The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Mar 8, 2011
Elegi Seorang Guru menggapai Diri?
Oleh: Marsigit
Kata-kataku terbukti tidak cukup:
Tiadalah tolok bandingan apa yang baru saja aku alami. Terangnya pikiranku melebihi terangnya lampu seribu watt. Jernihnya pikiranku melebihi jernihnya air tirisan. Lembutnya hatiku melebihi lembutnya salju. Ikhlasnya hatiku seikhlas hilangnya jiwa ragaku. Kutatap sekelilingku, maka mereka menebar senyum kepadaku. Kupalingkan wajahku maka karunia dan rakhmat Nya lah yang terpancar. Keburukan meluruh menjadi kebaikan.
Semuanya seakan memberi selamat kepadaku atas terangku yang baru aku dapat. Semua yang kulihat terbaca olehku ayat-ayat Nya. Apakah ini yang disebut sebagai kun fayakun maka jadilah, jika Tuhan menghendakinya. Maka hanya doa syukur ku lah yang selalu meluncur tiada henti atas karunia Mu ya Tuhan. Janganlah keadaan ini cepat berlalu ya Tuhan. Aku tidak mau pergi, aku ingin tetap di sini, karena aku merasa segar walaupun tiadalah setetes air menyentuh bibirku. Aku merasa kuat walaupun tiada sesuap nasi masuk dalam perutku. Oh Tuhan, jikalau Kau perkenankan aku, tetapkanlah aku selamanya disini. Karena inilah kerinduan yang selama ini aku dambakan. Tetapi saya ragu apakah permohonanku benar, karena ternyata saya mulai sadar bahwa kata-kataku tidaklah cukup. Padahal masih banyak pertanyaanku. Ketika aku tidak mampu bertanya, apakah diriku sudah mati atau masihkah aku bisa menghirup udara segar?
Aku meragukan kesadaranku sendiri:
Sambil melantunkan doa-doaku tak terasa air mataku jatuh menimpa kakiku. Setetes air mataku telah menyadarkan kakiku dari tidurnya. Pelan-pelan kesadaran itu menjulur keseluruh tubuhku. Badan terasa hangat, kepala terasa berat, mata terasa kantuk. Maka kutengok kiri, tiadalah orang disampingku, ketengok kanan tiadalah juga orang di sana. Pelan-pelan aku mulai sadar bahwa selama ini aku telah sendiri. Dalam kesendirian ini mulai terasa dinginnya sepi. Maka dengan sisa-sisa tenagaku, dengan gontai aku mulai berjalan meniti lorong. Terlihat jelas di sana banyak lorong-lorong itu. Ada lorong yang lebar, ada lorong yang sempit, ada lorong yang panjang ada pula lorong yang pendek. Di ujung-ujung lorong selalu ada pemandangan yang bermacam-macam, ada yang indah, ada yang terang, ada yang kelam, ada yang ramai seperti pasar, tetapi juga ada gambar yang menakutkan seperti raksasa. Dalam kegamangan melangkah, aku sempat bertanya dalam hati, dimanakah aku ini. Masih hidupkah aku? Apakah ini dunia? Jangan-jangan ini akhirat. Maka kuraba erat-erat tanganku, kugerakan kakiku, kugelengkan kepalaku, dan kukedipkedipkan mataku. Semuanya tampak jelas sesuai dengan kriteria bahwa aku masih hidup.
Tetapi aku tidak bisa meragukan pertanyaanku:
Walaupun saya masih meragukan kesadaranku sendiri, tetapi ada yang sangat jelas tidak dapat kuragukan, yaitu pertanyaanku. Setelah aku merasa mendekati batas itu, maka luruh dan layulah semua tanaman yang ada dalam pikiranku. Pikiranku seakan padang pasir yang luas dengan bukit-bukit. Aku seakan lupa akan semuanya. Mengapa? mengapa? Dan yang tersisa ternyata hanyalah pertanyaanku.
Untung si orang tua berambut putih datang kembali:
Wahai muridku aku mengerti bahwa dirimu ada dalam keadaan gelisah. Untuk menggapai pengetahuanmu maka bertanyalah.
Aku bertanya:
Bolehkah aku bertanya siapa sebetulnya diriku itu?
Orang tua berambut putih:
Oh pertanyaan yang luar biasa. Tidak biasanya seseorang bertanya demikian. Karena pertanyaan demikian memerlukan syarat-syarat tertentu. Orang yang bisa bertanya demikian adalah tentu orang yang telah berilmu. Jadi pertama-tama saya mengucapkan puji syukur ke hadlirat Nya bahwa engkau telah diberi nikmat mendapatkan ilmu itu. Namun saya ingin menyampaikan bahwa yang demikian itulah tidak bersifat dalam keadaan diam. Karena dalam keadaan diam dapat diartikan berhenti. Dan keadaan berhenti dapat pula dikatakan bahwa engkau belum berilmu. Oleh karena itu bergeraklah dan gerakanlah selalu dirimu sinergis tali temali bersama ilmumu dalam ruang dan waktu. Namun telah terbukti bahwa engkau ternyata telah dapat mengajukan pertanyaan yang demikian. Maka saya dapat menyimpulkan bahwa engkau ternyata juga tidak dalam keadaan diam. Untuk itu saya mengucapkan selamat. Itulah sebetul-betulnya ilmu. Dan untuk itulah aku juga merasakan keharuan di dalamnya.
