Sep 20, 2010

Elegi Obrolan Filsafat




Oleh Marsigit

Subyek1:
Dimana bisa beli sate?
Subyek2:
Itu lihat Papan Nama nya, di atas pohon?
Subyek1:
Masa, makan sate harus di atas pohon?
Subyek2:
Berapa sebelas dibagi dua?
Subyek1:
Tergantung bagaimana cara membaginya.
Subyek2:
Maksudnya?
Subyek1:
Jika membaginya membujur maka sebelar dibagi dua hasilnya satu. Jika membaginya dengan cara melintang maka hasilnya sebelas juga.
Subyek2:
Mana yang lebih besar, empat atau tujuh?
Subyek1:
Tergantung cara menulisnya.
Subyek2:
Maksudnya?
Subyek1:
Jika aku tulis empat dengan spidol besar dan tujuh dengan spidol kecil, maka empat lebih besar dari tujuh.
Subyek2:
Berapa empat ditambah lima.
Subyek1:
Tergantung keadaannya.
Subyek 2:
Maksudmu?
Subyek1:
Jika empat nya kurus dan lima nya kurus, maka empat ditambah lima sama dengan sembilan kurus.
Subyek2:
Apakah sikuku ini sudut lancip?
Subyek1:
Bukan, sikumu itu sudut tumpul.
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Tidak ada barang lancip di dunia ini.
Subyek2:
Bukankah jarum itu lancip?
Subyek1:
Ujung jarum terdiri dari molekul yang terdiri dari atom, yang lintasannya melingkar.
Subyek2:
Bagaimana membuat lingkaran?
Subyek1:
Tergantung bahannya.
Subyek2:
Maksudmu?
Subyek1:
Jika bahannya terdiri dari epung maka siapkan cetakannya. Jika bahannya dari kayu maka siapkan gergaji.
Subyek2:
Berapakah dua ditambah empat.
Subyek1:
Dua ditambah empat sama dengan dua puluh empat.
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Ambil dua, ambil empat kemudian tambahkan atau jajarkan.
Subyek2:
Berapakah lima kali nol?
Subyek1:
Lima kali nol sama dengan satu.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Jika nol adalah ikhlasmu, insyaallah engkau ketemu Tuhan mu yang satu.
Subyek2:
Berapakah sepuluh dibagi tak berhingga?
Subyek1:
Sepuluh dibagi tak berhingga itu diampuni dosamu.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Jika sepuluh adalah dosamu dan tak terhingga adalah permohonan ampunanmu, maka jika Tuhan mengijinkan, dosamu akan diampuni.
Subyek2:
Berapakah seratus pangkat nol itu?
Subyek1:
Mungkin engkau akan ketemu Tuhan mu.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Apapun pangkatmu, jika engkau nol atau ikhlas, insyaallah engkau bisa ketemu Tuhan mu.
Subyek2:
Berapakah tujuh pangkat negatif setengah itu?
Subyek1:
Itu korupsi.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Tujuh pangkat negatif setengah adalah pangkat tak sebenarnya. Bukankah koruptor itu mempunyai pangkat tetapi tidak sebenarnya pangkat. Jadi korupsilah dia.
Subyek2:
Berapa lama engkau sampai ke tujuan?
Subyek1:
Aku tidak pernah bisa mencapai tujuan.
Subyek2:
Mengapa?
Subyek1:
Untuk mencapai tujuan aku harus menempuh separo jalan. Untuk mencapai separoh jalah aku harus menempuh separohnya lagi. ...dst. Aku tdak pernah selesai membagi dua. Jadi aku tak pernah sampai tujuan.
Subyek2:
Cepat manakah becak dengan pesawat?
Subyek1:
Cepat becak
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Aku naik becak telah sampai di Bandara. Padahal pesawat belum berangkat.
Subyek2:
Jika kaca aku lempar batu, kemudian pecah. Mengapa kaca pecah?
Subyek1:
Kaca pecah karena kena batu.
Subyek2:
Bukan.
Subyek1:
Kenapa?
Subyek2:
Kaca pecah belum tentu kena batu.
Subyek1:
Kapan Plato lahir?
Subyek2:
Tadi pagi.
Subyek1:
Kenapa?
Subyek2:
Jika waktu aku padatkan.
Subyek1:
Dimana kutub utara.
Subyek2:
Di sini.
Subyek1:
Jika ruang aku mampatkan.
Subyek2:
Di mana dirimu?
Subyek1:
Di dalam dirimu.
Subyek2:
Kenapa?
Subyek1:
Jika engkau memikirkan aku.
Subyek2:
Dari mana engkau lahir?
Subyek1:
Dari rahim ibuku.
Subyek2:
Bukan
Subyek1:
Mengapa?
Subyek2:
Egkau lahir dari jiwa ibumu.
Subyek1:
Apakah itu suara musik?
Subyek2:
Bukan
Subyek1:
Suara apa?
Subyek2:
Itu harmoni alam
Subyek1:
Apa hubungan setiap hal di dunia ini?
Subyek2:
Pikiranmu.
Subyek1:
Kenapa engkau tersenyum melihat batu?
Subyek2:
Aku melihat patung di dalamnya.
Subyek1:
Kenapa engkau diam?
Subyek2:
Enggak. Aku ramai dalam hatiku.
Subyek1:
Kenapa engkau bingung?
Subyek2:
Enggak. Aku hati-hati.
Subyek1:
Kenapa engkau malas?
Subyek2:
Enggak. Aku hati-hati?
Subyek1:
Kenapa engkau protes?
Subyek2:
Enggak. Aku bernyanyi.
Subyek1:
Kenapa engkau tergesa-gesa?
Subyek2:
Enggak. Aku efisien.
Subyek1:
Kenapa engkau pelit?
Subyek2:
Enggak. Aku selektif.
Subyek1:
Kenapa engkau marah?
Subyek2:
Enggak. Aku menasehati.
Subyek1:
Kenapa engkau menjawab?
Subyek2:
Kenapa engkau selalu bertanya?
Subyek1:
Enggak. Aku silaturahim.
Subyek2:
Kenapa engkau selalu mencibir?
Subyek1:
Enggak. Aku sedang membangun.
Subyek2:
Kenapa engkau tidak usul?
Subyek1:
Enggak. Aku memberi kesempatan.
Subyek2:
Kenapa engkau sombong?
Subyek1:
Enggak. Aku membela diri.

