Jul 31, 2010

Elegi Menggapai Dimensi




Oleh : Marsigit

Batu:
Jika boleh aku ingin menyampaikan isi hati dan pikiranku. Isi hati dan pikiranku akan aku sampaikan kepada siapapun, didengar ataupun tidak didengar.
Mengapa? Karena selama ini aku mengalami berbagai macam peristiwa, tetapi aku belum pernah memberitahukan kepada siapapun. Selama ini aku mengalami berbagai macam ketidak adilan. Aku mengalami penderitaan. Aku mengalami perakuan buruk. Aku mengalami pelecehan. Aku mengalami penderitaan yang luar biasa. Aku dipukul. Aku dibelah. Aku dipecah. Aku dihancurkan. Aku diledakkan. Aku diserap. Aku disedot oleh akar-akar. Aku ditumbuhi rumput-rumput. Aku disiram air. Aku dijemur di bawah terik matahari. Dan seterusnya. Aku hanya ingin mengetahui apakah nasib yang sama juga dialami oleh tumbuh-tumbuhan. Wahai tumbuh-tumbuhan, apakah engkau mendengar ceritaku ini? Jika engkau mendengar, apakah engkau juga mengalami hal yang sama denganku?

Tumbuh-tumbuhan:
Wahai batu. Sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa saya mendengan semua ceritamu. Aku juga mempunyai bermacam-macam pengalaman. Tetapi pengalamanku sedikit berbeda denganmu. Aku juga mengalami berbagai macam ketidak adilan. Aku mengalami penderitaan. Aku mengalami perakuan buruk. Aku mengalami pelecehan. Aku mengalami penderitaan yang luar biasa. Aku dipukul. Aku dibelah. Aku dipecah. Aku dihancurkan. Aku diledakkan. Aku diserap. Aku disedot oleh akar-akar. Aku ditumbuhi rumput-rumput. Aku disiram air. Aku dijemur di bawah terik matahari. Bahkan aku pernah dipotong, tetapi aku tumbuh kembali.

Batu:
Lalu apakah pengalamanmu yang berbeda dengan pengalamanku?

Tumbuh-tumbuhan:
Walaupun aku mengalami penderitaan hampir sama denganmu, tetapi setidaknya aku pernah andil sebagai sebab penderitaanmu. Bukankah engkau ingat ketika akarku menancap padamu. Goyangan tubuhku telah menentukan apakah engkau berhak memperoleh sinar atau tidak. Aku juga pernah roboh dan menimpa dirimu. Aku juga pernah digunakan orang untuk memukulmu. Aku bisa tumbuh dari kecil menjadi besar, sementara engkau tidak. Aku bisa berbuah sementara engkau tidak. Masih banyak lagi yang belum aku sebutkan. Itulah semua pengalamanku yang berbeda denganmu.

Batu:
Tidak adil. Wahai tumbuh-tumbuhan, mengapa engkau bisa melakukan yang lebih banyak dari diriku. Bahkan engkau bisa menyakiti diriku. Mengapa engkau seakan juga bisa menentukan nasib diriku? Bolehkah aku menirumu? Kalau perlu aku ingin membalas perlakuan burukmu terhadapku.

Tumbuh-tumbuhan:
Itulah sebenar-benar diriku. Dimensi diriku adalah setingkat lebih tinggi dari dimensi dirimu. Itulah kodratku dan juga kodratmu. Aku tidak tahu apakah doa-doaku dan juga doa-doamu dapat merubah nasib kita? Tunggulah batu, aku melihat ada seekor binatang hinggap pada diriku. Saya akan bertanya kepada binatang apakah mereka mempunyai pengalaman yang sama dengan kita atau tidak. Wahai binatang apakah engkau mendengarkan percakapanku dengan batu tadi? Jika engkau mendengarkan, apakah engkau juga dapat menceritakan pengalamanmu?

Binatang:
Wahai batu dan tumbuh-tumbuhan. Sebenar-benar yang terjadi adalah aku mendengar semua percakapanmu berdua. Aku juga mempunyai pengalaman, tetapi pengalamanku agak berbeda dengan pengalamanmu berdua. Aku tidak banyak mengalami penderitaan. Aku tidak mengalami berbagai macam ketidak adilan. Aku tidak mengalami banyak penderitaan. Aku tidak banyak mengalami perakuan buruk. Aku tidak banyak mengalami pelecehan. Aku tidak banyak mengalami penderitaan yang luar biasa. Aku tidak banyak dipukul. Aku tidak dibelah. Aku tidak dipecah. Aku tidak dihancurkan. Aku tidak diledakkan. Aku tidak diserap. Aku tidak disedot oleh akar-akar. Aku tidak ditumbuhi rumput-rumput. Aku tidak disiram air. Aku tidak dijemur di bawah terik matahari. Tetapi aku selalu dikejar-kejar pemburu. Aku pernah ditembak. Aku pernah dipisahkan dari keluargaku. Namun pengalamn buruk itu tidak seberapa dibanding dengan pengalaman manisku. Aku mempunyai banyak pengalaman manis dan menyenangkan. Aku sering memukul engkau wahai batu dan tanaman. Aku sering menginjak-injak engkau wahai batu dan tanaman. Aku sering mengotori engkau wahai batu dan tanaman. Akulah yang sering memakan buahmu wahai tanaman. Akulah yang sering memakan daun mudamu wahai tanaman. Au juga pernah merobohkanmu. Aku juga pernah menggunakan engkau tanaman untuk memukul engkau batu. Aku gunakan engkau tanaman untuk ayunan permainanku. Aku gunakan engkau batu, untuk loncatan. Aku juga pernah memecahkanmu wahai batu. Aku bisa berlaku apa saja terhadapmu berdua.

