The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Nov 6, 2014
Elegi Ritual Ikhlas 37: Ketika Pikiranku Tak Berdaya
Ass wr wb, ketika aku baca lagi Elegi ini, aku merasa ini penting untuk mengetahui batas pikiran. Oleh karena ini Elegi ini sengaja aku angkat ke permukaan kembali agar dapat disimak lebih banyak lagi oleh para pembaca. Selamat membaca. Wss wr wb
Oleh Marsigit
Pikiranku:
Oh...hoh... kalau tidak salah itu yang namanya Fatamorgana. Hem...sekali lagi dia berusaha menggodaku. Jelas-jelas dia memang bermaksud menguji pikiranku. Wahai Fatamorgana...agar aku mampu memecahkan misterimu...maka bersedialah engkau berkomunikasi denganku?
Fatamorgana:
Aku mempunyai caraku sendiri dalam berperilaku sebagai Fatamorgana. Jika aku tunduk dengan perintah-perintahmu maka tidaklah lagi aku bernama Fatamorgana.
Pikiranku:
Waha...tahu saja aku akan dirimu. Wahai Fatamorgana...engkau itu sebetulnya adalah Intuisiku.
Intuisiku:
Selamat aku ucapkan kepada dirimu, bahwasanya engkau itu hampir saja bisa menangkap Fatamorgana. Tetapi ketahuilah bahwa intuisimu itu hanya sebagian dari sifat Fatamorgana itu. Adalah tidak adil bahwa sifat yang sebagian itu engkau peruntukan untuk menamakan keseluruhan. Jika Intuisi adalah Fatamorgama, maka belum tentu Fatamorgana itu Intuisi.
Pikiranku:
Welah...ternyata belum pas juga. Baiklah Fatamorgana, sekarang pasti aku akan benar. Melihat gejalamu maka engkau itu tidak lain tidak bukan adalah Etik dan Estetika.
Etik dan Estetika:
Wahai Pikiran, ketahuilah bahwa Etik dan Estetika itu bisa bersifat pribadi, kelompok atau universal. Lihatlah Fatamorgana itu! Dengan lincahnya dia itu berlari-lari dari pribadi, menuju kelompok, menuju universal atau sebaliknya. Padahal dirimu tidak bisa menunjuk ruang dan waktunya Fatamrgana sekarang itu. Maka adalah terlalu gegabah jika engkau menunjuk dia hanya sebagai Etik dan Estetika. Jika Etik dan Estetika adalah Fatamorgana, maka belum tentu Fatamorgana itu Etik dan Estetika.
Pikiranku:
O..iya ya. Hemm...aku belum akan menyerah. Tetapi mengapa engkau tidak pula segera pergi dariku? Ah ini pasti aku akan betul. Wahai Fatamorgana engkau itu pastilah Superegoku.
Superego:
Wahai Pikiranku...pusat pengendalian Superegomu itu adalah pada Egomu. Ketahuilah bahwa Egomu itu hanyalah sebagian kecil saja dari pengendalian Fatamorgana ini. Maka tiadalah tepat jika engkau katakan bahwa Fatamorgana itu adalah Superegomu. Jika Superego adalah Fatamorgana maka belum tentu bahwa Fatamorgana itu Superego.
Pikiranku:
Wahai Fatamorgana engkau itu tidak lain tidak bukan adalah Bayanganku sendiri?
Bayangan:
Wahai Pikiran...lihatlah di sebelah sana! Ada bagian Fatamorgana tidak selalu mengikuti dirimu. Bagaimana mungkin Fatamorgana adalah hanya bayanganmu jika sebagian sifatnya adalah ternyata bayangan orang lain. Jika Bayanganmu adalah Fatamorgana, maka belum tentu Fatamorgana itu adalah bayanganmu.
Pikiran:
Wahai Fatamorgana kurangajar betul engkau itu, telah membuat marah pikiranku. Engkau itu kan cuma Fenomena. Hanya Fenomena saja, kok sombongnya luar biasa.
Fenomena:
Wahai Pikiran...ketahuilah bahwa menurut Immanuel Kant, Fenomena adalah sesuatu obyek yang bisa dipersepsi dengan panca indera. Sedangkan ada dari bagian Fatamorgana, tidak dapat dipersepsi menggunakan panca indera. Itulah yang disebut Noumena. Jika Fenomena adalah Fatamorgana maka belum tentu bahwa Fatamorgana itu Fenomena.
Pikiran:
Wahaha....haha....mau minteri orang pinter ya kamu! Alasanmu itulah sebenar-benar telah menunjukkan bahwa misteri itu telah terungkap. Kan... kalau begitu...ya gampang saja....Singkat kata Fatamorgana ya sekaligus Fenomena dan Noumena, ...gitu aja kok repot.
Fenomena dan Noumena:
Wahai Pikiran..aku menyayangkan sifatmu yang sombong. Kesombonganmu itulah penyebab engkau termakan mitos. Ketahuilah bahwa teori Fenomena dan Noumena itu kan hanya teorinya seorang Immanuel Kant. Kenapa engkau serahkan hidupmu seribu persen kepada teori itu. Bukankah hal yang demikian menunjukkan bahwa sebenar-benar dirimu itu adalah telah mati, dikarenakan tidak mampu lagi berpikir kritis. Pendapat seseorang adalah suatu tesis, maka wajib hukumnya bagi pikiran kritis untuk mencari anti-tesisnya. Jika Fenomena dan Noumena adalah Fatamorgana maka belum tentu Fatamorgana itu adalah Fenomena dan Noumena.
Pikiran:
Wah heh huh hah kok kak tut tat tit tut tat tit weil weil thong thong shot...udah-udah pergi sana aku tidak butuh lagi memikirkanmu.
Fatamorgana:
Hemhem...sudah sampilah pada saatnya engkau itu tak berdaya.
Pikiran:
Woh...nanti dulu. Aku merasa gengsi kalau tidak bisa memecahkan misterimu itu. Tetapi segenap daya dan upaya pikiranku ternyata tak mampu memecahkan Fatamorgana ini. Wahai Hatiku telah sampailah diriku itu dipenghujung batasku. Padahal penghujung batasku itu adalah Hatiku. Bolehkah aku meminta bantuan dirimu untuk memecahkan misteri siapakah Fatamorgana didepanku itu?
