Seperti diketahui bahwa secara eksplisit pendekatan Saintifik
direkomendasikan untuk metode pembelajaran (dengan didukung atau dikombinasikan
dengan metode lain yang selaras) dalam kerangka Kurikulum 2013. Sebelum
diuraikan tentang implementasi dan contoh-contohnya, maka di sini akan
dilakukan sintesis tentang adanya dikotomi pemikiran Saintifik dan Tidak
Saintifik. Pendekatan saintifik yang terdiri dari sintak: a. mengamati; b. menanya;
c. mengumpulkan informasi; d. mengasosiasi; dan e. mengkomunikasikan.
Terdapat pemikiran
(referensi) bahwa proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria
seperti berikut ini.
Tesis 1dari referensi
sebelah:
Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada
fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
Anti-Tesis oleh Marsigit:
Pembelajaran dengan pendekatan Saintifik tetaplah berbasis Kompetensi
sesuai dengan jiwa dan semangat Kurikulum 2013. Fakta atau fenomena merupakan
objek keilmuan yang digunakan untuk membangun (Ilmu) Pengetahuan dengan
pendekatan Saintifik yang melibatkan unsur logika dan pengalaman. Segala macam kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng dapat berfungsi untuk memperkuat landasan pikiran dan pengalaman.
Tesis 2 dari referensi sebelah:
Penjelasan guru, respon peserta didik, dan
interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
Anti-Tesis 2 oleh Marsigit:
Pendekatan Saintifik dapat diselenggarakan dalam kerangka
Konstruksivisme, yaitu
memberi kesempatan peran siswa untuk membangun pengetahuan/konsepnya
melalui fasilitasi guru. Terminologi “Penjelasan guru-respon siswa”
bertentangan dengan semangat Saintisme yaitu kemandirian untuk menemukan
pengetahuannya. Pemikiran subjektif diperlukan untuk memperkokoh karakter
memperoleh Sensasi Pengalaman. Penalaran yang menyimpang perlu disadari dan
dicarikan solusi dan penjelasannya untuk memperkokoh konsep yang telah
dibangunnya.
Tesis 3 dari referensi sebelah:
Proses pembelajaran harus terhindar dari
sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah. Pendekatan
nonilmiah dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan
intuisi, akal sehat,prangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir
kritis.Intuisi.
Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat
irasional dan individual. intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang
sistemik dan sistematik.Akal
sehat. Guru dan peserta didik harus menggunakan akal
sehat selama proses pembelajaran, karena memang hal itu dapat menunjukan ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan
peserta didik hanya semata-mata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkan
mereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.Prasangka. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh
semata-mata atas dasar akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu
kepentingan orang (guru, peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya.
Ketika akal sehat terlalu kuat didompleng kepentingan pelakunya, seringkali
mereka menjeneralisasi hal-hal khusus menjadi terlalu luas. Hal inilah yang
menyebabkan penggunaan akal sehat berubah menjadi prasangka atau pemikiran
skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, jika diolah secara
baik. Sebaliknya akan berubah menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya,
jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan peserta didik.Penemuan coba-coba. Tindakan atau aksi
coba-coba seringkali melahirkan wujud atau temuan yang bermakna. Namun
demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan dengan caracoba-coba
selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak
bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya dan
bernilai kreatifitas. Karena itu, kalau memang tindakan coba-coba ini akan
dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan, sampai dengan
menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang peserta didik mencoba
meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia kaget komputer
laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang menyebabkan
komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya, hingga dia sampai
pada kepastian jawaban atas tombol dengan lambang seperti apa yang bisa memastikan bahwa
komputer laptop itu bisa menyala.Berpikir
kritis. Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya
mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran
kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti
ini biasanya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil
pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil
eksperimen yang valid dan reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas
pikiran yang logis semata.
Anti-Tesis 3 oleh Marsigit:
Indikator atau kriteria sifat non Ilmiah tidak serta merta dapat
diturunkan dengan menegasikan sifat Ilmiah. Pendekatan Ilmiah bersintak (sesuai
dengan referensinya), maka sifat Ilmiah tidak serta merta secara rigid identik
dengan sintak-sintaknya. Untuk memperoleh sintak Ilmiah terkadang subjek didik
melakukan hal-hal yang dapat dikategorikan sebagai non ilmiah, misal kekeliruan
mengobservasi, dan mengambil kesimpulan. Kesimpulan yang belum benar mungkin
terjadi walaupun siswa sudah menggunakan sintak Saintifik.
Peran intuisi sangat penting bai sebagai Intuisi Berpikir maupun
sebagai Intuisi Pengalaman.
Akal sehat sangat bermanfaat sebagai dimulainya kesadaran untuk
mempersepsi objek berpikir.
Kegiatan coba-coba secara ontologis bermakna sebagai kegiatan
interaksi antara pikiran dan pengalaman, antara logika dan faktanya, antara
analitik dan sintetik, dan antara a priori dan a posteriori.
Berpikir kritis adalah berpikir reflektif sampai pada kemampuan
mengambil keputusan secara benar.
Fenomenologi sebagai kerangka filosofis pendekatan Saintifik.
Hermenitika sebagai pendekatan epistemologi pendekatan Saintifik.