Batu dan tumbuh-tumbuhan bersama-sama menjawab:
Tidak adil. Wahai binatang, mengapa engkau bisa melakukan yang lebih banyak dari diriku berdua. Bahkan engkau bisa menyakiti diriku berdua. Mengapa engkau seakan juga bisa menentukan nasibku berdua? Bolehkah aku berdua menirumu? Kalau perlu aku berdua ingin membalas perlakuan burukmu terhadapku.

Binatang:
Itulah sebenar-benar diriku. Dimensi diriku adalah setingkat lebih tinggi dari dimensi tumbuh-tumbuhan. Dan dua tingkat lebih tinggi dari dimensi batu. Itulah kodratku dan juga kodratmu. Aku tidak tahu apakah doa-doaku dan juga doa-doamu dapat merubah nasib kita? Tetapi tunggulah. Kelihatannya ada orang lewat. Aku ingin bertanya kepada orang itu. Wahai manusia apakah engkau mendengarkan percakapanku dengan batu dan tumbuh-tumbuhan tadi? Jika engkau mendengarkan, apakah engkau juga dapat menceritakan pengalamanmu?

Manusia :
Wahai batu, tumbuh-tumbuhan dan binatang. Sebenar-benar yang terjadi adalah aku mendengar semua percakapanmu bertiga. Aku juga mempunyai pengalaman, tetapi pengalamanku sangat berbeda dengan pengalamanmu bertiga. Aku mengalami penderitaan, tetapi penderitaanku tidak seperti penderitaanmu bertiga. Aku mengalami berbagai macam ketidak adilan, tetapi bukan ketidak adilan seperti yang engkau alami. Aku mengalami banyak penderitaan, tatapi bukan penderitaan seperti yang engkau alami. Aku banyak mengalami perakuan buruk, tetapi tidak seperti perlakuan buruk yang engkau alami. Aku juga mengalami pelecehan, tetapi bukan pelecehan seperti yang engkau alami. Aku aku juga pernah dipukul. Tetapi aku tidak pernah dibelah. Aku tidak pernah dipecah. Aku tidak pernah dihancurkan. Aku tidak pernah diledakkan. Aku tidak pernah disedot oleh akar-akar. Aku tidak ditumbuhi rumput-rumput. Aku tidak disiram air. Aku tidak dijemur di bawah terik matahari. Tetapi ketahuilah bahwa aku gunakan batu dan batang tanaman untuk menangkap engkau wahai binatang. Aku jadikan engkau wahai tumbuhan dan binatang sebagai makananku. Maka aku bisa berlaku apa saja terhadapmu bertiga.

Batu, tumbuh-tumbuhan dan binatang bersama-sama menjawab:
Tidak adil. Wahai manusia, mengapa engkau bisa melakukan yang lebih banyak dari diriku bertiga. Bahkan engkau bisa menyakiti diriku bertiga. Mengapa engkau seakan juga bisa menentukan nasibku bertiga? Bolehkah aku bertiga menirumu? Kalau perlu aku bertiga ingin membalas perlakuan burukmu terhadapku.

Manusia:
Itulah sebenar-benar diriku. Dimensi diriku adalah lebih tinggi dari dimensi dirimu semua. Itulah kodratku dan juga kodratmu. Aku tidak tahu apakah doa-doaku dan juga doa-doamu dapat merubah nasib kita? Tetapi tunggulah. Kelihatannya ada orang yang berbeda denganku lewat. Aku ingin bertanya kepada orang itu. Wahai saudaraku siapakah engkau? Apakah engkau mendengarkan percakapanku dengan batu, tumbuh-tumbuhan dan binatang ini? Jika engkau mendengarkan, apakah engkau juga dapat menceritakan pengalamanmu?

Manusia berilmu:
Wahai batu, tumbuh-tumbuhan, binatang dan saudaraku. Sebenar-benar yang terjadi adalah aku mendengar semua percakapanmu berempat. Aku juga mempunyai pengalaman, tetapi pengalamanku sangat berbeda dengan pengalamanmu berempat. Aku mengalami penderitaan, tetapi penderitaanku tidak seperti penderitaanmu berempat. Aku mengalami berbagai macam ketidak adilan, tetapi bukan ketidak adilan seperti yang engkau alami. Aku mengalami banyak penderitaan, tatapi bukan penderitaan seperti yang engkau alami. Aku banyak mengalami perakuan buruk, tetapi tidak seperti perlakuan buruk yang engkau alami. Aku juga mengalami pelecehan, tetapi bukan pelecehan seperti yang engkau alami. Aku aku juga pernah dipukul. Tetapi aku tidak pernah dibelah. Aku tidak pernah dipecah. Aku tidak pernah dihancurkan. Aku tidak pernah diledakkan. Aku tidak pernah disedot oleh akar-akar. Aku tidak ditumbuhi rumput-rumput. Aku tidak disiram air. Aku tidak dijemur di bawah terik matahari. Tetapi ketahuilah bahwa aku gunakan batu dan batang tanaman untuk menangkap engkau wahai binatang. Aku jadikan engkau wahai tumbuhan dan binatang sebagai makananku. Maka aku bisa berlaku apa saja terhadapmu bertiga. Wahai saudaraku sesama manusia, aku juga pernah meninggalkanmu sendirian. Aku pernah tidak memberimu hakmu. Aku sering menyuruhmu. Aku selalu mengaturmu. Aku membayar gajimu. Aku sering tak peduli denganmu. Aku sering tidak mendengarkan ucapan dan usulmu. Aku sering bepergian sedangkan engkau aku suruh untuk menjaga di sini. Aku punya banyak teman sedangkan engkau tidak punya teman. Aku punya banyak hiburan sedangkan engkau tidak. Aku punya banyak pengalaman sedangkan engkau tidak. Aku punya banyak keterampilan sedangkan engkau tidak. Aku selalu mengetahui dimana, kapan, kemana, dengan siapa dirimu itu. Seangkan engkau tidak mengetahuiku. Maka sebenar-benar diriku adalah dapat menentukan dirimu semua.

