2013 padahal dari segi kesiapan sekolah-sekolah yang ada diseluruh Indonesia sangat tidak siap untuk menerapkannya. Banyak pertimbangan dan ketidakinginan para pemangku kepentingan setiap sekolah dan guru-guru terkait dengan penerapan kurikulum 2013.
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Pertunjukan kuda lumping yang merupakan pertunjukan tradisional yang sering ditonton masyarakat untuk hiburan. Dalam elegi ini pertnjukan kuda lumping diibaratkan sebagai keadaan bangsa Indonesia saat ini. Dimana bangsa kita dianggap sedang kesurupan. Maksud kesurupan disini tentu tidak dalam arti yang sebenarnya. Maksudnya adalah bangsa kita mulai kehilangan jati dirinya sendiri. Seiring dengan perkembangan zaman permasalahan-permasalah mulai muncul dalam bangsa kita. Namun hanya sebagian kecil dari kita yang mampu menyadari permasalahan tersebut.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Sungguh analogi yang hebat Prof, jika diamati benar-benar maka benar bahwa bangsa ini sedang mengalami kesurupan dimana-mana. Jika pertunjukan kuda lumping selalu membawa dukun nya turut serta sehingga dukun tersebut akan membantu para pemain untuk menggapai kesadarannya kembali. Lantas, siapakah dukun negeri ini, dukun yang akan membantu negeri ini untuk menggapai kesadarannya kembali. Apakah lembaga peradilan? Jika memang iya, mampukan lembaga peradilan menyadarkan seluruh negeri ini agar kembali menggapai kesadarannya? Sebagai masyarakat awan, yang bisa dilakukan hanyalah mendoakan dan turut membantu para lembaga peradilan, jika tidak mampu membantu menyadarkan para koruptor setidaknya jangan menambah beban para lembaga peradilan dengan menambah jumlah pemain yang kesurupan. Semoga negeri ini segera menggapai kesadarannya seperti pemain kuda lumping yang pasti akan sadar setelah permainan berakhir.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018 (PM B 2018)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Melalui elegi di atas, adanya kuda lumping diibaratkan dengan para pelaku kejahatan seperti koruptor. Sedangkan rakyat-rakyat yang menonton pertunjukannya, sesungguhnya adalah orang-orang yang berpikir kritis mengamati gerak-gerik koruptor. Hal ini terasa sangat miris. Seakan-akan koruptor sudah membudaya dan dibiarkan saja sehingga seperti barang tontonan. Rakyat yang kritis mengetahui dengan benar dan pandai melihat pemimpin yang hanya gila kekuasaan tersebut. Oleh karena itu kepada para penguasa, janganlah gelap mata dan harus ingat ada banyak mata yang mengawasi gerak-gerikmu
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Ketika kita melihat sesuatu, jangan terperanga untuk menikmatinya saja tapi pikirkan juga pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari apa saja yang kamu lihat. Jaman sekarang, kita bangga menjadi tontonan. Hal yang sama dengan kasus elegi kuda lumping yang pernah marak terjadi adalah viralnya “om tolelot om”. Bahkan bangsa lain menirunya. Memang itu adalah sebuah hiburan, tapi alangkah lebih baiknya jika kita menghasilkan tontonan yang berkualitas misalnya prestasi bangsa ini yang nantinya juga dapat menginspirasi orang lain bahkan bangsa lain. Jaman sekarang pun manusia inginnya serba instan dalam segala hal. Contohnya saja membeli soal bocoran agar lulus Ujian Nasional, membayar harga mahal agar menjadi Pegawai Negeri Sipil. Semoga kita dijauhkan dari sifat-sifat keji seperti ini. Aamiin. Biasakanlah bersikap jujur agar generasi berikutnya tak mengalami hal yang sama. Jaman sekarang, budaya barat lebih mendominasi daripada budaya sendiri. Budaya sendiri mulai ditinggalkan. Entah kenapa dengan negeri ini, apakah lelah atau ingin mencari suasana baru? Jika bukan kita sebagai penerus untuk generasi berikutnya, lalu siapa lagi yang akan mempertahankan budaya negeri ini? Renungkanlah. Hargai proses, dengan begitu kita akan lebih menghargai hasil yang akan kita dapat. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Gejala sosial timbul seiring berkembangnya dan berubahnya zaman. Hal ini berdampak pada kepanikan dan kebingungan masyarakat. Menjadikan sosok yang latah akan narasi kehidupan zaman modern. Langkah instan pun menjadi pilihan yang ampuh dalam menghadapi narasi ini. Tidak lagi mempedulikan harga diri bangsa namun lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan hidup yang mengikuti arus narasi modern. Perlulah kita mengokohkan pedoman hidup untuk menghadapi tantangan narasi besar kehidupan yang semakin modern.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat pagi dan Selamat Tahun Baru 2019 Prof.