Yogyakarta, Nopember 2015
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika B
Saya menjadi tahu tentang tesis dan anti-tesis dari pendekaran sainitifk. Tesis materi pembelajaran dari pendekatan saintifik itu merupakan fakta yang di jelaskan dengan logika dan penalaran, sedangkan anti tesis dari materi pembelajaran tersebut adalah bahwa dongeng, khayalan, perkiraan, legenda, dan sebagainya dapat digunakan sebagai pengetahuan pendukung dari suatu fenomena. Tesis dari proses pembelajaran terbimbing adalah bahwa pembelajaran bisa di dapat dari berpikir kritis, prasangka, dan penemuan coba-coba yang kemudian dikonstruksi sebagai sebuah pengetahuan. Sedangkan anti tesis dari sifat non ilmiah tersebut adalah bahwa hal-hal non ilmiah tersebut tidak serta merta dapat digariskan melalui sifat ilmiah, karena dalam pengetahuan yang didapat dari sesuatu yang non-ilmiah bisa saja terdapat kekeliruan dalam mengobrservasi dan mengambil kesimpulan.
Rosi Anista
ReplyDelete18709251040
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr wb
Pendekatan saintifik merupakan suatu teknik pembelajaran yang menempatkan siswa menjadi subjek aktif melalui tahapan-tahapan ilmiah sehingga mampu mengkonstruk pengetahuan baru atau memadukan dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah didapat oleh siswa. Tentu saja penerapan pendekatan saintifik ini memerlukan keterampilan dari siswa, isalnya seperti mengamati, mengklasifikasikan dan lain-lainnya. Dan tentu saja siswa diarahkan agar bisa mengkomunikasikan apa yang sudah didapatkan dari suatu proses pembelajaran.
Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
ReplyDeleteBesse Rahmi Alimin
18709251039
s2 Pendidikan Matematika 2018
Terkait topik bahasan mengenai TESIS DAN ANTI-TESIS PEMAHAMAN PENDEKATAN SAINTIFIK bahwa Pendekatan saintifik itulah kata kunci yang sering dicari dalam kurikulum 2013, meski sekarang tidak semua satuan pendidikan menggunakan kurikulum 2013, namun momok pendekatan saintifik pada proses pembelajaran bagi sebagian guru masih membebani, hal ini dipengaruhi oleh kurang tahunya guru tentang pengertian pendekatan saintifik tersebut. Pendekatan saintifik bukan metode pembelajaran, tetapi lebih berperan dalam langkah-langkah dalam proses pembelajaran. Yang didalamnya bisa juga dipadukan dengan metode-metode pelajaran.
Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
ReplyDeleteBesse Rahmi Alimin
18709251039
s2 Pendidikan Matematika 2018
Selanjutnya, Tesis kepenunjukan untuk sesuatu yang, sedangkan anti tesis adalah bantahan atas tesis tersebut, pernyataan lain yang membantah dan menyanggah pendapat tersebut, sehingga tesis dan anti tesis pemahaman pendekatan saintifik adalah paham yang menyetujui pendekatan saintifik dan paham yang menyanggah atau bahkan menolak pendekatan saiintifik.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
PEP S3
Saya sepakat bahwa dala pendekatan saintifik, siswa tidak hanya diberikan materi saja. Siswa melakukan konstruksi terhadap pengetahuan yang difasilitasi oleh guru. Guru tetap memiliki peran penting dalam pendekatan saintifik karena guru lah yang memberikan faslitas kepada siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya.
Falenthino Sampouw
ReplyDelete18709251006
S2 Pendidikan Matematika
Selamat pagi, Prof.
Semangat konstruktivis adalah guru memfasilitasi siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya sendiri. Hal itu juga dibawa oleh pendekatan saintifik. Interaksi melalui penjelasan dan respon siswa bisa membiaskan semangat konstruktivis dari pendekatan saintifik. Dan kita masih bisa menemukan aktivitas K13 justru melalui penjelasan runtut oleh guru. Nah ini suatu problematika yang perlu dipahami. Perlu adanya identifikasi kesulitan guru dalam menjalankan pendekatan saintifik dalam pembelajarannya.
Terima kasih, Prof.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat pagi Prof.
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Siswa dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik ini. Guru sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa dalam belajar. Guru menjadi teman bagi siswa. Selain menjadi fasilitator, guru juga menjadi siswa ketika menemukan hal baru yang lahir dari pengalaman pembelajaran. Terima kasih.
