Ass wr wb
Pada hari ini Kamis, 6 Nopember 2014, pada kuliah Filsafat Ilmu S2 Pendidikan Matematika Kelas PM A di R 306 B Pasca Lama pk 07.30 sd 09.10, saya akan memberi pengantar tentang Penerapan Filsafat Ilmu untuk Pendidikan Matematika. Kuliah di hadiri oleh 21 mahasiswa. Sementara saya menyilahkan para mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Baiklah untuk membahas tentang penerapan Filsafat Ilmu pada Pendidikan Matematika, maka pertama-tama kita perlu mendudukan atau memosisikan Filsafat Ilmu dalam konteks yang mendahului atau melatarbelakangi atau yang mendasari segala bentuk atau aspek pengembangan Pendidikan Matematika.
Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi atau mereview karakteristik, cakupan, metode dan macam-macam bentuk Filsafat Ilmu berdasarkan pikiran para Filsuf yang merentang dalam sejarahnya.
Setelah itu kita berusaha untuk melakukan hal yang sama yaitu mengidentifikasi dan mereview karakteristik, cakupan, metode dan macam-macam bentuk implementasi dan pengembangan Pendidikan Matematika merentang dari tataran ideal, realis, rasional, empiris, sampai dengan socio-constructivis dan kontemporer, beserta segala seluk-beluk permasalahan yang muncul berdasarkan konteks budaya, filsafat, ideologi dan politik.
Ternyata aku telah menemukan dua dunia yang telah, sedang dan akan berkemistri yaitu dunia Filsafat Ilmu dan dunia Pendidikan Matematika.
Mengidentifikasi atau mereview kharakter, secara filsafati berari mencari tesis-tesis, dan anti-tesis, anti tesis serta membuat sintesis-sintesis. Hal demikian telah kita lakukan sejak dari kegiatan perkuliahan pertama hingga sekarang.
Saya mempunyai keyakinan, bahwa para mahasiswa peserta kuliah ini sudah mempunyai pengetahuan dan pengalaman masing-masing sebagai prerequisite dalam menjawab persoalan yang saya kemukakan pada hari ini yaitu bagaimana penerapan Filsafat Ilmu dalam Pendidikan Matematika.
Untuk itu berikut ini saya akan memberi kesempatan brainstorming kepada para mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaannya, sebagai berikut:
1. Bagaimana filsafat memandang perbedaan karakter dan kemampuan berpikir siswa?
2. Bagaimana pandangan filsafat perihal interaksi antara guru dan siswa di kelas?
3. Bagaimana pandangan filsafat tentang belajar matematika yang menyenangkan?
4. Apakah pembelajaran matematika berbasis proyek mempunyai landasan filsafat?
5. Bagaimana filsafat memandang adanya konsep-konsep matematika seperti bilangan, geometri, dst?
6. Apa yang dimaksud sikap matematika secara filsafat?
7. Apakah hakekat komunikasi dan komunikasi matematika secara filsafat?
8. Apakah hakikat penugasan kepada siswa itu? Termasuk di dalamnya apakah hakikat sebuah PR ditinjau secara filsafat?
9. Sejauh mana kita dapat mengambangkan nilai-nilai spiritual dalam pembelajaran matematika?
10. Bagaimana filsafat memandang bahwa dalam pembelajaran yang diselenggarakan oleh seorang guru, maka guru yang bersangkutan pun perlu berlaku santun? Santun terhadap apa dan siapa dan bagaimana mewujudkannya?
11. Secara filsafat, apakah yang dimaksud dengan kompetensi itu? Secara khusus apakah yang dimaksud dengan Kompetensi Siswa? Kompetensi Guru dan Kompetensi Matematika?
12. Apakah hakekat Mengajar, Mendidik, Belajar, Metode, RPP, LKS, Menilai, dst?
13. Secara filsafat, apakah sebenarnya konsep Pendidikan itu? Apakah perbedaan Pendidikan sebagai Investasi dan Sebagai Kebutuhan, serta bagaimana implikasinya terhadap Kurikulum?
14. Secara filsafat, Matematika yang seperti apa yang cocok dan yang tidak cocok untuk anak kecil? Apakah ada matematika yang hanya untuk orang dewasa? Secara labih khusus, apakah sebenarnya yang disebut matematika sebagai Ratu atau matematika sebagai Pelayan? Apakah untuk seorang anak kecil dalam belajar matematika sudah dapat sampai ke wacana menjadi Ratu atau Pelayan?
15. Apakah pikiran para siswa (anak kecil) sudah dapat disebut sebagai berfilsafat? Jika belum bagaimana penjelasannya?
16. Bagaimana menerapkan pendekatan Hermenitika dalam pembelajaran matematika?
17. Bagaimana atau sejauh mana aliran-aliran filsafat, seperti Idealisme, Realisme, Rasionalisme dan Empirisime, menampakan diri dalam implementasi kegiatan praktis, seperti halnya pada pembelajaran matematika?
18. Bagaimana kedudukan Persepsi, Apersepsi, Imajinasi, dan Intuisi dalam Filsafat; serta bagaimana implikasinya dalam pendidikan/pembelajaran matematika?
19. Apakah yang dimaksud sebagai Pemecahan Masalah (Problem Solving) secara filsafati?
20. Apakah secara filsafati ada konsep keikhlasan dalam belajar matematika? Jika ada, mohon penjelasannya?
21. Bagaimana filsafat mampu menjelaskan fenomena psikologi dalam belajar matematika, misalnya rasa percaya diri, motivasi, rasa ingin tahu, ingin bertanya, belajar sendiri, ingin bekerja sama, kecemasan, kreativitas, daya juang, sikap matematika, sikap terhadap matematika, sikap menghargai, sikap toleransi, dst?
22. Bagaimana filsafat memandang adanya praktik pembelajaran matematika yang masih tradisional dan yang sudah inovatif? Apakah ada konsep pembelajaran matematika kontemporer?
23. Apakah perbedaan filsafat dan ideologi pendidikan?; dan bagaimana implikasinya terhadap pembelajaran matematika? Secara lebih khusus apakah yang dimaksud dengan pembelajaran matematika yang bersifat Progresif dan Konservatif?
Baiklah saudara semua. Saya sangat mengapresiasi partisipasi dari anda untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaannya. Saya minta maaf karena keterbatasan ruang dan waktu saya tidak dapat menyebutkan setiap nama dari penanya.
Agar diperoleh pengetahuan yang bersifat cair, demokratis, natural, dan menanmpung semua aspirasi, maka saya menyilahkan pembaca yang budiman untuk menanggapi atau menjawab satu atau lebih dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Saya sendiri sebagai dosen pengampu akan memberikan/menguraikan jawaban-jawaban saya dalam perkuliahan di kelas dan ada kemungkinan akan saya posting juga.
Kuliah ini sengaja saya share agar dapat memberi manfaat yang lebih luas.
Demikianlah saya menunggu partisipasi anda semua. Semoga bermanfaat. Amin
Dosen ybs
Marsigit
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dari beberapa pertanyaan yang ada di atas, ada pertanyaan yang menarik bagi saya untuk diulas. Pertanyaan tersebut adalah pada no 20 yaitu, apakah secara filsafat ada konsep keikhlasan dalam belajar matematika? Jika ada, mohon penjelasannya?
Dalam belajar matematika, kunci ikhlas dalam belajar adalah berserah diri kepada Allah SWT. Orang alim adalah orang yang taqwa dan cerdas. Ikhlas harus berdoa dan harus dalam keadaan doa. Kunci sukses dunia dan akhirat adalah kita harus selalu dalam keadaan berdoa. Bersyukur diawali dengan doa. Berserah diri adalah sadar bahwa segala sesuatu sudah ada walaupun dalam pikiran manusia adalah iktiar dan takdir. Iktiar adalah memilih. Jika sudah terpilih maka takdir. Setinggi-tinggi takdir adalah karunia Allah SWT. Hidup itu pilihan dan memilih. Jatuhnya langkah adalah pilihan.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamu'alaikum wr.wb
Mengembangkan nilai-nilai spiritual dalam pembelajaran matematika bisa dilkaukan dengan cara membuka dan menutup pembelajaran dengan berdoa. Selain itu, kita ketahui bahwa dalam matematika ada yang namanya nilai cacah dan nilai asli. Nilai cacah yang diawali dengan angka nol bisa dimaknai bahwa manusia pada awalnya lahir dalam kondisi yang suci dan belum mempunyai dosa atau dosanya masih bernilai nol. Sedangkan pada nilai asli yang kita ketahui bahwa nilai asli berawal dari angka 1. Angka satu mempunyai banyak makna. Satu bisa berarti pertama, baru, kuasa, dan lain-lain. Satu bisa berarti satu pemikiran, satu keluarga, satu keputusan, satu keyakinan, satu langkah, dan masih banyak makna yang lainnya. Angka ini juga dapat dimaknai bahwa sesungguhnya Allah itu ESA atau satu, tidak ada duanya. Sesungguhnya manusia hidup hanya memiliki satu tujuan yang sama yaitu mendapatkan ridho Yang Kuasa. Apapun yang dilakukan di dunia ini pada dasarnya hanya semata-mata ingin mendapat ridho Allah agar mendapatkan kehidupan yag lebih baik di dunia maupun di akhirat kelak. Ini merupakan salah satu contoh bahwa dalam pembelajaran matematika bisa disisipkan nilai-nilai spiritual. Masih banyak contoh lainnya yang dapat ditambahkan oleh para pembaca yang lainnya. Terimakasih.
Wassalamualaikum wr.wb.
Tiara Cendekiawaty
ReplyDelete18709251025
S2 Pendidikan Matematika 2018
Setiap siswa memiliki karakter dan kemampuan berpikir yang berbeda-beda karena pada hakekatnya manusia dilahirkan tidak sama dengan yang lainnya. Tugas guru adalah menyelami setiap karakter dan kemampuan berpikir siswanya. Guru tidak bisa menyamakan setiap siswanya dalam menyerap ilmu. Mengajar untuk anak-anak dengan orang dewasa itu berbeda. Dalam mengajar guru harus mengikuti karakter dan kemampuan berpikir siswanya, bukan sebaliknya. Mengapa? Agar proses transfer ilmu berjalan semaksimal mungkin, siswa merasakan manfaat dari pembelajaran, dan guru tidak memaksakan kehendaknya. Ketika guru menyatu dengan siswa maka siswa akan lebih termotivasi dan senang dalam belajar sehingga tidak ada beban dan kecemasan berlebihan yang siswa rasakan.
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Berdasarkan artikel penerapan filsafat ilmu pada pendidikan matematika 1, saya merefleksikan artikel tersebut pada pembelajaran filsafat ilmu yang diajarkan Pak Marsigit memang unik. Pada pembelajaran filsafat ilmu, mahasiswa dipersilahkan untuk membuat pertanyaan yang akan dikumpulkan pada Pak Marsigit. Menurut saya, hal ini mengajarkan mahasiswa untuk kreatif dalam bertanya selain itu diberi kebebasan untuk bertanya serta meberikan gambaran sampaimana pandangan mahasiswa pada pembelajaran filsafat. Karena filsafat ilmu itu luas satu pertanyaan dapat mengaitkan berbagai hal.
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Dari berbagai pertanyaan yang ditulis dari artikel penerapan filsafat ilmu pada pendidikan matematika 1, saya akan mencoba menjawab pertanyaan tentang bagaimana filsafat memandang perbadaan karakter dan kemampuan berpikir siswa. Menurut saya, dalam filsafat semua objek tidak ada yang sama, seperti halnya dengan perbedaan karakter dan kemampuan berpikir siswa. Orang yang lahir kembar identic juga mempunyai perbedaan. Perbedaan karakter dan kemampuan berpikir siswa akan menjadi masalah yang dialami oleh guru. Tetapi guru yang kreatif dan mempunyai filsafat dalam dirinya, guru akan memberdayakan perbedaan tersebut agar siswa yang diajar tetap mengikuti pelajarannya dengan senang. Karena belajar yang didasari dengan kesenangan akan mudah diterimanya.
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Pertanyaan kedua yang ingin mencoba saya jawab adalah apakah pikiran para siswa (anak kecil) sudah disebut sebagai berfilsafat? Jika belum bagaimana penjelasannya? Menurut saya, filsafat adalah olah pikir, refleksi diri dan filsafat adalah diri kita sendiri. Dari pertanyaan tersebut, anak kecil sudah berfilsafat. Anak kecil yang belum bisa bicara yang hanya dapat menunjuk dan menangis tetapi dapat dimengerti orang tuanya juga dapat dikatakan berfilsafat. Selain itu, siswa dalam pelajaran jika mendapat nilai jelek disbanding dengan temannya, siswa tersebut akan menangis karena merefleksikan dirinya pada hasil tesnya. Dan siswa atau anak kecil yang mempunyai rasa ingin tahu yang besar akan mencari apa yang membuatnya penasaran sampai ketemu. Jadi, berfilsafat telah dilakukan sejak anak kecil, bagaimana perkembangannya filsafat tersebut bergantung dengan pola pikirnya.