Aku bertanya:
Aku bertanya singkat mengapa guru menjawabnya panjang lebar.
Orang tua berambut putih:
Itulah sebetul-betul ilmu. Jawabanku adalah kata-kataku dan kata-kataku adalah ilmuku. Ilmuku tidak bukan tidak lain adalah engkau sendiri. Jadi bersyukurlah jika engkau mendapatkan jawaban yang panjang lebar, karena itu juga pertanda bahwa rakhmat Nya telah datang. Demikianlah hendaknya jika engaku pun ditanya oleh siswa-siswamu. Pertanyaan dari siswa-siswamu itu juga adalah rakhmat Nya. Jadi jemputlah rakhmat dengan rakhmat pula. Memang demikianlah kodratnya. Untuk memperoleh pertanyaan kita bermodal pertanyaan, untuk memperoleh ilmu kita perlu bekal ilmu, dan juga untuk mendapat rakhmat Nya kita juga perlu rakhmat Nya. Jadi tawaduk dan berdhikirlah menjemput rakhmat Nya.
Aku bertanya:
Jadi siapakah diriku itu guru. Mengapa sekedar mengetahui diriku saja kok sulitnya bukan main?
Orang tua berambut putih:
Kesulitanmu itu pertanda bahwa kau juga telah berilmu dan akan memperoleh ilmu. Bagi orang-orang yang sudah tidak bisa lagi mengajukan pertanyaan, maka tiadalah kesulitan apapun di situ. Hanya pahala atau dosa-dosanyalah yang dia tanggung di tempat abadi. Sebagai seorang guru akupun tentu perlu mengajukan pertanyaan kepadamu. Kapan dan di mana kah kau itu tidak dapat mengajukan pertanyaan? Tolong renungkanlah. Tetapi baiklah aku juga ingin menyampaikan siapa sebetulnya kau itu. Sudah sering saya ucapkan bahwa aku tidak lain tidak bukan adalah engkau juga. Padahal aku adalah pengetahuanmu. Jadi tidak bukan tidak lain kau itu sebetulnya adalah pengetahuanmu sendiri. Demikian juga jika kamu bertanya siapakah aku dan juga siapakah murid-muridmu. Maka aku juga dapat katakan bahwa murid-muridmu tidak lain-tidak bukan adalah pengetahuannya.
Aku bertanya:
Mengapa guru masih berbelit-belit dan panjang lebar?
Orang tua berambut putih:
Berbelit-belit dan panjang lebar itu sebetulnya belum cukup. Berapakah usiamu?
Aku menjawab:
Amurku sekitar 36 tahun
Orang tua berambut putih:
Nah jika suatu peristiwa terjadi dalam waktu 1 detik, memerlukan penjelasan selama 1 menit agar orang-orang jelas betul apa hakekat peristiwa itu. Maka aku sebenar-benarnya memerlukan 60 kali 36 tahun untuk dapat menjelaskan siapa dirimu sebenarnya. Itu pun dengan asumsi hidupmu diskrit atau putus-putus tiap menit, padahal aku tahu bahwa sebenar-benar hidupmu adalah kontinu. Maka apa yang saya terangkan hanyalah manipulatif saja dan penyederhanaan saja. Ketahuilah bahwa segala macam bentuk penyederhanaan adalah nama lain dari eliminasi. Tahukah kau betapa sedihnya seseorang yang tereliminasi atau mengalami penghilangan sifat atau karakternya. Maka sekali lagi aku ingatkan bahwa hal yang paling berbahaya di dunia ini adalah jika seseorang sangat menikmati kegiatannya menghilangkan sifat atau karakter orang lain. Bukankah kamu sebetul-betulnya tidak menghendaki satu atau dua sifatmu tereliminasi? Jika demikian bagaimanakah nasib murid-muridmu? Bukankah muridmu itu adalah cermin bagi dirimu? Tahukah kamu seperti apa ciri-ciri orang paling berbahaya itu? Adalah orang yang tidak penyabar. Adalah orang yang menginginkan hasil yang cepat tanpa berusaha. Adalah orang yang suka melakukan penyederhanaan. Adalah orang yang suka membuat label-label atas banyak sifat. Adalah orang yang suka memberi nama secara tidak proporsional. Adalah orang yang suka mengukur-ukur. Adalah orang yang suka menilai-nilai dengan bilangan-bilangan. Adalah orang yang suka menghakimi. Adalah orang yang suka memberi keputusan-keputusan. Adalah orang yang suka mewakili dan diwakilkan. Yang semuanya itu dilakukan secara tidak proporsional. Ketahuilah bahwa untuk itu semua tiadalah absolutly benar untuk orang-orang yang dia perlakukan.