36 comments:

  1. Seftika Anggraini
    18709251016
    S2 Pendiidkan Matematika A 2018

    Obrolan di dalam filsafat itu bisa bermacam-macam. Jawaban dari setiap pertanyaan juga bermacam-macam bergantung pada konteks dan siapa yang menjawab pertanyaan itu. Prof. Marsigit selalu mengatakan bahwa filsafat itu dirimu. Untuk itu dalam filsafat tidak ada jawaban yang salah. Semua jawaban benar berdasarkan argument yang benar. Untuk itu dalam obrolan ini selalu ditanyakan “kenapa”. Setiap jawaban harus berargumen.
    Terima kasih

    ReplyDelete
  2. Aizza Zakkiyatul Fathin
    18709251014
    Pps Pendidikan Matematika A

    Filsafat adalah pemikiran. Dalam filsafat bergantung pada pandangan masing-masing orang. Bergantung pada dimensi seseorang tersebut. Setiap pertanyaan akan memiliki jawaban yang berbeda, tergantung pada orang yang kita tanya. Filsafat itu belajar menengenai apapun yang ada dan yang mungkin ada. Jadi semua yang ada didunia ini bisa dicari filsafatnya. Dalam belajar filsafat semakin membuat Saya khusus sadar bahwa masih banyak yang belum Saya ketahui. Terimakasih Prof.