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika B
Pertanyaan-pertanyaan diatas sesungguhnya merepresentasikan apa yang ada di pikiran saya. Meskipun sering dijelaskan oleh Prof Marsigit tentang keterkaitan filsafat dengan pembelajaran matematika, masih terdapat banyak hal yang belum bisa saya pahami. Rutinitas sebelum dimulainya perkuliahan, Prof. Marsigit biasanya memberikan waktu kepada para mahasiswa untuk brainstorming dengan membuat pertanyaan atau lebih tepatnya mengungkapkan apa yang sedang dipikirkan kedalam sebuah pertanyaan yang kemudian beberapa pertanyaan akan dijawab oleh Prof. Masigit. Yang menarik perhatian saya adalah pertanyaan nomor 12 yaitu tentang hakekat mengajar, mendidik, belajar, metode, RPP, LKS, menilai dst. Menurut saya hal-hal yang menjadi pertanyaan tersebut semuanya bertujuan untuk pendidikan. Pendidikan yang demokratis yaitu pendidikan yang melibatkan peserta didik sebagai objek bukan subjek. Mengajar dan mendidik merupakan aktivitas yang digunakan guru untuk mencapai suatu aktivitas pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Sedangkan metode, RPP, LKS dsb merupakan material yang digunakan untuk mendukung pembelajaran supaya pembelajaran menjadi lebih efektif. Namun yang membuat saya penasaran adalah bagaimana hakikat dari keseluruhan hal tersebut jika ditinjau dari sudut pandang filsafat?semoga suatu saat pertanyaan saya dapat saya utarakan diperkuliahan. Dan terima kasih saya sampaikan kepada Prof. Marsigit untuk membebaskan mahasiswa untuk berpikir.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Berdasarkan pertanyaan nomor 2 tentang bagaimana pandangan filsafat perihal interaksi antara guru dan siswanya.
Interaksi adalah suatu jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Berdasarkan pengertian ini maka interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran matematika memang sangat diperlukan. Interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran matematika hendaknya mampu memfasilitasi siswa untuk dapat mengembangkan logika pikirnya agar siswa dapat lebih mudah menerima dan memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Selai itu, interaksi ini bertujuan agar guru dapat mengenal karakter dan kemampuan dari masing-masing siswa sehingga siswa pun mampu untuk memahami pembelajaran yang diajarkan. Interaksi antara guru dan siswa juga mampu membuat pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan karena tidak hanya berdampak pada siswa tetapi juga pada guru.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Jawaban untuk pertanyaan nomor 3 tentang bagaimana pandangan filsafat tentang pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat membantu siswa mengkonstruks pengetahuan. Guru memegang peranan yang sangat penting untuk dapat mencapai pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran matematika yang menyenangkan hendaknya dapat menjadi sarana dalam membangun logika dan pengetahuan matematis siswanya. Kreatifitas dari guru sebagai pendamping belajar siswa sangat diperlukan dalam idealnya sebuah pembelajaran. Guru dianjurkan untuk meningkatkan kinerja serta kreatifitasnya agar siswa menjadi lebih berminat dan terdorong untuk terus bereksplorasi dalam matematika.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Penjelasan untuk soal nomor 1 tentang bagaimana filsafat memandang perbedaan karakter dan kemampuan berpikir siswa. Perbedaan adalah salah satu bentuk dari kehidupan manusia didunia. Perbedaan karakter dan kemampuan berpikir siswa dalam proses pembelajaran adalah hal lumrah dan telah menjadi topik penelitian selama berabad-abad. Filsafat sebagai proses dalam olah pikir dapat dijadikan landasan untuk dapat mengatasi perbedaan karakter dan kemampuan berpikir siswa tersebut. Di mana, proses pembelajaran hendaknya mampu memfasilitasi siswa untuk dapat mengembangkan logika pikirnya sejak dini. Hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih mudah menerima dan memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Namun perlu diakui bahwa pembelajaran semacam ini menuntut kreatifitas dari guru sebagai pendamping belajar siswa.
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr wb
Pertanyaan-pertanyaan yang sangat menarik tentunya pak. Saya sangat tertarik menanggapi pertanyaan tentang bagaimana pelajaran matematika yang menyenangkan. Seperti yang kita ketahui, matematika merupakan salah satu pelajaran yang dianggap menakutkan bagi siswa. Persepsi siswa terhadap matematika memang sangat mempengaruhi motivasi siswa untuk belajar matematika itu sendiri. Pembelajaran yang tidak menyenangkan tentunya akan membuat kurangnya motivasi siswa dalam belajar matematika. Hal tersebut tentunya menjadi tantangan bagi kita sebagai calon pendidik agar dapat membuat suatu proses pembelajaran yang menyenangkan misalnya dengan menggunakan metode pembelajaran yang unik dan inovatif.
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Saya akan mencoba mengutarakan pendapat mengenai pertanyaan nomor 16 yakni Bagaimana menerapkan pendekatan Hermenitika dalam pembelajaran matematika? Hermenitika adalah salah satu cabang yang mempelajari interpretasi makna. Hermenitika dalam matematika adalah filsafat yang mempelajari tentang makna atau hakikat dari hal-hal yang terkandung dalam matematika. Hermenetika dalam pembelajaran matematika dikatikan seperti menggunakan prinsip gunung es. Tingkatan matematika ini seperti halnya fenomena gunung es, dengan urutan yang paling dasar yaitu matematika konkret (masih menggunakan benda-benda kongkrit), matematika model formal (menggunakan simbol-simbol matematika). Contoh penerapan dalam pembelajaran matematika Proses pembelajaran matematika yang bermakna, misal mempelajari bangun ruang bola menggunakan benda-benda nyata seperti bola kasti dsb.
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Mengenai pertanyaan Bagaimana pandangan filsafat perihal interaksi antara guru dan siswa di kelas? Guru adalah dewa bagi siswanya. Guru harus bisa membangun interaksi yang baik dengan muridnya. Jangan sampai guru malah menutupi sifat-sifat siswanya. Artinya dengan keberagaman siswa dikelas guru harus mampu memperdayakan setiap siswanya dengan baik. Karena seperti yang kita ketahui setiap siswa itu punya kecerdasannya masing-masing. Menjadi tugas guru untuk bisa memahami setiap kecerdasan siswa-siswa tersebut.
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Matematika yang cocok bagi anak kecil adalah matematika yang bersifat nyata atau konkrit. Matematika yang dibawa dari kebiasaan dan pengetahuan sehari-harinya. Sehingga, apabila ingin menerapkan atau menyampaikan sebuah pembelajaran matematika kepada anak kecil maka hendaklah mengaplikasikan matematika tersebut dalam kehidupan sehari-hari, hal ini akan menjadikan anak kecil dapat membangun pengetahuanya dan konsepnya sendiri. Karena jika pemikiran orang dewasa yang abstrak dipaksakan untuk dipikirkan, anak-anak itidak akan mencapai pemikiran tersebut, dan mereka akan menganggap bahwa matematika itu pembelajaran yang sulit.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
PEP S3
Belajar matematika yang menyenangkan menurut saya adalah yang sesuai dengan ruang dan waktunya. Belajar apapun tidak akan menyenangkan jika tidak sesuai dengan ruang dan waktu. Contohnya saja, bagi anak anak, matematika merupakan mata pelajaran yang menyebalkan. Akan tetapi jika kita mengubah metode mengajar, sumber yang digunakan, disesuaikan dengan ruang dan waktu dari siswa pasti akan menyenangkan. Anak-anak akan senang belajar matematika jika sesuai dengan kenyataan atau bermain peran.
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya akan mencoba menajwab pertanyaan nomor 19, apakah yang dimaksud sebagai Pemecahan Masalah (Problem Solving) secara filsafat?. Pemecahan masalah secara filsafat artinya bagaimana sebuah masalah diselesaikan dengan menggunakan akal pikiran kita. Allah SWT telah menciptakan akal dan pikiran pada manusia untuk berpikir. Akal pikiran tersebut digunakan manusia unttuk menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Pemecahan masalah dalam matematika, bukan hanya sekedar memecahkan masalah dengan mencoba-coba atau menghafal langkah-langkah penyelesaian, tetapi lebih ke bagaimana siswa memahami setiap permasalah tersebut, bagaiaman mereka mampu menemukan solusi atau alternative penyelesaian dengan kemampuan berpikirnya dalam mengaitkan informasi-informasi baru dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Saya akan mencoba menanggapi pertanyaan nomor 1, tentang bagaimana filsafat memandang perbedaan karakter dan kemampuan berfikir siswa? Perbedaan merupakan hal yang wajar yang akan memperlihatkan kita pada sebuah kontradiksi. Perbedaan karakter dan kemampuan berpikir siswa merupakan kondisi normal yang sebaiknya dapat dieksplorasi untuk meningkatkan kompetensi dan potensi siswa. Ketika siswa mempunyai karakter dan kemampuan berpikir yang sama maka keadaan tersebut akan menjadi sesuatu yang janggal dan tidak mungkin. Karena sejatinya segala hal yang dapat sama hanya merupakan KuasaNya. Kita dilahirkan pun dengan segala perbedaan bahkan jika kita mempunyai kembaran pun pasti tidak akan sama. Dalam hal kemampuan siswa, yang harus diperhatikan adalah ketika perbedaan yang terjadi merupakan perbedaan yang mengarah pada kecenderungan ‘salah’, maka guru harus membimbing siswa agar berpikir sesuai dengan pemahaman yang benar agar dapat meningkatkan kemampuannya
Muhammad Fendrik
ReplyDelete18706261001
S3 Dikdas 2018
Assalamu'alaikum Wr Wb.
Dari beberapa pertanyaan filsafat di atas saya mencoba untuk belajar menjawab atau mengomentari pertanyaan nomor 3 yang bertanya tentang: Bagaimana pandangan filsafat tentang belajar matematika yang menyenangkan?
Menurut hemat saya, belajar matematika dapat dipandang sebagai suatu keadaan atau sifat atau
bahkan nilai yang bersinergis dengan pendidikan. Perpaduan atau sinergi antara
pendidikan dan belajar matematika merupakan keadaan unik sebagai suatu
proses pembelajaran yang dinamis yang merentang dalam ruang dan waktunya pembelajaran
matematika. Belajar matematika memang harus menyenangkan sehingga anak menyukai dan termotivasi terhadap pembelajaran matematika yang selama ini ditakuti oleh banyak anak. Bahkan dalam dunia pendidikan sekarang ada istilah phobia matematika yang mendiskripsikan anak tidak suka dengan matematika. Oleh karena itu, bagi guru yang mengajar pun sebaiknya tidak boleh langsung memarahi sang anak jika jawaban yang diberikan salah, karena tidak semua anak punya motivasi yang tinggi setelah dimarahi. Beberapa anak justru akan semakin takut dan membenci pelajaran tersebut. Jika anak terlalu takut dengan matematika bisa memicunya memiliki gangguan matematika (mathematics disorder) yaitu kondisi dimana anak memiliki kemampuan matematika rendah atau di bawah kemampuan normal anak berdasarkan usia dan tingkat pendidikannya. Memahami karakteristik anak agar dapat diberikan bimbingan menjadi hal yang penting bagi anak dalam meningkatkan motivasi dan rasa sukanya terhadap pembelajaran matematika.
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, wr, wb.
1. Bagaimana filsafat memandang perbedaan karakter dan kemampuan berpikir siswa?
Semua siswa di dalam kelas tentulah memiliki karakter yang berbeda-beda. Kemampuan berpikir siswa pun berbeda-beda. Walaupun siswa didalam kelas heterogen, pembelajaran harus lah menfasilitasi mereka semua. Menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru untuk dapat memfasilitasi keragaman siswa di kelas. Beberapa fasilitas yang dapat diberikan diantaranya pembelajaran yang beragam, inovatif, menggunakan berbagai media dapat dilakukan oleh guru.
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, wr, wb.
20. Apakah secara filsafati ada konsep keikhlasan dalam belajar matematika? Jika ada, mohon penjelasannya?
Tentunya dalam tindakan yang dilakukan setiap orang harus dilandasi dengan keikhlasan, begitu juga dengan belajar matematika. Jika kita ikhlas dalam belajar matematika dan mau berusaha maka ilmu akan terserap dan dimengerti dengan mudah. Akan tetapi jika keikhlasan itu tidak ada maka ilmu akan sulit untuk dimengerti.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat siang Prof.
Penerapan filsafat ilmu pada pendidikan matematika sangat diperlukan. Berbicara mengenai penerapan filsafat tentunya berkaitan erat dengan para filsuf yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda mengenai filsafat itu sendiri. Kaum social constructivist memandang bahwa semua pengetahuan mempunyai landasan yang sama yaitu kesepakatan. Selain itu, hakekat mempelajari matematika adalah mempertemukan pengetahuan subjektif dan objektif melalui interaksi sosial baik guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam menunjukkan hasil belajar. Contohnya: siswa menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan oleh guru sesuai dengan bimbingan dan langkah-langkah penyelesaian yang telah dipelajari. Terima kasih.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Saya akan mencoba menjawap pertanyaan no 1 sampai dengan 23 kedalam beberapa komentar. Mohon kepada para pembaca sekiranya terjadi kesalahan untuk di maafkan dan mohon masukannya. Atas kesempatannya terimakasih.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
"1. Bagaimana filsafat memandang perbedaan karakter dan kemampuan berpikir siswa?"
Setiap siswa memiliki perilaku dan karakteristik yang berbeda. Dalam pembelajaran, kondisi ini penting untuk diperhatikan oleh guru karena dengan mengidentifikasi kondisi awal siswa saat akan mengikuti pembelajaran dapat memberikan informasi penting untuk guru dalam pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Identifikasi kemampuan dan karakteristik siswa adalah salah satu upaya para guru yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan siswa berkaitan dengan pembelajaran tertentu. Tahapan ini sangat penting mengingat banyak pertimbangan seperti peserta didik, perkembangan sosial budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kepentingan pembelajaran tertentu yang akan diikuti peserta didik.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"2. Bagaimana pandangan filsafat perihal interaksi antara guru dan siswa di kelas?"
