The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Oct 28, 2014
Elegi Logos Berdialog Dengan Belalang
Dialog berikut dibuat berdasarkan kisah nyata pertemuan antara Logos dengan sekumpulan Belalang terdiri dari 25 ekor, yang terjadi pada Ruang dan Waktu Formal.
Logos :
Saya sedang menyaksikan di depanku ada 1, 2, 3, .....dst 25 ekor Belalang
Wahai Belalang 1, mengertikah engkau dengan ucapanku ini?
Belalang 1:
Wahai Sogol, sebenar-benarnya saya adalah sedang lapar?
Logos :
Wahai Belalang 2, siapakah dirimu itu?
Belalang 2:
Wahai Sgool, saya sedang memburu mangsa?
Logos:
Wahai Belalang 3, dari manakah dirimu itu?
Belalang 3:
Wahai slogo, mangsa hampir kutangkap.
Logos:
Wahai Belalang 4, siapakah namamu itu?
Belalang 4, aku siap melompat.
Logos:
Wahai Belalang 5, mau kemanakah engkau itu?
Belalang 5:
Wahai goolos, minggir itu ada belalang cantik.
Logos:
Wahai Belalang 6, apakah makanan kesukaanmu itu?
Belalang 6:
Wahai gosool, aku ingin gosool.
Logos:
Wahai Belalang 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 apakah engkau mendengan kata-kata saya?
Belalang 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15:
Osloog..osloog bathok. Bathok e ila ilu.
Logos:
Wahai Belalang 16, 17, 18, 19, 20, apakah engkau melihat diriku?
Belalang 16, 17, 18, 19, 20:
Daun pucuk ternyata lebih enak dari daun pangkal.
Logos:
Wahai Belalang 21, 22, 23, 24, apakah engkau mampu berpikir?
Belalang 21, 22, 23, 24:
Kakiku lebih berguna dari sayapku.
Logos:
Dimana Belalang 25? O rupanya dia terperangkap oleh jaring laba-laba.
Logos:
Oh kenapa tiba-tiba pikiranku lelah, staminaku menurun. Wahai Orang Tua Berambut Putih, bersediakah engkau menolong diriku?
Orang Tua Berambut Putih:
Aku sudah tahu persoalanmu. Kesalahanmu adalah engkau mengharapkan yang terlalu tinggi dari seekor Belalang.
Logos:
Bukankah aku sudah berikhtiar, tetapi kepada Belalang tetaplah Belalang. Apakah tidak boleh seekor Belalang berkenalan dengan Logos.
Orang Tua Berambut Putih:
Boleh sih boleh. Tetapi ambisimu agar para Belalang mempunyai Logos itulah yang bermasalah.
Logos:
Wahai Spiritual, bagaimana pendapatmu tentang hal ini?
Spiritualisme:
Aku melihat baik Logos maupun para Belalang sama-sama mempunyai kesalahan dan kesombongan masing-masing. Saranku adalah agar engkau semuanya segera merefleksikan diri dan mohon ampun atas segala kesalahan.
Orang Tua Berambut Putih:
Tiadalah sebenar-benar dirimu itu Logos; yang benar adalah engkau sedang berusaha menggapai Logos.