Darwis Cahyo Nugroho
ReplyDelete18709251038
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamualaikum wr.wb
Tesis merupakan kesimpulan atas sebuah hasil riset ilmiah yang didasari atas bukti-bukti dan pemikiran logis. antitesis adalah hasil sebuah riset ilmiah yang menggambarkan sangkalan atas tesis yang yang ada sebelumnya dengan maksud menuluruhkan tesis itu. Sehingga kita harus bisa sintesis dari keduanya itu. Sintesis adalah jawaban atau kesimpulan atas pertentangan yang dibuat antara tesis dan antitesis sehingga menjadi satu hal utuh yang merupakan hasil ilmiah yang baru.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa pendekatakan SAINTIFIK tujuannya ialah lebih kepada kontruktivisme dimana mengkonstruk pengetahuan siswa melalui pengalaman belajarnya sendiri. SAINTIFIK yang terkenal dengan 5Mnya memfasilitasi siswa untuk berkreatifitas sendiri dalam pembelajaran. 5M ini kemudian disebut sebagai metode ilmiah. Namun bagaimanapun metode non-ilmiah tetaplah dibutuhkan dalam pembelajaran. Dari Trial and Error misalnya dengan metode ini siswa justru lebih dekat dengan pengalaman belajarnya. Dari kegagalannya mencoba dia akan Mengamati dimana letak kesalahannya, jika tetap tidak menemukan jawabannya maka timbullah RASA INGIN TAHUnya untuk MENANYAkan kepada guru apa yang menyebabkan kegagalan dalam percobaannya informasi dari guru itu bisa dibawa ke tahap MENGUMPULKAN INFORMASI untuk mendapatkan solusi terbaik dari percobaannya. Pada tahap mengkomunikasikan siswa bisa menyampaikan kepada temannya yang lain tentang apa yang harus dilakukan dan tidak untuk mencapai solusi terbaik. Artinya dari trial and errorlah siswa mampu mengkonstruk pengalaman belajar dan refleksi belajarnya.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Terkait tesis dan antitesis tentang Penjelasan guru-Respon siswa, saya sepakat dengan Prof. Marsigit. Inilah yang banyak terjadi dan jangan sampai terus terjadi dimana pembelajaran yang dikatakan SAINTIFIK justru berujung pada mendominasinya guru dalam menjelaskan kemudian menunggu adanya respon siswa. Jika berujung demikian maka ada beberapa nilai-nilai SAINTIFIKnya yang hilang. Misal dalam MENGAMATI akan berujung pada siswa lebih banyak mendengarkan sehingga kompetensi kesungguhan, ketelitian, dan kemampuan mencari informasi dalam pengamatan akan hilang. Disini juga akan mengabaikan beberapa kompetensi dari dari tahap MENGUMPULKAN DAN MENGASOSIASI INFORMASi. Jika guru lebih mendominasi dalam menjelaskan maka siswa terbatas dalam pengumpulan informasi dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber serta kompetensi kerja kerasnya dalam mencari berbagai informasi akan turut hilang. Jadi dominasi penjelasan guru dalam SAINTIFIK akan membatasi siswa dalam learning by doingnya.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Terkait tesis dan antitesis tentang berpikir subjektif sebagaimana yang dikatakan Prof. Marsigit bahwa berpikir subjektif akan memperkokoh karakter dan memperoleh esensi pengalaman. Maka setiap siswa berhak untuk berpikir subjektif karena jika tidak demikian sama saja bahwa pembelajaran bukanlah milik siswa. Siswa akan kehilangan kepercayaan dirinya dalam berpikir dan berpendapat serta esensi makna dalam pembelajarannya justru akan hilang digantikan oleh aturan-aturan penalaran yang logis. Terkungkungnya siswa dalam berpikir dan berpendapat menandakan pembunuhan karakter secara perlahan.
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Dari tesis dan anti tesis pendekatan saintifik ini Saya menyimpulkan bahwa dalam pendekatan saintifik sintaknya tidak secara saklek dijalankan. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran tetap bersifat nonilmiah seperti menggunakan pengalaman siswa, cara coba-coba, dan sebagainya seperti yang telah dijelaskan. Dalam pendekatan saintifik masih membutuhkan intuisi-intuisi siswa, karena hal ini dapat dengan mudah siswa membangun pengetahuannya. Di sinilah peran guru yang harus ditekankan adalah guru harus mampu memberi arahan dan konfirmasi mengenai kesimpulan dalam pembelajaran. Agar konsep yang dibangun siswa tidak terjadi pengambilan kesimpulan yang salah.
Aan Andriani
ReplyDelete18709251030
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Tesis dan antitesis akan selalu ada. Baik disadari maupun tidak disadari. Tidak terkecuali dengan pendektan saintifik. Dalam penerapan pendekatan saintifik saat pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah seperti berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. Sedangkan antitesisnya yaitu peran intuisi, akal sehat, kegiatan coba-coba, dan asal berpikir kritis penting sebagai kegiatan berpikir. Dan masih banyak contoh yang lainnya. sesungguhnya setiap ada tesis akan selalu didampingi dengan antitesisnya.
Wassalamualaikum wr.wb.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya menjadi tahu tentang tesis dan antitesis dari pemahaman pendekatan saintifik.
Jika fenomena dan mengalaman menjadi substansi pembelajaran maka antitesisnya fenomena menjadi obyek pembelajaran. Jika pembelajaran masih menggunakan penjelasan guru maka anti tesisnya pembelajaran mengunggulkan kemandirian siswa untuk memperoleh pengetahuannya dengan sedikit penjelasan guru, bahkan tidak ada penjelasan guru karena guru hanya sebagai fasilitator.
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Berdasarkan elegi tersebut, dari apa yang telah Prof sintesiskan menghasilkan sebuah anti-tesis dari proses pembelajaran yang disebut ilmiah. Berdasarkan anti-tesis tersebut, adapun proses pembelajaran yang dikatakan ilmiah jika memehuni kriteria berikut ini:
Hendaknya pembelajaran berbasis Kompetensi. Fakta atau fenomena merupakan objek keilmuan yang digunakan untuk membangun ilmu pengetahuan yang melibatkan unsur logika dan pengalaman.sedangkan segala maca, kira-kira, khayalan legenda atau dongen dapat berfungsi berfungsi untuk memperkuat landasan pemikiran dan pengalaman.
Penjelasan guru, respon peserta didik dan interaksi edukatif guru-peserta didik tidak semerta-merta terbebas dari pemikiran subjektif atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. Pemikiran subjektif diperlukan untuk memperoleh sensai pengalaman. Dan penalaran menyimpang perlu disadari dan dicarikan solusi dan penjelasannya.
Proses pembelajaran tidak harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah seperti berdasarkan intuisi, akal sehat, penemuan coba-coba dan berpikir kritis.
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Pemahaman mengenai pendekatan saintifik lebih kepada proses belajar yang tidak hanya mengandalkan dan berfokus pada materi di buku pelajaran saja, namun guru dituntut untuk lebih kreatif dalam proses pembelajaran agar siswa menjadi aktif, inovatif dan efektif dalam menemukan hal baru. Dalam hal ini guru menjadi fasilitator bagi para siswa. Selain itu guru harus merancang sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi hidup seperti penggunaan alat peraga, menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran dan ide yang lain. Tesis dan anti tesis memang harus selalu ada agar dapat mengimbangi berjalanya konsep tersebut dengan baik.