Guru dan siswa adalah dua subjek dalam berinteraksi pengajaran. Guru sebagai pihak yang berinisiatif awal untuk penyelenggaraan pengajaran, sedangkan siswa sebagai pihak yang secara langsung mengalami dan mendapatkan manfaat dari peritiwa belajar mengajar yang terjadi.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Guru sebagai pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan yang telah di tentukan, sedang siswa sebagai yang menuju pada arah tujuan melalui aktivitas dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai sumber belajar atas bimbingan guru. Jadi kedua pihak ( guru dan siswa) menunjukan sebagai dua subjek pengajaran yang sama-sama penting
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"3. Bagaimana pandangan filsafat tentang mengajarkan matematika?"
Dalam pembelajaran matematika sejak dini siswa sudah di didik untuk menggunakan logika sehari-hari yang tentunya akan menjadi lebih mudah bagi siswa dalam menerima dan memahami pelajaran matematika. Penyampaian materi pelajaran matematika menjadi sangat menarik dan lebih diutamakan dengan bimbingan guru. Dengan ini siswa mampu menemukan konsep dan rumus-rumus matematika dasar sehingga siswa sangat menyukai dan menumbuhkan semangat eksplorasi dunia angka, bilangan dan konsep matematika yang lebih rumit
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu, maka penerapan filsafat dalam pembelajaran di proses pembelajaran baik disekolah menjadi salah satu hal yang menarik perhatian. Karena biasanya filsafat hanya ada di perguruan tinggi, namun pada zaman sekarang filsafat juga ada di sekolah. Walaupun hanya sebagai pelengkap dalam pembelajaran, namun filsafat memberikan pengaruh yang besar dalam pembelajaran. Filsafat adalah kegiatan berpikir, sehingga dalam setiap pembelajaran siswa melakukan kegiatan filsafat.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Dengan penerapan filsafat dalam pembelajaran berarti secara tidak langsung maka proses belajar mengajar terutama matematika akan berjalan dengan efektif dan efisien. Filsafat memberikan keuntungan bagi kita semua. Bagi guru, dengan adanya pelajaran filsafat maka guru akan lebih memahami karakter dari siswa-siswanya.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Belajar filsafat adalah berpikir, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana pola pikir siswa-siswanya dalam memahami matematika. Pada pelajaran filsafat, pendidikan karakter juga tercakup di dalamnya. Pendidikan karakter meliputi material, formal, normatif dan spiritual. Dan dalam pembelajaran di sekolah keempat faktor tersebut merupakan salah satu peran filsafat dalam pembelajaran di sekolah
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"4. Apakah pembelajaran matematika berbasis proyek mempunyai landasan filsafat?"
1) Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan yang tidak lagi sesuai. Untuk memahami dan menerapkan pengetahuan, siswa harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan ide-ide yang dimiliki oleh siswa
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
2) Teori kognisi sosial
Teori ini dikenalkan oleh Vygostky. Teori ini lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vigostky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vygostky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"5. Bagaimana filsafat memandang adanya konsep-konsep matematika seperti bilangan, geometri, dst?" konsep konsep matematika itu bafi anak adalah sesuatu yang mungkin ada. Untuk menjadikan konsep menjadi sesuatu yang ada maka guru harus mengenalkannya melalui dunia nyata ke dunia matematika. Jadi tidak tiba tiba langsung diberikan konsep
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"6. Apa yang dimaksud sikap matematika secara filsafat?"
Salah satu tujuan pendidikan matematika adalah pembentukan sikap siswa. Olehnya itu, sudah sepatutnya dalam proses pembelajaran matematika perlu diperhatikan sikap siswa terhadap matematika. Hal ini penting mengingat sikap positif terhadap matematika akan berkorelasi positif dengan prestasi belajar matematika
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Sikap merupakan salah satu komponen yang sangat mempengaruhi keberhasilan program pembelajaran matematika. Seseorang yang memiliki sikap positif akan menunjukkan tindakan yang selalu mengarah pada upaya pencapaian tujuan pembelajaran matematika. Salah satu hal yang perlu diperhatikan guru dalam mensukseskan pembelajarannya adalah menciptakan suatu kondisi dan iklim pembelajaran yang bisa merangsang dan meningkatkan sikap positif siswa dalam pembelajaran matematika.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Dalam konteks pemecahan matematika dan aktivitas matematika maka sikap matematika dapat diukur pada empat dimensi pengukuran sikap yaitu:
1) Memahami masalah dan tujuan serta substansi masalah dengan jelas secara mandiri
2) Mencoba mengambil tindakan logis
3) Mencoba untuk mengekspresikan hal-hal dengan jelas dan ringkas
4) Mencoba mencari penyelesaian yang lebih baik.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Perbedaan karakter dan kemampuan berpikir siswa di kelas dalam pandangan filsafat adalah hal yang sangat mungkin terjadi. Hal tersebut menandakan bahwa di dalam kelas terdiri dari berbagai macam karakter dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Tugas dari seorang guru adalah mampu memfasilitasi perbedaan karakter dan kemampuan siswa di kelas dengan baik. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, seorang guru dituntut harus mampu merencanakan sebuah pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa di kelas.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Menanggapi pertanyaan mengenai bagaimana pandangan filsafat perihal interaksi antara guru dan siswa di kelas? Pembelajaran di kelas merupakan suatu proses interaksi yang dilakukan guru dengan siswa. Interaksi yang baik antara siswa dan guru merupakan suatu hal yang penting dalam pembelajaran, tanpa adanya interaksi yang baik akan sulit untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Interaksi yang dilakukan di kelas harus mampu menumbuhkan rasa ingin tahu atau motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tentunya proses interaksi yang berlangsung jangan didominasi oleh seorang guru, karena tugas seorang guru di kelas bukan lagi sebagai pusat dari pembelajaran namun hanya sebagai pendamping atau fasilitator siswa dalam mengembangkan atau mengkonstruksi pengetahuannya.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Bagaimana pandangan filsafat tentang belajar matematika yang menyenangkan? Guru memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran di kelas. Tugas seorang guru adalah mampu menciptakan suatu pembelajaran matematika yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan tentunya akan membuat para siswa di kelas menjadi antusias dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan. Pandangan siswa yang menggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit akan menghilang jika seorang guru mampu mengajarkan matematika tersebut dengan cara-cara yang menyenangkan. Oleh karena itu, tugas seorang guru adalah harus mampu mengemas suatu materi matematika yang dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Tugas atau PR yang diberikan oleh seorang guru bertujuan agar siswa lebih memahami mengenai materi yang telah dipelajari di kelas. Diberikannya sebuah tugas yaitu agar siswa mempelajari kembali mengenai hal-hal yang telah dipelajari dan jika ada yang belum bisa kemudian menanyakannya pada pertemuan berikutnya. Seorang siswa jika tidak diberikan sebuah tugas kemungkinan besar tidak akan lagi mempelajari mengenai materi yang telah dibahas. Namun dengan adanya tugas, siswa diharuskan untuk kembali belajar mengenai materi tersebut. Jadi menurut saya, pemberian tugas kepada siswa adalah kegiatan yang baik tetapi tugas yang diberikan jangan sampai membebani diri siswa.
Dita Aldila Krisma
Delete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Tugas pekerjaan rumah merupakan salah satu metode yang menerapkan learning by doing dari John Dewey. Alangkah baiknya apabila tugas yang diberikan merupakan pengulangan dan pemantapan terhadap pelajaran yang diberkan. Dengan demikian, diharapkan siswa akan mempunyai kesan tersendiri yang lebih mendalam dan mudah mengingat materi apa yang sudah ia pelajari dan pahami. Untuk mendukung hal tsb, tugas yang diberikan hendaknya dipersiapkan dengan baik oleh guru sehingga dapat melahirkan penguasaan atas pengetahuan dan keterampilan tertentu.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"7. Apakah hakekat komunikasi matematika?"
Komunikasi merupakan bagian yang sangat mendasar dari matematika dan pendidikan matematika. Yaitu cara untuk berbagi gagasan dan menjelaskan pemahaman. Pada saat proses pembelajaran di kelas, komunikasi terjadi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, juga antara siswa dengan sumber belajar lainnya, seperti buku dan media pembelajaran.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Komunikasi yang terjadi antara siswa dengan teman sebaya dan guru, serta kesempatan bagi siswa untuk menjelaskan, membuat dugaan, mempertahankan gagasan, baik secara lisan maupun tulisan dapat menstimulasi pemahaman yang lebih dalam mengenai pengetahuan konsep-konsep matematika.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Melalui komunikasi, gagasan-gagasan atau ide-ide menjadi objek refleksi, penghalusan, bahan diskusi, dan perbaikan. Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan menanamkan ide-ide sehingga membuatnya menjadi umum. Ketika siswa ditantang untuk berpikir dan bernalar tentang matematika dan mengomunikasikan hasil berpikir mereka kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan, maka mereka belajar sehingga menjadi jelas dan meyakinkan.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteDarwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"9. Sejauh mana kita dapat mengambangkan nilai-nilai spiritual dalam pembelajaran matematika?"
Pendidikan karakter pada hakikatnya merupakan proses pembentukkan perilaku seseorang untuk terbiasa berperilaku baik dan menghargai pentingnya nilai-nilai moral. Adapun tujuan pendidikan karakter pada dasarnya mendorong lahirnya manusia yang baik, memiliki kepribadian menarik, beretika, bersahaja, jujur, cerdas, peduli dan tangguh. Pendidikan karakter merupakan ruhnya pendidikan nasional yang berfungsi untuk melahirkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah, berakhlak mulia, berbudi pekerti, kreatif dan mandiri. Output pendidikan karakter adalah melahirkan siswa yang bermoral dan berakhlak terpuji sebagai manusia seutuhnya yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual
Dita Aldila Krisma
Delete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Saya sepakat bahwa dalam rangka mengambangkan nilai-nilai spiritual dalam pembelajaran matematika melalui pendidikan karakter. Maka dari itu, perlu integrasi nilai-nilai spiritual dalam metode atau basis kecerdasan pembelajaran matematika yang konkrit. Menurut Syawahid & Retnawati (2014), pembelajaran matematika berbasis kecerdasan emosional-spiritual mengintegrasikan selfawarness, self-regulation, self-motivation, empati, dan membina hubungan. Selain itu model pembelajaran yang berpotensi mampu mengintegrasikan kecerdasan itu adalah group processes model.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Spiritual adalah suatu sifat yang melekat pada diri seseorang atau benda yang menunjukkan identitas, ciri, kepatuhan ataupun pesan agamis. Karakter agamis yang melekat pada diri seseorang akan mempengaruhi orang disekitarnya untuk berperilaku agamis juga. Karakter islam yang melekat pada diri seseorang akan terlihat dari cara berpikir dan bertindak, yang selalu dijiwai dengan nilai-nilai spiritual. Dalam kegiatan pendidikan di kelas pembentukan karakter spiritual dilaksanakan dengan menerapkan pendidikan terintegrasi dalam setiap mata pelajaran. Materi ajar hendaknya dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu secara bersamaan membangun kecerdasan emosional, spiritual dan intelektual yang menjadi kebutuhan manusia
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteDarwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Dalam konsep matematis nilai angka pada garis bilangan bulat, semakin ke kiri nilai akan semakin kecil dan semakin ke kanan nilai akan semakin besar. Karakter religiusnya adalah kesalahan kesalahan yang kita perbuat bernilai negatif, sedangkan Kebenaran/Amal Sholeh yang kita kerjakan bernilai positif. Nilai/Derajat kita akan semakin tinggi jika kita memiliki banyak Amal Sholeh, semakin kita banyak melakukan kesalahan dan dosa maka akan menurunkan derajat kita di sisi Allah
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"12. Apakah hakekat Mengajar, Mendidik, Belajar, Metode, RPP, LKS, Menilai, dst?"
Mengajar merupakan proses yang komplek, tidak sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada siswa. Mengajar merupakan satu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik tetapi sederhana. Dikatakan unik karena hal itu berkenaan dengan manusia yang belajar yakni siswa, dan yang mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat dengan manusia di dalam masyarakat yang semuanya menunjukkan keunikkan.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Hakikat hidup adalah belajar. Hakikat belajar adalah proses transformasi diri menuju peningkatan kualitas intelektual, keluhuran moral, kedalaman spiritual, kecerdasan sosial, keberkahan profesional, dan perubahan sosial menuju manusia yang beradab. Dengan belajar, manusia bisa hidup bermartabat dan membangun peradaban
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Hakikat RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis dari siswa itu sendiri.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Hakikat menilai hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana guru dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Guru harus mengetahui sejauh mana siswa telah mengerti dan paham dengan materi yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/ kompetensi dari kegiatan pembelajaran dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"13. Secara filsafat, apakah sebenarnya konsep Pendidikan itu?"