Hatiku:
Ketahuilah wahai Pikiranku, bahwa tidaklah mungkin dirimu mampu mengetahui segala seluk beluk Hatimu. Sedangkan kalimatmu itupun tidak mampu mengucapkan dan menuliskan segala pikiranmu. Tindakanmu tidak akan mampu menjalani semua tulisamu. Bagaimana mungkin aku bisa menjelaskan Fatamorgana ini hanya dengan kalimat-kalimatmu itu, kata-katamu, dan tulisan-tulisanmu? Sedangkan diriku itu pun tidak seluruhnya mampu merasakan Fatamorgana. Maka tidaklah cukup jika engkau hanya mengandalkan Hatimu sendiri. Ujilah dengan Hati para subyek diri yang lain. Jika Hatimu adalah Fatamorgana, maka belum tentu Fatamorgana itu adalah Hatimu.
Hati Subyek Diri yang Lain:
Sebentar dulu...emangnya urusanku hanyalah Fatamorganamu. Sedangkan akupun sedang menghadapi Fatamorgana yang lain. Fatamorgana diriku saja aku sulit memecahkan, apalagi Fatamorgana dirimu. Hati pertama: ketahuilah bahwa Fatamorgana itu dapat bersemayam di setiap hati manusia. Hati kedua:ketahuilah bahwa Fatamorgana itu dapat bersemayam di setiap pikiran manusia. Hati ketiga: ketahuilah bahwa Fatamorgana dapat berada diluar hati atau diluar pikiran.
Pikiranku:
Wahai para Hati...cukup-cukup. Tidak mau menjelaskan Fatamorganaku malah bertengkar sendiri. Okey...saya akan bertanya kepada Nasibku. Wahai Nasibku...tinggal dirimulah aku meminta tolong. Apa dan siapakah Fatamorgana ini?
Nasibku:
Wahai Pikiran...sebagian Nasibmu itu adalah tersembunyi sifatnya. Jika engkau mengetahui semua nasibmu, maka hal demikian bertentangan dengan hakekat dirimu sebagai manusia. Ketahuilah bahwa nasibmu itu ternyata bisa pula menjadi Fatamorgana. Jika Nasibmu adalah Fatamorgana, maka belum tentu bahwa fatamorgana itu adalah Nasibmu. Adalah hanya ditangan Allah SWT segala Nasibmu itu berada. Lahir, mati dan jodhoh itu ada ditangan Tuhan. Manusia itu hanya bisa ikhtiar dan berdoa. Maka sekecil-kecil dan sebesar-besar persoalanmu itu serahkan saja kepada Tuhan. Berdoalah dengan tawadu’ dan ikhlas. Allah SWT akan selalu mendengar doa orang yang ikhlas. Amiin
Pikiranku:
Hemm...baru kali ini Pikiranku mendapat persoalan yang begitu besar dan hebat. Baiklah aku akan bertanya kepada Doaku. Wahai doaku, bersediakah engkau menjelaskan kepada diriku apa dan siapa Fatamorgana ini?
Doaku:
Oh...pikiran...pikiran...sombong dan bengal amat engkau itu. Bukankah sudah banyak peringatan bagi dirimu bahwa dirimu itu hanyalah bersifat terbatas. Tiadalah hukumnya doa bisa dicampur dengan pertanyaan. Bagaimana bisa engkau berdoa sementara engkau masih mengajukan pertanyaan-pertanyaan? Tetapi mengapa engkau selalu saja berusaha ingin memecahkan misteri Fatamorgana ini. Ketahuilah bahwa dalam Doamu itu ada tempatnya di mana pikiranmu harus berhenti.
Pikiranku:
Hah...apa? Pikiranku harus berhenti? Bukankah jika Pikiranku harus berhenti maka matilah diriku itu. Wahai Doaku...apakah engkau menginginkan lebih baik Pikiranku mati dari pada aku bisa memahami Fatamorgana ini?
Doaku:
Oh...Pikiran-pikiran. Berhentinya Pikiran itu tidaklah harus bahwa dirimu itu mati. Ketahuilah bahwa Pikiranmu itu juga mati sementara ketika engkau tidur. Tentulah bahwa Pikiranmu itu juga mati jika dirimu mati. Ketahuilah sekedar memperoleh jelasnya sesuatu saja, sudah dapat dikatakan bahwa pikiranmu telah mati. Atau jika pikiranmu sedang memikirkan A, maka matilah pikiranmu terhadap B. Maka bukankah Pikiranmu itu juga harus mati ketika engkau berdoa secara ikhlas dan khusuk. Maka tiadalah Doamu itu ikhlas dan khusyuk jika engkau dalam keadaan mengembarakan Pikiranmu itu. Sampai di sini apakah engkau belum paham bahwa sebenar-benar Pikiranmu itu tidaklah berdaya memecahkan fatamorgana ini. Jangankan Pikiranmu, sedangkan Hatimu saja tak kuasa melakukan hal yang sama. Maka sekali lagi tiadalah Pikiranmu itu mampu memecahkan setiap persoalan hidupmu. Sadarlah bahwa sudah saatnya engkau mengakui bahwa sebenar-benar Pikiranmu itu tak berdaya memecahkan misteri Fatamorgana. Berserahlah keharibaan Allah SWT seraya berdoa dengan ikhlas dan khusyuk, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rakhmat dan hidayah Nya. Amiin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Setinggi-tingginya seseorang dalam berpikir, harus selalu ingat dan berserah diri kepada Allah. Sama dengan tidak bisa mengartikan apa itu fatamorgana. Saat berpikir lebih tinggi lagi, seperti berpikir tingkat filsafat yang naik sedikit hingga sampai pada titik spiritual dan semuanya yang ada adalah spiritual. Padahal filsafat adalah semuanya termasuk filsafat spiritual. Filsafat spiritual artinya memikirkan perasaan. Spritual adalah perasaan, hati, doa, kuasa Tuhan dan tidak cukup hanya dengan pikiran tetapi perlu ilmu dalam berpikir untuk mengisi spiritualitas tapi tidak cukup dengan pikiran.
Prinsip-prinsip spiritualitas sebagian berlaku di filsafat misalnya dalam keadaan sehari-hari misalnya tidak boleh sombong. Sombong adalah godaan setan. Sombong itu tertutup dan merasa bisa. Seperti halnya tes yang dilakukan sebelumnya. Tidak mengerti tapi bisa menulis jawaban tes dan itu bukti mengandung unsur sombong. Oleh karena itu umat manusia harus senantiasa berserah diri dan bersyukur kepada Allah.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Manusia yang dianugrahi hati dan pikiran agar dapat digunakan sebagai mestinya. Mulai dari menggunakan hati yang yang ikhlas dan pikiran yang kritis agar terhindar dari fatamorgana. Karena jika pikiran tidak dapat memecahkan fatamorgana apalagi hati yang lemah. Untuk itu, manusia harus menggunakan hati dan pikiran yang selalu beriringan dan saling melengkapi agar dapat mengalahkan fatamorgana.