Tiadalah sebenar-benar dirimu Belalang; yang benar adalah engkau sedang berusaha menggapai Dewa. Belalang adalah dirimu yang terperangkap oleh Ruang dan Waktumu; sedangkan Dewa adalah dirimu yang berhasil menembus Ruang dan Waktu bersama Logosmu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dari percakapan antara logos dan belalang, dapat kita ambil kesimpulan bahwa kita tidak boleh terlalu ambisius saat ingin mencapai sesuatu yang diinginkan. Ambisisus itu merupakan cita-cita yang diniati dengan ego dan sifat determine yang besar, semua itu harus dibarengi dengan motif, doa, dan komunikasi. Jika hanya ambisi saja dikhawatirkan akan terjebak dalam tempat yang sempit dan parsial yang seakan-akan hal tersebut sudah menjadi kebenaran yang universal, namun sebetulnya tidak. Misalnya ambisius salah satunya dapat menimbulkan keadaan perfectionist, perfect itu yang mengidam-idamkan atau menginginkan segala sesuatu itu sempurna. Padahal sebenar-benarnya manusia yang sempurna itu adalah yang sadar akan ketidaksempurnaan. Maka yang dikatakan perfect itu adalah sempurna dalam kesempurnaan, sempurna dalam ketidaksempurnaan dan tidak sempurna dalam kesempurnaan. Tetapi jika kita parsial perfect itu sempurna sesuai dengan yang dipikirkan dan dirasakan, namun hal tersebut mengakibatkan ketidaksesuaian dengan orang lain. Maka dari itu ambisi harus diimbangi dengan ikhtiar dan doa. Jadi dalam menghadapi persoalan, solusinya bisa cepat atau lambat, bahkan bisa bertahun-tahun. Sabar, berdoa dan ikhtiar yang perlu kita lakukan dalam menentukan sebuah solusi.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika B
Saya rasa percakapan diatas sangat menarik. Dari percakapa diatas dapat diceritakan bahwa logos sangat berharap pada belalang, meskipun ia juga sedang memperingatkan si belalang namun si belalang tidak mendengarkan. Ia hanya berambisi untuk memiliki atau menggapai sesuatu. Ambisi yang disertai kesombongan tersebut akhirnya berakhir dengan seekor belalang terperangkap oleh jarring laba-laba. Cerita pada tulisan diatas mengajarkan kita bahwa sesungguhnya kesombongan akan menghancurkan diri kita sendiri. Ambisiusitas yang tidak terkontrol pun akan menghancurkan diri kita juga. Terkadang kita perlu mendengarkan saran dari orang lain untuk mengontrol emosi dan hawa nafsu kita sehingga nantinya kita tidak terjebak dalam kesombongan. Selain itu, manusia tidak terikat ruang dan waktu. Ia bisa menjadi dirinya sendiri, bisa menjadi orang lain, dan bisa menjadi apa saja. Sehingga yang dikatakan oleh orang tua berambut putih “tiadalah sebenar-benar dirimu itu logos” bahwa iadalah sebenar-benarnya dirimu adalah dirimu sendiri. Mari memohon ampun dari kesombongan-kesombongan yang tidak sengaja pernah kita lakukan. Na’udzubillahi min dzaalik.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Dialog belalang tersebut bisa mencerminkan kehidupan manusia saat ini, atau mungkin sejak manusia jaman dulu. Perbedaan yang dipaksakan, itu merupakan inti yang bisa saya petik dari dialog di atas. Misalnya, manusia A menceritakan tentang masalahnya lalu manusia B menanggapi dengan memberikan masukan-masukan yang dapat meringankan beban pikiran, sedangkan manusia C menyanggah masukan manusia B dan memberikan masukannya. Manusia C menganggap masukannya lah yang harus diikuti oleh manusia A, dari situ bisa juga dipetik bahwa menghargai beriringan dengan tidak menghargai di mana sanagat tipis sekali perbedaannya. Kadang, saat menghargai pendapat orang lain secara tidak sadar juga dirinya sendiri memberikan pendapat yang menjatuhkan pendapat orang lain. Sehingga, perlu adanya kesadaran diri atau refleksi diri setiap harinya agar mencapai logos tertentu.
Falenthino Sampouw
ReplyDelete18709251006
S2 Pendidikan Matematika
Selamat sore, Prof.
Logos berpengaruh pada dimensi. Dimensi pencari logos dan belalang berbeda. Manusia adalah dewa dari belalang. Karena kemampuan mencapai logosnya telah berbeda. Belalang tak akan sanggup menggapai logosnya manusia tanpa keajaiban dari Tuhan Sang Pencipta. Jadi tanpa Bantuan Yang Maha Kuasa, sangat sulit bagi manusia melakukan segala upaya agar belalang harus menggapai logos yang setara dengan manusia.
Terima kasih, Prof.