    ReplyDelete
  3. Dini Arrum Putri
    18709251003
    S2 P Math A 2018

    Filsafat itu luas bahkan dirimu juga merupakan filsafat. Filsafat itu olah pikir maka sebenar-benarnya dirimu adalah filsafat. Obrolan tentang filsafat dapat mencakup segala hal, setiap pertanyaan dan jawabannya pun berbeda-beda tergantung bagaimana sudut pandang orang lain, tergantung bagaimana orang lain memikirkannha.

    ReplyDelete
  4. Hasmiwati
    18709251023
    S2 Pend.Matematika B 2018

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    Berdasarkan elegi diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat itu sebenarnya berada di sekeliling kita, apa pun yang ada di dunia ini adalah sesuatu yang berkaitan. Filsafat itu dalam bentuk pikiran karena filsafat berasal dari dalam manusia itu sendiri. Dalam mempelajari filsafat kita tidak boleh setengah-setengah. Selain itu harus dilakukan dengan hati yang ikhlas. Filsafat itu mempunyai banyak manfaat, salah satunya pikiran kita menjadi terbuka dan kritis.

    ReplyDelete
  5. Herlingga Putuwita Nanmumpuni
    18709251033
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Sebenar-benar filsafat itu adalah pikiranmu, dan sebenar-benar pikiranmu adalah dirimu. Setiap orang adalah individu yang berbeda, artinya mereka juga pikiran-pikiran yang berbeda. Perbedaan tersebut bisa jadi karena terkait dengan ruang dan waktu. Oleh karenanya sangat wajar apabila terjadi perbedaan sudut pandang dari masing-masing orang terhadap suatu hal yang sama. Lantas apakah pandangan-pandangan yang berbeda itu disebut salah? Tidakkah berbeda juga merupakan hak? Tidakkah itu justru bisa membangun harmoni keberagaman? Filsafat adalah ilmu refleksif pada diri sendiri.

    ReplyDelete
  6. Fany Isti Bigo
    18709251020
    PPs UNY PM A 2018

    Berdasarkan elegi diatas menjelaskan bahwa filsafat adalah olah pikiran. Obyek dari filsafat itu sendiri adalah yang ada dan yang mungkin ada. Kita akan selalu menerjemahkan dan diterjemahkan sesuai dengan ruang dan waktunya. Sesuatu dilihat bukan dari 1 cara tetapi dari beberapa pandangan. Terus membaca adalah salah satu cara untuk terus mengolah pikiran kita dalam berfilsafat, bertanya adalah salah satu cara untuk mengolah pikiran karena dengan bertanya maka kita sudah memiliki keinginan untuk berpikir. Berfilsafatlah sesuai dengan ruang dan waktu kita, namun jangan sampai pikiran itu menjelajah pada kawasan yang batasnya, yaitu hati. Tuhan perlu untuk dirasakan tidak hanya dipikirkan saja, maka mari kita terus juga menguatkan hati kita dengan doa yang tulus ihklas.

    ReplyDelete
  7. Endah Kusrini
    18709251015
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Filsafat adalah olah piker. Filsafat adalah diri kita sendiri. filsafat adalah bagaimana kita memikirkan hakekat tentang sesuatu hal. Segala apa yang ada dan yang mungkin ada merupakan objek filsafat. Pertanyaan filsafat dapat dijawab dengan beragam tergantung konteksnya, tergantung ruang dan waktunya. Berfikir secara filsafat mengajarkan kita untuk mengkritisi segala sesuatu untuk mampu menggapai hakekat dari sesuatu tersebut.

    ReplyDelete
  8. Bayuk Nusantara Kr.J.T
    18701261006

    Filsafat adalah sebuah filosofi yang banyak mengumpulkan pengertian-pengertian tersendiri mengenai apa yang menjadi pertanyaan mendasar, namun sangat mendalam pemahamannya. Filsafat tidak akan pernah lari dari pribadi masing-masing orang, karena filsafat itu sendiri adalah filosofi bagaimana seseorang hidup dan mengapa ia harus hidup.