Atin Argianti
ReplyDelete18709251001
PPs PM A 2018
Manusia telah memiliki nasib sejak dalam kandungan. Nasib yang bersifat fatamorgana, yang tidak dapat diketahui oleh manusia, dan fatamorgana adalah nasib. Karena hanya Allah SWT yang mengetahui nasib semua ciptaanya. Manusia hanya dapat berusaha dan berdoa. Manusia mempunyai keinginan tetapi keinginan Allah SWT untuk manusia adalah yang terbaik. Bersyukur, ikhtiar, doa, dan ikhlas yang dapat dilakukan manusia untuk menerima nasib yang diberikan Allah SWT.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamu'alaikum wr.wb.
Apa yang hanya ada dalam pikiran dan tidak dapat menggapainya dalam kehidupan nyata merupakan suatu fatamorgana. Dimana kita dapat memikirkan tanpa dapat meraihnya. Tidak semua yang kita mau dapat kita miliki. Tidak semua yang kita inginkan dapat tercapai. Tidak semua hal dapat muncul dalam pikiran. Sesungguhnya manusia penuh dengan keterbatasan. Terbatas dalam bepikir, dalam mencari referensi, dalam melakukan suatu hal, dan lain sebagainya. Tidak ada manusia yang sempurna. Manusia sempurna dalam ketidaksempurnaannya dan manusia tidak sempurna dalam kesempurnaannya. Jangan terlalu memaksakan kehendak karena jika Allah tidak menghendaki maka tidak akan terjadi. Tapi jika apa yang menjadi kehendak kita tercapai maka hal tersebut karena Allah sudah berkehendak. Teruslah berserah diri pada Allah dan ikhlas dengan segala kehendaknya.
Wassalamualaikum wr.wb.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PM A PPs UNY 2018
Sebagai manusia yang terbatas maka kita juga tentu memiliki pikiran yang terbatas. Keterbatasan pikiran kita yaitu tidak dapat mengungkapkan segala yang ada dan yang mungkin ada. Bahkan pikiran kita tidak dapat mengetahui seluk-beluk dalam hati kita sendiri. pikiran kita sanggup memikirkan sesuatu hingga pada taraf dimana kita diijinkan untuk memikirkannya. Jika kita mampu memikirkan semuanya maka otak kita tidak cukup untuk menampung semua pengetahuan itu. Itulah mengapa kita bisa lupa dan mereduksi ingatan kita dan dapat menggantinya dengan pengetahuan yang baru.
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika B
Seringkali pikiran manusia dikelabuhi oleh fatamorgana dunia, yaitu apa yang terjadi sebenarnya adalah hasil dari pikiran sendiri. Manusia seringkali lalai bahwa pikiran yang ia gunakan adalah suatu bentuk usaha. Usaha berkaitan erat dengan Do’a. Usaha saja tanpa Do’a adalah kesombongan, sedangkan Do’a saja tanpa usaha adalah kebutaan. Fatamorgana dalam percakapan diatas mengatakan bahwa ia hanyalah ilusi dari pikiran yang di ciptakan sendiri oleh pikiran. Fatamorgana hadir melalui ego sang pikiran yang menganggap bahwa tesis dan anti tesis yang ia dapatkan dari pikirannya merupakan hal yang paling benar. Meskipun si fatamorgana mengingatkan bahwa ia hanyalah objek yang dipersepsi melalui panca indra, si pikiran tetap menyanggahnya. Ia mengatakan bahwa fatamorgana adalah misteri yang harus ia pecahkan. Dalam hal ini yang dapat saya pelajari adalah manusia seringkali terjebak pada pemikiran superiornya yang menganggap bahwa apa yang didapat dari pemikirannya adalah hal yang paling besar. Ilmu yang ia dapatkan sangat mempengaruhi sudt pandang pemikirnnya, namun manusia tetap harus berbesar hati bahwa pikirannya sangatlah terbatas. Adalah nasib yang dapat menentukan hidup manusia. Terdapat nasib yang sudah digariskan dan tidak dapat diubah, ada pula nasib yang bisa berubah berdasarkan usaha dan Do’a. akan tetapi usaha dan Do’a harus berjalan beriringan supaya tidak berat sebelah. Manusia harus ikhlas dan yakin bahwa selain ia harus berserah diri kepada Tuhannya, ia juga harus menyadari bahwa ia adalah sosok yang tak berdaya.
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr wb
Manusia adalah makhluk yang diciptakan paling sempurna lengkap dengan akal dan pikiran. Manusia dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk. Manusia juga mampu terus belajar dengan mengasah pikirannya. Namun saat seorang manusia merasa sudah memiliki kecerdasan/kepintaran seringkali menyombongkan diri karena menganggap dirinyalah yang paling baik dengan kepandaiannya itu. Ilmu terkadang bisa membuat manusia lupa akan kodratnya sebagai makhluk yang diciptakan. Untuk itu dalam mengejar ilmu hendaklah selalu dibarengi dengan doa, meminta restu kepada sang pencipta Allah SWT agar di setiap langkah kita mendapatkan Ridho-Nya.
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Segala sesuatu ada batasnya. Tidak semua hal dimunculkan dalam pikiran kita. saat kita berpikir, berintuisi ataupun mengimajinasikan sesuatu, maka ada batasnya. Tingkatan filsafat paling tinggi adalah spiritual. Filsafat spiritual artinya memikirkan perasaan. Dari sini kita peroleh bahwa tidak semua hal dapat dipikirkan denga logika, cukup dengan percaya dan meyakininya dengan segenap hati. Manusia telah diciptakan dengan segala keterbatasannya termasuk dalam berfikir.
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna dianugerahi pikiran dan hati yang seharusnya bisa mereka seimbangkan. Namun karena keterbatasannya manusia tidak bisa menyeimbangkan kedua hal tersebut. Terkadang dengan fikiran dan ilmu yang dimilikinya manusia terjebak dalam kesombongan. Padahal tidaklah mungkin pikiran itu mampu memahami seluk-beluk dari hatinya sendiri termasuk fatamorgana itu.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
PEP S3
Dari artikel di atas, dapat disimpulkan bahwa hendaknya kta meningglkan sejenak pikiran ketika berdoa. Ketika kita berdoa, maka, hendaknya kita pasrahkan semua pada Allah tanpa memikirkan apapun sehingga muncul rasa ikhlas dan khusyuk ketiak berdoa.