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Pembelajaran dengan berbasis saintifik memang sangat dianjurkan dan sudah sebagian dilaksanakan di beberapa sekolah di indonesia. Walah pelaksanaannya masih menimbulkan beberapa masalah seperti kurangnya inovasi guru yang masih menjadikan satu satunya buku sebagai sumber belajar, seharusnya guru bisa memanfaatkan metode lainnya dalam proses pembelajaran, dalam hal ini kurangnha pengetahuan guru tentang pembelajaran sanitifik. Harapannya dengan pembelajaran saintifik siswa bisa lebih aktif dan pembelajaran dapat menjadi lebih efektif.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Sintesis dari kriteria ilmiah dalam proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik, sintesis dari tesis satu dan anti tesisnya adalah pembelajaran dengan pendekatan saintifik tetaplah berbasis pada fakta dan fenomena dapat ditinjau dengan kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng yang berfungsi untuk memperkuat landasan pikiran dan pengalaman. Karena dengan pendekatan saintifik siswa akan terlatih secara ilmiah dalam menemukan konsep pembelajaran.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Sintesis pada tesis dua dan anti tesisnya adalah sebagaiaman telah dijelaskan pada elegi sebelumnya bahwasanya pendekatan sanitifik dapat diterapkan dengan kerangka konstruktivisme atau metode lain seperti PBL, Discovery Learning, Inquiry Learning, dan sejenisnya, dimana dalam penerapannya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membentuk sebuah konsep dengan bantuan guru. Hal ini diperlukan penjelasan guru, respon siswa, dan pembelajaran yang interaktif antara guru dan siswa serta tidak selalu membutuhkan pemikiran subjektif.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Pembelajaran saintifik menekankan pada proses membangun pengetahuan melalui serangkaian aktivitas ilmiah. Sintak dalam pembelajaran saintifik meliputi: a. mengamati; b. menanya; c. mengumpulkan informasi; d. mengasosiasi; dan e. mengkomunikasikan. Pendekatan saintifik memang menekankan pada proses ilmiah, akan tetapi bukan berarti segala hal yang dilakukan oleh siswa harus benar-benar ilmiah dan menganggap keliru tindakan siswa yang tidak ilmiah. Sehingga kesalahan-kesalahan siswa selama proses pembelajaran, dan pemahaman-pemahaman awal siswa yang barangkali masih keliru, justru dapat dijadikan bahan awal bagi siswa dalam belajar. Di sinilah peran guru dalam mengkonfirmasi temuan-temuan atau pengetahuan yang muncul dari siswa.
Ibrohim Aji Kusuma
ReplyDelete18709251018
S2 PMA 2018
Jika kemandirian siswa yang dimaksud adalah siswa benar-benar mandiri mengkonstruksi pegetahuannya tanpa bimbingan guru maka agaknya bertentangan dengan teori pembelajran sosial konstruktivism. Teori ini mengatakan bahwa siswa belajar menmbutuhkan bimbingan dari orang yang lebih ahli dalam hal ini adlah guru atau teman sebaya yang sudah lebih dahulu belajar.
Woro Sri Hastuti
ReplyDeleteS3 Dikdas tahun angakatan 2018
Antitesis yang diungkapkan tersebut di atas memberikan gambaran lebih komprehensif dari perspektif lebih luas. meluruskan dan menjelaskan lebih dalam sehingga memberikan kebenaran pemahaman.Sesuatu pemikiran dan tindakan yang awalnya dianggap keliru dan harus dihindari, justru benar dengan melihat kebermanfaatan dari kacamata berbeda.
Muhammad Nurfauzan
ReplyDelete14301241015
s1 pendidikan matematika
jika kurikulum 2013 berdasarkan fakta dan fenomena bukan kira-kira, maka akan terlalu sempit landasan ssa untuk berfikir. KArena dengn kira-kira, siswa akan tahu bahwa trnyata yang dikira-kira itu salah, dengan kata lainnya jaman sekarang anak diajarkan baik-baik saja (tana diberitahu mana yang buruk) karena ketidaktahuan akan hal buruk, siswa-siswa malah terjerumus dalam hal-hal buruk.
terimakasih
Hendra B
ReplyDelete18701261008
PEP S3 2018
sangat menarik pembelajaran saintifik, pembelejaran ini mengharapkan pengetahuan ditemukan secara mandiri oleh siswa, pengetahuan yang ditemukan sendiri tentunya daya ingatnya akan berlangsung lama dibadingkan jika pengetahuan hanya disampaikan oleh guru
sintha fardu anggraeni
ReplyDelete19709251071
S2 pendidikan matematika /D
Terima kasih Banyak Pak Prof. Marsigit.
yang saya pahami dalam proses pembelajaran saintifik bukan merupakan sebuah proses yang cepat, dimulai dari membuat pondasi pada diri siswa, hingga siswa mempunyai pemahaman yang kuat. Pembelajaran saintifik merupakan perubahan besar yang terkandung dalam kurikulum 2013. Sampai saat ini berbagai macam pro dan kontra dalam penerapannya di masa transisi ini masih sering muncul. Kami menyadari bahwa pada dasarnya semua perubahan perlu proses, dan saya berharap hingga akhirnya nanti paradigma pendidikan sesuai dengan filosofi yang terkandung dalam kurikulum 2013.