    ReplyDelete
  9. Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
    Besse Rahmi Alimin
    18709251039
    s2 Pendidikan Matematika 2018

    Terkait topik bahasan mengenai Elegi Obrolan Filsafat bahwa seperti yang kebanyakan orang pahami tentang filsafat bahwa kajian mengenai masalah umum dan mendasar tentang persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa. Serta obrolan yaitu terjadinya interaksi antara dua bela pihak atau lebih yang memperbincangkan sesuatu untuk mencapai mufakat atau hanya sekedar berbagai informasi, dalam hal ini memperbincangkan hal--hal yang berbau filsafat.

    ReplyDelete
  10. Ibrohim Aji Kusuma
    18709251018
    S2 PMA 2018

    Filsafat adalah sudut pandang dan penjelasannya. Kamu bisa berilsafat dengan apapun karena objeknya adalah yang ada dan mungkin ada. Namun bukan itu inti dari filsafat. Inti dari filsafat yaitu pertanyaanmu dan penjelasanmu. Pertanyaan menandakan bukti kamu berfikir. Penjelasan bukti bahwa filsafat adalah bahasa.

    ReplyDelete
  11. Yoga Prasetya
    18709251011
    S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
    Elegi mengenai Obrolan filsafat di atas, dilihat dari kacamata filsafat, pertanyaan yang lurus bisa saja dijawab dengan jawaban yang berliku-liku. Sedangkan pertanyaan yang berliku-liku hanya perlu jawaban yang lurus dan cepat. Itulah berfilsafat olah pikir mengenai ada dan yang mungkin ada dengan melihat sudut pandang tertentu berdasarkan ruang waktu tertentu. Maka sebenar-benarnya filsafat adalah dirimu sendiri.

    ReplyDelete
  12. Erma Zelfiana Surni
    18709251009
    S2. P.Matematika A 2018

    Assalamualaikum Wr. Wb
    Dari elegi obrolan filsafat ini saya pribadi memahami bahwa filsafat memang begitu dekat dengan kehidupan kita. Filsafat dekat dengan kehidupan maksudnya ialah filsafat selalu membersamai kehidupan dan aktifitas kita. Kita justru bisa belajar filsafat dari pengalaman empiris yang kita alami. Namun ada hal yang menarik disini yaitu ketika hal-hal yang rasional dan teoritis pada akhirnya terbantahkan ketika dibawa dalam kehidupan sehari hari seperti pembagian bilangan sebelas diatas. bilangan 11 ketika dibagi 2 secara teoritis ialah 5,5 tapi dalam kehidupan belum tentu demikian ketika harus pikirkan atau difilsafatkan. Contoh lainnya ialah pesawat dan becak diatas secara rasional laju pesat lebih cepat dari becak namun kenyataannya dari pengalaman belum tentu demikian.

    ReplyDelete
  13. Yuntaman Nahari
    18709251021
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Kebenaran yang manusia ciptakan sesungguhnya hanya bersifat relatif. Kebenaran absolut hanya kebenaran yang bersumber dari Allah. Kebenaran yang menusia ciptakan seringkali menimbulkan sebuah pertentangan. Kebenaran yang dipertentangkan terjadi karena adanya perbedaan cara pikir/paradigma setiap orang. Bahkan dalam sebuah ilmu matematika pun kebenaran tidak dapat bersifat absolut seperti yang dipaparkan dalam elegi di atas. Kebenaran berlaku berdasarkan ruang dan waktunya. Sebagai contoh empat spidol besar dan tujuh spidol kecil belum tentu lebih besar tujuh spidol kecil. Itulah kebenaran yang diciptakan oleh manusia, tidak akan mampu menggapai absolut.