Landasan filosofis pendidikan merupakan seperangkat pemikiran-pemikiran dan asumsi yang dijadikan titik tolak dalam merumuskan konsep-konsep pendidikan. Pragmatisme merupakan salah satu aliran filsafat. Salah satu penyebab lahirnya pragmatisme adalah untuk merekonstruksi pemikiran aliran filsafat tradisional yang dalam pandangan kalangan pragmatisme tidak mampu menjawab persoalan-persoalan pendidikan, karena teorinya kurang aplikatif atau kurang membumi. Selain itu latar belakang kelahiran filsafat pragmatisme juga dikarenakan pengaruh revolusi industri dan perkembangan teknologi yang semakin pesat
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"14. Secara filsafat, Matematika yang seperti apa yang cocok dan yang tidak cocok untuk anak kecil?" matematika yang cocok untuk anak anak adalah matematika ya sesua dengan kehidupan anak anak. Sungguh menyiksa jika usia anak anak di berikan kalkulus. Sebenar benarnya matematika anak itu adalah dunia nyata sedangkan matematika dewasa adalah matematika abstrak.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"15. Apakah pikiran para siswa (anak kecil) sudah dapat disebut sebagai berfilsafat? Jika belum bagaimana penjelasannya?"
Belum bisa. Karena pemikiran anak anak itu masih dunia anak anak. Anak anak belum memiliki pengalaman yang cukup. Sedangkan dalam berfilsafat, seseorang harus memiliki pengalaman yang cukup untuk berfilsafat. Hal ini bisa di analogikan apakah anak yang belajar makan merupakan filsafat? Apakah anak yang belajar berjalan juga berfilsafat? Apakan anak yang belajar berbicara juga berfilsafat?
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"16. Bagaimana menerapkan pendekatan Hermeneutika dalam pembelajaran matematika?"
Dalam matematika realistik, yang paling bawah adalah matematika konkrit, yang di atasnya adalah model konkrit, kemudian di atasnya lagi ada model formal , kemudian di paling atas terdapat matematika formal. Inilah yang disebut Hermeneutika, sehingga nampak bahwa filsafat digunakan dalam berbagai hal termasuk juga dalam pembelajaran matematika dengan adanya hermeneutika pembelajaran matematika.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Unsur dasar dari gambaran hermeneutika adalah lurus dan melingkar. Lurus karena dalam kehidupan ini ada beberapa hal yang tidak mungkin terjadi kembali, artinya hal yang sama dari masa lalu ada yang tidak mungkin terulang kembali, kesemuanya bersifat menembus ruang dan waktu. Seberapa sulit ataupun mudah proses ini terjadi bergantung pada kesadaran, sebuah batu tentu tidak menyadari bahwa dirinya telah menembus ruang dan waktu. Masing-masing manusia memiliki keterampilan yang berbeda-beda dalam hal menembus ruang dan waktu.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Gambaran melingkar dari hermeneutika berarti berinteraksi. Sebagai contoh, yang di atas guru yang di bawah siswa, yang di atas dewa yang dibawah manusia, yang di atas akhirat yang di bawah dunia, yang di atas langit yang di bawah bumi dan sebagainya. Dengan demikian secara luas dapat dikatakan bahwa hermeneutika meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Melalui hermeneutika diharapkan seseorang bisa menjadi manusia yang independen, mampu bekerjasama, memiliki motivasi dan memiliki kompetensi. Akan tetapi yang perlu diwaspadai ketika sudah mencapai taraf dunia ada hambatan yang mengganggu keharmonisan kehidupan.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Sejauh mana kita dapat mengambangkan nilai-nilai spiritual dalam pembelajaran matematika? Pembelajaran pada Kurikulum 2013 merupakan suatu pembelajaran yang tidak hanya berfokus kepada aspek kognitifnya saja, melainkan harus mempertimbangkan aspek afektif dan psikomotorik. Pembelajaran di kelas pun harus mampu mengaitkan satu materi dengan materi lainnya, dalam hal ini matematika dengan agama. Seorang guru tentunya harus mampu mengembangkan nilai-nilai spiritual dalam pembelajaran yang dilakukannya. Namun nilai-nilai spiritual tersebut tidak secara langsung diberikan kepada siswa, tetapi seorang guru menyisipkannya melalui bagian-bagian tertentu.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
menaggapi pertanyaan mengenai bagaimana filsafat memandang bahwa dalam pembelajaran yang diselenggarakan oleh seorang guru, maka guru yang bersangkutan pun perlu berlaku santun? Santun terhadap apa dan siapa dan bagaimana mewujudkannya? Berperilaku baik atau santun adalah suatu hal yang harus dimiliki oleh seorang guru. Guru merupakan suatu contoh untuk para siswa didiknya di kelas maupun diluar kelas. Wajib tentunya seorang guru untuk selalu berperilaku baik dan santun. Kesantunan seorang guru dapat kita lihat dari berbagai sudut pandang, misalnya guru menghargai pekerjaan siswa yang masih kurang tepat. Untuk menanggapi jawaban dari siswa yang masih kurang tepat, seorang guru harus menggunakan kata-kata yang bisa diterima oleh siswa dengan baik, jangan langsung berkata pekerjaan tersebut salah. Maka dalam hal ini seorang guru sudah menerapkan kesantunan dalam menghadapi pekerjaan siswa yang masih kurang tepat.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Bagaimana filsafat memandang adanya praktik pembelajaran matematika yang masih tradisional dan yang sudah inovatif? Pembelajaran inovatif merupakan suatu pembelajaran yang diharapkan mampu menumbuhkan motivasi belajar yang tinggi dalam diri siswa. selain itu pembelajaran inovatif diharapkan dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan dan mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya sendiri. seorang guru untuk dapat menciptakan suatu pembelajaran yang inovatif dituntut mampu mengambangkan bahan ajar atau media pembelajaran yang akan digunakan. Bahan ajar atau media tersebut kemudian digunakan oleh seorang guru dalam memberikan suatu materi di dalam kelas.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"17. Bagaimana atau sejauh mana aliran-aliran filsafat, seperti Idealisme, Realisme, Rasionalisme dan Empirisime, menampakan diri dalam implementasi kegiatan praktis, seperti halnya pada pembelajaran matematika?"
1) Idealisme
Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya ideal, dunia ideal merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari ideal adalah kuasa tuhan yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia ideal dengan Tuhan, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Filsafat idealisme secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi realitas spiritual.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Bagi aliran idealisme, siswa merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
2) Realisme
Dunia pendidikan memiliki pandangan realisme yang erat dengan pemikiran bahwa asal mula adanya pemikiran dan akal mula manusia adalah sebuah rasa ingin tahu, manusia diibaratkan sebagai kertas putih yang kosong dan dapat diisi dengan beberapa elemen kehidupan dari lingkungan sekitar. Dengan hal ini dapat dikatakan manusia mencari ilmu pengetahuan untuk dapat melakukan proses berpikir yang sesuai dengan melihat mengamati lingkungan sekitar. Hal ini membuat pandangan realisme dapat dikaitkan dengan pendekatan psikologi behaviorisme dalam bidang pendidikan
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
3) Rasionalisme
Dalam bidang pendidikan, rasionalisme hanya meyakini bahwa akal bersumber dari pengetahuan sedangkan pengalaman hanyalah perangsang dari terbentuknya pikiran tersebut. Segala sesuatu perlu di pelajari, tetapi di perlukan metode yang tepat untuk mempelajarinya. Misalnya, bahwa ada suatu dunia material bahwa kalau terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam radikal, itulah kebenaran yang sama sekali pasti dan harus dijadikan dasar bagi seluruh ilmu pengetahuan.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Rasionalisme memberikan kebebasan kepada siswa dalam mengembangkan pikirannya dalam membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas di luar nalar. Rasionalisme berpusat pada pengetahuan yang ada dan pengetahuan sebelumnya. Pembelajarannya dengan metode student-center dan open ended, yang dimana membebaskan siswa untuk bepikir dan mengembangkan pengetahuannya sendiri tanpa harus memperlihatkan keadaan kenyatannya.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
4) Empirisme
Menurut aliran ini manusia itu dilahirkan putih bersih seperti kertas putih, artinya tidak membawa potensi apa-apa. Perkembangan selanjutnya tergantung pada pendidikan dan lingkungan. Aliran empirisme tidak setimbang sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan. Menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena mempunyai bakat tersendiri, meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau kemauan, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Meskipun demikian, penganut aliran empirisme masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk pasif dan dapat diubah, umpamanya melalui modifikasi tingkah laku. Hal itu tercermin pada pandangan behavioral. Behaviorisme itu menjadikan perilaku manusia tampak keluar sebagai sasaran kajianya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"19. Apakah yang dimaksud sebagai Pemecahan Masalah (Problem Solving) secara filsafat?"
Problem solving di dasari oleh teori belajar konstruktivistik. Teori konstruktivistik muncul sebagai reaksi terhadap kelemahan teori behavioristik. Penganut paradigma pembelajaran kontruktivistik memandang pembelajaran yang dilakukan dengan Strategi yang mengikuti paradigma behavioristik dikembangkan hanya menghasilkan pendidikan atau pembelajaran yang tervokus pada perilaku yang bisa diamati.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Paradigma behavioristik memiliki kelemahan dalam, mencermati yang sulit diamati perilaku seperti afeksi, pemahaman, cara berpikir proses memandang masalah. Oleh karena itu, dengan pembelajaran behavioristik, bisa jadi siswa mampu mengerjakan tindakan tertentu, namun tidak memahami apa yang sesungguhnya ia lakukan. Siswa melakukan eksperimen, lalu menuliskan dalam bentuk laporan namun tidak memahami dasar-dasar ilmiah yang mendasarinya.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Landasan filosofis proses psikologis pembelajaran Problem Solving adalah bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal tetapi melalui proses mengkontruksi pengalaman. Pandangan tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu struktur kognitif terbentuk pada anak.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Apakah secara filsafati ada konsep keikhlasan dalam belajar matematika? Keikhlasan ada dalam berbagai hal dalam kehidupan kita, seperti ikhlas berpikir, ikhlas berbuat, ikhlas menerima dan sebagainya. Begitupun dalam pembelajaran matematika, dalam memahami matematika sendiri kita harus menerapkan keikhlasan dalam diri kita. Dengan menerapkan keikhlasan dalam belajar matematika, kita akan lebih mudah menerima atau memahami mengenai materi yang sedang dipelajari.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"23. Apakah perbedaan filsafat dan ideologi pendidikan?; dan bagaimana implikasinya terhadap pembelajaran matematika? Secara lebih khusus apakah yang dimaksud dengan pembelajaran matematika yang bersifat Progresif dan Konservatif?"
Filsafat dan ideologi memiliki keterkaitan, sebelum lahirnya sebuah ideologi maka ada filsafat terlebih dahulu, filsafat berubah menjadi ideologi setelah filsafat tersebut digunakan untuk cita-cita dan dikerjakan atau dipatuhi oleh manusia tersebut.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"Pembelajaran Progresif"
Pendidikan progresif merupakan pendidikan yang memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar. Hal ini dikarenakan anak-anak diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan sendiri dengan melakukan, menemukan, dan menyimpulkan suatu pengetahuan dengan bimbingan guru.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Tujuannya, tentu saja agar siswa memiliki kemampuan memecahkan masalahnya sendiri. Pengetahuan dan kebenaran itu bersifat tidak tetap. Bisa saja kebenaran yang ada sekarang belum tentu benar pada masa yang akan datang. Sehingga siswa terus dilatih untuk memecahkan masalah. Pada dasarnya, siswa dianggap sebagai manusia yang merdeka. Dalam pembelajaran siswa tidak boleh diberi tekanan maupun diatur sesuai keinginan guru
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
"Pembelajaran Konservatif"
Pandangan pendidikan konservatif adalah manusia hanya menduduki posisi sebagai objek pasif. Manusia dipandang sebagai objek dari kebijakan Tuhan sehingga dia tidak memiliki daya upaya untuk merubah nasib hidupnya. Apa yang telah dirasakan apa yang telah dijalani, dan apa yang menjadi miliknya maka itulah yag terbaik bagi mereka, inilah karakter aliran filsafat perenialis itu.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Seorang konservatif tidak mampu membaca relasi-relasi sosial yang mempengaruhi nasib hidupnya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Dia tidak bisa membantah kondisi sosial atau nasibnya disebabkan keyakinan yang fatalistik. Dalam diri konservatif meyakini bahwa nasib, perbuatan baik maupun buruk, adalah ketetapan dari Tuhan
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Dengan demikian pendidikan bagi seorang konservatif diibaratkan sebagai proses menerima, bersabar atau menanggung nasib dengan penuh keyakinan bahwa mereka yakin akan mendapatkan kebahagiaan kelak di akhirat. Paradigma pendidikan konservatif anti perubahan dan tidak mengarah pada progresif. Tidak memiliki prinsip persaingan hidup, apalagi harus merubah nasib sesuai dengan kehendaknya sendiri.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Secara filsafat pasti terdapat konsep keikhlasan dalam belajar matematika, ritual ikhlas yang juga dipelajari dalam filsafat belajar matematika. Setiap siswa yang ikhlas dalam belajar matematika maka akan mudah diterima pembelajaran dan ilmu yang disampaikan oleh gurunya. Hati yang ikhlas akan mempengaruhi perbuatan yang dilakukan. hati yang bersih dan ikhlas dalam belajar selalu dilandasi dengan doa yang ikhlas agar selalu diberikan keikhlasan dalam setiap kegiatan yang dilakukan dan menimbulkan pikiran yang jernih.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Dalam proses belajar mengajar pasti ada interaksi antara guru dan siswanya. Interkasi yang baik harus dapat diciptakan selama proses pembelajaran. karena jika interaksi tidak terjalin dengan baik, maka pembelajaran tidak akan bisa berjalan dengan lancar. Jika sudah ada interaksi yang baik, maka guru bisa lebih mudah dalam mempengaruhi dan mentransfer pengetahuannya. Kurikulum saat ini mengharuskan guru hanya sebatas fasilitator saja, sehingga guru harus bisa mempengaruhi siswanya dan memberikan pengarakan kepada siswanya. Hal ini bisa terlaksana dengan baik jika terjadinya interaksi yang baik sehingga siswa bisa lebih patuh dan enggan untuk menolak.