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Dari elegi ini Saya mendapatkan pelajaran bagaimana seseorang harus pandai berkomunikasi. Dalam komunikasi dengan orang lain sudah seharusnya kita menyesuaikan dengan orang tersebut. Apabila dalam berkomunikasi gunakan bahasa dan topik bahasan yang sesuai. Ketika kita menggunakan bahasa yang terlalu tinggi maka yang terjadi seperti logos dan belalang tidak nyambung. Justru logos yang demikian telah berlaku sombong. Orang yang cerdas adalah orang yang dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Berlaku sombong adalah keadaan yang berhenti dalam berpikir, karena sudah merasa puas apa yang dia peroleh. Padahal sebenar-benar kita adalah semata-mata sedang menggapai logos atau ilmu pengetahuan.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Berdasarkan elegi tersebut bahwa kesombongan merupakan hal yang harus kita buang dari dalam diri kita. Kesombongan yang ada dalam diri kita akan membuat diri kita menjadi seseorang yang ambisius, dimana ambisius tersebut dapat memberikan pengaruh buruk. Ambisius bisa berakibat hilangnya kontrol didalam diri kita. Sedangkan untuk dapat menjalani kehidupan dengan baik diperlukan kontrol diri yang baik. Oleh karena itu, agar kita terjauh dari keinginan yang berlebih atau ambisius maka yang harus kita lakukan yaitu menghilangkan kesombongan. Sifat sombong dapat kita hilangkan jika kita sudah mampu mengolah pikiran dan hati dengan baik.
Rosi anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr wb
Dialog yang sangat menarik pak. Dari cerita di atas saya dapat menarik kesimpulan bahwa suatu keinginan di luar kemampuan tidak boleh dipaksakan. Seperti pemikiran logos terhadap seekor belalang, bagaimanapun si logos berkata pemikiran si belalang tidak akan pernah sama. Suatu keinginan merupakan suatu pengharapan seseorang terhadap sesuatu, memang benar dalam kehidupan manusia harus memiliki suatu pengharapan agar hidup lebih terarah dan memiliki tujuan.
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Elegi di atas menyampaikan bahwa Logos mengharapkan sesuatu yang terlalu tinggi dari seekor belalang. Yang saya pahami disini bukan berarti belalang tidak bisa menggapai logosnya manusia hanya saja memang belalang dan manusia itu sudah berbeda dimensi. Mungkin juka dikaitkan dengan kehidupan manusia adalah setiap manusia itu memiilki keterbatasannya. Tidak semua yang ia ingini bisa ia dapatkan. Karena itu lah manusia memerlukan bantuan dari Yang Maha Kuasa atas keterbatasannya tersebut.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
PEP S3
Yang benar adalah engkau sedang menggapai logos. Seseorang jika sudah merasa menggapai logos, maka, dia akan berhenti untuk berpikir. Dengan demikian, kita tidak boleh merasa cepat mengerti sehingga akan tetap belajar.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda beda, seperti yang diilustrasikan pad dialog elegi di atas. Namun, yang dapat kita petik yaitu, ketika kita menuntut ilmu harus diiringi dengan keikhlasan, daya juang yang tinggi, dan doa yang akan mendukung segala keberhasilan melalui proses dengan KuasaNya. Yang perlu diingat yaitu jangan sampai ada kesombongan dalam diri kita, karena kesombogan hanya akan membuat diri kita terjerumus pada sudut pandang yang salah mengenai dunia dan kebenaran yang sesungguhnya. Maka dari itu, dalam berfilsafat kita sebaiknya mempunyai pikiran yang luas dan mendalam yang selalu didasari pada spiritualitas
Surya Shofiyana Sukarman
ReplyDelete18709251017
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Dari postingan diatas kita dapat memetik pelajaran bahwa sepatutnya mausia terus belajar dan memperbaiki di, baik itu untuk dunia maupun untuk akhirat, marilah belajar dengan bijak, dengan ambisi yang terkontrol agar terjauh dari sifat sombong. Manusia tidak akan mampu menggapai semua ilmu yang ada di dunia ini, karena di atas ilmu masih ada ilmu, di atasnya pun masih ada ilmu, di atas atasnya ilmu masih ada ilmu lagi, begitulah seterusnya.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Bagi logos kebenaran adalah ketika ia tetap berusaha mencari kebenaran sehingga ia selalu terhindar dari mitos. Sebaliknya bagi mitos, kebenaran adalah ketika mitos mampu mempengaruhi logos agar berubah menjadi mitos. Untuk itulah selalu berusahalah untuk memperoleh kebenaran yang sebenar-benarnya. Kebenaran yang absolut adalah kebenaran Allah S.W.T..