    ReplyDelete
  14. Janu Arlinwibowo
    18701261012
    PEP 2018

    Semua hal dapat dipandang dari banyak sudut pandang. Itulah mengapa filsafat menekankan bahwa seseorang itu harus mau diterjemahkan dan kritis menerjemahkan. Dengan demikian masa seseorang akan terbiasa berpikir dalam berbagai sudut padang dengan tingkat kritis yang baik.

    ReplyDelete
  15. Rindang Maaris Aadzaar
    18709251024
    S2 Pendidikan Matematika 2018 (PM B 2018)

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
    Dalam filsafat, semua jawaban tergantung dari ruang dan waktu. Oleh karena itu segala sesuatu yang diutarakan tidak relevan dan mendzolimi jawaban yang lain yang tidak sempat diutarakan. Jawaban yang tidak relevan itu parsial. Padahal hidup parsial adalah sumber persoalan. Sumber persoalan di dunia ini adalah manusia yang hidup parsial. Karena berpikir parsial membuat semua jawaban itu salah secara filsafat kalau tidak lengkap. Berfilsafat adalah mencari solusi. Solusinya adalah jawaban apapun boleh tapi harus didahuli dengan statement “belum tentu karena”. Bahayanya orang berfilsafat adalah parsial. Hanya sebagian saja dan semua persoalan dunia hanya sebagian karena kemampuan manusia hanya sebagian.
    Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

    ReplyDelete
  16. Eka Puspita Sari
    18709251035
    S2 PM B 2018

    Elegi tersebut menggambarkan betapa luasnya filsafat. Prof mengatakan bahwa filsafat adalah dirimu, maka ada berbagai macam jawaban yang mungkin dijawab dari satu jenis pertanyaan bergantung dari sudut pandang masing-masing diri yang memandang. Elegi tersebut juga mengajarkan bahwa dalam berfilsafat kita dituntut untuk melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang dan melihat metafisik dibalik fisik yang terlihat. Jika masih saja melupakan seribu kebaikan hanya karna satu kesalahan apakah hal tersebut dinamakan lemahnya pikiran dalam berfilsafat Prof?

    ReplyDelete
  17. Agnes Teresa Panjaitan
    S2 Pendidikan Matematika A 2018
    18709251013

    Berbagai kata-kata yang diucapkan oleh manusia memiliki nilai kebenaran yang bisa dikatakan relatif. keefektifan kata-kata yang diucapkan oleh manusia juga bergantung pada ruang dan waktunya. Pertanyaan singkat mampu memberikan jawaban yang singkat pula. Tetapi tidak berarti jawaban singkat tidak menimbulkan makna. Tergantung dari sudut pandang yang melihatnya. Oleh karena itu selalu dibutuhkan menerjemahkan dan diterjemahkan dalam berbahasa.

    ReplyDelete
  18. Dita Aldila Krisma
    18709251012
    PPs Pendidikan Matematika A 2018

    Filsafat tak lepas dari berpikir. Berpikir tentang yang ada dan yang mungkin ada. Bertanya itu berpikir. Menjawab juga berpikir. Filsafat dapat dijelaskan melalui pertanyaan dan jawabannya. Pertanyaan dan jawaban ini menunjukkan bahwa filsafat perlu untuk menerjemahkan dan diterjemahkan. selain itu, filsafat mendorong kita untuk berpikir sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya untuk menemukan makna.