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Fatamorgana bisa di dalam hati dan di dalam pikiran, tetapi fatamorgana juga bisa di luar hati dan di luar pikiran. Hal tersebut menunjukkan bahwa kita sebagai manusia memiliki banyak keterbatasan, termasuk keterbatasan di dalam hati dan pikiran kita. Pikiran kita tidak mampu memikirkan semua hal, terlebih untuk menyelesaikan segala permasalahan dalam hidup. Apa yang kita pikirkan terhadap suatu objek hanyalah bersifat sebagian dari objek tersebut. Masih banyak sifat-sifat lain yang tidak mampu kita ungkapkan dengan pikiran kita. Itu baru satu objek, padahal di dunia ini ada banyak sekali objek dari yang ada hingga yang mungkin ada. Pikiran juga tidak mampu menjangkau seluruh hati kita sendiri. Terlebih lagi pada sesuatu yang bersifat gaib atau noumena. Maka tidak sepantasnya bila kita menyombongkan diri.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Dalam upaya menggapai pikiran, kita tidak akan mampu untuk memikirkannya, karena pikiran manusia itu ada batasnya merentang dari yang ada dan yang mungkin ada. Maka sebenar benarnya pikiran tidak akan mampu memikirkan sebuah misteri fatamorgana. Terdapat beberapa hal di luar batas kemampuan berpikir manusia, semua itu merupakan Kuasa Allah SWT. Hal ini menyadarkan betapa kecilnya diri kita. Oleh karena itu, kita hrus senantiasa berdzikir dan menjaga apa yang kita pikirkan agar selalu mengarah pada kebaikan
Samsul Arifin / 18701261007 / S3 PEP 2018
ReplyDeleteTuhan memberi akal dan pikiran agar manusia mampu untuk berusaha memacahkan persoalan dan permasalahan yang ada dimuka bumi ini..Bukankan Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang, apabila tidak berusaha sendiri..Namun dibalik akal dan pikiran yang diberi oleh sang pencipta adalah supaya manusia dapat berpikir bahwa ada suatu yang tidak bisa dipecahkan oleh pikiran manusia...Selalu ikhlas, mendekatkan dan berserah diri pada Tuhan sang pencipta adalah jalan yang terbaik untuk segala keterbatasan manusia.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Ketika sedang berpikir, manusia harus dalam keadaan mengingat tuhan. Sama halnya tidak dapat mengartikan fatamorgana. Saat berpikir lebih tinggi, seperti filsafat dan yang paling tinggi spiritual dan pada akhirnya semuanya yang ada adalah spiritual. Padahal filsafat adalah semuanya termasuk filsafat spiritual. Spritual adalah perasaan seseorang menuju kuasa Tuhan dan tidak cukup hanya dengan pikiran tetapi perlu ilmu dalam berpikir untuk menuju spiritual. Sombong adalah godaan setan akibat dari jauhnya jarak antara manusia dengan tuhannya. Oleh karena itu manusia harus senantiasa mendekatkan diri dengan tuhannya
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Berpikir negatif dapat menjadi sebuah kebiasaan. Pikiran tenggelam dan terjebak dalam suatu area negatif sampai anda mengambil tindakan untuk mengeluarkannya. Ketika anda pertama kali mulai berpikir negatif, anda mungkin akan mencoba dan memaksa pikiran keluar dari kepala anda. Anda mencoba sekeras mungkin untuk berhenti berpikir tentangnya dan mendorong mereka keluar. Melawan pikiran-pikiran negatif sebenarnya justru dapat memperkuat pola berpikir dan hanya membuat hal-hal semakin buruk. Semakin anda mencoba untuk tidak berpikir tentang sesuatu, semakin anda benar-benar berpikir tentang hal itu. Sukses dalam hal apapun merupakan sesuatu yang diinginkan oleh kebanyakan orang atau bahkan setiap orang, dan untuk mencapainya diperlukan usaha di mana dengan pikiran positif maka usaha mencapai sukses tersebut akan menjadi lebih mudah dan seringkali keberuntungan serta bantuan yang tidak terduga datang berkat berpikir dan bersikap positif.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Fatamorgana adalah pembiasan cahaya melalui kepadatan yang berbeda, sehingga bisa membuat sesuatu yang tidak ada menjadi seolah ada. Itu merupakan pengertian fatamorgana dari sisi fenomena optik. Namun, apakah fenomena fatamorgana yang dimaksud dalam elegi tersebut sama artinya ataukah tidak? Fatamorgana dari sisi fenomena hati. Jika memang sama, berarti fatamorgana dalam hati adalah sebuah keadaan dimana hati melihat sesuatu yang tidak ada menjadi seolah ada, atau merasakan yang tidak ada menjadi seolah ada. Jika fatamorgana sesungguhnya hanya merupakan ilusi semata, apakah fatamorgana dalam elegi tersebut merupakan ilusi semata juga?
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Dalam elegi tersebut dikatakan bahwa nasibmu itu ternyata bisa menjadi fatamorgana. Ada makna tersembunyi dalam kalimat tersebut yang amat sulit diterka. Jika mengingat pengertiannya secara umum yang merupakan sesuatu yang bisa membuat sesuatu yang tidak ada menjadi seolah ada. Apakah nasib yang tidak ada bisa menjadi seolah ada? Apakah berarti nasib yang bukan seharusnya menjadi nasibnya, namun terlihat seolah menjadi nasibnya. Jika begitu amatlah berbahaya fatamorgana tersebut karena dapat menyebabkan seseorang hanyut dalam nasib yang seharusnya bukan menjadi nasibnya, namun jika nasibnya lebih baik tentunya bukan menjadi bahaya lagi. Tapi bukankan nasib bisa dirubah sesuai dengan usaha dan doa yang senantiasa dilakukan sang pemilik nasib. Lantas apakah fatamorgana nasib yang tidak ada namun seolah ada tersebut dapat menjadi kenyataan seperti janji Allah yang akan merubah nasib seseorang jika seseorang itu mau berusaha merubahnya? Mohon pencerahannya Prof.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Semakin manusia memikirkan sesuatu, manusia akan semakin menyadari ketidaksempurnaannya. Pikiran manusia sifatnya tidak sempurna. Manusia tidak akan pernah mampu memikirkan segala hal. Semakin diperdalam, manusia akan semakin tak mampu memikirkannya hingga sampailah ia pada kondisi ketakberdayaan dalam berpikir. Oleh karena itu, di dunia ini memang ada hal-hal tertentu yang tidak perlu dipikirkan. Terhadap haal yang tak perlu dipikirkan itulah tugas hati. Semoga Allah senantiasa membimbing setiap tindakan kita. Amiin.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Fatamorgana semakin dikejar akan semakin menjauh, semakin ingin tahu tapi semakin sulit untuk diketahui. Fatamorgana tidak bisa disamakan dengan intuisi, karena intuisi hanya sebagian dari fatamorgana. Fatamorgana juga bukanlah etik dan estetika. Fatamorgana bukan merupakan superego juga. Fikiran kita hanya mengarah pada hal-hal yang sudah diketahui saja, sedangkan hal-hal yang diketahui belumlah dapat dikatakan sebagai fatamorgana. Oleh karena itu, jangan terlalu memaksakan diri terhadap kehendak kita jika hal itu berada di luar batasan, lebih baiknya dengan segala yang sudah dilakukan kita berserah diri kepada Allah SWT semoga senantiasa melimpahkan rakhmat serta hidayah-Nya.