Kondisi yang dialami bangsa Indonesia saat ini adalah seperti yang digambarkan pada elegi diatas. Sikap pesimis dari setiap masyarakat Indonesia menjadi penyebabnya. Dapat dilihat dari aspek budaya dan politik di Indonesia. Budaya asing mulai masuk dan merajai negara kita tercinta. Perbedaan pendapat marak terjadi dalam politik Indonesia. Perbedaan pendapat yang berujung pada pertikaian dan dapat menyebabkan disharmonis antar setiap suku bangsa. Beginilah ributnya negeri kita tercinta. Setiap bangsa harus senantiasa memohon kepada Tuhan. Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua haruslah diwujudkan dan ditanam baik-baik dalam pikiran. Terima kasih.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Pada elegi ini saya menyimpulkan bahwa kuda lumping adalah pelaku criminal yang semena-mena merajalela di Indonesia, pelaku yang berperang di bidang ini adalah orang-orang cerdas namun belum sadar akan kecerdasannya sendiri. Saya juga menyimpulkan bahwa kuda lumping seperti pembodohan pemikiran. Karena di balik semua yang terjadi sekarang, kita masih bisa melihat bahwa di bawah pengawasan pihak yang berwenang, ada juga pengawasan dari rakyat yang takut untuk mengungkap kebenaran. Saya berharap ada penegak hukum untuk menyaring pelaku criminal ini, agar Negera Indonesia bisa lebih maju dan bisa menjadi panutan untuk Negara lain.
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Terima kasih Bapak atas artikel berjudul Elegi Kuda Lumping Bangsaku yang telah Bapak share kepada kami. Kuda lumping merupakan salah satu kesenian tradisional yang masih ada hingga sat ini. Salah satu adegan yang ditunggu-tunggu dalam pagelaran kuda lumping adalah ketika salah satu pemainnya kesurupan. Setelah kesurupan maka pemain itu dapat melakukan hal-hal diluar kewajaran, seperti memakan beling, membuka kulit kelapa dengan menggunakan mulut dan lainnya. Pemeran kuda lumping kesurupan dianalogikan dengan kebingungan rakyat kita. Ya, memang benar seperti ini adanya bangsa kita saat ini. Selayaknya orang yang sedang bingung, gelisah, dan tidak tahu arah, maka bangsa kita memerlukan sesuatu sebagai penunjuk arah ke jalan yang benar. Oleh sebab itu, bangsa yang kuat seharusnya kembali kepada ajaran kitab keyakinannya masing-masing sebagai pengontrol perilaku di dunia. Selain itu, benar-benar menjunjung pondasi dasar bangsa yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, menjalankan peran sesuai dasar bangsa ini dengan sebenar-benarnya. Hal ini dimulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Jika ini sudah terwujud maka Indonesia akan kuat dan tidak atau sulit terpengaruh oleh pengaruh buruk dunia luar.