Wassalamualaikum wr.wb.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Belajar matematika yang menyenangkan jika siswa bisa mempelajarinya tanpa adanya beban. Sampai saat ini matematika masih sering ditakuti dan dianggap sulit oleh siswa. Jika dalam diri siswa sudah tertanam oleh hal-hal yang negatif, maka apapun yang dilakukan di kelas juga tidak akan bisa sesuai dengan yang diinginkan oleh siswa. Dalam hal ini, peran guru sangat penting untuk dapat merubah pandangan siswa yang negatif menjadi positif. Sehingga guru baik untuk mengetahui bagaimana karakter siswanya untuk dapat merencanakan dan memberikan pengalaman yang menarik kepada.
Wassalamualaikum wr.wb.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Komunikasi matematika masuk ke dalam komunikasi. Namun jika komunikasi matematika akan lebih mengarah pada matematika saja, sedangkan komunikasi bisa mengarah pada berbagai macam hal. Komunikasi matematika perlu diterapkan dengan baik saat pembelajaran, karena dengan komunikasi bisa terbentuk kesesuaian maupun ketidaksesuaian antara satu orang dengan yang lainnya. jika tidak ada komunikasi maka kita tidak akan pernah bisa menyampaikan apa yang kita inginkan dan tidak pernha tahu apa yang orang lain inginkan. Sehingga omunikasi harus berjalan dengan baik agar tidak menimbulkan miskonsepsi.
Wassalamualaikum wr.wb.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Pemecahan masalah tidak hanya digunakan dalam matematika, sesungguhnya pemecahan masalah bisa untuk yang lainnya juga. Masalah akan selalu dihadapi oleh semua orang. Namun masalah tersebut bukan untuk dihindari, namun untuk dihadapi. Masalah yang selalu dihindari tidak akan pernah selesai dan tidak akan bisa membuat hidup ini nyaman, sehingga perlu adanya sebuah penyelesaian dari suatu masalah agar hidup ini bisa tenang. Pada dasarnya walaupun sulit untuk menghadapi sebuah masalah, namun ini akan lebih baik daripada hanya dibiarkan. Untuk mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya perlu dilakukan usaha yang besar untuk dapat meraihnya.
Wassalamualaikum wr.wb.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan pertaman tentang bagaimana filsafat memandang perbedaan karakter dan kemampuan berpikir siswa?
Filsafat adalah ilmu olah pikir, yang pasti tentunya amat mengerti bahwa setiap individu memilki perbedaan baik perbedaan karakter ataupun perbedaan kemampuan berpikir siswa. Dalam filsafat perbedaan kemampuan berpikir dibedakan berdasarkan dimensi nya. Tugas seorang guru adalah bukan membuat persamaan diantara perbedaan-perbedaan yang terjadi, namun akan lebih baik jika kita mencoba memahami setiap perbedaan yang dimiliki dari pada mencari persamaan diantara banyak perbedaan tersebut. Seperti pengalaman Bapak observasi di Inggris, bahwa guru membuat beberapa macam LKS dan membuat cadangannya juga. Hal tersebut berarti bahwa guru tersebut mengerti benar bahwa siswanya memiliki kemampuan yang berbeda-beda sehingga sang guru membuat beberapa macam LKS guna menyesuaikan dengan kemampuan anak yang berbeda-beda. Dan manfaat dari membuat cadangan adalah agar siswa yang pandai tidak membuang-buang waktunya dikelas untuk menunggu siswa yang lain menyelesaikan LKS nya. Berbeda itu indah, seperti bangsa kita walau berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor sembilan tentang sejauh mana kita dapat mengembangkan nilai-nilai spiritual dalam pembelajaran matematika.
Mengembangkan nilai-nilai spiritual dalam pembelajaran dapat dilakukan dari hal yang sederhana, misalnya berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran. Mengingatkan siswa untuk mengucap syukur ketika berhasil menjawab satu permasalahan atau memperoleh satu ilmu baru. Kemudian menyisipkan kata-kata yang bernuansa spiritual seperti misalnya saat melakukan pemberian contoh benda-benda yang simetri dengan menyebutkan misalnya ornamen-ornamen masjid atau apapun itu. Dalam mengajar pecahan mungkin juga dengan menggunakan ayat AlQuran yang membahas mengenai pembagian harta warisan. Dan dalam materi aritmatika misalnya dengan disertai penyampaian hadist atau ayat tentang jual beli. Serta menggunakan nama-nama islami dalam pemberian contoh misalnya Ahmad, Aisyah, Ibrahim, Yusuf dan lain-lain.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Mencoba menjawab pertanyaan kesepuluh tentang bagaimana filsafat memandang bahwa dalam pembelajaran yang diselenggarakan oleh seorang guru maka guru yang bersangkutan pun perlu berlaku santun? Santun terhadap apa dan siapadan bagaimana mewujudkannya.
Menurut saya, sikap santun yang diterapkan oleh guru merupakan sebuah keharusan, karena setiap jengkal tindak-tanduk seorang guru akan diperhatikan oleh siswa dan sangat besar kemungkinannya untuk ditiru oleh siswa. Oleh sebab itu tampilkanlah sesuatu yang baik agar dapat menjadi contoh untuk siswanya. Sikap saling santun dapat dibangun dengan cara saling menghargai dan percaya satu sama lain, dimulai dengan guru yang menghargai siswa maka tidak menutup kemungkinan siswa juga akan menghargai sang guru. Guru juga harus percaya bahwa siswa mampu menerima pelajaran dan memahami pelajaran dengan baik, jika guru memberikan kepercayaan kepada siswa maka proses belajar mengakan dapat berjalan lebih ikhlas yang dapat memudahkan dalam menjawab pertanyaan tersebut. Teringat akan cerita beberapa siswa disebuah kelas yang menceritakan seorang guru senior di sekolah tersebut yang menurut sebagian siswa guru tersebut berlaku sombong dikarenakan selalu meremehkan kemampuan siswa yang bertanya ketidakpahaman yang mereka alami dengan kalimat “masa gitu saja gak bisa, tadi kan sudah dijelaskan” dan kalimat tersebut selalu dikeluarkan oleh sang guru hingga menyebabkan siswa enggan untuk bertanya. Dari cerita tersebut dapat saya pelajari bahwa, sekecil apapun tingkah laku atau perbuatan kita akan tetap dan pasti terbaca oleh siswa, karena siswa meskipun lebih muda dari kita tetap saja ia sudah bisa menilai baik dan buruk. Siswa juga manusia yang memiliki perasaan, bahkan perasannya lebih peka dan sangat sensitif. Maka jagalah lisan kita agar setiap kata yang terucap tidakmenyingguh perasaan anak-anak hingga membuat mereka enggan untuk belajar. Hargai dan dengarkanlah setiap kata yang diucapkan siswa, pun walau hanya sekedar keluh kesah mereka dengan hari yang telah mereka lalui
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan kesembila belas tentang apakah yang dimaksud sebagai pemecahan masalah (Probem Solving) secara filsafat.
Menurut saya, pemecahan masalah dalam filsafat sama artinya dengan sintesis-sintesis dari tesis dan antitesis. Jadi seorang yang sedang memecahkan masalah berarti sedang melakukan sintesis. Atau dapat disebut pula melihat dan memahami metafisik dibalik fisik. Proses melihat dan memahami metafisik dibalik fisik, melakukan sintesis dan melakukan pemecahan masalah adalah kegiatan yang tidak mudah, diperlukan kesabaran dan ketelatenan atau ketelitian. Semakin tinggi kemampuan berpikir sesorang atau semakin tinggi dimensi seseorang maka akan kemampuannya dalam melihat dan memahami metafisik dibalik fisik, melakukan sintesis dan melakukan pemecahan masalah akan semakin mudah. Meningkatkan kemampuan berpikir atau dimensi seseorang dapat dilakukan dengan pembiasaan. Kegiatan berulang yang dilakukan oleh seseorang yang awalnya tidak paham akan membuat ia paham dan semakin paham lagi. begitu pula dengan memahami metafisik dibalik fisik, melakukan sintesis dan melakukan pemecahan masalah dapat dilakukan dengan dengan sesering mungkin melakukan latihan dan sesering mungkin membaca. Baca, baca dan bacalah.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Saya akan berusaha menjawab pertanyaan nomor dua tentang bagaimana pandangan filsafat perihal interaksi antara guru dan siswa dikelas.
Untuk mengetahui apa yang ada didalam lautan maka kita harus menyelami lautan tersebut. Maka berlaku pula dengan hubungan antara siswa dan guru. Agar proses belajar mengajar lebih menyenangkan dan membawa banyak manfaat baik dari siswa maupun guru, maka diperlukannya interaksi yang harmonis antara siswa dan guru. Layaknya sebuah laut yang mengharuskan kita untuk menyelam sendiri kedasar lautan untuk mengetahui seindah apa yang ada didalamnya, pun begitu dengan siswa. Guru harus menyelami karakter-karakter dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki setiap siswa yang tentu pasti berbeda satu sama lain. Antara siswa dan guru harus berada dalam ruang dan waktu yang sama. Artinya sang guru harus menyesuaikan ruang dan waktunya siswa agar guru dapat mengerti seperti apa siswa nya yang kemudian mencari solusi atas apa yang ia temukan guna membantu siswa dalam meraih pengetahuannya.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
“Bagaimana pandangan filsafat perihal interaksi antara guru dan siswa di kelas? Pada dasarnya manusia itu memiliki sifat meniru. Kaitannya hal tersebut dengan guru dan siswa adalah guru sebagai role model di kelas sedangkan siswa sebagai subjek dan objek didik. Guru harus mampu menjadi contoh yang baik bagi siswanya karena siswa akan mudah meniru atau terinspirasi dari apa yang dikatakan dan dilakukan guru. Pada proses belajar mengajar, belajar dimaknai sebagai aktivitas menggali potensi dan pengetahuan melalui kontruksi dan memberdayakan akal dan kecerdasan siswa, sedangkan guru sebagai fasilitator. Dengan demikian, diharapkan melalui interaksi antara guru dan siswa menghasilkan atau meningkatkan keterampilan dalam menghadapi masalah setelah adanya konstruksi pengetahuan. Hal tersebut mengacu pada aliran progresivisme. Progresivisme merupakan
aliran dalam filsafat pendidikan yang menghendaki adanya perubahan secara cepat praktik pendidikan menuju ke arah yang positif. Pendidikan harus mampu membawa perubahan pada diri siswa menjadi pribadi yang mampu menghadapi berbagai persoalan.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya ingin mencoba turut berpendapat pada pertanyaan berikut.
Bagaimana filsafat memandang perbedaan karakter dan kemampuan berpikir siswa?
Menurut saya sudah menjadi Sunatullah bahwa setiap manusia, tak luput pula siswa, terlahir secara unik. Semua bersifat heterogen. Maka dalam memperlakukan siswa dalam setiap pembelajaran juga harus menerapkan sifat-sifat heterogen. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh tujuan belajarnya sesuai dengan potensi masing-masing.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Kegunaan filsafat ialah sebagai metode dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah bahkan sebagai metode dalam memandang dunia. Sesuai sifatnya, filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Mendalam berarti mencari asal masalah dan universal berarti melihat masalah dalam hubungan seluas-luasnya agar dapat diselesaikan secara efektif.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pertanyaan nomor 14 adalah apa yang dimaksud sebagai Pemecahan Masalah (Problem Solving) secara filsafati?
Dalam Problem solving kita menyoroti bagaimana "proses" siswa untuk menembus ruang dan waktu. Sebelum itu terjadi interaksi menerjemahakan-diterjemahakan antara siswa dengan masalah yang akan diselesaikan. Dalam problem Solving yang terpenting bukanlah hasi penyelesaiannya tapi kemampuan siswa untuk mencapai hasil tersebut dengan pemikiran yang berbeda tiap siswanya. Oleh karena itu probem solving menuntun siswa untuk memunculkan kreativitas dan kamampuan berpikir kritis mereka dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya akan mencoba menanggapi pertanyaan pertama, yakni:
“1. Bagaimana filsafat memandang perbedaan karakter dan kemampuan berpikir siswa?”
Di dunia ini tidak ada yang sama persis, bahkan anak kembar identic pun pasti memiliki perbedaan. Perbedaan yang ada dalam diri siswa merupakan kodrat dari Allah. Demikian juga dalam pembelajaran di kelas. Siswa dalam satu kelas pasti memiliki karakter dan kemampuan berpikir yang beragam. Hal inilah yang harus sepenuhnya disadari oleh guru. Sehingga bagaimana guru mampu memfasilitasi siswa dengan berbagai karakter dan kemampuan berfikir untuk mempelajari matematika dalam ruang dan waktu yang sama. Tentu tidaklah mudah. Cara yang paling bisa diterapkan oleh guru adalah dengan mendesain pembelajaran yang beragam. Tidak hanya monoton dengan satu metode tertentu. Selain itu, guru juga disarankan untuk mampu mengembangkan LKS dengan berbagai tipe agar mampu benar-benar memfasilitasi siswa dalam belajar di waktu yang sama meskipun dengan karakter dan kemampuan berpikir yang berbeda-beda.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya akan mencoba menanggapi pertanyaan kedua, yakni:
“2. Bagaimana pandangan filsafat perihal interaksi antara guru dan siswa di kelas?”