Batu, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia yang pertama tadi bersama-sama menjawab:
Tidak adil. Mengapa engkau bisa melakukan yang lebih banyak dari diriku berempat?. Bahkan engkau bisa menyakiti diriku berempat. Mengapa engkau seakan juga bisa menentukan nasibku berempat? Bolehkah aku berempat menirumu? Kalau perlu aku berempat ingin membalas perlakuan burukmu terhadapku.

Manusia berilmu:
Itulah sebenar-benar diriku. Dimensi diriku adalah lebih tinggi dari dimensi dirimu semua. Itulah kodratku dan juga kodratmu. Aku tidak tahu apakah doa-doaku dan juga doa-doamu dapat merubah nasib kita? Tetapi inilah kesaksianku. Bahwa untuk engkau saudaraku manusia, maka ikhtiarmu juga merupakan kodratmu. Itulah sebenar-benar keunggulan manusia dari batu, tumbuhan dan binatang. Jika engkau berusaha, maka dimensimu dapat meningkat setara dengan dimensiku, yaitu menjadi orang yang berilmu. Tetapi tunggulah. Kelihatannya ada orang yang berbeda denganku lewat. Aku ingin bertanya kepada orang itu. Wahai saudaraku siapakah engkau? Apakah engkau mendengarkan percakapanku dengan batu, tumbuh-tumbuhan dan binatang ini? Jika engkau mendengarkan, apakah engkau juga dapat menceritakan pengalamanmu?

Manusia bernurani dan berilmu:
Wahai batu, tumbuh-tumbuhan, binatang dan saudaraku-saudaraku. Sebenar-benar yang terjadi adalah aku mendengar semua percakapanmu semua. Aku juga mempunyai pengalaman, tetapi pengalamanku sangat berbeda dengan pengalamanmu semua. Aku mengalami penderitaan, tetapi penderitaanku tidak seperti penderitaanmu semua. Aku mengalami berbagai macam ketidak adilan, tetapi bukan ketidak adilan seperti yang engkau alami. Aku mengalami banyak penderitaan, tatapi bukan penderitaan seperti yang engkau alami. Aku banyak mengalami perakuan buruk, tetapi tidak seperti perlakuan buruk yang engkau alami. Aku juga mengalami pelecehan, tetapi bukan pelecehan seperti yang engkau alami. Aku aku juga pernah dipukul. Tetapi aku tidak pernah dibelah. Aku tidak pernah dipecah. Aku tidak pernah dihancurkan. Aku tidak pernah diledakkan. Aku tidak pernah disedot oleh akar-akar. Aku tidak ditumbuhi rumput-rumput. Aku tidak disiram air. Aku tidak dijemur di bawah terik matahari. Tetapi ketahuilah bahwa aku gunakan batu dan batang tanaman untuk menangkap engkau wahai binatang. Aku jadikan engkau wahai tumbuhan dan binatang sebagai makananku, selama itu diijinkan oleh Tuhanku. Maka aku berusaha hidup seimbang dan harmonis. Wahai saudaraku sesama manusia, aku juga pernah meninggalkanmu sendirian, tetapi semata karena aku ingin berdoa dan menuntut ilmu. Aku berusaha jangan sampai tidak memberimu hakmu. Aku berusaha menyuruhmu sesuatu fungsi dan tugasmu. Aku mengaturmu itu memang karena amanah yang diberikan kepadaku. Aku berusaha membayar gajimu dengan tepat. Aku selalu berusaha memperdulikanmu. Aku selalu berusaha mendengarkan ucapan dan usulmu. Jika aku sering bepergian sedangkan engkau aku suruh untuk menjaga di sini, itu adalah semata-mata karena perbedaan tugas kita masing-masing. Aku punya banyak teman dan aku anggap engkau juga teman-temanku. Aku punya banyak hiburan tetapi semata-mata untuk mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Aku punya banyak pengalaman tetapi aku berusaha menggunakannya untuk kemaslahatan umat. Aku mengajak kepada saudara-saudaraku marilah selalu menuntut ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat, agar kita bisa meningkatkan dimensi kita. Setinggi tinggi dimensi adalah dimensi absolut, yaitu dimensi Tuhan YME. Aku berusaha selalu melantunkan doa-doaku. Doa-doaku itu adalah untuk semuanya. Ya Tuhan limpahkanlah karunia dan hidayah Mu bagi hamba-hambamu ini. Amien.

36 comments:

  1. Seftika Anggraini
    18709251016
    S2 Pendidikan Matemaika A 2018

    Setiap benda/makhluk memiliki kodratnya masing-masing. Kodrat itu sudah ditetapkan oleh Tuhan dengan segala pertimbangan baik dan buruknya karena Tuhan Maha Adil. Manusia memiliki kodrat dan dimensi yang paling tinggi dibanding benda/makhluk lainnya. Manusia dibagi menjadi tiga, yaitu manusia biasa, manusia berilmu, manusia bernurani dan berilmu. Manusia yang berilmu dan bernurani memiliki derajat paling tinggi karena mereka menggunakan ilmunya dengan baik atas dasar nurani.

    Dalam ajaran Islam, manusia tidak hanya didorong untuk menjadi orang yang beriman, namun juga menjadi orang yang berilmu. Karena orang yang beriman dan berilmu memiliki beberapa derajat (dimensi) yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al Muzadallah (58) : 11 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah Swt. akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah Swt. akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Swt. Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Surah al-Mujadalah/58: 11).