Zuari Anzar
ReplyDelete19701251006
S2 PEP A 2019
Kehidupan kita sebagai rakyat Indonesia saat ini dapat digambarkan sebagai pertunjukan kuda lumping. Globalisasi menjadi semua aspek kehidupan dengan cepat sementara kita belum siap menghadapinya, sehingga masyarakat Indonesia dilanda kebingungan. Dalam artikel di atas dikatakan bahwa hasil dari orang Indonesia hanya seperti pemain Kuda Lumping. Dalam suasana kebingungan dan panik serta setengah sadar karena bangsa dan orang-orang tidak memiliki pola, jiwa-jiwa Pancasila memudar pada mereka yang menyebabkan mereka hanya mengikuti tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Masyarakat akan terombang-ambing karena tidak memiliki pedoman. Agar bangsa kita tidak mengalami kesurupan, maka kita sebagai warga negara hendaknya mampu berpikir kritis sehingga tidak bimbang oleh keadaan.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletendra Kusuma Wijayanti
ReplyDelete18709251046
Pendidikan Matematika S2 C
Kompleks memang permasalahan yang terjadi di Indonesia ini. Tinggal kita memilih, mau ikut kesurupan, menjadi penonton, atau menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Marilah kita memulai dari diri kita sendiri agar kita tidak termasuk dalam orang yang lemah dan diperdaya oleh kekuasaan, uang, dll. Elegi yang cukup menggelitik kita semuanya. Memang benar bangsa kita dapat diibaratkan sedang seperti pertunjukan kuda lumping. Para petinggi bangsa seakan kesurupan seperti pemain dalam kuda lumping. Hukum tak lagi ditegakkan dengan benar, dengan uang hukum menjadi lemah. Semua warga bangsa kita telah kesurupan dan tergila-gila dengan yang namanya uang. Banyak pejabat-pejabat dan warga bangsa kita yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan banyak uang. Selain kesurupan karena uang, banyak juga yang kesurupan karena kekuasaan atau jabatan.
Indra Kusuma Wijayanti
ReplyDelete18709251046
Pendidikan Matematika S2 C
Kompleks memang permasalahan yang terjadi di Indonesia ini. Tinggal kita memilih, mau ikut kesurupan, menjadi penonton, atau menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Marilah kita memulai dari diri kita sendiri agar kita tidak termasuk dalam orang yang lemah dan diperdaya oleh kekuasaan, uang, dll. Elegi yang cukup menggelitik kita semuanya. Memang benar bangsa kita dapat diibaratkan sedang seperti pertunjukan kuda lumping. Para petinggi bangsa seakan kesurupan seperti pemain dalam kuda lumping. Hukum tak lagi ditegakkan dengan benar, dengan uang hukum menjadi lemah. Semua warga bangsa kita telah kesurupan dan tergila-gila dengan yang namanya uang. Banyak pejabat-pejabat dan warga bangsa kita yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan banyak uang. Selain kesurupan karena uang, banyak juga yang kesurupan karena kekuasaan atau jabatan.
Indra Kusuma Wijayanti
ReplyDelete18709251046
Pendidikan Matematika S2 C
Elegi yang cukup menggelitik kita semuanya. Memang benar bangsa kita dapat diibaratkan sedang seperti pertunjukan kuda lumping. Para petinggi bangsa seakan kesurupan seperti pemain dalam kuda lumping. Hukum tak lagi ditegakkan dengan benar, dengan uang hukum menjadi lemah. Semua warga bangsa kita telah kesurupan dan tergila-gila dengan yang namanya uang. Banyak pejabat-pejabat dan warga bangsa kita yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan banyak uang.
Indra Kusuma Wijayanti
ReplyDelete18709251046
Pendidikan Matematika S2 C
Selain kesurupan karena uang, banyak juga yang kesurupan karena kekuasaan atau jabatan. Banyak yang menginginkan jabatan yang tinggi dan dengan segala cara akan ia tempuh demi mendapatkan jabatan yang ia impikan tersebut. Bagaimana penguasa dan pemegang kebijakan di Indonesia ini sedang kesurupan dengan tahta, kekuasaan sehingga mereka sedikit melupakan nasib rakyatnya. Rakyat yang tertindas dengan berbagai macam tuntutan hidup juga seakan-akan kesurupan untuk melakukan sesuatu berorientasikan materi.