Interaksi merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar. Tidak hanya interaksi antara guru dan siswa, namun juga interaksi antara siswa dengan siswa lainnya, interaksi antara siswa dengan media pembelajaran yang digunakan, dll. Interaksi antara guru dan siswa adalah guru sebagai fasilitator sementara siswa sebagai subjek belajar atau actor. Oleh karena itu, peran guru sangat menentukan dalam keberhasilan pembelajaran, yakni bagaimana guru mampu merancang pembelajaran yang tepat sehingga benar-benar mampu memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa untuk berinteraksi dengan hal-hal lain di luar dirinya.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya akan mencoba menanggapi pertanyaan ketiga, yakni:
“3. Bagaimana pandangan filsafat tentang belajar matematika yang menyenangkan?”
Menurut pendapat saya, rasa senang adalah rasa yang muncul dari dalam diri seseorang. Rasa senang dapat muncul karena berbagai alasan. Dan sangat mungkin alasan senangnya satu orang dengan orang lain akan berbeda. Karena rasa senang merupakan rasa yang murni muncul dari dalam diri siswa, maka dalam pembelajaran matematika di kelas, guru tidak akan mampu memberikan kesenangan tersebut kepada siswa, namun guru hanya mampu menstimulus rasa senang tersebut dengan menyajikan pembelajaran yang memang sesuai dengan karakteristik siswa. Oleh karena itu, guru harus benar-benar mampu mengenali karakteristik siswa-siswanya sehingga dapat menyajikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya akan mencoba menanggapi pertanyaan ke-4, yakni:
“4. Apakah pembelajaran matematika berbasis proyek mempunyai landasan filsafat?”
Menurut pendapat saya, pembelajaran matematika berbasis proyek memiliki landasan filsafat yakni konstruktivisme. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa dalam belajar siswa harus menemukan diri atau membangun sendiri pengetahuan dalam diri mereka. Pembelajaran berbasis proyek termasuk aliran konstruktivisme karena dalam pembelajaran ini siswa ditugaskan untuk menyelesaikan suatu proyek tertentu. Untuk dapat menyelesaikan proyek tersebut pasti memerlukan pengetahuan-pengetahuan yang tidak sederhana. Berawal dari proyek tersebutlah siswa mampu membangun pengetahuan dalam diri mereka.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya akan mencoba menanggapi pertanyaan ke-5, yakni:
“5. Bagaimana filsafat memandang adanya konsep-konsep matematika seperti bilangan, geometri, dst?”
Seperti yang sudah pernah disampaikan oleh Prof Marsigit bahwa konsep-konsep matematika seperti bilangan, geometri mempunyai sifat yang tunggal/ ideal/ sempurna dalam pikiran. Sementara di luar fikiran bersifat sebaliknya. Sebagai contoh di dalam pikiran benar bahwa 7+3=10. Sementara di dalam kenyataan, 7+3 belum tentu sama dengan 10. Karena di dunia nyata tergantung pada ruang dan waktunya. Misalnya 7 apel ditambah 3 sepatu, kita tidak bisa menjumlahkannya menjadi 10. Begitu juga dengan geometris, semua objek geometris hanya ada di dalam pikiran, misalnya bidang, di dunia ini tidak ada sesuatu yang tipis sempurna (tidak punya ketebalan) dan luasnya tak terbatas. Sehingga dalam mempelajari geometri perlu adanya abstraksi dan idealisasi.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya akan mencoba menanggapi pertanyaan ke-6, yakni:
“6. Apa yang dimaksud sikap matematika secara filsafat?”
Menurut pendapat saya, sikap merupakan perilaku atau keputusan seseorang tentang suatu hal. Sehingga sikap matematika dapat diartikan sebagai perilaku siswa dalam menghadapi atau mempelajari matematika, termasuk menyelesaikan tugas-tugas matematika. Sikap dapat diwujudkan dalam dua kecenderungan, yakni positif atau negative. Dalam pembelajaran, sikap siswa lebih mengarah kepada suka atau tidak suka siswa untuk mempelajari matematika. Sikap siswa terhadap matematika merupakan salah satu aspek penting yang menunjang keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu guru harus berupaya untuk mendesain pembelajaran yang tepat sehingga siswa mampu menunjukkan sikap yang positif terhadap matematika.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya akan mencoba menanggapi pertanyaan ke-7, yakni:
“7. Apakah hakekat komunikasi dan komunikasi matematika secara filsafat?”
Menurut pendapat saya, komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi. Dalam pembelajaran, interaksi menjadi hal yang sangat penting, baik itu interaksi antar guru dengan siswa, antar siswa dengan siswa, antar siswa dengan media pembelajaran, antar siswa dengan sumber belajar, serta interaksi dengan aspek-aspek lainnya. Ilmu pengetahuan dalam diri siswa dapat terbentuk melalui interaksi yang baik. Oleh karena itu, guru harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk berinteraksi sehingga mampu membangun pengetahuannya sendiri.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya akan mencoba menanggapi pertanyaan ke-8, yakni:
“8. Apakah hakikat penugasan kepada siswa itu? Termasuk di dalamnya apakah hakikat sebuah PR ditinjau secara filsafat?”
Menurut pendapat saya, tugas merupakan salah satu wahana bagi guru untuk memfasilitasi siswa dalam belajar. Melalui tugas-tugas yang diberikan, diharapkan mampu memicu siswa untuk belajar. Tugas sebaiknya tidak hanya berupa perintah untuk menyelesaikan kumpulan soal-soal, namun alangkah lebih baik jika tugas yang diberikan berupa panduan aktivitas-aktivitas pembelajaran tertentu sehingga dengan mengerjakan tugas tersebut, siswa mampu menggapai kesimpulan tentang suatu konsep matematika tertentu. Kemudian berkaitan dengan PR, saya rasa PR masih boleh diberikan oleh guru agar memicu siswa untuk terus belajar. Terima kasih.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya akan mencoba menanggapi pertanyaan ke-9, yakni:
“9. Sejauh mana kita dapat mengambangkan nilai-nilai spiritual dalam pembelajaran matematika?”
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Tugas manusia di dunia adalah beribadah kepada-Nya. Setiap akitivitas yang diniatkan untuk beribadah kepada-Nya dapat dipandang atau dinilai sebagai ibadah. Oleh karena itu, pengembangan nilai-nilai spiritual dalam pembelajaran matematika setidak-tidaknya diwujudkan dengan pembiasaan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran. Selain itu, guru perlu juga menyisipkan atau mengaitkan nilai-nilai spiritual dalam materi-materi matematika tertentu.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya akan mencoba menanggapi pertanyaan ke-10, yakni:
“10. Bagaimana filsafat memandang bahwa dalam pembelajaran yang diselenggarakan oleh seorang guru, maka guru yang bersangkutan pun perlu berlaku santun? Santun terhadap apa dan siapa dan bagaimana mewujudkannya?
Dalam pembelajaran, guru harus berlaku santun. Artinya guru tersebut harus benar-benar memahami tugas dan fungsinya sebagai guru yakni fasilitator bagi siswa. Oleh karena itu guru tidak boleh menggunakan kekuasaannya secara sewenang-wenang untuk mendzolimi siswa. Guru tidak boleh menceramahi siswa kemudian memaksa siswa untuk mengerjakan latihan-latihan soal. Guru harus berlaku sopan. Guru tidak boleh menganggap siswa sebagai tong kosong sehingga guru terus-terusan berusaha mengisi tong kosong tersebut dengan sebanyak-banyaknya pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Guru harus menyadari bahwa masing-masing siswa telah memiliki pengetahuan, pengalaman, dan potensi mereka masing-masing sehingga menjadikan hal tersebut sebagai pijakan awal untuk mempelajari suatu materi. Guru harus benar-benar berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri.
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Filsafat menjadi landasan seluruh aspek pendidikan matematika. Dari zaman Yunani hingga zaman sekarang muncul berbagai aliran filsafat. Seperti aliran idealisme, realisme, rasionalisme, empirisme, konstruktivisme, dan lain sebagainya. Menanggapi pertanyaan nomor 17 tentang aliran-aliran idealisme, realisme, rasionalisme, empirisme menempatkan diri dalam implementasi pendidikan matematika, aliran-aliran tersebut memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan, pondamen dan juga seluruh aspek di dalam pendidikan matematika. Misalnya jika menganut aliran konstruktivisme, maka dalam pendidikan matematika semestinya pengetahuan matematika bukan ditransfer tetapi dibentuk secara mental maupun fisik. Pembentukan pengetahuan tersebut diperoleh dari persepsi siswa terhadap objek eksternal. Maka pembelajaran dilakukan melalui interaksi siswa dengan lingkungan, guru, dan juga dengan temannya.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Menanggapi pertanyaan mengenai apa yang dimaksud sikap matematika secara filsafat? Tujuan dari pembelajaran matematika salah satunya yaitu pembentukan sikap siswa sendiri. Sikap matematika merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pembelajaran. Hal tersebut disebabkan karena sikap siswa terhadap matematika berkorelasi dengan prestasi belajar matematika. Jadi jika seorang siswa memiliki sikap positif terhadap matematika maka akan berkorelasi positif juga terhadap prestasi belajar matematika.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Secara filsafat, Matematika yang seperti apa yang cocok dan yang tidak cocok untuk anak kecil? Pembelajaran matematika haruslah disesuaikan dengan tahapan perkembangan dari seorang anak. Tingkat berpikir anak kecil masih dalam ranah konkret atau nyata. Oleh karena itu pembelajaran pada anak kecil sebaiknya disampaikan melalui hal-hal yang dekat dengan kehidupan siswa atau sesuatu yang nyata/real. Diharapkan dengan pembelajaran dimulai dari hal yang nyata, anak tersebut mampu melakukan proses abstraksi di dalam pikirannya. Jadi, pembelajaran matematika yang cocok untuk anak kecil yaitu pembelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan nyata atau realistik.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Saya akan mencoba menjawab satu permasalahan mengenai kedudukan apersepsi dalam filsafat dan bagaimana implikasinya dalam pembelajaran matematika? Apersepsi merupakan penyampaian tujuan diadakannya pembelajaran yang akan dilaksanakan. Apersepsi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Tujuan diadakannya apersepsi di awal pembelajaran adalah tidak lain untuk memotivasi siswa dengan memberikan penjelasan mengenai pentingnya mempelajari materi tersebut. Diharapkan dengan apersepsi tersebut dapat menumbuhkan rasa ingin tahu didalam diri siswa dalam mempelajari suatu materi. Oleh karena itu, seorang guru diharuskan merencanakan suatu apersepsi yang baik dimana bisa menumbuhkan motivasi dan rasa ingin tahu pada diri siswa.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Bagaimana filsafat memandang adanya praktik pembelajaran matematika yang masih tradisional dan yang sudah inovatif? Apakah ada konsep pembelajaran matematika kontemporer?
perbandingan tradisional dan inovatif sering dibicarakan oleh para pendidik dan tokoh di seluruh dunia. Pembelajaran yang tradisional diperbaiki hingga muncullah pembelajaran inovatif karena pada jaman yang semakin canggih ini siswa dituntut aktif agar bisa menemukan sesuatu hal yang baru dengan cara mereka sendiri, tidak perlu didikte oleh guru mereka. Karena hal itu bisa menjadi aset masa depan mereka untuk mengembangkannya lagi dan menjadikan sebuah penemuan. Inovatif dan kontemporer sedikit mempunyai latar yang sama yaitu sudah beralih ke jaman modern saat ini. Hanya saja beda penulisan kata dan mungkin bisa jadi kontemporer menggunakan full alat-alat canggih untuk pembelajaran, padahal tidak semua materi memerlukannya.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Bagaimana filsafat mampu menjelaskan fenomena psikologi dalam belajar matematika, misalnya rasa percaya diri, motivasi, rasa ingin tahu, ingin bertanya, belajar sendiri, ingin bekerja sama, kecemasan, kreativitas, daya juang, sikap matematika, sikap terhadap matematika, sikap menghargai, sikap toleransi, dst?
semua sifat seperti itu sudah dimiliki oleh manusia sejak lama dan timbul tenggelamnya sikap tersebut bergantung pada diri mereka sendiri akan menggunakan sifat itu atau tidak. Bila sikap tersebut digunakan saat pembelajaran matematika maka siswa bisa saja secara reflek mengeluarkan salah satu sikapnya yaitu misalnya sikap menghargai siswa yang bisa terlihat saat melakukan kerja kelompok karena sikap itu termasuk sikap sosial siswa. Berbagai macam sikap tersebut bisa diamati guru bila sudah terbiasa dengan keadaan kelas dan mulai mengenal masing-masing pribadi ssiwa.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Apakah yang dimaksud sebagai Pemecahan Masalah (Problem Solving) secara filsafati?
dalam metode pembelajaran yang digunakan guru sering ada tahap di mana siswa diminta untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, disitulah siswa mulai mencari pemecahannya dengan mengamati lagi masalah yang dberikan dan berlandaskan materi yang sebelumnya mungkin masih terhubung. Sehingga, kreatifitas dan berpikir kritis siswa dilatih di sini. Terlepas dari pelajaran, bila pemecahan masalah dikaitkan dengan filsafat maka pemecahan masalah diartikan bisa suatu keadaan di mana manusia dituntut untuk berpikir keras dengan menggunakan hati juga agar keptusan yang diambil tepat dan bisa menyelesaikan masalah secara clear.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Bagaimana kedudukan Persepsi, Apersepsi, Imajinasi, dan Intuisi dalam Filsafat; serta bagaimana implikasinya dalam pendidikan/pembelajaran matematika?