    ReplyDelete
  19. Diana Prastiwi
    18709251004
    S2 P. Mat A 2018

    Filsafat dan berpikir berkaitan erat. Pada saat kita sedang berpikir dan mengalami kebingungan, disanalah filsafat muncul. Hendaknya filsafat dipelajari dengan hati yang ikhlas. Filsafat itu mempunyai banyak manfaat, salah satunya pikiran kita menjadi terbuka dan kritis. Maka dalam elegi diatas, obrolan filsafat adalah obrolan yang mendatangkan pemikiran atau ide gagasan yang baru yang memberikan pencerahan terhadap pola pikir kita ke arah yang lebih baik dan lebih bijak dalam menghadapi permasalahan hidup. filfata itu dinamis, dimana banyak cara untuk menyelesaikan masalah, begitupun dengan jalan yang diambil pun banyak. filsafat berbeda dengan matematika, jika matematika 2+2=4 maka dalam filsafat 2+2 belum tentu 4. Dengan filsafat, kita bisa mengasah otak kita untuk berpikir dengan pandangan berbeda. Dalam filsafat kita dapat menemukan jawaban benar yang sangat banyak atas satu pertanyaan. sehingga menggunakan ilmu yang kita punya dengan bijak dan baik adalah kunci menjadi manusia yang dapat memanfaatkan dan bermanfaat untuk yang lain.

    ReplyDelete
  20. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
    Ketika kita dihadapkan pada suatu permasalahan, tergantung bagaimana kita menyikapi permasalahan tersebut, apakah dengan cara yang rumit atau dengan cara yang sederhana? Apakah dengan cara yang A atau dengan cara yang B? Apakah dengan kepala dingin atau sebaliknya? Apakah dengan cara berpikir A atau cara berpikir B? Selalu ada banyak jalan menuju Roma. Selalu ada jalan keluar bagi mereka yang mau berusaha. Terima kasih.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

    ReplyDelete
  21. Amalia Nur Rachman
    18709251042
    S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018

    Cakupan ilmu dalam filsafat hingga melintasi ruang dan waktu. Ketika suatu hal yang sebelumnya tidak terfikirkan oleh kita, melalui filsafat menjadi ada dalam fikiran. Seolah olah terminologi baru masuk dan menjadi ada dalam ruang lingkup pengetahuan. Kita merasa telah mengetahui ternyata sebenarnya kita masih belum mengetahui hal tersebut. Semakin lama kita mempelajari semakin kita merasa banyak hal yang belum diketahui.. Oleh karena itu, jangan lah kita terlalu bersikap sombong terhadap ilmu yang telah kita miliki

    ReplyDelete
  22. Surya Shofiyana Sukarman
    18709251017
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Filsafat itu adalah pikir, dan merupakan ilmu dari segala ilmu, berbicara mengeanai filsafat maka objek kajiannya sangat luas, filsafat itu berbicara tentang apa, bagaimana, mengapa, alasannya, apa ynag melatarbelakanginya, dan seterusnya. Jadi ketika ketika menjawab pertanyaan filsafat maka jawabannya itu tidak satu melainkan banyak, yaitu tergantung dengan ruang dan waktunya. Oleh karena itu, belajar filsafat mengajarkan seseorang untuk kritis terhadap suatu hal.

    ReplyDelete
  23. Kartianom
    18701261001
    S3 PEP 2018

    Sebenar-benar kehidupan itu relatif dan kontradiksi. Satu tidak sama dengan satu. Bisa jadi angka satu yang sebelah kiri lebih kecil dibandingkan angka satu di sebelah kanan. Karena kehidupan itu relatif hendaknya kita tidak memandang segala sesuatu hanya dari satu sisi. Berpikir kritis dalam menangapi kejadian yang ada, tidak langsung menjudge segala sesuatu hanya dengan pemikiran sesaat yang kita miliki.

    ReplyDelete
  24. Tiara Wahyu Anggraini
    19709251065
    S2 Pendidikan Matematika D 2019

    Filsafat adalah pikiran diri kita sendiri. Dalam konteks filsafat tidak ada jawaban yang salah, karena semua jawaban bergantung dari sudut pandang mana orang tersebut melihatnya. Dan karena tergantung dari sudut pandang orang masing-masing, sehingga jawaban yang dihasilkan berbeda-beda. Dengan berpikir filsafat dapat membuat pikiran kita terbuka dan kritis, sehingga belajarnya pun tidak boleh setengah-setengah.