Aku merasakan sesuatu:
Guru, mendengar uraianmu yang terakhir aku merasakan sesuatu dalam diriku. Tubuhku mulai agak gemetar, perasaanku mulai agak kacau, pikiranku mulai agak bimbang, kepercayaan diriku mulai agak luntur.
Orang tua berambut putih:
Kenapa?
Aku menjawab:
Karena apa yang guru katakan itu ternyata semuanya aku lakukan. Aku melakukan selama ini terhadap murid-muridku. Tetapi aku masih merasa punya pembelaan guru. Apakah aku harus menterjemahkan muridku juga selama 15 tahun sesuai dengan umurnya? Kalau demikian kapan selesainya aku mengajar? Bukankah saya juga harus cepat-cepat menentukan bagaimana hasil belajarnya. Saya juga harus memberi skor dan nilai matematika yang memang dia mendapat 6. Saya juga harus memberi label bahwa dia adalah seorang murid yang sedang-sedang saja dalam belajar matematika. Saya juga harus memberi keputusan dia naik kelas atau tidak. Bahkan saya pernah menulis angka merah buat muridku sehingga dia tidak naik kelas. Apakah yang saya lakukan itu semua adalah penyederhanaan? Jika demikian maka aku termasuk orang-orang yang kau sebut sebagai orang paling berbahaya di dunia. Benarkah itu. Tolong guru, tolonglah ayo jawab segera.
Orang tua berambut putih:
Nah kalimatmu yang terakhir itu pertanda kamu tidak penyabar. Itu artinya ciri-ciri orang yang paling berbahaya.
Aku bercermin:
Baiklah guru aku sekarang merasa sudah bisa mulai menjadi seorang penyabar. Akan aku turunkan nada dan frekuensi bicaraku. Mengapa aku seakan merasa bisa tenang. Karena aku telah menemukan cermin. Siapakah cermin itu guruku? Tidak lain tidak bukan kecuali kau sendiri. Kaulah cerminku wahai guruku. Seperti berkali-kali kau katakan bahwa engkau juga diriku, dan diriku juga dirimu. Tetapi aku ingin menyampaikan fakta sebagai rasa keadilan bahwa engkau juga harus bertanggung jawab atas segala ucapanmu. Bukankah sejak awak engkau guruku selalu berbicara. Bukankah setiap kata yang engkau lantunkan itu sebetulnya adalah penyederhanaan? Kalau begitu aku telah menemukan god-fathernya orang yang paling berbahaya di dunia itu ternyata adalah engkau guruku sendiri. Wahai guruku, janganlah hanya terdiam di situ. Maka jawablah bantahanku ini jika kau memang pantas menjadi guruku.
Orang tua berambut putih:
Jangankan kau tunjuk, jangankan kau katakan, jangankan kau tuduhkan. Kau tidak berbuat apapun sebenarnya aku telah merasakan. Bahwa setiap kata yang kita produksi sebenarnya adalah penyederhanaan. Jangankan sebuah kata, selembar daun yang jatuh ketanah itu juga telah menutup sifat-sifat tanah yang tertimpanya. Itulah hakikat sifat, subyek dan obyek. Ketika aku berbicara kepadamu maka akulah subyek yang membahayakan sifat-sifatmu sebagai obyek. Ketika kamu berbicara denganku maka kaulah subyek yang membahayakan sifat-sifatku sebagi obyek. Ketika kau berbicara kepada murid-muridmu maka kaulah subyek yang membahayakan sifat-sifat murid-muridmu sebagai obyek. Siapakah orang yang paling produktif menghasilkan kata-kata, dan dengan demikian dia menjadi orang yang paling berbahaya. Itulah kebanyakan orang-orang yang berkuasa. Tetapi janganlah salah paham. Maksud kuasa di sini adalah kuasa dalam arti yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Bukankah ketika kamu mulai berbicara itu tanda bahwa kamu berkuasa untuk bicara. Jadi guru adalah berkuasa atas muridnya, orang tua berkuasa atas orang muda. Orang kaya berkuasa atas orang miskin. Orang sehat berkuasa atas orang sakit. Orang gemuk berkuasa atas oarang kurus. tetapi jangan salah paham. Karena orang kuruspun berkuasa terhadap orang gemuk, yaitu ketika badan langsing menjadi pilihan. Dan muridmu juga berkuasa atas dirimu ketika dia menuntut hak-haknya. Maka jika kau telah merasa menemukan siapa diriku ini itu pertanda bahwa kau akan menemukan siapakah dirimu itu. Maka tiadalah dapat terbebas wahai bagi orang-orang yang melantunkan kata-katanya dari segala bahaya dan dosa-dosanya. Karena tiadalah satu katapun yang kau lantunkan absolutly benar sebenar-benarnya di dunia ini. Maka ketika aku dan engkau baru berangkat untuk melantunkan satu kata itu pertanda kita sudah mulai menjadi bahaya bagi orang lain. Maka hati-hatilah berbicara. Maka satu satunya solusi maka selalu tawakal, tawadu’ dan istighfarlah kepada kodrat Nya.