Wassalamualaikum wr.wb.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Manusia merupakan makhluk yang diciptakan Allah SWT dengan dibekali dengan akal dan pikiran. akal dan pikiran yang dimiliki oleh manusia terkadang membuat diri mereka menjadi sombong. Padahal akal dan pikirannya mempunyai keterbatasan, tidak bisa menjangkau semua yang ada dan mungkin ada didalam dunia ini. Jadi tidak seharusnya manusia menyombongkan apa yang dimilikinya, yang harus kita lakukan yaitu berusaha sebaik mungkin dalam mengerjakan sesuatu. Berdoa dan berikhtiar merupakan cara yang harus selalu kita lakukan untuk terus berada dijalan-Nya.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Akal pikiran adalah suatu alat yang ada dalam diri manusia, sepintar apapun alatnya pasti ada batas kemampuannya. Akap pikiran dikuasai nafsu, nafsu dikuasi yang mengendalikan nafsu, yang mengendalikan nafsu dikuasi oleh yang bisa menguasai nafsu yaitu orang yang bisa menautkan hati dan pikirannya yaitu memohon petunjuk-Nya.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Fatamorgana saya ibaratkan sebagai realitas materi yang dikejar oleh manusia. Sebagiam umat manusia cenderung mengejar materi dengan dalih berharap mendapatkan kepuasan, kesenangan, dan kebahagiaan di dunia. Hamper banyak waktunya untuk mengejar urusan dunia, padahal dunia itu ana, banyak tipu daya yang menghampiri setiap langkah kita di dunia. Tidak selalu kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan dan tidak selalu kita meraih apa yang ditargetkan, kita harus bisa memahami dan mengerti apa tujuan kita agar itu semua bukan hanya sekedar
254. Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Di atas langit masih ada langit. Begitu pula dengan pikiran manusia. Pikiran manusia itu sangat terbatas. Masih banyak hal-hal yang tak dapat didefinisikan oleh pikiran manusia. Sehingga manusia tidak pantas untuk menyombongkan diri atas pikiran-pikiran dan pengetahuannya yang dimiliki. Allah sangat membenci oran-orang yang menyombongkan dirinya atas apa yang dimiliki termasuk pikiran yang dimiliki, karena semua itu hanyalah titipan Allah SWT. Tak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Berdo’alah kepada Allah dengan ikhlas dan khusyu’, karena saat berdo’alah pikiran kita tentang duniawi terhenti dan yang ada hanyalah semakin dekatnya kita dengan Allah SWT.
Umi Arismawati
Delete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
Di atas langit masih ada langit. Begitu pula dengan pikiran manusia. Begitu sangat kompleksnya persoalan yang ada di bumi ini. Akan tetapi, pikiran manusia sangat terbatas. Tidak akan mampu pikiran manusia mendefinisikan semua yang ada di bumi. Manusia dengan berbagai kelebihan, kekurangan dan keterbatasnnya inilah yang harusnya selalu bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan dan menganugerahkan berbagai hal kepadanya. Semoga kita termasuk para hamba yang pandai bersyukur. AAMIIN
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang dikaruniai akal dan pikiran. Namun, perlu kita sadari bahwa pikiran manusia adalah pikiran yang terbatas. Manusia tidak boleh menyombongkan diri dan menganggap dirinya sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Kita hanyalah makhluk ciptaanNya yang penuh dengan keterbatasan. Oleh karena itu, kita hendaknya selalu berdoa dan berikhtiar agar dimudahkan dalam segala urusan.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Digambarkan dalam elegi di atas bahwa perjuangan memeahami dan mempelajari fatamorgana itu begitu sulit untuk dilakukan, apalagi untuk menangkap fatamorgana. Fatamorgana yang terjadi dikarenakan adanya pembiasan cahaya hanya dapat dilihat dan tidak dapat disentuh, misalnya bentuk fatamorgana yang sering kita lihat di aspal panas pada waktu siang hari. Bila diibaratkan melalui fenomena fatamorgana, maka terkadang manusia itu terperdaya dengan segala sesuatu yang semu saja. Misalnya dengan segala kesesangan, kenikmatan, dan kebahagiaan sesaat yang ada di dunia yang mampu mengesampingkan tuntutan kebahagiaan kekal yang ada di akhirat.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Elegi yang memabangunkan pikiran kita selama ini. Kita sebagai manusia harus sadar bahwa pasti ada fatamorgana-fatamorgana dalam pikiran kita yang tidak dapat kita ketahui sampai akhir apakah sebenarnya fatamorgana-fatamorgana tersebut. Yang dapat kita lakukan adalah berdoa dan berikhtiar kepada Allah SWT untuk diberikan rahmat dan hidayahNya dalam setiap kita berpikir.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Kita harusnya bisa menyadari bahwa tak semua masalah bisa kita selesaikan hanya dengan pikiran kita. Banyak hal yang tidak bisa kita selesaikan dengan pikiran kita karena pikiran kita amatlah terbatas. Oleh karena itu, tak sepantasnya jika kita berbangga diri dengan pikiran yang dimiliki. Kita juga harusnya bisa menyadari bahwa pikiran tersebut adalah anugrah dari Tuhan. Dengan demikian, kita bisa memanfaatkannya dengan sebaik mungkin dan diiringi dengan penuh rasa syukur.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dalam sebuah kehidupan, seorang manusia dikaruniai banyak hal yang akan dapat menentukan langkahnya. Terkadang apa yang dikatakan oleh pikiran tak akan sejalan dengan apa yang hati rasakan. Begitu pula apa yang dirasakan oleh hati tak sepenuhnya dapat diterima oleh akal pikiran. Sebagai manusia, kita harus mensinergikan keterkaitan hati dan pikiran untuk dapat menentukan sebuah pilihan yang tepat dalam sebuah kehidupan.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Keterbatasan dalam berpikir merupakan salah satu kekurangan manusia. Karena pikiran kita tidak akan mampu memikirkan segala sesuatu hal secara bersamaan. Dengan keterbatasan kita dalam berpikir maka diperlukan keyakinan dalam hati ketika hendak mengimplementasika pikiran kita. Dan sebaik-baik manusia adalah mereka yang mampu mensinergikan hati dan pikirannya.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Benar apa kata pikiranku yang mengatakan bahwa pikiran berhenti untuk berpikir maka matilah diriku. Sama halnya bila korban penembakan di kepala akan langsung kehilangan nyawa, pusat kehidupan dalam tubuh manusia ada di dalam otak. Dikaitkan dengan zombi pada film-film, meskipun tidak mempunyai pikiran atau disebut dengan mati pikirannya saja sehingga tidak mempunyai pikiran dan zombi akan musnah bila sama halnya dengan korban penembakan di kepala, zombi akan musnah jika dilakukan penembakan pada kepalanya. Sehingga, apapun bentuknya pikiran menjadi hal penting untuk menandakan bahwa makhluk tersebut hidup dan bertahan hidup. Tetapi pada kondisi tertentu, manusia akan merasa lelah untuk berpikir karena telah terforsir terlalu banyak dan mungkin belum terbiasa berpikir keras dalam jangka waktu lama yang dilakukan secara terus menerus.