    ReplyDelete
  25. Wilis Putri Hapsari
    19701251017
    S2 PEP A 2019

    Prespektif pemikiran adalah gagasan keberadaan obrolan filsafat pada konteksnya masing-masing pada sebab musababnya masing-masing dan pada karenanya masing-masing. Mereka yang hadir menjelma menjadi pemikiran tak akan kehabisan alasan untuk mengada dan membuat dirinya dikenang dan dipercayai dan bahkan diabadikan sebagai keabadian dalam pengertian. Filsafat menempatkan pemikiran sebagai motor utama juga sebagai esensi prespektif sebagai alasan utama. Jika waktu dipadatkan maka Descrates lahir beberapa menit yang lalu, dan jika ruang dipadatkan maka Mesir adalah satu langkah ke kiri.

    ReplyDelete
  26. Zuari Anzar
    19701251006
    S2 PEP A 2019

    Filsafat adalah memikirkan apa yang ada dan yang mungkin ada dalam ruang dan waktu. Obrolan tentang filsafat mencakup segala hal, setiap pertanyaan dan jawabannya pun berbeda-beda tergantung sudut pandang masing-masing. Karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam melihat suatu fonomena. Oleh karena itu untuk menghasilkan kepastian dalam filsafat maka tambahkanlah ruang dan waktu.

    ReplyDelete
  27. Hajra Yansa
    19701251012
    S2 PEP A 2019

    Assalamualaikum
    Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta. Berfilsafat berarti berbikir keakar-akaranya. Berpikir adalah subjek dari filsafat, meskipun tidak semua berpikir adalah berfilsafati. Subjek dari filsafat adalah seseorang yang berpikir ataupun memikirkan hakikat dari sebuah masalah dengan sungguh-sunggun dan juga mendalam. Karena filsafat menyelimuti konteks kehidupan maka jawaban saat berfilsafat bisa beragam dan berbeda antara satu orang dengan yang laiinnya. Karena perbincangan filsafat sesuai dengan konteks yang dibicarakan.

    ReplyDelete
  28. Puspitarani
    19709251062
    S2 Pendidikan Matematika D 2019

    Terima kasih Bapak atas Elegi Obrolan Filsafat yang telah Bapak share kepada kami. Elegi ini membuka wawasan saya bahwa orang matematikapun jawabannya ada yang tidak pasti. Dalam elegi ini saya belajar bahwa filsafat itu banyak opini-opini dari setiap sudut pandang. Sama halnya dengan elegi Bapak sebelumnya. Setiap manusia mempunyai pendapatnya masing-masing. Misalnya yang ada pada elegi ini subjek1 bertanya sebelas dibagi dua berapa, dan subjek2 menjawab tergantung. Jadi filsafat itu adalah suatu olah pikiran kita, yang jawabannya juga sesuai dengan olah pikir kita masing-masing.

    ReplyDelete
  29. Rochyati
    19709251074
    S2 P. Mat D 2019

    Apa yang kita pikirkan tidak selalu sama dengan yang orang lain pikirkan. Yang menurut kita benar belum tentu benar menurut orang lain. Saling menghormati dan menghargai, sesungguhnya Tuhanlah Yang Maha Benar.

    ReplyDelete
  30. Rifki Rinaldo
    19709251070
    S2 Pendidikan Matematika D 2019

    Berdasarkan elegi diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat itu sebenarnya berada di sekitar manusia. Filsafat merupakan sesuatu yang ada dalam bentuk pikiran karena filsafat berasal dari dalam manusia itu sendiri. Dalam berfilsafat harus benar-benar mendalaminya. Selain itu harus dilakukan dengan hati yang ikhlas. Filsafat itu mempunyai banyak manfaat, filsafat membuat kita mampu menghadapi segala kondisi dan situasi di kehidupan kita. Selain daripada itu membuat kita mampu berpikir kritis dari permasalahan yang dihadapkan.