Kesimpulanku mungkin:
Kalau begitu aku sekarang akan diam, supaya tidak membahayakan orang lain.
Orang tua berambut putih:
Berbicara adalah kodrat Nya. Diam juga kodrat Nya. Antara bicara dan diam itulah sebenar-benar ilmumu. Berbicara dapat membahayakan tetapi tidak berarti tidak perlu. Sementara itu diam, tidaklah terbebas pula dari bahaya, setidaknya adalah bahaya bagi dirimu, yaitu bagi orang yang berusaha diam. Mengapa? Karena diam pertanda selesai dan selesai pertanda justru kamu sendirilah yang membahayakan dirimu sendiri. Bukankah itu justru dosanya lebih besar ketimbang kamu dibahayakan oleh orang lain? Mengapa, dalam diam itu pertanda kamu telah menyimpulkan hidupmu sebagi diam dan menyederhanakan hidupmu ke dalam diam. Artinya kamu telah mengeliminasi hakekat hidupmu yang tidak diam, dan dengan demikian kamu telah mendholimi hakekat bicaramu. Bukankah sebenar-benar hidup adalah hijrah? Sebenar-benar hidup adalah berusaha, sebenar-benar hidup adalah ikhtiar, sebenar-benar hidup adalah tidak diam. Kamu tidak lain tidak bukan adalah bicaramu. Maka jika terpaksa engkau ingin diam, maka asukkan semua yang aku katakan tadi dalam diammu. Itulah sebenar-benar blakc-hole. Diam kelihatannya, padahal sangat ramai di dalamnya.
Aku bingung:
Jadi aku harus bagaimana guru. Begini salah, begitu salah. Bingung aku jadinya.
Orang tua berambut putih:
Jikalau kamu bisa mengatakan sesuatu salah, itu pertanda kau punya potensi bisa mengatakan sesuatu itu benar. Diantara salah dan benar itulah sebenar-benar ilmumu. Bingung itu ada diantara benar dan salah. Maka bingungmu itu merupakan bagian dari ilmumu.
Aku capai:
Aku capai guru, aku lelah, aku lemas. Aku merasakan tenagaku tidak mampu untuk menyelesaikan tugas-tugas muliaku. Padahal aku harus membelajarkan murid-muridku belajar matematika. Padahal tidak cuma satu kelas, padahal kelas paralel, padahal aku tidak hanya mengajar kelas satu, tetapi kelas dua, padahal aku harus mengurusi keluargaku, isteriku dan anak-anakku. Padahal aku harus..., aku harus...., aku harus....di dunia....di akhirat....?
Orang tua berambut putih:
Capai dan lelah adalah kodrat Nya. Maka bersyukurlah jika engkau masih bisa merasakan capai dan lelah. Itu pertanda engkau masih hidup. Diantara capai dan tidak capai itulah sebenar-benar hidupmu. Namun hendaklah disadari, apalah arti seorang dirimu itu? Seberapakah kemampuanmu itu? Seberapakah tenagamu itu? Seberapa luas pikiran dan hatimu? Tenaga dan pikiranmua sebenarnya bukanlah apa-apa dibanding dengan kekuasaan Nya. Padahal kau telah menyebut begitu banyak urusanmu baik tentang dunia maupun akhiat. Itulah pertanda kekuasaan dan kebesaran Tuhan pencipta alam. Maka kekuasaan Nya tiadalah tolok bandingannya. Dirimu dan juga diriku hanyalah setitik pasir ditepi samudra. Maka tiadalah sesorang mampu mengerjakan urusan dunia dan juga akhirat tanpa bantuan dan kuasa Allah SWT. Amien. Dirimu adalah ikhtiarmu sekaligus kodrat Nya. Maka marilah kita selalu ingat dan meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Nya. Amien. Agar kita selalu diberi kekuatan lahir bathin dan keselamatan widunya wal akhirat. Amien. Amien. Amen.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Saya memahami elegi di atas adalah tentang bagaimana perjuangan seorang guru untuk bisa membuat siswanya berhasil dalam belajar. Namun menjadi guru bukanlah suatu tugas yang mudah justru itu adalah tugas mulia yang sungguh berat karena kita memiliki tanggung jawab untuk memberi pendidikan kepada siswa. Rasa lelah capai pasti akan terbayar dengan hasil kerja keras ketika melihat siswa kita berhasil dalam belajar.