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
Allah SWT menciptakan manusia dengan dikaruniai akal dan pikiran. Akan tetapi, manusia diciptakan dengan berbagai keterbatasan dan ketidak sempurnaannya. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Manusia tidak boleh menyombongkan diri dan menganggap dirinya sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Yang dapat kita lakukan hanyalah selalu bersyukur kepada Allah dengan semua karunianya kepada kita.
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
Kita dapat menggunakan pikiran kita untuk apapun. Akan tetapi pikiran manusia memang terbatas. Sehingga untuk berbagai persoalan kita kadang sulit untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berdoa dan berikhtiar, memasrahkan semuanya kepada Allah. Sekecil apapun persoalan kita, sebaiknya kita menyerahkannya kepada Allah. Semoga Allah selalu mempermudah segala urusan kita. AAmiin
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
Oleh Allah SWT, manusia dibekali akal dan pikiran. Dari karunia tersebut, sudah sepatutnya manusia memanfaatkannnya untu berbuat baik dan beribadah kepada Allah SWT. Manusia dapat menggunakan pikirannya untuk belajar agama, beribadah, mencari ilmu, saling tolong menolong, dan masih banyak lagi. Untuk itu mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan, senantiasa beribadah kepada Allah SWT dan tentunya selalu bersyukur atas semua karunia dari Allah SWT
Nur Afni
ReplyDelete18709251027
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dari elegi dapat disimpulkan bahwa manusia mempunyai batas pikiran. Tetapi bukan berarti manusia tidak mampu berpikir. Otak manusia juga butuh istirahat melalui tidur. Pikiran dan hati manusia adalah anugerah dari Allah. Berpikir diatur oleh kuasaNya secara bergantian. Maka sebaik-baiknya menjaga pikiran agar konsisten pada pikiran yang baik dan keteguhan dan keyakinan hati akan kuasaNya.
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Segala sesuatu ada batasnya, yaitu agama. Saat kita berpikir, berintuisi, mengimajinasikan sesuatu, ingatlah pada batasnya. Janganlah terlalu memfokuskan pikiran kepada dunia, sehingga lupa dengan diri kita sebenarnya. Ketika beribadah pun jangan sampai mengembarakan pikiran kepada hal yang lain-lain, berusaha untuk khusuk memohon kepadanya.
Hendra b
ReplyDelete18701261008
PEP S3 2018
Hati, pikiran, bayangan dan fatamorgana. Dunia ini hanyalah fatamorgana, dunia dipenuhi sandiwara ditempat kerja dan perpolitikan, bayangan adalah masa, masa lalu dari seluruh perbuatan-perbuatan yang tidak menyenangkan, lalu pikiran adalah masa depan, pikiran merenungkan segala sesuatu yang telah lalu maupun yang akan datang, hati pengontrol segalanya, hati yang menentukan baiknya pikiran dan perbuatan, hati yang dapat menunjukkan kebenaran yang sebebnarnya.
Lumaurridlo
ReplyDelete18701261010
S3-PEP 2018
manusia memang diciptakan dalam keterbatasan. namun dengan keterbatasan inilah justru manusia menjadi makhluk tuhan yang paling sempurna diantara makhluk yang lain. keterbatasan membawa manusia sadar bahwa ada kemampuan lain dan kuasa yang lebih besar dari dirinya. sehingga tidaklah pantas dengan segala keterbatasan lantas menjadi sombong. ingatlah bahwa ada Yang Maha Segalanya, yaitu Yang maha Esa, Raja segala makhluk berserah kepadanya adalah sebenar benar ikhlas.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
Berpikir kritis itu sangatlah baik. Agar tidak terjebak pada mitos kita sebaiknya mengerahkan segenap usaha kita dalam memahami sesuatu, mulai dari menggunakan pikiran, menggunakan intuisi, hingga menggunakan hati. Namun, dalam pengembaraan kita mencari tahu tentang segala sesuatu, kita harus sadar bahwa hakekatnya pikiran manusia dan intuisinya memiliki keterbatasan (dalam elegi ini keterbatasannya adalah menjelaskan fatamorgana). Maka dari itu, apakah yang kita sombongkan dari akal yang terbatas ini? Adakah keterbatasan ini asal tercipta tanpa ada Sang Pemberi Batasan?
M. Ikhsan Ghozali
ReplyDelete19701261003
PEP S3 2019
Assalamu'alaikum wr.wb.
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna. Ia diberikan kelebihan bentuk, akal pikiran, dan qalbu. Dengan kelebihan akal pikirannya, manusia bisa mengetahui berbagai hal, namun tidak semua hal. Dengan kelebihan qalbu, manusia bisa merasa. Akal pikiran dan qalbu ini saling komplementer, menjadi pelengkap sekaligus penyeimbang masing-masing. Meski begitu, keduanya memiliki keterbatasan dalam mengetahui sesuatu ataupun memecahkan persoalan. Untuk itulah perlunya berdo'a (yang khusyuk dan ikhlas) dan berserah diri pada Sang Pencipta sehingga akan didapatkan rahmat dan hidayah dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
Demikianlah yang bisa saya sampaikan dan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Ainun Mahfuzah
ReplyDelete19706261011
S3 Pendidikan Dasar 2019
Assalamualaikum, wr.wb?
Adapun dalam filsafat yang berarti berpikir sedalam-dalamnya dikenal tiga tokoh dengan sebutan “The Gang of Three” yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates menekankan pentingnya argumentasi dan pemikiran kritis dalam berpikir. Plato menekankan perlunya untuk selalu mencari “kebenaran” dan mempertahankan pemikiran kritis. Sedangkan Aristoteles, murid dari Plato dan guru dari Alexander Agung, mengembangkan pemikiran ”kategoris” dimana segala sesuatu harus dapat didefinisikan dan dikategorikan.