    ReplyDelete
  31. Dhamar Widya Safitri
    19701251009
    S2 PEP A 2019

    Assalamualaikum.
    Setiap persoalan memiliki jawaban yang berbeda, tergantung dari sudut mana persoalan itu dilihat. Setiap jawaban yang dibuat pun benar atau tidak salah. Seperti itulah filsafat, filsafat adalah suatu kebijaksanaan untuk memandang suatu persoalan berdasarkan pengalaman hidup.
    Terimakasih

    ReplyDelete
  32. Jewish Van Septriwanto
    19709251077
    S2 Pendidikan Matematika D 2019

    Terima kasih untuk tulisan ini prof, Objek yang dipelajari dalam filsafat terkait dengan segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Keberadaan suatu objek tak lepas kaitannya dengan ruang dan waktu. ‘Ada’ bukan berarti objek selalu ada, begitu pula ‘tidak ada’ tak berarti selalu tidak ada. ‘Tidak ada’ dapat dikatakan ‘ada’ dan ‘ada’ pun dapat dikatakan ‘tidak ada’. Hal ini terjadi karena, keberadaan suatu objek berkaitan dengan ruang dan waktu. Sehingga jika suatu objek ‘ada’ pada ruang dan waktu tertentu, maka objek tersebut akan dikatakan ‘tidak ada’ pada ruang dan waktu yang lainnya. Sesungguhnya sebenar-benar jebakan adalah jebakan ruang dan waktu. Unsur-unsur yang terbebas oleh Ruang dan Waktu maka hukum-hukum yang melekat juga terbebas dari ruang dan waktu.

    ReplyDelete
  33. Jewish Van Septriwanto
    19709251077
    S2 Pendidikan Matematika D 2019

    Terima kasih untuk tulisan ini prof, Apa yang kita anggap benar, belum tentu benar menurut orang lain. Apa yang kita anggap salah pun belum tentu salah di mata orang lain. Sesungguhnya salah dan benar bukan istilah dalam filsafat, namun istilah psikologi, orang awam, dan istilah pendidikan. Sebenar-benarnya benar dalam filsafat adalah sesuai dengan ruang dan waktu. Sedangkan tidak benar adalah jika tidak sesuai dengan ruang dan waktu. Banyak sekali sesuatu yang tidak sesuai dengan ruang dan waktu, namun manusia tidak akan pernah bisa mencapai keinginan untuk sama dengan ruang dan waktu. Maka dari itu, sebenar-benar perjuangan manusia dalam hidup adalah berusaha agar sesuai dengan ruang dan waktu. Walau manusia tak akan pernah sama dengan ruang dan waktu, namun setidaknya berusaha dengan sungguh-sungguh menuju jalan yang sesuai dengan ruang dan waktu.

    ReplyDelete
  34. Indra Kusuma Wijayanti
    18709251046
    Pendidikan Matematika S2 C

    Elegi obrolan filsafat menurut pendapat saya adalah cara berpikir dan atau cara pandang setiap subyek atau individu tidak selalu sama. setiap obyek atau kajian masalah, tidak selalu dilihat dari satu sisi saja, tetapi dapat dilihat dari berbagai sisi dan menghasilkan berbagai macam pendapat dari berbagai macam individu atau subyek.

    ReplyDelete
  35. Indra Kusuma Wijayanti
    18709251046
    Pendidikan Matematika S2 C

    Apapun yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini dapat didefinisikan secara bermacam – macam atau bervariasi bergantung pada situasi, kondisi, dan cara pandangnya.

    ReplyDelete
  36. Indra Kusuma Wijayanti
    18709251046
    Pendidikan Matematika S2 C

    Bisa jadi jika saya mengatakan 5 + 2 = 7 dan orang lain mengatakan itu salah, tinggal bagaimana cara pandang yang diterapkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

    ReplyDelete