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Tidak ada mansia yang dapat mengenal dirinya sendiri. Diri manusia adalah refleksi dari dirinya. Guru adalah perantara ilmu bagi murid-muridnya. Untuk mengetahui dirinya sendiri dari seorang guru adalah dari pengetahuan yang dimiliki, murid yang diajarkan, orang-orang disekitar. Karena sebenar-benar diri ini adalah hasil refleksi diri ini pula. Maka dari itu yang dapat diperbuat oleh manusia hanya ikhtiar, berdoa dan pasrahkan segalanya kepada Sang Kuasa Alloh SWT.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Kita sebagai manusia memang tidak boleh diam. Diam menandakan ada sesuatu yang tidak sehat dalam diri kita. Diam berarti kita sedang dalam kondisi terancam bahaya. Maka sebaik-baik manusia adalah memang yang senantiasa bergerak. Karena sejatinya hidup itu bergerak. Bergerak dari masa lalu, masa kini, dan masa depan. Bergerak dari alam kandungan, alam dunia, alam kubur, dan alam akherat. Bergerak dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga tua. Bergerak dari keadaan tidak tau menjadi tau. Sehingga sebagai manusia seharusnya kita tidak puas begitu saja dan tinggal diam menerima segala kehendak, kita harus senantiasa bergerak, belajar, berbuat kebaikan sesuai ruang dan waktunya.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Setiap orang mempunyai tak terhingga sifat yang unik, berbeda antar satu orang dan orang lainnya. Sifat tak hanya yang tampak mata, melainkan di sebalik yang tampak itu masih ada tak terhingga banyaknya sifat lainnya. Guru sebagai seseorang yang setiap saat harus berinteraksi dengan banyak siswa, terkadang memang hanya menilai atau memandang siswa dari apa yang tampak sesaat, kemudian menyederhanakan sifat-sifat murid. Lantas memberi cap atau identitas tertentu kepada murid. Padahal belum tentu identitas tersebut memang benar adanya mewakili sifat murid. Misalnya guru yang memberi cap murid malas, bodoh, nakal, dll hanya karena sekali saja guru tersebut melihat si murid bertindak nakal. Sebagai seorang guru, seharusnya memang bersedia menjadi pembelajar sepanjang hayat. Termasuk belajar dari siswa dan mempelajari sifat-sifat siswa sehingga terhindar dari perilaku dzalim terhadap siswa.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Tanggung jawab seorang guru adalah mendidik, membimbing mengarahkan, mengevaluasi dan menilai hasil belajar peserta didik. Dalam tugas itu guru dijadikan sebagai jembatan antara peserta didik yang belajar dengan ilmu yang akan diperolehnya kelak. Agar bisa melaksanakan tugas dengan baik hendaknya seorang guru mampu mengenal dirinya sendiri, seberapa besar kemampuannya, seberapa dalam ilmu yang dimilikinya.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Salah satu tolak ukur yang menunjukkan prestasi belajar dari seorang peserta didik adalah dari guru yang mengajar. Guru yang menciptakan inovasi pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik akan menciptakan peserta didik yang menyukai belajar karena telah memahami maknanya belajar. Guru yang demikian dapat mencetak generasi bangsa yang juga sadar tujuannya dalam berjuang dan menjadi manusia yang berguna.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Untuk dapat menggapai diri maka kita perlu mengenal seberapa besar kemampuan kita, seberapa besar tenaga kita, seberapa luas pikiran dan hati kita. Jadi dengan menyadari ini maka kita dapat melakukan segala sesuatu sesuai dengan kemampuan kita. Sebagai contoh misalnya bekerja sesuai dengan proporsi dan kemampuan. Untuk dapat mengenali diri maka kita perlu juga merefleksi diri, dengan bercermin dan melihat siapa dan bagaimana diri kita.
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Capai dan lelah adalah kodrat dari kerja keras dari usaha yang dilakukan oleh siapapun. Termasuk para pendidik. Ketika seorang guru mampu menyadari tugas dan tanggung jawabnya kepada siswa-siswanya. Namun, setiap hasil akan slalu ada proses yang dilewati dan harganya. Pengorbanan guru untuk mencerdaskan siswanya salah satu adalah lelah dan capai. Sehingga ketika guru benar-benar merasakan capai atau lelah, maka hal tersebut adalah proses dari ketercapaian pembelajaran.
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 PM A 2018
Manusia yang menghilangkan salah satu atau beberapa sifat orang lain merupakan tindak kejahatan. Apalagi jika dilakukan oleh guru terhadap siswanya sendiri. Guru memiliki tugas untuk membantu siswanya meraih tujuan pembelajaran di kelas dan membantu meraih cita-cita dalam jangka panjang. Sebagai guru, harus selalu berhati-hati agar tidak menghilangkan sifat-sifat yang dimiliki siswa. Guru harus selalu berusaha untuk menggunakan sifat-sifat siswa yang telah ada, bukan malah menghilangkannya untuk memudahkan pembelajaran bagi guru.