Nur Afni
ReplyDelete18709251027
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
pesan yang tersirat dari elegi ini adalah bahwa sebagai makhluk cipataan Tuhan janganlah kita sombong. Karena Tuhan menciptakan setiap manusia dengan baik. Sesungguhnya Tuhan juga tidak menyukai perbuatan yang berlebihan. Tetap berlaku sesuai kaidah dan norma yang berlaku. Sombong tidak akan memberi manfaat. Mohonlah maaf dan ampun setelah kita mendapatkan suatu pengetahuan dan mohon untuk tidak dijadikan sebgai suatu kesombongan. terimakasih
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Dalam elegi tersebut diceritakan bahwa logos selalu berusaha berbicara dengan belalang dengan harapan belalang dapat melakukan apa yang logos inginkan. Dan kenyataannya belalang tak mampu melakukan sesuatu tersebut, sesuatu yang diinginkan belalang. Namun belalang nampaknya terlalu ambius dan sombong menginginkan dan menganggap segala sesuatunya harus dan pasti berputar sesuai dengan kehendaknya. Memang tidak ada yang salah dengan usaha dan ikhtiar, bahkan usaha dan ikhtiar merupakan sebuah kewajiban yang harus kita lakukan. Yang salah adalah saat kita berpikiran bahwa hasilnya harus sesuai dengan usaha yang kita lakukan. Jangan pernah lupakan bahwa kewajiban kita memang berusaha dan berdoa dengan maksimal sesuai dengan versi terbaik kita, namun yang namanya sebuah ketetapan tetaplah berada ditangan Sang Penentu Ketetapan yaitu Allah SWT. Dan ingatlah bahwa semua ketetapan Allah itu baik, jika memang terlihat tidak baik, maka sesungguhnya pasti ada kebaikan yang terkandung didalamnya.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Percakapan logos dan belalang memberikan makna bahwa sesungguhnya manusia memiliki sifat ambisius dalam menginginkan sesuatu. Ambisius yang tidak baik atau akan menghalalkan berbagai macam cara. Ambisius yang negatif akan mengantarkan kepada kesombongan. Namun ambisius yang positif selalu memikirkan dampak atas perbuatan yang akan dilakukan, serta memohon pertolongan kepada Allah SWT dengan cara berdoa agar keinginan atau harapannya segera terwujud, ketika keinginan tersebut belum terwujud, seseorang yang memiliki ambisius positif akan berpikir positif dan menerima dengan hati yang ikhlas.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Manusia harus senantiasa menggunakan pikirannya untuk berpikir. Manusia yang hanya menuruti nafsunya tanpa mengguanakan pikirannya sama saja seperti belalang. Manusia yang hidupnya hanya mementingkan makan dan kesenangan dunia sama saja seperti belalang. Bahkan jika tidak menggunakan pikiran, hanya mementingkan nafsu keduniaan, ditambah bersikap sombong terhadap sesame, maka bisa jadi orang seperti ini lebih buruk dari pada belalang. Semoga kita dapat terhindar dari perilaku-perilaku demikian. Amiin.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Dimensi belalang dan manusia itu berbeda. Logos bagi belalang dan bagi manusia pun berbeda. Belalang tak pernah mampu menggapai logos manusia. Begitupun manusia yang memiliki kemampuan untuk berpikir juga tidak bisa mengajak berdiskusi dengan belalang, hal itu karena perbedaan dimensi. Dalam hal ini, hal yang bisa dipetik adalah tidaklah pantas kita menyombongkan ilmu yang kita miliki, kita harus bisa menyesuaikan diri kapan ilmu tersebut harus digunakan, dan memahami pihak