Ahmad Syajili
ReplyDelete19709251066
S2 PMD 2019
Assalamualaikum wr.wb
Berdasarkan postingan diatas, dapat dilihat bahwa pemikiran pendekatan saintifik yang disebut ilmiah tidak hanya berdasarkan tesis-tesis yang ada. Masih ada terdapat pemikiran lain yang merupakan anti-tesis dari pemahaman itu. Akan tetapi bukan berarti pemikiran itu berjalan sendiri-sendiri, namun dengan melakukan sintesis antara tesis dan anti-tesis tersebut.
Seperti pada tesis dan anti-tesis 1, bahwa substansi materi pembelajaran tidak hanya berasal dari fakta yang dapat dijelaskan secara logika atau penalaran. Namun, dengan membangun pengetahuan diperlukan logika dan pengalaman. Nah pengalaman tersebut dapat diperkuat dengan cerita dongeng atau legenda.
Begitu juga yang terdapat pada tesis dan anti-tesis 2, bahwa interaksi antara siswa dan guru tidak terlepas dari pemikiran subyektif dan menyimpang dari alur berpikir logis. Namun, justru proses berpikir subyektif siswa dibutuhkan untuk membentuk dan memperkokoh karakter siswa. Dan disinilah tugas guru sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi siswanya dalam membangun karakter.
M. Ikhsan Ghozali
ReplyDelete19701261003
PEP S3 2019
Assalamu'alaikum wr.wb.
Tulisan di atas menunjukkan bahwasanya pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013 perlu dicermati secara serius dan mendalam. Ada beberapa hal yang diungkap Prof. Marsigit sebagai antitesis dari beberapa tesis yang ada di dalam K-13 tersebut. Salah satu yang utama dan mendasar adalah kriteria ilmiah dalam proses belajar yang diterapkan terkesan sangat kaku dan mengabaikan pengetahuan nonilmiah yang juga memiliki peran dalam proses pembelajaran tersebut. Hanya menekankan a priori dan mengabaikan a posteriori.
Untuk itulah, diperlukan guru yang bijak dan cermat, mampu mengolah dan memadukan kedua aspek tersebut secara proporsional sehingga pembelajaran bisa lebih komprehensif dan bermakna.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih.
wassalamu'alaikum wr.wb.
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Terima kasih Bapak atas artikel yang sudah Bapak share kepada kami. Banyak thesis dan antithesis mengenai pendekatan saintifik. Inti dari pembelajaran scientifik adalah mendorong siswa untuk dapat mencari, menemukan, serta membangun pengetahuannya sendiri melalui serangkaian kegiatan yang difasilitasi oleh guru, sebagaimana teori belajar konstruktivisme. Dalam hal ini guru hendaknya memiliki kreatifitas yang tinggi untuk dapat menciptakan suasana belajar yang mendukung siswa dalam menemukan pengetahuannya.
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Pengetahuan siswa dapat dibangun melalui pengalaman belajar yang bermakna dengan menggunakan fakta atau fenomena sebagai objek kajian. Sintak dalam kegiatan belajar tidak harus saklek atau kaku, seharusnya bisa lebih fleksibel namun tetap dalam koridor saintific. Artinya siswa diberi kesempatan dan kebebasan untuk mengeksplorasi sesuai dengan cara terbaiknya. Dengan demikian potensi yang mereka miliki bisa lebih berkembang dengan optimal. Tidak semua materi dapat diajarkan dengan pendekatan saintifik, oleh karena itu guru diharapkan dapat mengetahui dan memahami dengan baik dan dapat memilah-milah materi mana yang tepat untuk diajarkan dengan menggunakan pendekatan saintifik.
Assalamu'alaikum wr. wb
ReplyDeleteNovi Indriyani Kones
19701251002
PEP S2 A 2019
Setelah membaca artikel ini, saya memahaminya bahwa pendekatan saintifik berawal dari konsep filsafat dan kental sekali filsafatnya pada konsep pendekatan saintifik. Untuk orang awam seperti saya juga, pemahaman pendekatan saintifik secara filsafat perlu pemaparan secara langsung agar dapat lebih menangkap pemahamanya.
Terimakasih
Wassalamu'alaikum wr. wb
Aulia Nur Arivina
ReplyDelete18709251051
S2 Pendidikan Matematika C 2018
Assalamu’alaikum wr.wb.
Saya tertarik dengan kalimat peran intuisi sangat penting baik sebagai intuisi berpikir maupun sebagai intuisi pengalaman. Berpikir dan berpengalaman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam berfilsafat. Akal sehat sangat bermanfaat sebagai dimulainya kesadaran untuk mempersepsi objek berpikir.
Hanifah Nabila Hendral
ReplyDelete19701251003
S2 PEP A 2019
Assalamualaikum
Baik logika atau pengalaman, khayalan, legenda dan dongeng sama-sama dapat digunakan dalam pendekatan saintifik. pendekatan saintifik yang melibatkan unsur logika dan pengalaman memerlukan khayalan, kira-kira, legenda dan dongeng untuk memperkuat landasan pikiran dan pengalaman.
Sekar Hidayatun Najakh
ReplyDelete19701251007
S2 PEP A 2019
Assalamualaykum wr wb...
Kajian ilmu pengetahuan merupakan luapan pemikiran mengenai objek-objek filsafat yaitu semua yang ada dan yang mungkin ada baik yang sudah ada di dalam pikiran mau yang ada diluar pikiran. Seperti halnya pendekatan saintifik yang menggunakan langkah 5M di dalam pelaksanaannya adalah lahir dari pemikiran positivistik, empirisme dan realisme yang juga didukung oleh dasar-dasar pemikiran yang lain. Mengkaji ilmu pengetahuan baik mencakup tesis dan anti tesisnya adalah upaya dalam mencapai kehidupan.
Terimakasih Prof...