Terima kasih
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 PM A 2018
Dalam elegi ini, guru sekaan-akan dibuat kebingungan. Setiap hal yang dilakukan guru dinilai salah. Namun, dalam kesalahan yang ditemukannya, guru sebenarnya mengetahui suatu kebenaran. Salah dan benarnya suatu tindakan itu sebenarnya bergantung pada ruang dan waktu. Suatu tindakan akan menjadi benar jika dilakukan dalam ruang dan waktu yang benar. Suatu tindakan akan menjadi salah jika dilakukan dalam ruang dan waktu yang salah. Namun demikian, kebenaran yang diperoleh bukan lah kebenaran yang mutlak. Kebenaran mutlak hanya miliki Allah SWT. Manusia hanya berusaha meraih kebenaran.
Terima kasih
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Capai dan lelah adalah kodrat Nya. Di seluruh pekerjaan tentulah akan ada kalanya merasa capai dan lelah. Menjalani hari-hari sebagai guru tentulah ada kalanya merasa lelah. Dikatakan elegi di atas; Maka bersyukurlah jika engkau masih bisa merasakan capai dan lelah. Itu pertanda engkau masih hidup. Diantara capai dan tidak capai itulah sebenar-benar hidupmu. Guru yang lelah karena selalu berusaha memberikan ilmu dan pengajaran yang terbaik bagi murid-muridnya adalah guru yang sebenar-benarnya guru. Ia akan terus mengasah dan meningkatkan kemampuan dirinya untuk memfasilitasi murid-muridnya meningkatkan kemampuan.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Manusia mempunyai beragam profesi yang bisa berhubungan dengan oranglainmaupun hanya sebatas say hello lewat dunia maya. Guru menjadi profesi yang di luar nalar bisa menghasilkan para manusia berprofesi selain guru, patutlah mereka mendapatkan ketenangan diri untuk sementara agar bisa mengembalikan tenaga pikiran jiwa mereka untuk lebih memikirkan diri mereka sementara karena merawat diri sendiri juga penting. Bila hanya terfokus pada siswa dan tidak memikirkan diri sendiri yang berarti mengabaikan kesehatan jiwa dan hati sama saja mereka membunuh secara perlahan karakter diri mereka. Oleh karena itu, keseimbangan antara menggapai diri dan siswa perlu dibiasakan atau bahkan dikombinasikan menjadi pencapaian diri yang melibatkan siswa di dalamnya. Maka akan bersyukurlah diri guru karena masih diperhatikan dan dirawat.
Tiara Cendekiawaty
ReplyDelete18709251025
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Manusia hidup pasti dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Dan tugas guru juga membuat siswa memiliki rasa ingin tahu selama pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk bertanya kepada guru. Untuk itu, guru harus mampu memfasilitasi siswa dengan memberikan pembelajaran yang inovatif dan memberikan ruang kepada siswa agar dapat membangun pengetahuannya sendiri. Hal yang paling mendasar untuk mampu melakukan hal tersebut adalah ikhlaskan dan niatkan mengajar karena Allah.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
Manusia tersusun atas sifatnya yang tak berbatas dan sifat tersebut terus berubah setiap waktu berjalan. Namun manusia tidak dapat menggapai siapa dirinya hanya dengan satu kata karena jika manusia dapat mendefinisikan dirinya hanya dengan satu kata maka sejatinya itu bukanlah dirinya karena ketika manusia mendefinisikan sesuatu pasti melakukan eliminasi terhadap sifat yang lain. Namun jika manusia harus mendefinisikan maka jawabannya adalah orang yang selalu bertanya itulah sebaik-baiknya jawaban mengingat manusia itu terus berfikir.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Kesulitan dan kebingungan yang kita miliki merupakan suatu ciri bahwa kita telah atau sedang memperoleh suatu ilmu. Tiadalah suatu ilmu diperoleh tidak melalui kesulitan dan kebingungan. Adanya rasa sulit dan bingung, akan membuat kita berusaha untuk menemukan suatu solusinya. Namun, terkadang kita merasa bahwa hal tersebut terasa sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu diperlukan ikhtiar dan berdoa kepada Allah SWT agar selalu dimudahkan dalam menggapai suatu pengetahuan yang kita inginkan.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Sebagai seorang guru tentu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dengan begitu kita bisa saling belajar satu sama lain antar guru yang satu dan guru yang lainnya. Karena pada hakekatnya tidak ada yang bisa menjamin kalau kita akan selalu menjadi baik untuk orang lain melainkaan atas kehendak Allah Ta'ala. Semakin kita sering berikhtiar untuk mencari dan berada dalam kebaikan maka Allah akan mudahkan langkah kita untuk mencapai tujuan hidup kita.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Untuk menggapai diri sendiri maka terlebih dahulu kita harus mengenali diri sendiri, seperti yang sering kali kita alami seperti capai, lelah, bosan dan lain sebagainya merupakan sudah menjadi kodrat kita sebagai manusia dan semua yang hidup pasti pernah mengalami hal-hal tersebut. Walaupun kita merasa sulit untuk mengenali diri paling tidak kita bisa mengerti kondisi kita ketika disetiap keadaan. Kebenaran itu asalnya dari Allah Ta'ala dan kekurangan asalnya dari diri kita sebagai manusia.