    Terima kasih

    ReplyDelete
  2. Aizza Zakkiyatul Fathin
    18709251014
    Pps Pendidikan Matematika A

    Dalam elegi ini yang disebut sebagai dimensi adalah tingkatan. Manusia hidup didunia diperintahkan untuk selalu berpikir dan berikhtiar untuk selalu meningkatkan dimensinya. Dimensi manusia ditentukan berdasarkan capaian ilmu dan keikhlasannya dalam beribadah. Maka dari itu semakin manusia berilmu dan ikhlas dalam beribadah dimensinya akan semakin tinggi. Karena setinggi-tingginya dimensi hanya milik Sang maha tinggi Alloh SWT.

    ReplyDelete
  3. Dini Arrum Putri
    18709251003
    S2 P Math A 2018

    Sewaktu perkuliahan Bapak Marsigit pernah mengatakan bahwa dimensi adalah tingkatan manusia, jika ditingkatkan lagi akan menjadi spiritualitas yang artinya semua diukur dari tingkat keikhlasan manusia dan imannya untuk selalu berikhtiar.

    ReplyDelete
  4. Herlingga Putuwita Nanmumpuni
    18709251033
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Sebatas menjadi manusia biasa saja tidaklah cukup. Manusia berusaha agar ia menjadi manusia berilmu. Namun ternyata menjadi manusia berilmu pun masih belum cukup. Seorang manusia selain harus berilmu, ia juga harus bernurani. Manusia berilmu dan bernurani tidak akan melakukan yang dilarang oleh Tuhannya. Ia akan berusaha menuntut ilmu baik untuk ilmu dunia maupun akhirat, manusia berilmu dan bernurani akan berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas dirinya. Ia juga akan melakukan hal-hal yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri tapi juga bermanfaat bagi banyak orang.

    ReplyDelete
  5. Hasmiwati
    18709251023
    S2 Pend.Matematika B 2018

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    Dimensi merupakan derajat/tingkatan. Semua yang ada dan yang mungkin ada memiliki dimensinya masing-masing, satu sama lain bisa berbeda-beda. Dalam hidup di dunia kita sebagai manusia tidaklah sendirian. Ada banyak sekali bentuk dari ciptaan Allah. Bisa berupa makhuk hidup seperti hewan dan tumbuhan ataupun benda-benda mati misalkan batu dan tanah. Dari kesemua itu semuanya memiliki dimensi tersendiri dalam kehidupan di dunia ini. Yang kesemuanya saling berkaitan dan saling melengkapi. Tidak ada dimensi ciptaan Allah yang lebih tinggi diantara ciptaan yang lainnya. Kesemuanya memiliki dimensi sebagai ciptaan Allah. Setinggi-tinggi dimensi adalah dimensi absolut yaitu Allah SWT.

    ReplyDelete
  6. Totok Victor Didik Saputro
    18709251002
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Selamat malam Prof.
    Tuhan menciptakan semua makhluk hidup di muka bumi ini sesuai dengan gambar dan citra-Nya. Penciptaan semua makhluk hidup memiliki dimensinya masing-masing. Anugerah yang diberikan mungkin saja berbeda satu sama lainnya. Anugerah ini disesuaikan dengan fungsi dari makhluk hidup itu sendiri. Artinya tidaklah ada makhluk hidup yang lebih sempurna dari sang pencipta, yaitu Tuhan. Artinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kita semua apapun bentuknya haruslah saling melengkapi. Menjalani tugas dan fungsi masing-masing seturut dengan jalan yang diberikan kepada kita. Terima kasih.

    ReplyDelete
  7. Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
    Besse Rahmi Alimin
    18709251039
    s2 Pendidikan Matematika 2018

    Terkait topik bahasan mengenai Elegi Menggapai Dimensi bahwa sebuah sistem yang mengukur gerak bebas, juga sebagai himpunan dari partikular-partikular yang disebut indikator. Dalam filsafat kita ketahui ada empat dimensi yang begitu terkenal yaitu dimensi material, formal, normatif, dan spiritual. Dimensi-dimensi itu berguna untuk mengintesifkan pengertian dari suatu istilah, makna atau bahasa. Keempat dimensi tadi juga masih berdimensi. Material berdimensi, formal berdimensi, normatif berdimensi, dan spiritual juga berdimenai. Dimensi yang satu dengan yang lain saling merentang. Dimensi material meliputi spiritual, dimensi formal meliputi material dan spiritual, dimensi normatif meliputi formal dan spiritual, dan dimensi spiritual meliputi semuanya yaitu material, formal dan normatif. Dimensi material itu dapat diartikan bagaimana orang melihat dan memaknai benda-benda di sekitar kita.

    ReplyDelete
  8. Endah Kusrini
    18709251015
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Di dunia ini, segala hal berjalan sesuai kodratnya masing-masing. Allah SWT telah menciptakan jagat raya beserta hokum-hukum yang mengaturnya. Dalam kaitannya antara makhluk hidup dan tak hidup, makhluk hidup kodratnya lebih tinggi dari makhluk tak hidup. Makhluk hidup sendiri ada manusia, hewan, dan tumbuhan. Hewan lebih tinggi kedudukannya dari pada tumbuhan. Sementara manusia memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada hewan. Manusia pun ada tingkatan-tingkatannya. Manusia berilmu lebih tinggi tingkatannya dari pada manusia biasa. Manusia berilmu dan bernurani memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari pada manusia berilmu. Untuk itu, sebagai manusia hendaknya kita senantiasa belajar agar Allah menjadikan kita sebagai manusia-manusia berilmu. Tak cukup hanya ilmu dunia, hendaknya kita juga mempelajari ilmu agama, agar kita menjadi orang-orang yang bernurani, beriman, dan bertaqwa.