ReplyDeletePendekatan saintifik merupakan pendekatan yang diterapkan dalam kurikulum 2013 sampai sekarang dengan segala perbaikannya. Pendekatan ini jika dilaksanakan dengan baik maka dapat mengoptimalkan pembelajaran di sekolah. Namun, kenyataanya dalam lapangan dan pemaparan pada artikel ini, praktek pendekatan saintifik masih menemukan masalah-masalah yang pada umumnya guru merasa kesulitan dengan pemahaman pendakatan saintifik itu seperti apa?. Selain itu, administrasi yang terkesan banyak untuk mendukung pelaksanaan pendekatan ini menjadikan guru menjadi lebih fokus kepada administasi dari pada fokus kepada proses pembelajaran. Menurut pendapat saya, biarkan guru fokus melakukan pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang didesain secara simpel dan kurangi administasi yang harus dipenuhi tanpa menghilangkan esensi dari pendekatan saintifik. Dari artikel ini dapat dilihat bahwa tesis ini adalah kenyataan tentang pemahaman pendekatan saitifik sedangkan antitesis adalah pengklarifikasikan dari tesis tentang penjelasan yg sesuai dengan konsep pendekayan saintifik.
Terimakasih
Wassalamu'alaikum wr.
Rizki Nisa Setyowati
ReplyDelete19701251013
PEP S2 A
Dari bacaan di atas saya memahami bahwa kritik terhadap pendekatan saintifik, khususnya pendekatan saintifik yang direkomendasikan dalam Kurikulum 213, muncul karena konsep pendekatan saintifik yang direkomendasikan cenderung menolak penggunaan semua pendekatan non-saintifik. Padahal, keberadaan pendekatan non-saintifik mungkin digunakan bersama-sama dengan pendekatan saintifik sebagai penguat landasan berpikir dan pengalaman. Saya setuju dengan pendapat Prof. Marsigit bahwa pendekatan saintifik seyogya fokus pada kemampuan siswa mengkonstruk pengetahuannya dan guru lebih berperan sebagai fasilitator.
membaca artikel ini, pada akhirnya muncul pertanyaan "adakah jawaban yang pasti dari pertanyaan yang kita ajukan?" Pertanyaan ini muncul karena ada kata tesis dan antitesis. Kalau ada tesis maka ada antitesis. antisesis ada karena ada tesis. Maka konsep sebab-akibat atau akibat sebab berlaku disini. Konsep tersebut merupakan konsep scientific dmana anak-anak berusaha untuk mencari sendiri, menyelesaikan sendiri dari suatu persolan yang dibrikan kepada mereka.Tesis dan antitesis disodorkan kepada siswa dan biarkan mereka sendiri yang menemukan jawaban, mencari berbagai alternatif solusi atas persoalan yang diberika. Jawaban atas pertanyaan yang diajukan tentunya berbeda dari satu siswa dengan siswa lainnya. Dan tentunya jawaban yang masing-masing siswa berikan tidak ada yang salah karena mereka berangkat dari pengalaman dan perspektif mereka masing-masing. Jadi jawaban atas pertanyaan diatas adalah tidak ada jawaban yang pasti; karena jawaban yang pasti tergantung pada pengalaman, penjelasan, perspektif dari masing-masing siswa itu sendiri. 2 x 3 = 20.000 benar ketika pertanyaan itu diajukan di toko frame foto, 2 x 3 = 6 ketika pertanyaan itu diajukan saat pembelajaran matematika, 4 x 4 = 16 ketika ditanyakan saat pembelajaran matematika , 4 x 4 = 300.000.000 d show room mobil.
ReplyDeleteAlfiana Dewi
ReplyDelete19701251005
S2 PEP A 2019
Bismillah, Tesis dan antitesis akan selalu ada agar dapat mengimbangi berjalanya konsep tersebut dengan baik. Tesis materi pembelajaran dari pendekatan saintifik itu merupakan fakta yang di jelaskan dengan logika dan penalaran, sedangkan anti tesis dari materi pembelajaran tersebut adalah bahwa dongeng, khayalan, perkiraan, legenda, dan sebagainya dapat digunakan sebagai pengetahuan pendukung dari suatu fenomena.
Jewish Van Septriwanto
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika D 2019
19709251077
Menurut saya pendekatan saintifik memerlukan sikap ilmiah dari siswa, karna adanya beberapa tahapan yang diharapkan dapat dilalui siswa. Namun, ada faktor-foktor yang menjadi pendukung munculnya sifat ilmiah seperti intuisi baik intuisi berpikir dan pengalaman, berfikir kritis, hermenetika dan fenomologi. Seperti yang bapak sampaikan bahwa sifat ilmiah yang ditimbulkan tidak serta merta bersifat rigid(kaku) sehingga dalam memberikan soal dapat diambil dari contoh nyata di kehidupan yang dekat dengan siswa dan juga dari cerita dongeng yang sudah sering didengar namun tetap terdapat kebenaran matematika yang dapat menjadi landasan pemikiran dan pengalaman siswa.
Annisa Nur Arifah
ReplyDelete18709251058
S2 Pendidikan Matematika C 2018
Akal sehat adalah pikiran yang baik dan normal, begitulah definisi ensiklopedis bahasa Indonesia mengatakan, dan, dalam konteks ini, akal sehat adalah pikiran yang logis dan secara fisik bekerja secara sehat. Alasannya, untuk yang pertama, kita tidak mungkin membayangkan seseorang memiliki pikiran yang baik tetapi tidak logis, dan, untuk yang kedua, itu adalah prasyarat fisik dari pikiran disebut pikiran (normal).