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Dari elegi tersebut dapat saya pahami bahwa lelah juga merupakan bagian dari anugerah yang semestinya tetap harus disyukuri. Karena jika sudah tidak dapat merasakan lelah lagi maka itu merupakan pertanda bahwa kau tidak benar-benar hidup. Dan yang harus disadari ialah, padahal seluruh urusan dunia yang telah dilakukan bukan hanya semata-mata karena usaha sendiri, segala yang telah dilakukan terdapat campur tangan Tuhan didalamnya, dengan campur tangan Tuhan saja sudah terasa lelah bagaimana jika tanpa bantuan Tuhan atau bagaimana jadinya jika Tuhan berlepas tangan terhadap kita, sungguh tak bisa dibayangkan.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018 (PM B 2018)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Setiap manusia pasti punya keterbatasan hingga bisa sewaktu-waktu merasa lelah, merasa capai, merasa bosan, dan sebagainya. Terlebih lagi hal tersebut dialami oleh guru. Menjadi guru berbeda dengan profesi lain. Profesi lain selalu mendapatkan kasus berbeda-beda pada setiap pekerjaan. Berbda dengan guru. Apa yang dilakukan setiap tahun hanyalah berupa siklus dengan mengajar materi yang sama di setiap tahunnya. Acapkali guru bisa merasa lelah, bosan, dan sebagainya. Biasanya hal tersebut dirasakan disaat hasil pembelajaran yang dilakukan tidka sebanding dengan apa yang diharapkan. Disinilah peran guru sesungguhnya. Guru harus bisa berinovasi dan banyak bertaqwa kepada Allah agar tidka pernah merasa cukup puas. Pendidikan harus terus dijunjungnya. Baik pendidikan akhirat dan duniawi sehingga semuanya seimbang dan insyaAllah barokah. Aamiin
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Hidup tak pernah terlepas dari yang namanya pertanyaan. Apa? Siapa? Bagaimana? Kapan? Dimana? Mengapa? Dari pertanyaan-pertanyaan itulah kita dapat menjawab. Dari pertanyaan-pertanyaan itulah kita dapat bercermin. Dari pertanyaan-pertanyaan itulah kita dapat merenung. Dari pertanyaan-pertanyaan itulah kita dapat memperbaiki diri. Dan dari pertanyaan-pertanyaan itulah kita dapat memaknai hidup yang sesungguhnya. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Hal yang paling berbahaya di dunia ini adalah ketika seseorang sangat menikmati kegiatannya dalam menghilangkan sifat atau karakter orang lain. Ingat, janganlah bersikap egois. Janganlah menuntut orang lain untuk berlaku sama dengan kita. Belajarlah untuk memahami orang lain dan menerima sifat atau karakter orang lain. Sedangkan ciri-ciri orang yang paling berbahaya di dunia adalah orang yang tidak penyabar yaitu orang yang menginginkan hasil yang cepat tanpa berusaha. Ingatlah, bahwa hidup itu adalah proses. Belajarlah untuk sabar dan menikmati prosesmu. Hargai prosesmu agar engkau juga bisa menghargai hasilmu. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Terlihat diam, padahal kenyataannya tidak diam di dalamnya. Itulah black-hole. Ibarat melihat laut, terlihat tenang, namun di dalamnya banyak organisme yang aktif. Dalam diam, kita menyimpan banyak pertanyaan. Dalam diam, hati kita berkecamuk untuk menemukan kebenaran. Dalam diam, menyimpan berbagai kemelut kegelisahan. Dalam diam, menyimpan berbagai konflik batin. Dalam diam, menyimpan perseteruan. Terlihat diam namun banyak berpikir di dalamnya. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Jadi guru memanglah tidak mudah. Mengapa? karena kita tak hanya mengurus satu hal saja namun beberapa hal. Akan tetapi apabila kita ikhlas dalam menjalaninya maka yang sesulit apapun akan terasa mudah untuk dikerjakan. Ingatlah Qur’an Surat Al Insyirah ayat 5 sampai 6 yang artinya “karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan.” Dan untuk dapat menggapai diri kita sebagai guru, latihlah kekritisan kita terhadap diri kita maka kita akan semakin dekat dalam menggapai diri kita. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Sangat sulit untuk mendefinisikan siapa diri kita. Seperti yang dijelaskan di elegi ini bahwa kata-katakku adalah ilmuku. Dan saat seseorang mempunyai pertanyaan karena kesulitannya artinya ia telah mempunyai ilmu. Begitu juga saat seorang guru mendapat pertanyaan dari murid-muridnya. Guru harus mampu membantu kesulitan-kesulitan yang dimiliki muridnya tanpa pandang buluh. Artinya guru harus mempu memberdayakan setiap muridnya dengan tidak menghilangkan sifat-sifat murid tersebut.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Ada saja kasus di mana manusia belum mengenali jati dirinya sendiri, sehingga masih bingung untuk menentukan sikap dan arah melangkah ke depannya. Begitu juga dengan guru yang belum tentu sudah sepenuhnya paham dengan dirinya sendiri dalam hal mengajar, apakah cara mengajarnya sudah baik, sudah bisa dipahami murid, dll. Sehingga saat di mana guru diharapkan bisa menggapai dirinya sendiri yaitu menggunakan pikirannya untuk berfokus pada action diri yang sebelumnya sudah dipikirkan dan bisa dinalar oleh aktifitas nyata.