    ReplyDelete
  9. Bayuk Nusantara Kr.J.T
    18701261006

    Semua yang ada di bumi ini hidup dan berada berada pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa cacing yang berada di bawah tanah memiliki derajat lebih tinggi dari pada manusia ketika seorang manusia berlaku semena-mena di bumi begitupun dengan makhluk lainnya.

    ReplyDelete
  10. Yoga Prasetya
    18709251011
    S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
    Tuhan telah menciptakan makhluk hidup dan benda mati sesuai dengan dimensi masing-masing. Tiadalah sama dimensi antara benda yang satu dengan benda yang lain. Manusia memiliki dimensi yang berbeda dengan tumbuhan dan batu. Manusia diberikan akal dan pikiran untuk menuntut ilmu dan kemudian memanfaatkan tumbuhan dan batu sebagai objek dalam hidupnya. Hakekatnya setinggi-tinggi dimensi ciptaan Tuhan adalah dimensi yang selalu ingat kepada Allah SWT dan menjalankan Semua Perintah-Nya serta menjauhi semua Larangan-Nya.

    ReplyDelete
  11. Erma Zelfiana Surni
    18709251009
    S2. P.Matematika A 2018

    Assalamualaikum Wr. Wb
    Manusia merupakan ciptaan Allah S.W.T yang paling tinggi dimensinya dari ciptaan yang lainnya. Hal ini karena manusia diberi akal dan pikiran untuk menebar kebaikan dimuka bumi ini. Namun diantara manusia masih tetap ada tingkatan dimensi, secara berurut yaitu dimensi manusia tidak berakal, manusia berakal, manusia berakal dan berilmu, dan dimensi yang paling tinggi adalah manusia yang berilmu dan bernurani. manusia yang berilmu dan bernurani menjadi dimensi tertinggi karena dimensi yang dimilikinya sudah merentang pada dimensi spritual yang merupakan dimensi turunan dari dimensi absolut Allah SWT. Inilah manusia yang gemar melakukan dan menebar kebaikan dijalanNya, yang terus memperbaiki kualitas HabluminAllah dan Hablum Minannasnya. Sementara dimensi manusia yang paling rendah adalah manusia yang gemar melakukan kerusakan baik untuk dirinya sendiri maupun kerusakan dimuka bumi, merekalah orang yang sekedar memperturutkan egonya, juga bisa sekedar memperturutkan hawa nafsunya. Banyak manusia yang berilmu namun karena tidak bernurani maka ilmu itu justru disalahgunakannya dengan korupsi, nepotisme, dst.

    ReplyDelete
  12. Yuntaman Nahari
    18709251021
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Tugas manusia adalah berusaha meningkatkan dimensinya dengan cara menuntut ilmu dan berdoa. Namun setinggi-tingginya dimensi adalah dimensi Tuhan, dimensi absolut. Tidak ada yang mampu menggapai dimensi tersebut. Dan setinggi-tingginya dimensi manusia adalah ilmu pengetahuan/pengalaman yang mampu memberi keberkahan dan kemaslahatan umat manusia.
    Banyaknya ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang bukan menjadi faktor penentu meningkatnya kualitas diri. Kebermanfaatan dari ilmu pengetahuan lah yang memberi nilai lebih. Karena bukan seberapa banyak ilmu yang menjadi bekal hidup abadi nanti, namun kebermanfaatan dari ilmu lah yang menjadi bekal kita di akhirat nanti. Maka catatlah yang terbaik dari apa yang kau dengar, amalkan yang terbaik dari yang kau catat dan ajarkan yang terbaik dari yang kau amalkan.

    ReplyDelete
  13. Dita Aldila Krisma
    18709251012
    PPs Pendidikan Matematika A 2018

    Dimensi diciptakan untuk mengatur tatanan kehidupan berwujud keharmonisan dan keseimbangan. Dimensi manusia merupakan dimensi yang tinggi dibanding dimensi makhluk hidup yang lain dan dimensi benda mati. Dalam dimensi manusia pun masih ada tingkatannya. Tingkatan manusia yang paling tinggi yaitu manusia yang bernurani dan berilmu. Manusia pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa manusia yang adil dan bijaksana. Memberdayakan dimensi lain sesuai fungsi dan tugasnya, sesuai kodratnya, dan tidak mendholimi makhluk lain. Dan yang penting adalah manusia yang beribadah dan selalu mengingat Sang Pencipta.

    ReplyDelete
  14. Fany Isti Bigo
    18709251020
    PPs UNY PM A 2018

    Antara batu, tumbuhan, binatang dan manusia merupakan tingkatan atau jenis manusia yang sering kita jumpai . Dimensi yang paling atas adalah dimensi manusia yang berhati nurani. Dibawah hati nurani ada manusia yang pintar.
    Alangkah hebatnya setiap dimensi yang digambarkan pada elegi ini dilewati tahap pertahap oleh setiap manusia mulai dari menjadi batu sampai pada puncaknya manusia berhati nurani sehingga setiap dimensi kehidupan ini diarasakan oleh seorang manusia agar pribadi nya dapat dibentuk menuju kesempurnaan.

    ReplyDelete
  15. Janu Arlinwibowo
    18701261012
    PEP 2018

    Tiap benda di dunia memiliki dimensinya masing-masing. Dimensi telah dikaruniakan oleh Alloh pada tian ciptaanya. Batu memiliki dimensinya, tumbuhan memiliki dimensinya, burung memiliki dimensinya, begitu pula manusia. Memang benar manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang kain, nampak karena manusia memiliki kesempatan untuk meningkatkan dimensinya. Berbeda dengan makhluk lain yang hidup dalam dimensinya selamanya. Manusia dapat meningkatkan dimensinya dengan cara-cara positif, belajar agar menjadi lebih pandai, mendekatkan diri pada Alloh agar menjadi lebih bernurani. Inilah bukti dari firman Alloh bahwa manusia dapat mengubah nasibnya jika mau berusaha, salah satu tanda keistimewaan manusia. Berusaha dengan lebih baik dan meminta pada Alloh sebagai pemilik Kuasa, yang memiliki dimensi paling tinggi diantara semua yang ada di Alam semesta.