Ketika memaknai berpikir di luar kajian filsafat maka menurut hemat saya ada hal-hal d dunia ini yang tidak dapat dijangkau oleh pikiran/akal manusia karena kuasa Allah Swt. sehingga untuk meyakini hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh indera, pikiran bergantung pada hati (kepercayaan). Karena keterbatasan pikiran dan kemampuan manusia inilah diharapkan dan ditanamkan dalam kepribadian kita agar menjauhi sikap sombong, seperti perumpamaan, “diatas langit, masih ada langit”.
Demikian yang dapat saya sampaikan.
Terimakasih
Wassalam wr.wb
sintha fardu anggraeni
ReplyDelete19709251071
S2 pendidikan matematika /D
Intuisi adalah bagian fatamorgana jadi intuisi adalah fatamorgana, tetapi fatamorgana belum tentu intuisi. Hati lebih dalam dari apa yang dipikirkan, maka cetusan - cetusan pikiran belum bisa mewakili seluruh hati. Berhentinya pikiran belum tentu bisa mewakili seluruh hati. Berhentinya pikiran belum tentu harus mati, sebab tidurpun pikiran berhenti untuk berdoa agar iklas harus menantikan pikiran. Pikiran tidak akan mampu memcahkan misteri fatamorgana maka berdoalah dengan iklas berserah diri kepada Allah SWT.
Khintoko Intan Permatasari
ReplyDelete19701251020
S2 PEP A 2019
Fatamorgana adalah sesuatu yang terlihat nampak tapi sebenarmya tak tampak. Dalam menjalani kehidupan seringkali fatamorgana itu singgah untuk mengecoh manusia melalui pikirannya. Fatamorgana berjalan sesuai keinginannya sendiri, tanpa adanya perintaha dari akal maupun hati. Pada elegi ini disampaikan bahwa fatamorgana singgah dalam pikiran manusia dalam berbagai bentuk. Fatamorgana intuisi, etik dan estetika, superego, bayangan, fenomena, fenomena dan neumena, hati, serta nasib. Banyak hal tapi pikiran manusia tidak akan mampu menangkap apa sejatinya itu fatamorgana.
Jewish Van Septriwanto
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika D 2019
19709251077
Terima kasih pak atas tulisan ini, fakta bahwa manusia adalah ciptaan yang istimewa karna diberi akal pikiran yang berbeda jauh dengan mahluk lainnya adalah sesuatu yang patut disyukuri oleh manusia. Namun, ada yang menjadi rahasia yang tidak bisa dipikirkan lebih jauh oleh manusia. Manusia tetaplah terbatas dan tidak sempurna. Dalam hal ini adalah fatamorgana. Dalam tulisan ini, yang dapat saya simpulkan adalah manusia selalu berusaha untuk mencari tahu sesuatu yang diluar kemamampuannya. Padahal terdapat hal-hal yang tidak bisa dijangkau manusia dan hanya dapat diketahui oleh penciptaNya.
Fitria Restu Astuti
ReplyDelete19709251069
S-2 Pendidikan Matematika D 2019
Ma syaa Allah, tersentuh saya membaca elegi yang Prof bagikan. Itulah mengapa antara otak dan hati harus ada sinkronisasi. Allah menciptakan manusia dengan akal. Allah meminta kita untuk menuntut ilmu. Ilmu sangat penting untuk dimiliki namun juga harus diimbangi dengan kerendahan hati. Janganlah menjadi sombong lantaran berilmu. Ilmu digunakan untuk mencari bekal mati tetapi tidak dibawa mati.
Sekar Hidayatun Najakh
ReplyDelete19701251007
S2 PEP A 2019
Assalamualaykum wr wb...
Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia tidak lain adalah agar beribadah kepadaNya. Mengimani, tunduk dan patuh terhadap perintahNya adalah bentuk ibadah. Menjauhi segala apa yang menjadi laranganNya adalah bentuk ibadah. Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa menciptakan banyak manusia, untuk melihat siapa-siapa yang layak menjadi sebenar-benar hambaNya maka harus ada ujian di dalam kehidupan di dunia sebelum kehidupan yang kekal. Maka, sebenar-benar manusia hidup adalah ujian. Dosa adalah bentuk ketidakikhlasan dari adanya hidup. Kontradiktif dari pahala adalah bentuk keikhlasan dari adanya ujian.
Terimakasih Prof.
Rifki Rinaldo
ReplyDelete19709251070
S2 PMD 2019
Manusia merupakan Makhluk ciptaan Allah SWT yang diberikan akal atau pikiran. Namun manusia juga diberikan nafsu yang bisa menutupi akal dan pikirian itu sendiri. Dalam menggunakan akalnya manusia harus berpegang teguh pada agamanya. Namun, manusia hanyalah ciptaan Allah yang jelas tidaklah sesempurana sang penciptanya. Manusia hanya diberikan Akal dan pikiran sesuai kadar yang Allah SWT berikan kepadanya. Sehingga sesuatu diluar pengetahuan manusia itu tidak akan bisa dijangkau oleh manusia itu sendiri.
Mira Amalia Yudhanti
ReplyDelete19701251014
S2 PEP A
Dari elegi di atas, dapat disimpulkan bahwa pikiran dan kemampuan manusia itu memiliki batasan. Karena itu manusia itu terbatas. Pikiran kita harus mati atau berhenti ketika kita berdoa dengan tulus dan bersungguh-sungguh. Sehingga dapat dikatakan bahwa pikiran kita tidak mampu menyelesaikan setiap masalah kehidupan, karena pikiran kita terbatas. Karena itu kita harus berdoa dengan tulus dan tekun, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita.
Assalamu'alaikum wr.wb
ReplyDeleteNovi Indriyani Kones
19701251002
PEP S2 A 2019
Elemen utama dari bagian hidup kita adalah hati dan pikiran. Pikiran akan melibatkan semuanya dari bayangan, logika, dan semua yang ada di pikiran. Dari semua pikiran maka pengendai utamanya adalah hati
Terimakasih
Wassalamu'alaikum wr.wb
Rona Happy Mumpuni
ReplyDelete19709251059
S2 Pendidikan Matematika D
Dari percakapan pada artikel di atas, saya akhirnya paham bahwasanya ada gejolak-gejolak yang timbul dalam diri manusia. Semua saling beradu dan mengagungkan diri sendiri. Ada yang bersifat mengecoh/memperdaya, ada yang bersifat sombong atas kemampuan yang dimilikinya, ada pula yang bersifat harapan-harapan. Semua gejolak itu timbul akibat semua tidak saling bersinergi, hanya kesombongan yang memporak-porandakan diri.