Ibrohim Aji Kusuma
ReplyDelete18709251018
S2 PMA 2018
Guru adalah logos. Logos artinya bergerak dan lawannya adlah berhenti atau mitos. Menjadi guru harusnya menjadi logos yang selalu bergerak dan berkembang. Mengikuti seminar, workshop, pelatihan, penelitian dan sebagainya. Dengan demikian, tujuan pendidikan yaitu untuk menciptakan generasi berikutnya yang lebih baik daripada generasi yang sekarang bisa terwujud.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat malam Prof.
Menggapai diri artinya memahami kemampuan dan batasan yang dimiliki oleh diri. Sebagai seorang guru sudah seharusnya mampu mengintrospeksi diri atas apa yang dimilikinya. Pemahaman guru terhadap materi ajar akan membantu siswa dalam proses belajar. Ketika guru menemukan kesulitan sudah seharusnya mencari solusi atas kesulitan tersebut. Ketika solusi itu belum dapat diperoleh ketika di dalam kelas, hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah jujur atas kemampuan diri kepada siswa dan mendiskusikan solusi penyelesaian dengan siswa. Kondisi ini mengartikan bahwa guru mampu menggapai dirinya. Terima kasih.
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Terima kasih Bapak atas artikel berjudul Elegi Seorang Guru Menggapai Diri yang telah Bapak share kepada kami. Sungguh artikel ini sangatlah bermanfaat bagi saya untuk ke depannya. Guru menggapai diri bermakna bagaimana seorang guru memahami profesi dan fungsinya sebagai guru, apa tugas dan tanggung jawab sebagai seorang guru, bagaimana seorang guru yang profesional dan lain sebagainya yang berkaitan dengan profesi dirinya sebagai seorang guru. Jadi bisa dikatakan bahwa guru menggapai diri adalah refleksi seorang guru terkait profesi yang dijalani selama ini. Menjadi seorang guru haruslah bisa digugu dan ditiru.
Aulia Nur Arivina
ReplyDelete18709251051
S2 Pendidikan Matematika C 2018
Assalamu’alaikum wr.wb.
Menggapai diri menurut pemahaman saya adalah bagaimana cara kita bersyukur pada Allah SWT. Setiap manusia tentu akan dihadapkan pada situasi yang sulit, namun hal tersebut sebagai salah satu cara Allah untuk menguji hambaNya. Kesulitan tersebut juga menjadi pertanda bahwa kita telah berilmu dan akan memperoleh ilmu. Guru adalah salah satu profesi yang mulia karena mendidik siswanya dengan tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan pamrih. Seorang guru yang professional tidak akan menampakkan bahwa dirinya merasa Lelah. Guru akan memberikan yang terbaik untuk siswa-siswanya. Meskipun ada beberapa guru yang menyampaikan pelajaran dengan cara menggunakan amarahnya. Hal ini menunjukkan bahwa guru tersebut belum dapat bersyukur dan belum professional sebagai guru.
Zuari Anzar
ReplyDelete19701251006
S2 PEP A 2019
Memang menjadi guru itu tidak mudah, sebab murid pasti mencontoh atau meniru semua yang diajarkan kepadanya, baik lewat ucapan maupun tindakan. Banyak yang bilang bahwa menjadi guru itu profesi seumur hidup. Ketika kita menjadi guru, akan ada banyak tantangan, Sebagai contoh bagaimana berperilaku terhadap siswa, bagaimana menilai siswa, bagaimana mendidik siswa dengan baik, dan sebagainya. Namun, seorang guru harus sabar menghadapinya. Terdengar menyeramkan memang, tapi profesi guru tujuannya mendidik bukan sekedar mengajarkan. Untuk itu menjadi pendidik perlu tetap harus belajar menjadi pendidik yang baik.
Dhamar Widya Safitri
ReplyDelete19701251009
S2 PEP A 2019
Assalamualaikum.
Guru yang sesungguhnya adalah orang yang terus belajar. Menambah ilmu dengan terus bertanya dan tidak mengenal lelah untuk mendapatkan ilmu. Dengan ilmu yang didapatkan seorang guru, maka siswanya akan mendapatkan pelajaran yang berharga.
Terimakasih
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Berbahagialah para pencari ilmu, yang setiap lelahnya adalah barokah, yang setiap hembusan tuturnya menuai pahala. Lebih berbahagialah seorang guru, karena diakhirat nanti kelak segala saksi yang tidak disangka akan bersaksi untuknya, bahwa ilmunya adalah hikmah yang bermanfaat.