Sri Ningsih
ReplyDelete19709251064
S2 Pendidikan Matematika kelas D
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang berpusat pada peserta didik agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum dan prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisa data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip.Dalam pembelajaran saintifik diharapkan tercipta kondisi pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mencari tahu informasi dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Pembelajaran yang melibatkan pendekatan saintifik akan melibatkan keterampilan proses, seperti kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk pengajuan hipotesis atau pengumpulan data.
Choirul Amri
ReplyDelete(19709251078 S2 Pendidikan Matematika Kelas D 2019)
Bismillah, dari apa yang Bapak uraikan saya dapat menyimpulkan bahwa pemahaman mengenai pendekatan saintifik adalah pemahaman dan pembenaran yang dianggap benar karena ada bukti ilmiah dan tidak akan benar ketika ada bukti ilmiah yang mematahkan sehingga terjadi penyesuaian dan pembaruan, namun intinya langkah-langkah saintifik harus dipahami bahwa untuk mempelajari sesuatu harus benar sesuai dengan bukti yang ada, hal ini karena menurut teorinya tesis merupakan kesimpulan atas sebuah hasil riset ilmiah yang didasari atas bukti-bukti dan pemikiran logis. antitesis adalah hasil sebuah riset ilmiah yang menggambarkan sangkalan atas tesis yang yang ada sebelumnya dengan maksud meluruhkan tesis itu. Sehingga kita harus bisa sintesis dari keduanya itu. Sintesis adalah jawaban atau kesimpulan atas pertentangan yang dibuat antara tesis dan antitesis sehingga menjadi satu hal utuh yang merupakan hasil ilmiah yang baru. Terimakasih.
Fitria Restu Astuti
ReplyDelete19709251069
S-2 Pendidikan Matematika D 2019
Setelah membaca artikel ini pada bagian tesis dan antitesis ke-3, ada yang menyatakan bahwa pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah diantaranya yaitu intuisi, akal sehat,prangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. Namun antitesisnya menyebutkan bahwa untuk memperoleh sintak Ilmiah terkadang subjek didik melakukan hal-hal yang dapat dikategorikan sebagai non ilmiah. Hal ini menggambarkan bahwa metode saintifik tidak selalu diartikan dalam satu makna tetapi dalam penggunaannya dapat digali lebih da;am dan dikembangkan lebih luas lagi.
Rona Happy Mumpuni
ReplyDelete19709251059
S2 Pendidikan Matematika D
Alhamdulillah dari artikel di atas, saya dapat memahami tesis dan anti tesis dengan pendekatan saintifik. Saya menyimpulkan beberapa hal, diantara: fenomenologi sebagai kerangka filosofis pendekatan Saintifik. Fenomenologi merupakan salah satu jenis metode penelitian kualitatif yang diaplikasikan untuk mengungkap kesamaan makna yang menjadi esensi dari suatu konsep atau fenomena yang secara sadar dan individual dialami oleh sekelompok individu dalam hidupnya. Dengan fenomenologi, esensi penedekatan saintifik untuk pembelajaran matematika akan mudah didapatkan.
Rifki Rinaldo
ReplyDelete19709251070
S2 Pendidikan Matematika 2019 D
berdasarkan pemaparan diatas, saya menyimpulkan bahwa Dalam pendekatan saintifik diharapkan tercipta kondisi pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mencari tahu informasi dari berbagai sumber melalui observasi. sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri. pendekatan saintifik berdasarkan pada pengalaman dan logika. Dalam aktivitasnya siswa diminta untuk melakukan proses ilmiah dalam mengatasi masalah yang dihadapkan
Latifa Krisna Ayu
ReplyDelete19709251060
S2 Pendidikan Matematika D
Hal yang menjadi sorotan bagi saya dari tulisan diatas ialah tentang intuisi. Menurut saya, intuisi baik digunakan dalam pembelajaran. Intuisi merupakan buah dari pengalaman. Pengalaman yang baik menghasilkan intuisi yang baik, kemudian hal ini dapat membuat siswa menghasilkan definisinya sendiri mengenai suatu materi. Saya merasa bahwa pemahaman yang didapat melalui pengalaman ini justru sangatlah baik bagi siswa. Selain itu cara coba-coba juga sangatlah berguna untuk membangun pemahaman dalam diri siswa, asalkan coba-coba yang dilakukan tercatat dan sistematis hingga siswa dapat mengambil kesimpulan dari kegiatan coba-coba tersebut seperti yang telah disampaikan di atas.
Terima kasih
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTiara Wahyu Anggraini
ReplyDelete19709251065
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Terima kasih Pak atas artikelnya yang telah membuka pemikiran saya bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik tidak sepenuhnya berdasarkan materi pembelajaran berdasarkan fakta atau unsur logika, namun juga membutuhkan kira-kira, khayalan, legenda atau dongeng dengan tujuan memperkuat pemikiran siswa. Selain itu intuisi juga sangat berperan dalam pembelajaran khususnya penyampaian materi untuk anak yang baru belajar, karena tidak setiap materi dapat diterima dengan baik jika penyampaian awalnya menggunakan definisi.
Syaiful Syamsuddin
ReplyDelete19701261002
S3 PEP 2019
Terimakasih prof. atas artikelnya. Melalui artikel ini, saya dapat menangkap bahwa dalam penerapan pendekatan saintifik memiliki sifat ilmiah namun tidak mengesampingkan sifat non-ilmiah. Dengan pendekatan saintifik, siswa diberi kesempatan untuk membangun ilmu pengetahuan yang dimiliki. Dalam membangun pengetahuan dibutuhkan intuisi dari siswa itu sendiri.Untuk itu, siswa dapat mengetahui bahwa apa yang dikerjakan bernilai benar atau salah, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator untuk mengarahkan siswa
Alfiana Dewi
ReplyDelete19701251005
S2 PEP A 2019
Bismillah, Tesis dan antitesis akan selalu ada agar dapat mengimbangi berjalanya konsep tersebut dengan baik. Tesis materi pembelajaran dari pendekatan saintifik itu merupakan fakta yang di jelaskan dengan logika dan penalaran, sedangkan anti tesis dari materi pembelajaran tersebut adalah bahwa dongeng, khayalan, perkiraan, legenda, dan sebagainya dapat digunakan sebagai pengetahuan pendukung dari suatu fenomena.