Menurut saya kedudukan di antara 4 hal tersebut bisa menjadi susunan seperti ini, dimulai dari tingkatan paling dasar yaitu Imajinasi, persepsi, apersepsi, dan intuisi. Karena imanjinasi manusia yang bisa ke mana-mana tanpa adanya batasan sehingga untuk digunakan dalam belajar matematika sungguh tidak disarankan karena siswa hanya akan menjawab sekenanya saja, berlanjut ke persepsi siswa yang dianggap sedikit lebih layak daripada berimajinasi karena dengan melakukan persepsi siswa masih menghubungkan dengan masalah yang diberikan meskipun belum tentu benar, apersepsi mulai berlandaskan materi sebelumnya dan memang digunakan untuk menyelesaikan masalah bila dikaitkan, hingga tercapai lah intuisi siswa yang memang tidak semua siswa mempunyai intuisi yang bagus ,intuisi tidak selamanya bisa aktif hanya saja akan sering muncul bila manusia benar-benar berpikir keras dan mengkombinasikannya dengan mimpi dan imajinasi.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Apakah pikiran para siswa (anak kecil) sudah dapat disebut sebagai berfilsafat? Jika belum bagaimana penjelasannya?
Sudah dijelaskan beberapa kali bahwa filsafat merupaka dunia yang memang ada di pikiran setiap manusia di dunia ini. Sehingga bisa dikatakan anak kecil pun sudah berfilsfafat meskipun tidak disadarinya, apapun tindak tanduk, perilaku, ucapan, perasaan yang dimiliki oleh anak merupakan salah satu bentuk filsafat yang sudah aktif sejak anak dilakhirkan di dunia.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Secara filsafat, Matematika yang seperti apa yang cocok dan yang tidak cocok untuk anak kecil? Apakah ada matematika yang hanya untuk orang dewasa?
ilmu pengetahuan tidak dibeda-bedakan untuk siapa mereka akan diberikan, hanya saja kapastias mereka yang harus masih membaginya dengan kegiatan lagi. Seperti anak kecil yang diberikan pengetahuan dasar dulu karena otak mereka masih terbagi dengan kegiatan anak-anak seusia mereka saat itu. Kecuali anak yang memang intelligence nya tinggi sehingga siap dan mampu menerima segala macam pengetahuan untuk dikembangkannya. Untuk pelajaran matematika bila sekilas maka menurut saya boleh untuk segala umur karena tidak ada batasan untuk belajar matematika kecuali anak itu sendiri yang membatasi dirinya sendiri untuk belajar matematika sampai tahap kesekian.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Secara filsafat, apakah sebenarnya konsep Pendidikan itu? Apakah perbedaan Pendidikan sebagai Investasi dan Sebagai Kebutuhan, serta bagaimana implikasinya terhadap Kurikulum?
Pendidikan mempunyai peran penting dalam kemajuan segala teknologi, budaya, pasar global di dunia. Bila tidak dimulai dari pendidikan maka kemajuan sekarang tidak bisa kita nikmati, karena pendidikan bisa belajar dari mana saja dan itu merupakan sumber ilmu. Banyak para orangtua yang menginginkan anak-anaknya menuntut ilmu hingga setinggi-tingginya , tidak lain demi masa depan anak-anaknya yang bisa disebut juga sebagai investasi masa depan, sekaligus pendidikan sebagai kebutuhan agar bisa lebih terdidik dan menjadi manusia yang tidak mudah untuk dimanfaatkan oleh orang lain.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Apakah hakekat Mengajar, Mendidik, Belajar, Metode, RPP, LKS, Menilai, dst?
Mengajar merupakan salah satu bentuk pekerjaan untuk mendidik siswa yang sedang belajar dan menuntut ilmu dengan menggunakan metode pembelajaran yang semakin efektif dan berpusat pada siswa, diantaranya diawali oleh guru yang menyusun RPP yang harus dijabarkan setiap langkah saat pengajaran di kelas, menyusun LKS yang berisikan langkah-langkah menemukan pemecahan masalah tetapi siswa yang melakukan sleebihnya untuk menyelesaikan masalah. Setelah siswa menemukan cara untuk menyelesaikan permasalahan dalam soal yang diberikan guru, maka saatnya guru menilai dari segi kognitif, perilaku siswa saat pembelajaran dimulai hingga akhir pelajaran.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Secara filsafat, apakah yang dimaksud dengan kompetensi itu? Secara khusus apakah yang dimaksud dengan Kompetensi Siswa? Kompetensi Guru dan Kompetensi Matematika?
Bila dalam bidang kedokteran ada ujian kompetensi yang wajib diikuti oleh seluruh calon dokter agar bisa memperoleh gelar dokter yang resmi diakui. Maka kompetensi dalam pendidikan keguruan bisa dianggap sama halnya bahwa salah satu bentuk kegiatan agar guru bisa menjadi benar-benar bisa ditunjuk sebagai guru yang dianggap dapat mengajarkan pengetahuan kepada siswa dengan standard yang sudah disesuaikan. Bila kompetensi siswa, maka siswa hanya sebagai penerima dan pengembang ilmu pengetahuan kelak dan harus melalui ujian yang menyatakan bahwa siswa sudah dianggap menguasai pelajaran.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Bagaimana filsafat memandang bahwa dalam pembelajaran yang diselenggarakan oleh seorang guru, maka guru yang bersangkutan pun perlu berlaku santun? Santun terhadap apa dan siapa dan bagaimana mewujudkannya?
Tidak hanya karena guru sebagai pengajar di kelas maka guru juga bisa bertindak sewenang-wenang, guru menjadi contoh bagi siswanya sehingga otomatis menjadi pembentuk karakter siswa. Sehingga guru perlu bersikap santun terhadap dirinya sendiri terlebih dahulu karena perlu menyadari diri sendiri untuk bisa meyakinkan diri agar lebih bersikap santun kepada siswanya kelak. Bila sudah pada diri sendiri maka berlanjut pada santun kepada siswa karena seering berinteraksi dengan siswa, tidak perlu hingga membentak siswa, cukup dekati dan beri perhatian agar lama-lama mereka mengerti.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Apakah hakikat penugasan kepada siswa itu? Termasuk di dalamnya apakah hakikat sebuah PR ditinjau secara filsafat?
Tugas yang diberikan guru di sekolah kepada muridnya adalah pekerjaan rumah yang bertujuan untuk melatih kemahiran siswa dalam menyelesaikan soal dan lebih memahami materi yang telah diajarkan. Tetapi bukan berarti cara itu bagus dan harus digunakan, karena banyak cara lain yang bisa digunakan tanpa harus memberikan PR, seperti proyek akhir semester, sehingga mereka bisa mencari info di luar kelas dan tanpa perlu setiap hari membawa tugas ke rumah. Karena tidak semua tugas yang diberikan akan dinilai, hal itu hanya bertujuan melihat siswa mana yang rajin dan tidak, atau siswa yang hanya menyalin pekerjaan siswa lainnya.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.f
Apakah pembelajaran matematika berbasis proyek mempunyai landasan filsafat?
Kebiasaan siswa di sekolah-sekolah yang diberikan tugas proyek biasanya akan mengerjakan tugasnya setiap hari baik di sekolah maupun di rumah, sehingga mereka akan terlatih untuk mengemban tanggung jawab yang memang harusnya mereka pegang hingga selesai semua tugas-tugasnya. Setiap pengerjaan mereka akan memerlukan kerja keras pikiran dan jiwa sehingga mereka akan senang untuk mengerjakannya, bila dari awal sudah tidak ada niatan untuk mengerjakan maka akan menjadi hal yang buruk dan bisa berefek pada hasil kerja mereka.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Bagaimana filsafat memandang perbedaan karakter dan kemampuan berpikir siswa?
manusia biasa saja mempunyai karakter berbeda sehingga pikiranmu juga akan mengikuti karakter seseorang. Bila siswa mempunyai karakter yang berbeda itu merupakan hal wajar karena memang sudah kodratnya mempunyai pikiran sendiri dan kemampuan mereka sendiri baik kemampuan yang baik ataupun kemampuan yang patut diimbuhi lagi agar bermanfaat bagi teman-teman lainnya. Oleh karena itu, pemikiran beda seorang siswa harus dihargai oleh guru dan patut diberikan apresiasi atas kerja keras mereka.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Bagaimana pandangan filsafat tentang belajar matematika yang menyenangkan?
Siswa akan merasa senang saat belajar matematika di mana guru memberikan permainan dan meberikan dukungan kepada mereka untuk lebih bersemangat dalam belajar matematika dan memberikan penghargaan dengan tidak mengurangi etikad siswa yang bisa menjadi besar kepala kepada teman-temannya. Oleh karena itu tugas guru menjadi pengawas bagi siswa agar lebih berhati-hati dan menghargai teman-temannya lagi dan bissa membantu teman-temannya untuk menyelesaikan tugas.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Bagaimana pandangan filsafat perihal interaksi antara guru dan siswa di kelas?
Menjadi tidak canggung merupakan hal yang utama dilakukan guru di kelas, karena kebanyakan guru akan canggung dan hanya berdiri tegap menghadap siswa dan berbicara apa yang sudah disiapkan , sehingga terkesan kaku dan tidak merangkul siswa untuk diajak belajar bersama. Bukannya tidak tegas tetapi guru dan siswa menjadi komponen penting terciptanya suatu keharmonisan dalam pembelajaran di sekolah dan di kelas. Bila ada waktu maka disarankan untuk mengambil hari libur guna mendekatkan guru dan siswa dan agar lebih komunikatif lagi.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Apakah pikiran para pembelajar (anak kecil) sudah dapat disebut sebagai berfilsafat? Menurut saya, setiap pikiran mereka dapat disebut sebagai filsafat untuk mereka. Karena filsafat sendiri merupakan suatu pandangan hidup seseorang tentang suatu fenomena kehidupan.
Hendra B
ReplyDelete18701261008
PEP S3 2018
pada tulisan di atas dan pertanyaan pertanyaan yang diajukan sya tertarik pada pertanya pada point 15. yakni Apakah pikiran para siswa (anak kecil) sudah dapat disebut sebagai berfilsafat? Jika belum bagaimana penjelasannya? . Pemikiran anak belum masuk pada kategori berfilsafat, ini saya asumsikan karena dalam berpikir filsafata ada banyak tahapan-tahapan yang harus dilakukan secara runut agar bisa diebut berpikir filsafat sedangkan anak kecil melewati banyak tahapan dalam berpikir, misalnya di dalam kelas siswa belajar tentang hujan siswa tidak membuat kesimpulan secara general yaitu tahap akhir dalam berpikir filsafat
Assalamu'alaykum wr wb
ReplyDeleteDwi Kawuryani
19709251061
Pendidikan Matematika S2 D
beberapa pertanyaan di atas sudah dibuat postingannya dan alhamdulillah saya sudah membacanya. dari penjelasan penjelasan yang telah diberikan dapat dipelajari banyak sekali manfaat, banyak sekali sudut pandang yang tidak dilihat oleh bidang ilmu lain. meskipun masih banyak pertanyaan yang belum saya baca penjelasannya namun dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah memberikan gambaran seperti apa filsafat akan menjelaskannya dengan sudut pandang yang lain karena dalam ilmu filsafat selain mempelajari apa yang ada juga akan dijelaskan tentang apa yang mungkin ada sehingga sudut pandang pembaca menjadi lebih luas dan lebih terbuka.
Wassalamu'alaikum wr wb
sintha fardu anggraeni
ReplyDelete19709251071
S2 pendidikan matematika /D
Terima kasih Banyak Pak Prof. Marsigit.
Disini saya mencoba untuk menjabarkan pemahaman saya terkait Penerapan Filsafat Ilmu pada Pendidikan Matematika. Ernst Von Glasersfeld menyatakan bahwa ada sebuah pernyataan lama bahwa matematika berkaitan dengan simbol dan manipulasi simbol. (Ernest, 1996). Descartes mengatakan dalam “Direction of the Mind” bahwa matematika adalah ilmu keteraturan dan ukuran dan mencakup, selain aljabar dan geometri, astronomi, musik, optik, dan mekanik.(Kline, 1971). Paul Ernest menyatakan bahwa ideologi pendidik progresif dalam pendidikan matematika sebagian besar merupakan masalah dalam seratus tahun terakhir. Setidaknya ada tiga alur berbeda yang saling terkait dari tradisi ini yaitu: a. Penyediaan lingkungan dan pengalaman terstruktur dengan tepat untuk pembelajaran matematika; b. Pendampingan terhadap anak dalam penyelidikan aktif dan otonom dalam matematika;. c. Perhatian terhadap perasaan, motivasi, sikap, dan perilakunya dari aspek negatif.(Ernest, 2004). Sehingga pada Pendidikan matematika kita harus memberikan fasilitas peserta didik untuk belajar sendiri dan kita harus membimbing dan mendampingi dalam hal tersebut dalam mempelajari matematika yang merupakan bahasa simbol baik dalam aritmatika, aljabar, geometri dan yang lainnya sehingga siswa mampu menyelesaikan masalah yang diberikan/ditemui dalam pembelajaran matematika.
Jewish Van Septriwanto
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika D 2019
19709251077
Terima kasih Banyak Pak Prof. Marsigit.