Ngaenun Nangim
ReplyDelete19709251058
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Dalam kehidupan, banyak fatamorgana hidup yang yang sulit untuk dipecahkan. Hal nyatanya jodoh. Ibarat fatamorgana, kita tidak bisa menyelami dan melihat kebenarannya dalam arti sesungguhnya. Kita hanya mampu memandang dari luar, dari jauh, namun jika diselami justru ketidakadaan alasan dan bahkan seringkali kita harus mengalami kebingungan terlebih dahulu. Fatamorgana yang manusia temui akan dijabarkan ke dalam pikiran, secara rasional dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan. Jika tak mampu menjawab, hatilah yang berkata. Namun hatipun masih terpengaruhi oleh pikiran. Terkadang jika menerima atau mengambil suatu hal, kita perlu mengesampingkan berbagai pikiran yang ada. Cukup dengan yakin dan percaya. Lagi-lagi doalah jawabannya. Namun seringkali dalam lantunan doa itu, hati dan pikiran manusia ikut serta berbicara. Sungguhlah manusia tidak sempurna dengan segala keterbatasannya. Lalu apa yang akan kita sombongkan dengan segala pemikiran dan pertimbangan? Saya sepakat dengan berserah diri dalam sujud, diiringi tetesan peluh dan daya untuk ikhlas dapat melepas fatamorgana walaupun hanya sejenak. Karena jika hati, pikiran, intusisi, yang disandingkan dengan nasib, diri, lingkungan, dan berbagai hal lainnya, maka pertanyaan akan fatamorgana itu akan hadir kembali. Tapi setidaknya manusia pernah merasakan kedamaian dan lupa sejenak pada fatamorgana dalam doa dan kekuatan spiritualnya.
Sri Ningsih
ReplyDelete19709251064
S2 Pendidikan Matematika kelas D
Fatamorgana adalah Intuisi, Jika Intuisi adalah Fatamorgama, maka belum tentu Fatamorgana itu Intuisi. Jika Etik dan Estetika adalah Fatamorgana, maka belum tentu Fatamorgana itu Etik dan Estetika. Jika Superego adalah Fatamorgana maka belum tentu bahwa Fatamorgana itu Superego. Jika Bayanganmu adalah Fatamorgana, maka belum tentu Fatamorgana itu adalah bayanganmu. Jika Fenomena adalah Fatamorgana maka belum tentu bahwa Fatamorgana itu Fenomena. Kita hanya manusia biasa yang memiliki pikiran yang terbatas. Ada beberapa hal yang memang kita ketahui dan ada yg tidak bisa ketahui. Jadi bagaimana hebatnya kita berpikir, tetap saja ada sesuatu yg tidak bisa di definisikan.
Vera Yuli Erviana
ReplyDeleteNIM 19706261005
S3 Pendidikan Dasar 2019
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala sesuatu selalu ada batasnya, saat berfikir dan berintuisi ataupun berimajinasi sesuatu, maka ada batasnya. Tingkatan filasat paling tinggi disini adalah spiritual, filsafat ini memiliki artian memikirkan perasaan. Dari sini dapat diperoleh bahwa tidak semua hal dapat difikirkan dengan logika.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Yufida Afkarina Nizar Isyam
ReplyDelete19709251073
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Segala hal yang ada di dunia ini dimulai dari pikiran dan hati. langkah awal untuk memunculkan pikiran dan mental yang lebih positif ialah dengan mensyukuri setiap detik yang sedang kita lalui. Seindah apapun tubuh kita tapi pikirannya tidak, hidup tidak akan bahagia. Kebahagian itu nyatanya memang berasal dalam diri sendiri. Bukan dari luar.
Latifa Krisna Ayu
ReplyDelete19709251060
S2 Pendidikan Matematika D
Elegi di atas menunjukkan bahwa pikiran kita memiliki keterbatasan. Pikiran kita juga terkadang harus beristirahat seperti saat kita berdoa dan tidur. Selain itu kita juga harus menyadari bahwa ada hal-hal yang tidak bisa dijangkau oleh pikiran kita. Jika kita memaksa untuk memahami segalanya maka sebenarnya kita sombong merasa bahwa kita dapat memahami segala yang ada di dunia ini.
Terima kasih
Dea Armelia
ReplyDelete19709251072
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Kesimpulan yang saya dapatkan adalah bahwa Pikiran manusia terbatas, kita tidak mungkin mampu mengetahui segala seluk beluk Hati kita sendiri. Sedangkan kalimat pun tidak mampu mengucapkan dan menuliskan segala pikiranmu. Tindakan pun tidak akan mampu menjalani semua tulisan kita. Piikiran tidak lebih dan tidak kurang hanya sebagai alat atas sesuatu “kekuasaan” yang ada di dalam diri manusia itu sendiri. Jadi secanggih apapun alat, sekuat dan sepintar apapun manusia, pasti ada batasan kemampuan dan kekuatannya. Selanjutnya, kekuasaan apa yang mempunyai alat yang berdimensi itu, Inilah yang dinamakan “hasrat atau nafsu”. Nafsu inilah yang meskipun terletak didalam bingkai, frame kemenusiaan seolah mempunyai kuasa yang tak terbatas, yang bisa menembus bingkai itu sendiri yang keluar dengan bebas dan sebebas-bebasnya sampai menembus batas yang tidak ada batas.
Yufida Afkarina Nizar Isyam
ReplyDelete19709251073
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Dari elegi ini saya mengingatkan saya bahwa pikiran manusia itu sangatlah terbatas. Ketika manusia berpikir mengenai suatu hal, ia harus fokus pada hal tersebut. Begitupun saat kita berdoa kepada Allah, doa yang kita panjatkan haruslah khusyuk tertuju kepada Allah, karena tanpa kuasa-Nya kita bukan apa-apa di dunia ini.
Dini Senjaningrum
ReplyDelete19709251067
Pendidikan Matematika D 2019
Dalam kehidupan, manusia dihadapkan dengan berbagai persoalan dan setiap manusia akan selalu berusaha dengan berbagai upaya menyelesaikan persoalan tersebut. Dari percakapan di atas, dikatakan bahwa tidak semua persoalan yang dihadapi manusia dapat diselesaikan. Apabila manusia telah mencapai titik dimana tidak dapat menyelesaikan persoalan tersebut, maka jalan yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut yaitu dengan berdoa meminta petunjuk kepada Tuhan.