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Elegi di atas penuh makna. Ketika diterapkan dalam pembelajaran, kita harus bisa melakukan komunikasi secara baik dengan siswa. Dengan adanya komunikasi yang baik dengan siswa, pendidik bisa memposisikan diri dengan tepat tanpa berekspektasi yang terlalu tinggi kepada siswa. Selain itu, pendidik akan mempu memfasilitasi siswa untuk mencapai prestasi optimalnya.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda, dan memiliki pemikiran yang berbeda pula. Terhadap guru pun begitu, ada siswa yang menganggap guru sebagai teman, guru sebagai orang yang ditakuti, guru sebagai musuh, dll. Kita sebagai guru tak bisa mengaharapkan sesuatu yang tinggi dari siswa, kita tak bisa memaksakan apa yang mereka pikirkan, kita tak bisa memaksakan bahwa pikiran siswa haruslah sama dengan pikiran guru, jawaban siswa adalah jawaban yang benar menurut pikiran guru. Kita tak bisa memaksa mereka harus selalu benar. Misalnya saja dalam menyusun RPP, ketika dalam alokasi waktu 80 menit guru ingin membelajarkan tentang luas permukaan dan volume kubus, namun pada kenyataannya siswasulit untuk menemukan konsep mereka, kita sebagai guru tak boleh memaksakan bahwa keterlaksanaan pembelajaran harus sesuai dengan RPP yang kita susun, karena tujuan guru bukanlah untuk menyesuaikan RPP, namun tujuan guru adalah menuntun dan memfasilitasi siswa agar mereka menemukan konsep mereka sendiri.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Elegi diatas menceritakan logos yang berekspektasi terlalu tinggi terhadap belalang. Elegi tersebut bisa dijadikan sebagai sebuah analogi dari guru yang selalu berekspektasi tinggi terhadap murid-muridnya. Padahal, jelas guru dan siswa memiliki kemampuan menembus ruang dan waktu yang berbeda. Sehingga, guru tidak seharusnya semena-mena memberikan ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap siswa, kemudian menyalahkan kemampuan siswa jikalau ternyata kenyataan yang didapat oleh guru tidak sesuai dengan ekspektasiya. Guru seharusnya memiliki sifat yang santun terhadap siswa-siswanya.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Dari elegi tersebut, logos sangat berharap pada belalang, meskipun ia sedang memperingatkan belalang namun belalang tidak pernah mendengarkan nasihat dari logos. Belalang hanya berambisi untuk memiliki atau menggapai sesuatu. Ambisi yang disertai kesombongan tersebut akhirnya berakhir dengan terperangkapnya belalang oleh jaring laba-laba.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Dari cerita singkat yang saya ambil intisarinya, sesungguhnya kesombongan akan menghancurkan diri kita. Ambisius yang tidak terkontrol akan menghancurkan diri juga. Terkadang kita perlu mendengarkan saran dari orang lain untuk mengontrol ambisi kita sehingga nantinya tidak terjebak dalam kesombongan.
Fabri Hidayatullah
ReplyDelete18709251028
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Dialog ini dapat dipikirkan seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Dialog antara logos dan belalang ini dapat memberikan gambaran tentang komunikasi antara guru dengan siswa. Seringkali guru memiliki harapan yang terlalu tinggi pada siswa untuk dapat memahami seperti yang ia pahami. Atau guru menggunakan bahasa komunikasi yang tidak sesuai dengan kemampauan siswa. Sementara di pihak lain, siswa tidak bersungguh-sungguh dalam berikhtiar untuk memahaminya. Oleh karena itu, komunikasi antara guru dengan siswa tidak dapat berjalan dengan baik. Hal ini bukan berarti salah guru atau salah siswa saja, baik guru maupun siswa perlu melakukan refleksi diri
Kartianom
ReplyDelete18701261001
S3 PEP 2018
Dari elegi di atas mengingatkan saya bahwa sebagai seorang manusia kita tidak bisa memaksakan kehendak kita terhadap orang lain. Seperti juga seorang guru yang tidak bisa memaksakan agar siswanya memahami sesuatu sesuai dengan pemahaman yang dimiliki gurunya.
Hendra B.