    ReplyDelete
  16. Elsa Apriska
    18709251005
    S2 PM A 2018

    Tuhan menciptakan makhluknya dengan dimensi dan kodratny masing-masing. Hal ini ditujukan agar kehidupan ini menjadi harmonis dengan keberagaman. Manusia sebagai makhluk paling sempurna yang diciptakan Tuhan dikarunia akal dan pikiran dalam hidup. Namun dikatakan bahwa dimensi manusia yang paling tinggi adalah ketika dia beriman dan berilmu. Karena tidak hanya diperintahkan untuk beriman, manusia juga wajib menjadi manusia berilmu yang nantinya akan bermanfaat terhadap orang lain dengan ilmu yang dimilikinya.

    ReplyDelete
  17. Rindang Maaris Aadzaar
    18709251024
    S2 Pendidikan Matematika 2018 (PM B 2018)

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
    Dimensi bisa bermacam-macam. Dimensi bisa menuju keatas dan ada juga yang menuju kebawah. Contohnya adalah keburukan yang bisa bermacam-macam seperti kebohongan, korupsi, nepotisme, dan lainnya. Hal tersebut termasuk dalam dimensi neraka. Sedangkan orang-orang yang meningkatkan kebaikannya juga bisa termasuk orang-orang yang meningkatkan dimensinya.
    Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

    ReplyDelete
  18. Eka Puspita Sari
    18709251035
    S2 PM B 2018

    Dimensi merupakan tingkatan, setiap dimensi memiliki tingkatan berbeda sesuai dengan ruang dan waktunya. Dimensi tertinggi antara batu, tumbuhan, binatang dan manusia adalah manusia, karena hanya manusia yang mampu menentukan nasib dari ketiganya (batu, tumbuhan dan binatang) manusia juga bersifat determin terhadap ketiganya, sedangkan itu merupakan sifat yang kurang baik. Diantara manusiapun ternyata terdapat dimensi-dimensi lain lagi yang lebih tinggi, dimana dimensi tertinggi dimiliki oleh manusia yang berilmu dan bernurani. Berilmu saja tidak cukup, karena hanya dengan ilmu manusia akan tetap memiliki sifat determin terhadap manusia lain yang dimensinya lebih rendah daripada dirinya. Agar mencapai tingkatan dimensi yang paling tinggi diantara manusia maka ilmu saja tidak cukup, ilmu harus dibarengi dengan nurani. Karena dengan nurani, manusia berilmu lebih menghargai manusia-manusia lain yang berbeda dimensi dengan dia, terutama dengan manusia yang dimensinya lebih rendah, ia akan lebih menghormati meskipun secara dimensi jauh lebih tinggi. Dan dimensi paling tinggi dimiliki oleh sang pemilik dimensi absolut yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

    ReplyDelete
  19. Agnes Teresa Panjaitan
    S2 Pendidikan Matematika A 2018
    18709251013

    Dari elegi ini menggambarkan kehidupan mahluk hidup yang ada di dunia ini, dimulai dari batu yang harus menerima berbagai penderitaan tetapi tidak bisa melakukan banyak hal, begitu juga dengan tumbuhan yang meskipun dapat melakukan sedikit lebih banyak tetapi tetap mengalami penderitaan, begitu juga binatang yang dapat berbuat lebih tetapi tetap tidak bisa menghindar dari penderitaanya. Kemudian tulisan ini menggambarkan berbagai kategori manusia yang ada, meskipun manusia yang satu memiliki dimensi yang sama dengan yang lainnya. Manusia pada umumnya memiliki penderitaan, meskipun berbeda dengan mahluk lainnya tetapi dapat melakukan apapun pada mahluk lainnya. Manusia berilmu dengan penderitaan dan pengetahuannya dapat menggunakan keterampilannya untuk mencari tahu mahluk lainnya, sedangkan manusia yang bernurani dan berilmu akan menggunakan ilmu dan nuraninya untuk mencari tahu dan memberlakukan mahluk lainnya.

    ReplyDelete
  20. Diana Prastiwi
    18709251004
    S2 P. Mat A 2018

    Kebenaran manusia itu relatif. Benarnya manusia sesuai dengan sudut pandang dan keperluan orang memandang kebenaran itu sendiri. Jika meruapkan kebenaran mesti dirakan oleh semua orang, dan setiap orang mengatakan itu benar. Kebenaran yang sejati adalah kebenaran absolute milik Allah SWT. sesuatu yang datangnya dari Tuhan Yang Maha Esa adalah sesuai yang benar adanya, pasti benar jika dibuktikan. namun terkadang manusia sulit untuk menerima kebenaran yang kekal ini.Maka untuk memutuskan kebenaran, kita harus berlandaskan dan berdekatan dengan Allah SWT. Apalagi kebenaran itu tergantung ruang dak waktu , persepsi setiap orang pun berbeda beda. Maka hanya kepadaNya kita berlindung

    ReplyDelete
  21. Diana Prastiwi
    18709251004
    S2 P. Mat A 2018

    Dimensi manusia adalah dimensi manusia itu sendiri. Tidak mungkin manusia bisa menembus dimensi hewan, malaikat apalagi dimensi spiritual tertinggi yaitu Allah. Maka dari itu, setiap ujian cobaan yang datang sudah tentu sudah sesuai dengan takarannya. Cobaan tidak pernah melebihi batas kemampuan kita. Manusia diciptakan hanya untuk beribadah semata-mata kepada ALLAH SWT untuk meningkatkan derajat(dimensi)nya. Dan untuk meningkatkan derajat dimensinya tersebut manusia harus belajar, mengaji, berguru, berilmu. Seperti yang ada bahwa dimensi yang tertinggi adalah demensi spiritual yang mendasari semua kegiatan.