Pertanyaan nomor tiga adalah pertanyaan yang saya juga tidak tahu secara pasti seperti apa jawabannya. Namun, jikalau merujuk pada apa yang saya pahami selama belajar filsafat ilmu dan membaca blog dari Bapak bahwasanya belajar adalah proses mengada, artinya memasukkan objek yang mungkin ada kedalam dunia(pikiran) siswa, maka terlebih dahulu pengajar harus mengetahui dunia mereka. Apakah dunia tersebut dapat dimasuki oleh matematika secara monoton atau harus ada variasi-variasi. Tentu saja dunia siswa beragam beradasarkan karakteristik mereka. Oleh karena itu, kunci yang paling penting dari proses mengada matematika yang menyenangkan adalah meninjau karakteristik siswa, tidak memaksakan siswa dalam memahami matematika secepat kilat.
Choirul Amri
ReplyDelete(19709251078 S2 Pendidikan Matematika Kelas D 2019)
Bismillah, dari bacaan diatas saya mencoba menjawab pertanyaan dari nomor 15 yang pertanyaannya adalah Apakah pikiran para siswa (anak kecil) sudah dapat disebut sebagai berfilsafat? Jika belum bagaimana penjelasannya?.
Menurut saya, pada dasarnya filsafat itu tidak dibatasi apalagi dibatasi oleh usia. Filsafat lahir karena adanya pemikiran akan ruang dan waktu yang memikirkannya. Oleh sebab itu seorang anak yang sudah mampu berpikir maka dia telah mengganggap sesuatu sesuai nalarnya adalah dia telah berfilsafat. Anak-anak, pada dasarnya, adalah filsuf alamiah. Artinya, mereka selalu menjadi seorang filsuf yang mempertanyakan segala sesuatu, termasuk hal-hal yang sudah jelas bagi orang dewasa. Seringkali, anak-anak menanyakan pertanyaan yang mengandung unsur politis, metafisis bahkan etis. Jawaban atas pertanyaan tersebut membutuhkan pemahaman tentang sejarah, politik dan metafisika yang cukup dalam. Anak-anak sudah memiliki semacam intuisi filosofis yang sudah ada secara alamiah di dalam dirinya. pemahaman dan gaya berpikir filsafat yang diberikan sejak usia dini dapat meningkatkan kemampuan berbahasa (linguistik), kemampuan berhubungan dengan orang lain (sosial), kemampuan untuk berhadapan dengan kegagalan (psikologis), dan kemampuan untuk berpikir terbuka anak (ilmiah), sehingga ia bisa menerima pelajaran dari luar dengan lebih cepat dan mendalam. Terimakasih
Ngaenun Nangim
ReplyDelete19709251058
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 15 tentang pikiran para siswa (anak kecil) sudah dapat disebut sebagai berfilsafat atau belum.
Pada dasarnya semua orang adalah seorang filsuf. Hanya saja yang menjadi pembeda adalah apakah dia penggagas awal ataukah hanya sebagai pengikut. Apakah kualitas filsafat yang dihasilkan tinggi ataukah hanya filsafat orang awam? Apakah itu bisa diakui oleh orang banyak ataukah hanya diakui kebenarannya menurut dirinya saja. Oleh karena itu, pikiran siswa (anak kecil) pun sudah dapat disebut sebagai berfilsafat.
Fitria Restu Astuti
ReplyDelete19709251069
S-2 Pendidikan Matematika D 2019
Perkenankan saya berpatisipasi dalam menanggapi pertanyaan nomor 20 yaitu “Apakah secara filsafati ada konsep keikhlasan dalam belajar matematika? Jika ada, mohon penjelasannya?” dengan sedikit ilmu yang saya miliki. Menurut saya konsep ikhlas dalam belajar matematika secara filsafati pasti ada. Hal ini dikarenakan seseorang yang ingin belajar maka dia harus ikhlas. Dengan keikhlasan dalam menerima pelajaran maka orang tersebut akan membuka pikirannya untuk menerima ilmu-ilmu baru. Dengan diimbangi dengan proses berpikir maka ilmu yang dipelajari akan sampai pada akal pikiran kita.
Annisa Nur Arifah
ReplyDelete18709251058
S2 Pendidikan Matematika C 2018
Penyampaian suatu materi pelajaran matematika akan menjadi sedikit lebih lama dibandingkan penyampaian materi dengan metode biasa (konvensional). Namun, dengan implementasi filsafat sebagai latar belakang lahirnya suatu konsep matematika, maka setiap siswa diharapkan mampu dan mau mempelajarinya sampai tuntas dan mencintai matematika dengan lebih mendalam. Menurut Bakhtiar (2004) manfaat yang ditimbulkan dari implementasi filsafat matematika pada pelajaran matematika di sekolah yaitu nilai pelajaran matematika akan meningkat. Bukan itu saja, kecintaan siswa pada pelajaran matematika menjadi lebih nyata dan jauh dari abstrak.
Sri Ningsih
ReplyDelete19709251064
S2 Pendidikan Matematika kelas D
Kita ketahui bahwa filsafat merupakan dasar dan pijakan berbagai ilmu lain, karena dalam pembelajaran matematika peran filsafat ilmu tidak dapat dipisahkan terutama dalam mengkaitkan yang bermacam-macam permasalahan matematika sehingga menjadi suatu rangkaian yang saling berkaitan atau setidak-tidaknya mencari hubungan permasalahan tersebut. Begitu juga kita ketahui bahwa matematika dipandang sebagai ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir, dengan tujuan akhir bahwa ilmu filsafat dan proses pembelajaran matematika yaitu mencari kebenaran. Dalam menemukan jawaban kebenaran pembelajaran matematika tidak terlepas dari metode ilmiah (dedukti dan Induktif), hal ini sejalan dengan peran filsafat ilmu yang mengedepankan suatu rangkaian yang saling berkaitan untuk mencari jawaban.
Rona Happy Mumpuni
ReplyDelete19709251059
S2 Pendidikan Matematika D
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 20. Apakah secara filsafati ada konsep keikhlasan dalam belajar matematika? Jika ada, mohon penjelasannya?
Menurut saya, konsep keikhlasan dalam belajar matematika memang ada. Selama ini matematika dianggap momok dan banyak tidak disukai oleh siswa. Hal itu disebabkan karena tidak adanya keikhlasan siswa dalam belajar, adanya keterpaksaan sehingga menyebabkan pembelajaran terasa tidak menarik dan membosankan. Oleh sebab itu, guru seharusnya terus memotivasi siswa dan bersama-sama siswa menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan. Untuk itulah siswa akan secara sadar maupun tidak sadar merasa ikhlas dalam belajar matematika.
Yufida Afkarina Nizar Isyam
ReplyDelete19709251073
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Secara filsafat pemecahan masalah merupakan suatu hal yang diselesaikan menggunakan akal pikiran (berpikir). Dalam filsafat pemecahan masalah tersebut bukanlah dengan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Dalam filsafat berpikir haruslah sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai pada konsekuensi yang terakhir. Berpikir itu tidak separuh-separuh, tidak berhenti di jalan, tetapi terus sampai ke ujungnya. Berpikir secara logis yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggung jawab.
Sekar Hidayatun Najakh
ReplyDelete19701251007
S2 PEP A 2019
Assalamualaykum wr wb...
Saya memahami bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sebagai mata pelajaran yang cukup berat dikalangan peserta didik terutama di jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Hal ini disebabkan paradigma yang diberikan kepada peserta didik mengenai matematika adalah hasil dari paradigma dewasa, bahwa matematika adalah ilmu. Sedangkan dalam menyampaikan pelajaran matematika untuk usia anak-anak seyogyanya diberikan paradigma bahwa pelajaran yang ada di sekolah adalah sebuah kegiatan. Dimana dalam kegiatan tersebut, guru sebagai fasilitator mendorong peserta didik untuk menemukan arti atau paradigma pada setiap mata pelajaran. Sehingga pelajaran adalah sesuatu yang harus dilalui dengan cara dan jalannya masing-masing, bukan suatu doktrin yang mengekang. Benar kiranya jika kebijakan sebaiknya adalah hasil dari fakta-fakta di lapangan melalui riset-riset yang telah dilaksanakan, bukan hasil keputusan dalam kepentingan sepihak. Sebab dalam hal ini kita berurusan dengan peserta-peserta didik, dimana pada merekalah masa depan bangsa bergantung nantinya. Maka harapannya, para pendidik bisa memberi pemahaman mata pelajaran melalui pemahaman filsafat, seperti contohnya adalah matematika kepada peserta didik agar lebih tepat sasaran.
Terimakasih Prof...
Latifa Krisna Ayu
ReplyDelete19709251060
S2 Pendidikan Matematika D
Para calon guru sebaiknya mempelajari filsafat saat di perguruan tinggi. Filsafat yang dipelajari di perguruan tinggi akan membantu calon guru untuk dapat menerapkan filsafat dalam pembelajaran di sekolah. Menurut Ebbutt dan Straker (1995) hakekat matematika sekolah mencakup 4 hal yaitu: a). Kegiatan penulusuran pola/hubungan; b). Kegiatan problem solving; c). Kegiatan investigasi; dan terakhir d). Kegiatan komunikasi. Penerapan hakekat matematika sekolah tersebut merupakan salah satu peran filsafat dalam pembelajaran di sekolah.
Terima kasih
Yufida Afkarina Nizar Isyam
ReplyDelete19709251073
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Menurut saya, pikiran anak kecil masih belum disebut sebagai berfilsafat, karena setelah yang saya pahami selama ini, dikatakan berfilsafat jika kita sudah berpikir yang merujuk kepada para filsuf. Sementara anak kecil masih belum bisa memahami hal tersebut, mereka cenderung belajar melaui apa yang ada disekitarnya, tetapi masih belum tau sumber asalnya.
Yufida Afkarina Nizar Isyam
ReplyDelete19709251073
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Iceberg approach adalah gunung es dari matematika realistik. Yang paling bawah menunjukkan matematika konkrit, yang di atasnya adalah model konkrit, kemudian di atasnya lagi ada model formal, kemudian di paling atas terdapat matematika formal. Ini merupakan hermeneutika, sehingga nampak bahwa filsafat digunakan dalam berbagai hal termasuk juga dalam pembelajaran matematika dengan adanya hermeneutika dalam pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika, guru tidak mungkin memberikan pure mathematics pada siswa. Guru harus mengubah pure mathematics ke dalam bentuk school mathematics terlebih dahulu sebelum mengenalkannya pada siswa. School Mathematics itulah yang digambarkan sebagai matematika horisontal, sedangkan pure mathematics itulah matematika vertikal.
Assalamu'alaykum wr wb
ReplyDeleteDwi Kawuryani
19709251061
Pendidikan Matematika S2 D
Dari beberapa pertanyaan diatas, saya tertarik dengan pertanyaan nomer 16. Bagaimana menerapkan pendekatan Hermenitika dalam pembelajaran matematika?
Menurut Carl Braathen hermeneutika adalah ilmu yang merefleksikan bagaimana satu kata atau satu peristiwa di masa dan kondisi yang lalu bisa dipahami dan menjadi bermakna di masa sekarang sekaligus mengandung aturan – aturan metodologis untuk diaplikasikan dalam penafsiran dan asumsi-asumsi metodologis dari aktivitas pemahaman. Pendekatannya dengan pembelajaran matematika adalah dalam penggunaan prior knowledge atau materi prasyarat bagi siswa untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Artinya pengetahuan yang telah dipelajari akan menjadi bermakna bagi pengetahuan yang akan dipelajari. Dan begitu seterusnya membentuk sebuah alur siklis pengetahuan siswa.
Wassalamu'alaikum wr wb
Dea Armelia
ReplyDelete19709251072
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Menurut Aristoteles,salah satu pengertian filsafat itu adalah suatu ilmu yang meliputi keilmuan. Berfikir filsafat itu sama halnya berfilsafat, namun tidak semua orang berfikir itu berfilsafat. Ada ciri ciri berfikir filsafat, yaitu salah satunya adalah METODIS. METODIS yaitu menggunakan metode, cara, jalan yang lazim di gunakan oleh para filsuf dalam berfilsafat.
Untuk anak kecil bukan tidak mungkin untuk berfilsafat tapi anak kecil memiliki modal untuk mempelajari filsafat dan tugas pendidik adalah menyajikan menu filsafat yang sesuai kesanggupan berpikir anak. Apalagi anak-anak adalah makhluk Tuhan dengan rasa dan sikap ingin tahu, Tantangannya adalah bagaimana menyajikan kompleksitas filsafat sebagai induk dari segala ilmu menjadi formula berpikir yang sesuai dengan tahap usia anak-anak di bangku sekolah
Ngaenun Nangim
ReplyDelete19709251058
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 7 tentang hakekat komunikasi dan komunikasi matematika secara filsafat.
Hakekat komunikasi adalah proses yang terjadi antara si pemberi informasi dan si penerima informasi. Komunikasi dapat terjadi dengan orang lain, dengan hewan, dengan tumbuhan, bahkan dengan benda matipun seseorang dapat melakukan komunikasi. Bahkan, dengan dirinya sendiripun dapat terjadi komunikasi. Dalam matematika, komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat. Bagaimana tidak? Tidaklah mungkin matematika dapat diketahui oleh orang lain jikalau tidak ada komunikasi. Bahkan, matematikapun tidak akan ada tanpa adanya komunikasi. Selain itu, matematika sebagai dasar ilmu-ilmu yang lainnya. Jadi, komunikasi matematika merupakan hal yang krusial.