ReplyDelete18701261008
PEP S3 2018
Aku melihat baik Logos maupun para Belalang sama-sama mempunyai kesalahan dan kesombongan masing-masing. Saranku adalah agar engkau semuanya segera merefleksikan diri dan mohon ampun atas segala kesalahan. Ini smeacam kesmobongan tersembunyi sebenarnya niat kita baik akan tetapi ternyata kebaikan itu ada sedikit titik rasa kesomobongan dan bisa jadi hal itu yang membuat belalang tidak bisa menerima logos
Imroatus Syarifah
ReplyDelete19709251057
Pend. Matematika S2 D 2019
Berdasarkan elegi diatas dpat dipetik beberapa hal antaar percakapan logos dan belalang. Dimana keduanya sebaiknya saling menekan ego. Seseorang boleh mengharapkan orang lain untuk memahaminya atau mengharapkan respon yang baik, tetapi jangan memaksa. Boleh saja tetapi perlahan. Tetapi di lain pihak, seseorang jika sedang diharapakan jangan mengecewakannya, diperlukan usaha untuk mewujudkannya, terlebih demi kebaikan.
Dhamar Widya Safitri
ReplyDelete19701251009
S2 PEP A 2019
Assalamualaikum.
Semua manusia memiliki kesombongan dan kesalahannya masing-masing. Yang terbaik adalah segera menyadarinya. Meminta maaf dan memperbaiki kesalahan yang diperbuat, juga tidak lagi berlaku sombong dan melakukan kesalahan yang sama.
Terimakasih
Hidayatul wafiroh
ReplyDelete19701251010
S2 PEP A 2019
Tiadalah sebenar-benar dirimu belalang, yang benar adalah engkau sedang berusaha menggapai dewa. Berarti sebenar-benarnya murid adalah yang sedang berusaja menggapi ilmu yang dimiliki oleh gurunya. Dalam menggapi logos (ilmu) kita terkadang memiliki kesalahan dan kesombongan. Sehingga kita tidak mau untuk menggapai logos yang lain karena marasa ilmu kita sudah paling tinggi. Padahal yang seharusnya menuntut ilmu adalah diri kita yang berhasil menembus ruang dan waktu bersama logos (ilmu). Kita harus selalu perpikiran terbuka, karena manusia tidak ada yang sempurna dan ilmu tertinggi adalah ilmu Allah.
Sintha fardu anggraeni
ReplyDelete19709251071
S2 Pend Matematika/ D/ 2019
Terimaksih Bapak Prof Marsigit. saya menyadari bahwa pada dasarnya setiap orang mampu untuk menjadikan dirinya menjadi seperti apa yang setiap orang inginkan, hal ini tergantung tergantung apakah dirinya mampu untuk mengetahui jati dirinya. Selain itu, tergantu pula bagaimana dia memposisikan dirinya, ada dimana dan dalam keadaan bagaimana, dengan dia mampu menyesuaikan diri di antara ruang dan waktu. Setiap-setiap aspek ini harus seimbang antara ruang dan waktu. Dari hal itu seseorang bisa menjadi hal yang baik atau yang buruk pula.
Dini Senjaningrum
ReplyDelete19709251067
Pendidikan Matematika D 2019
Dari percakapan di atas, terdapat perbedaan antara ikhiar dan ambisi. Ikhtiar adalah usaha untuk mencapai tujuan dan berlandaskan aturan dan ketentuan yang berlaku. Sedangakan ambisi adalah keinginan yang kuat untuk mencapai sesuatu tujuan. Setiap orang pasti ingin mencapai kesuksesan, itu dapat diartikan sebagai ambisi. Untuk mewujudkan ambisi tersebut, kita perlu adanya ikhtiar. Akan tetapi suatu ambisi tanpa melihat ketantuan dan aturan yang berlaku hanyalah sekedar ambisi semata.
Jewish Van Septriwanto
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika D 2019
19709251077
Dari elegi ini saya membayangkan tentang hubungan antar guru dan siswa. Dimana terkadang, beberapa guru menginginkan pemahaman mereka sama dengan teman-teman yang lain. Sementara setiap siswa berbeda dan membutuhkan perlakuan berbeda. Menurut saya tidaklah salah bagi guru untuk mengharapkan siswa berhasil dalam pelajaran yang sedang diajarkan, namun guru sebaiknya menyadari bahwa hal tersebut membutuhkan waktu yang beragam. Elegi ini juga mengingatkan bahwa sesungguhnya manusia itu terbatas dan tidak bisa menggapai kata sempurna, tetapi yang ada adalah manusia yang berusaha memperbaiki dirinya.