    ReplyDelete
  22. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
    Belajarlah dari batu, meski ia terkikis dan diabaikan, ia tetap kuat. Ia tak peduli bagaimana apa saja yang berusaha selalu mengikisnya. Ia tak peduli bagaimana ia diabaikan. Ia hanya selalu berusaha tetap kuat meski banyak cobaan dan rintangan yang menghadang. Justru ia menjadikan halangan dan rintangan itu sebagai sesuatu yang positif untuk lebih baik ke depannya. Ia menjadikan halangan rintangan itu sebagai sesuatu untuk meraih suksesnya. Karena batu tidak pernah mengeluh dengan keadaannya. Terima kasih.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

    ReplyDelete
  23. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
    Allah berfirman dalam Qur’an Surat Ar Ra’d ayat 11 yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka.” Allah akan mengubah nasib ketika kita berusaha maksimal untuk mewujudkan keinginan kita karena rezki dan pertolongan Allah datang dari tempat yang tidak kita duga-duga. Terima kasih.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

    ReplyDelete
  24. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
    Apa yang terjadi dalam kehidupan ini sudah diatur oleh Allah. Ada kalanya peritiwa hidup kita membuat kita senang, sedih, takut, kecewa, kaget, takjub, dan lainnya. Dari berbagai perasaan tersebut tentu ada hikmah yang dapat kita ambil. Allah menciptakan senang untuk mengingatkan kita akan berbagi kebahagiaan, Allah menciptakan sedih agar kita lebih dekat lagi kepadaNya. Karena ketika sedih, manusia memiliki kecenderungan untuk berkeluh-kesah. Berkeluh kesahlah kepadaNya. Dekatilah Allah agar kita mendapatkan jalan keluar dari kesedihan kita. Setiap rasa menyimpan makna. Pekalah atas makna-makna rasa dalam hidup ini. Pekalah atas setiap peristiwa yang kita pikir sebagai kebetulan. Tak ada kebetulan, karena dari setiap peristiwa terkandung makna. Makna yang Allah harap kita bisa ambil agar kita bisa semakin dekat pada Nya. Syukuri apa yang ada. Jalani dan lakukanlah dengan ikhlas. Terima kasih.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

    ReplyDelete
  25. Amalia Nur Rachman
    18709251042
    S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018

    Semua sesuatunya di dunia ini diciptakan sesuai dengan kadar dan kodrat masing-masing. Maka, manfaat dan kondisi setiap makhluk pun berbeda beda. Ada pepatah mengatakan di atas langit masih ada langit, makan dimanapun kita berada sudah selayaknya kita tau bagaimana kita menempatkan diri dan melakukan sesuatu sesuai dengan tuntunan dan syariat norma dan agama.

    ReplyDelete
  26. Kartianom
    18701261001
    S3 PEP 2018

    Dalam filsafat setiap yang ada dan yang mungkin ada itu berdimensi. Begitu pula dengan setiap makhluk ciptaan Tuhan berdimensi. Berdasarkan elegi di atas dapat diketahui bahwa setiap makhluk Tuhan memiliki pengalaman, kelebihan, kekurangan, dan manfaat yang berbeda-beda. Mendapatkan perbuatan baik maupun buruk yang berbeda-beda pula. Melalui pengalaman tersebutlah kita dapat meningkatkan dimensi kita.

    ReplyDelete
  27. Zuari Anzar
    19701251006
    S2 PEP A 2019

    Dimensi merupakan derajat atau tingkatan yang membedakan semua yang ada dan yang mungkin ada sesuai dengan ruang dan waktunya. Tuhan menciptakan semua makhluk sesuai dimensinya masing-masing, yang secara keseluruhan saling berkaitan dan saling melengkapi. Untuk meninggkatkan dimensi kita, kita harus selalu menuntut ilmu dunia maupun akhirat dan menggunakan penggalaman yang ada untuk kemaslahatan

    ReplyDelete
  28. Tiara Wahyu Anggraini
    19709251065
    S2 Pendidikan Matematika D 2019

    Setiap benda hidup maupun mati memiliki dimensi yang berbeda-beda. Dengan adanya perbedaan dimensi itu berarti ada perbedaan tingkatan yang digunakan untuk membedakan benda-benda tersebut. Seperti yang digambarkan di atas, bahwa dimensi batu, tumbuhan, hewan dan manusia memiliki dimensi yang berbeda-beda. Bukan Cuma itu, terhadap sesame manusia juga memiliki dimensi yang berbeda-beda pula, yaitu mulai dari manusia biasa, manusia berilmu dan manusia bernurani dan berilmu. Dari sini bisa kita lihat, manusia yang hanya berilmu saja masih kalah dimensinya dengan manusia yang memiliki ilmu dan bernurani. Seseorang yang memiliki ilmu dan bernurani ialah manusia yang paling tinggi derajatnya di mata Allah SWT, mengapa? Karena mereka dapat menggunakan ilmunya dengan baik dan menggunakan hati nuraninya ketika melakukan sesuatu.