Dhamar Widya Safitri
ReplyDelete19701251009
S2 PEP A 2019
Assalamualaikum.
Kondisi bangsa saat ini terlihat dari pertunjukan kuda lumping. Bangsa diibaratkan pemain kuda lumping yang kerasukan budaya luar. Tidak mampu mengendalikan arus yang mendadak muncul. Masyarakat seakan menerima budaya lain tanpa adanya pegangan budaya sendiri yang kuat. Mereka jadi tidak memiliki jati diri budaya yang kuat.
Terimakasih
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Kerasukan atau biasa disebut hanya kesurupan adalah sebuah fenomena di saat seseorang berada di luar kendali dari pikirannya sendiri dan sama sekali tidak responsif terhadap rangsangan eksternal tetapi mampu mengejar dan mewujudkan suatu tujuan, atau secara selektif responsif dalam mengikuti arahan dari orang yang membuatnya kerasukan. Definisi tersebut adalah definisi kesurupan yang diambil dari wikipedia. Apabila dianalogikan dalam fenomena kuda lumping masyarakat Indonesia, maka kerasukan menempati definisi atas ketiadaan logika dan nalar berpikir serta hijrahnya hati nurani dalam pikirian manusia. Hal tersebut berdampak pada permasalahan-permasalahan yang terjadi dewasa kini. Degradasi moral, kriminalitas, konflik, korupsi, dan lain sebagainya.
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Indonesia mungkin saja hadir dengan dunia industri hiburan yang lebih menonjol daripada teknologi dan risetnya, bahkan mungkin seakan-akan income tertinggi para jutawan yang terliput media dihasilkan dari industri hiburan kelas atas yang menyedot banyak perhatian. Ibarat kuda lomping yang kesurupan disoraki orang, yang semakin diminati karena ketidak sadarannya.
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Semoga masih terdapat orang-orang yang siap untuk menjadi anomali, para pembelajar sejati pembawa perubahan. Apabila tersebutlah itu pahlawan datang, saya yakin pendidikan tak akan luput dari dimensinyaa. Pendidikan sebagai aspek untuk meningkatkan kualitas kesadaran dan pengetahuan, berpikir kritis dan inovatif serta peka terhadap sega jenis permasalahan. Dari pertunjukan kuda lumping bangsa ini, diharapkan hadirlah sosok yang siap untuk menangani kesurupan masal yang membuat para pemegang kebijakan bangsa ini yang keblinger.
Hajra Yansa
ReplyDelete19701251012
S2 PEP A 2019
Pertunjukkan Kuda Lumping yang sesungguhnya justru sedang menggejala. Adalah pengandaian kondisi yang terjad bagi bangsa Indonesia. Persiapan bangsa Indonesia memasuki pasar bebas belum mencapai 100%. Masih bayak yang harus dibenahi dari semua aspek kehidupan. Hingga membuat masyarakat mengalami kebingungan. Namun realita yang ada, justru permasalahan semakin kompleks mulai dari permasalahan sosial, masalah alam seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dll.
Hajra Yansa
ReplyDelete19701251012
S2 PEP A 2019
Tiap hari, pemberitaan media selalu mengangkat isu lingkungan dan sosial di berbagai daerah Indonesia. Namun saya yakin berpuluh-puluh tahun ke depan berbagai permasalahan bisa diatasi jika manusia Indonesia bersatu atau melakukan sistem pertahanan semesta. Mulai dari pembenahan pendidikan yang menekankan pendidikan karakter, kembali mengenali budayanya sendiri, menjunjung pancasila dan UUD 1945, toleransi dalam bernegara, menjaga kelestarian hidup dan semakin meningkatkan kecakapan atau kompetensi di abad ini.