Fitria Restu Astuti
ReplyDelete19709251069
S-2 Pendidikan Matematika D 2019
Dari elegi ini saya menangkap bahwa belalang dan logos dikatakan berada pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Logos sudah berhasil menembus ruang dan waktu sedangkan belalang masih terperangkap dalam ruang dan waktu. Logos dapat memahami belalang tetapi belalang tidak mampu mengerti logos. Logos diibaratkan sebagai seseorang yang mampu memahami filsafat sedangkan belalang mencerminkan seorang yang masih awam. Namun meskipun kita memiliki ilmu setinggi apapun, kita tidak diperkenankan untuk mneyombongkannya. Karena semua yang ada di dunia ini hanyalah sementara.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSyaiful syamsuddin
ReplyDelete19701261002
S3 PEP 2019
Dialog yang disampaikan memiliki arti tentang sindiran guru terhadap siswa. Harapan yang sangat tinggi seorang guru terhadap siswanya. Sisi positif yang dapat diambil dari elegi tersebut ialah bagaimana guru tersebut terus memberikan motivasi kepada muridnya agar memiliki tekad untuk belajar dan menerima materi yang diberikan gurunya.
Rifki Rinaldo
ReplyDelete19709251070
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Dalam elegi yang bapak jelaskan, bahwa hal ini berkaitan dalam proses pembelajaran dikelas antara guru dan siswa. Seorang siswa tentu akan mengambil ilmu dari gurunya. Dan guru dengan sukarela memtransfer ilmunya kepada siswanya. Namun dalam proses itu guru dan siswa saling berusaha bagaimana si siwa menggapai ilmu dengan belajar dengan benar dan sang guru membagikan ilmunya dengan metode dan cara yang tepat. Masing-masing mempunyai ikhtiar dan saling berkembang disetiap waktunya.
Ngaenun Nangim
ReplyDelete19709251058
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Manusia tidak akan mampu menggapai semua ilmu di dunia ini. Karena di atas ilmu masih ada ilmu, di atasnya pun masih ada ilmu, di atas atasnya ilmu masih ada ilmu lagi dan begitulah seterusnya. Tak kan habis ilmu jika kita mempelajarinya.
Mengutip ungkapan Ki Hajar Dewantara, bahwa “Dengan kecerdasan jiwalah manusia menuju arah kesejahteraan”. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya manusia terus memperbaiki diri dan belajar (ilmu dunia dan ilmu akhirat) walaupun tidak akan pernah cukup umur kita untuk memahami semua ilmu yang telah Tuhan anugerahkan. Semoga kelak logos dan belalang dapat saling mengerti, saling berangkulan, dan menciptakan keharmonisan sehingga waktu tidak lewat begitu saja, tetapi penuh makna.
Sekar Hidayatun Najakh
ReplyDelete19701251007
S2 PEP A 2019
Assalamualaykum wr wb...
Pemahaman di dalam pikir adalah logika. Paralogos adalah bukan sekedar logika biasa. Paralogos adalah logika dibawah logika.
Tindakan ada dua macam, yakni tindakan berdasarkan pemahaman dan tindakan berdasarkan ketidakpahaman. Logikanya belalang, adalah paralogosnya dewanya belalang. Belalang adalah yang masih sedang mencapai logos, sedangkan dewanya adalah ketika belalang beserta logosnya sudah berhasil menembus ruang dan waktu.
Terimakasih Prof.