    ReplyDelete
  29. Wilis Putri Hapsari
    19701251017
    S2 PEP A 2019

    Tiap-tiap dimensi dalam keberadaannya menghadirkan tantangan serta tanggungjawab masing-masing yang saling hadir berkelindan satu sama lain sebagai jalinan singgungan dengan dimensi yang lainnya. Batu yang merasa tidak mendapatkan keandilan apapun dalam jagad penganiayaan sesungguhnya sedang berperan menjadi pihak yang diuntungkan sekaligus. Batu tak bertanggungjawab apapun atas penganiyayan, sedang manusia yang mempunyai berilmu dan bernurani adalah pihak yang paling tersiksa karena melaksanakan dan merasakan sekaligus akan tanggungjawab dimensinya yang luas. Sesungguhnya keberadaan masing-masing dimensi tidaklah dapat ditimbang mana yang paling berandil, karena mereka adalah komponen dari satu sama lain untuk menciptakan definisi dan batasnya masing-masing.

    ReplyDelete
  30. Hajra Yansa
    19701251012
    S2 PEP A 2019

    Setiap makhluk yang diciptakanan Allah SWT memiliki dimensinya masing-masing. Sebuah tingkatan yang sebenarnya menunjukan simbiosis antar makhuk. Dimensi manusia adalah lebih tinggi dari dimensi batu (benda mati), tumbuhan dan hewann. Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk menjaga alam sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Itulah sebenar-benarnya manusia yang berilmu yang menjaga alam, Menggunakan hasil alam sebaik-baiknya demi kebermanfaatan dan kelestarian alam itu sendiri. Namun setinggi-tingginya dimensi adalah dimensinya Allah. Dialah yang kuasa dan menguasai alam semesta.

    ReplyDelete
  31. Khintoko Intan Permatasari
    19701251020
    S2 PEP A 2019

    Elegi tersebut menyadarkan kita bahwa kebenaran manusia itu relatif. Kebenaran yang sejati adalah kebenaran absolute milik Allah SWT. Maka untuk memutuskan kebenaran, kita harus berlandaskan dan berdekatan dengan Allah SWT, menjauhi setiap larangan dan menjalankan setiap perintah-Nya. Meskipun kebenaran bersifat relative namun untuk beberapa hal yang berkaitan dengan hati dan tujuan hidup, kebenaran mendekati absolut. Apalagi kebenaran itu tergantung ruang dan waktu , persepsi setiap orang pun berbeda - beda. Maka hanya kepadaNya kita berlindung .

    ReplyDelete
  32. Puspitarani
    19709251062
    S2 Pendidikan Matematika D 2019

    Terima kasih Bapak atas Elegi Menggapai Dimensi yang telah Bapak share kepada kami. Yang dapat saya peroleh setelah membaca elegi ini adalah kehidupan itu berlapis-lapis dan berdimensi. Allah menciptakan batu, bintang, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia itu ada tujuannya dan ada kegunaannya. Batu mempunyai sejarahnya sendiri mengapa dia disebut batu, dan untuk apa batu digunakan. Bintang terlihat indah di malam hari. Tumbuh-tumbuhan diciptakan untuk menghijaukan bumi ini, untuk dikonsumsi oleh para konsumennya, dan manusia diciptakan untuk merawat bumi. Manusia tidak boleh semena-mena dengan batu dan tumbuh-tumbuhan sekalipun. Batu dan tumbuhan juga mempunyai perasaan. Baik manusia, batu dan tumbuh-tumbuhan sama-sama diciptakan oleh Allah untuk saling melengkapi kehidupan ini.

    ReplyDelete
  33. Indra Kusuma Wijayanti
    18709251046
    Pendidikan Matematika S2 C
    Setiap objek yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini memiliki dimensi yang berbeda-beda. Bahkan antar objek yang sejenis pun juga berdimensi. Kita sebagai manusia memiliki dimensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ciptaan Allah yang lainnya, seperti benda mati, tumbuhan dan binatang. Lebih dari itu, dalam lingkup manusia pun juga terdapat berbagai dimensi.

    ReplyDelete
  34. Indra Kusuma Wijayanti
    18709251046
    Pendidikan Matematika S2 C
    Manusia yang berilmu memiliki dimensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan manusia yang tidak berilmu. Jika kita berusaha meningkatkan ilmu, maka dimensi kita akan meningkat. Sementara manusia yang berilmu saja memiliki dimensi yang lebih rendah dibandingkan dengan manusia yang berilmu sekaligus bernurani. Manusia yang berilmu dan bernurani ialah manusia yang sopan santun terhadap ruang dan waktu. Maka, kita hendaknya selalu mengembangkan ilmu pengetahuan yang kita miliki, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Namun, di atas itu semua, dimensi yang paling tinggi ialah dimensi Tuhan YME.

    ReplyDelete
  35. Ardhya Handayani
    19701251015
    S2 PEP 2019 A

    Dari elegi ini hal yang dapat saya pahami adalah segala hal didunia ini memiliki dimensi nya masing masing. Dimensi dalam elegi ini adalah tingkatan atau derajat. Dimensi yang dimiliki seseorang bisa tetap (berjalan seperti kodratnya) seperti yang terjadi pada batu, dan tumbuhan (dalam elegi ini), namun dapat pula ditingkatkan. Dalam diri manusia dimensi ditentukan oleh ikhtiranya. Dimensi dapat ditingkatkan dengan mencari ilmu dunia dan akhirat. Dari elegi ini diingatkan untuk selalu memperbaiki diri dan mendekatkan diri pada Allah SWT, sehingga dapat meningkatkan dimensi dalam diri.

    ReplyDelete
  36. Dhamar Widya Safitri
    19701251009
    S2 PEP A 2019

    Assalamualaikum.
    Semua mahluk memiliki dimensinya masing-masing. Dimensi atas menguasai dimensi di bawahnya, namun ia dikuasai dimensi di atasnya. Begitu seterusnya. Namun, dimensi yang paling tinggi adalah dimensi Allah.
    Terimakasih

    ReplyDelete