Heriansyah
ReplyDelete19701261017
S3 PEP 2019
Tujuan pendekatan saintifik adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa, membentuk kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah secara sistematik, menciptakan kondisi pembelajaran supaya siswa merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, melatih peserta didik dalam mengemukakan ide-ide, meningkatkan hasil belajar dan mengembangkan karakter siswa.
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik diarahkan agar siswa mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan haya mendengarkan dan menghafal semata .
Tulisan prof di atas menunjukkan bahwa berpikir analitis adalah berpikir kritis, berpikir kritis adalah berpikir reflektif sampai pada kemampuan mengambil keputusan secara benar. Berpikir reflektif tidak mungkin dapat dilakukan tanpa berpikir secara filosofis. Fenomenologi sebagai kerangka filosofis pendekatan Saintifik. Heurmenitika sebagai pendekatan epistemologi pendekatan Saintifik
Puspitarani
ReplyDelete19709251062
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Dari uraian tesis dan anti tesis diatas, saya memahami bahwa dalam pembelajaran saintifik selain dengan kegiatan yang melibatkan unsur logika pikir dan pengalaman, dapat diperkuat dengan khayalan, dogeng, dan legenda yang masih dapat diterima oleh pemahaman siswa. Kemudian dalam pembelajaran peran intuisi juga sangat diperlukan, sebagai landasan berpikir bagi siswa.
Yufida Afkarina Nizar Isyam
ReplyDelete19709251073
S2 Pendidikan Matematika D 2019
Mengenai tesis dan antitesis dari pendekatan saintifik, beberapa tesis di atas merupakan sebuah pernyataan mengenai pendekatan saintifik yang diungkapkan sesuai dengan referensi data yang ada. Namun dari tesis tersebut tentu ada antitesisnya dimana ada pernyataan lain yang menggambarkan keterbalikan atau sangkalan atas tesis yang yang ada sebelumnya.
Vera Yuli Erviana
ReplyDeleteNIM 19706261005
S3 Pendidikan Dasar 2019
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Pada dasarnya pendekatan saintifik berbasis pada kompetensi dan semangat kurikulum 2013. Pendekatan ini dibangun dengan melibatkan unsur logika dan pengalaman. Pendekatan ini bermaksud memberikan kesempatan bagi siswa dalam membangun pengetahuan melalui fasilitas yang telah disediakan. Sementara itu, guru sebagai fasilitator dan motivator bagi para siswa. Adanya penalaran yang menyimpang perlu disadari dan dicarikan solusi dan penjelasannya untuk memperkokoh konsep yang telah dibangun.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Hima Naili Hidayah
ReplyDelete19701251004
PEP A 2019
Seiring dengan tuntutan pembelajaran saintifik diperlukan sebagai pendekatan yang diharapkan dapat menjadikan siswa menjadi aktif, inovatif serta efektif dalam menemukan hal baru sebagai pengalaman belajar. Dalam ini guru harus menjadi vasilitator siswa agar tujuan pembaelajaran tercapai dengan baik.
Alfiana Dewi
ReplyDelete19701251005
S2 PEP A 2019
Sebagaiaman telah dijelaskan pada elegi sebelumnya bahwasanya pendekatan sanitifik dapat diterapkan dengan kerangka konstruktivisme. Jika fenomena dan mengalaman menjadi substansi pembelajaran maka antitesisnya fenomena menjadi obyek pembelajaran. Jika pembelajaran masih menggunakan penjelasan guru maka anti tesisnya pembelajaran mengunggulkan kemandirian siswa untuk memperoleh pengetahuannya dengan sedikit penjelasan guru, bahkan tidak ada penjelasan guru karena guru hanya sebagai fasilitator.
Muh. Asriadi AM
ReplyDelete19701251008
S2 PEP A 2019
Pemahaman saya dari artikel ini yaitu Pendekatan saintifik merupakan suatu teknik pembelajaran yang menempatkan siswa menjadi subjek aktif melalui tahapan-tahapan ilmiah sehingga mampu mengkonstruk pengetahuan baru atau memadukan dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah didapat oleh siswa. Dalam hal ini guru menjadi fasilitator bagi para siswa. Selain itu guru harus merancang sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi hidup seperti penggunaan alat peraga, menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran dan ide yang lain. Tesis dan anti tesis memang harus selalu ada agar dapat mengimbangi berjalanya konsep tersebut dengan baik.
Beberapa pernyataan dari referensi sebelah yang dimaksud memang perlu dikritisi dengan menampilkan anti-tesisnya. Tulisan ini memberikan gambaran bahwa ilmu itu perlu disampaikan secara lengkap agar menjadikan sempurnanya pengetahuan orang yang mempelajari meskipun hal itu sangat sulit dicapai, paling tidak sudah ada upaya mendekati kebenaran keilmuan tersebut. Tesis dan anti-tesis selanjutnya dapat diterapkan pada berbagai hal dalam kehidupan ini. Terima kasih Prof. sudah memberikan penjelasan ini.
ReplyDeleteIkhsanudin (PEP-S3/19701261001)