Latifa Krisna Ayu
ReplyDelete19709251060
S2 Pendidikan Matematika D
Elegi diatas bagi saya bermakna bahwa kita harus melihat segala sesuatunya tergantung ruang dan waktunya. Sikap kita harus kita tempatkan sesuai dengan ruang dan waktunya, begitu pula jika kita berinteraksi dengan orang lain. Kita harus melihat dengan siapa kita berinteraksi dan pada ruang dan waktu yang bagaimana. Selain itu, kita tidak bisa memaksakan atau mengharapkan sesusatu pada orang lain yang bukan merupakan ranah orang tersebut. Jika kita memaksakan, maka kita sendiri yang akan kecewa. Begitu pula kita tidak bisa memaksakan diri kita menjadi sesuatu yang diluar ranah orang yang sedang berintearaksi dengan kita. Jika kita memaksakan, maka tidak akan dapat membuahkan hasil apapun dari interaksi tersebut.
Terima kasih
Yufida Afkarina Nizar Isyam
ReplyDelete19709251073
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Pelajaran yang dapat saya ambil adalah sebagai manusia kita harus mempu bercermin pada diri kita mengenai apa yang mampu kita lakukan dan yang tidak dapat kita lakukan. Sebagai manusia kita tidak boleh memiliki kesombongan sedikitpun.
Assalamualaikum wr. wb
ReplyDeleteNovi Indriyani Kones
19701251002
PEP S2 A 2019
Dari artikel ini saya dapat mengambil pelajaran bahwa kita sebagai manusia tidak seharusnya ambisius terhadap apa yang kita ingin capai atau apa yang kita cita-citakan. Boleh saja kita memiliki cita-cita setinggi langit dan ingin mencapai cita-cita tersebut tetapi dalam menjalani proses menggapai cita-cita tersebut jangan sampai terjebak dengan ambisius karena dapat menutupi proses berpikir (logos) dari kita tetapi ketika dijalani dengan proses berpikir yang benar artinya tetap berjalan dan tetap diserahkan kepada Allah. jika hal tersebut dilakukan maka dalam menggapai cita-cita akan menimbulkan rasa ikhlas terhadap apapun keputusan Allah dalam cita-cita kita.
Terimakasih
Wassalamu'alaikum wr.wb
Dea Armelia
ReplyDelete19709251072
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Saya menyoroti pernyataan tentang “Engkau sedang berusaha menggapai logos”, sehingga dapat dipahami bahwa dengan mencari-cari, berusaha menggapai, menggali dan mendalami ‘ilmu pengetahuan’ adalah suatu kewajiban dan suatu keharusan. Dengan berfikir kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan dengan ilmu pengtahuan seseorang dapat sampai kepada memahami dan meyakini ‘kebenaran’ tertentu.
Annisa Nur Arifah
ReplyDelete18709251058
S2 Pendidikan Matematika C 2018
Spiritualisme mengandung beberapa arti yakni, ajaran yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam adalah roh (Pneuma, Nous, Reason, Logos) yaitu roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam; spiritualisme juga kadang-kadang dikenakan pada pandangan idealistik yang menyatakan adanya roh mutlak; spiritualisme dipakai dalam istilah keagamaan untuk menekankan pengaruh langsung dari roh suci dalam bidang agama; spiritualisme berarti kepercayaan bahwa roh-roh orang mati berkomunikasi dengan orang hidup melalui orang-orang tertentu yang menjadi perantara dan dan lewat bentuk wujud yang lain. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Plato (430 – 348 SM) dengan ajarannya tentang idea atau cita dan jiwa yang merupakan gambaran asli segala benda. Semua yang ada di dalam dunia hanyalah merupakan penjelmaan atau bayangan saja. Idea atau cita tidak dapat ditangkap oleh indera, tetapi dapat dipikirkan.Sedangkan yang dapat ditangkap oleh indera manusia hanyalah bayang-bayang.
Rona Happy Mumpuni
ReplyDelete19709251059
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Saya dapat menarik kesimpulan bahwa terkadang kita memaksakan peserta didik untuk mencapai suatu tingkat tertentu utamanya tingkat tertinggi dalam pencapaian belajar sehingga memaksa mereka belajar ekstra. Paksaan untuk siswa belajar adalah logos, dan siswa adalah belalang. Belajar memang penting untuk pertumbuhan kognitif siswa, namun belajar seharusnya bersifat keikhlasan tanpa paksaan. Belajar dengan keikhlasan akan menghasilkan pembelajaran yang bermakna.