The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Feb 25, 2011
Elegi Menemukan Diriku Adalah Ketidak Adilan
Oleh Marsigit
Pikiranku:
Pada suatu saat dan suatu tempat aku hanya bisa memikirkan satu hal saja. Nah ini aku sedang memikirkan Obyek A.
Obyek Bukan A Protes:
Wahai pikiran...kenapa engkau hanya memikirkan Obyek A saja? Padahal Obyek Bukan A itu banyaknya bermilyar-milyar dan mereka mempunyai hak yang sama untuk engkau pikirkan. Maka aku menemukan bahwa sebenar-benar Dirimu itu adalah Tidak Adil.
Penglihatanku:
Pada suatu saat dan suatu tempat aku hanya bisa melihat satu hal saja. Nah ini aku sedang melihat Obyek B.
Obyek Bukan B Protes:
Wahai Penglihatan...kenapa engkau hanya melihat obyek B saja? Padahal Obyek Bukan B itu banyaknya bermilyar-milyar dan mereka mempunyai hak yang sama untuk engkau lihat. Maka aku menemukan bahwa sebenar-benar Dirimu itu adalah Tidak Adil.
Pendengaranku:
Pada suatu saat dan suatu tempat aku hanya bisa mendengar satu hal saja. Nah ini aku sedang mendengarkan Obyek C.
Obyek Bukan C Protes:
Wahai Pendengaran...kenapa engkau hanya mendengarkan Obyek C saja? Padahal Obyek Bukan C itu banyaknya bermilyar-milyar dan mereka mempunyai hak yang sama untuk engkau dengarkan. Maka aku menemukan bahwa sebenar-benar Dirimu itu adalah Tidak Adil.
Perasaan:
Pada suatu saat dan suatu tempat aku hanya bisa merasakan satu hal saja. Nah ini aku sedang merasakan Obyek D.
Obyek Bukan D Protes:
Wahai Perasaan...kenapa engkau hanya merasakan Obyek D saja? Padahal Obyek Bukan D itu banyaknya bermilyar-milyar dan mereka mempunyai hak yang sama untuk engkau rasakan. Maka aku menemukan bahwa sebenar-benar Dirimu itu adalah Tidak Adil.
Mengatakan:
Pada suatu saat dan suatu tempat aku hanya bisa mengatakan satu hal saja. Nah ini aku sedang mengatakan Obyek E.
Obyek Bukan E Protes:
Wahai Mengatakan...kenapa engkau hanya mengatakan Obyek E saja? Padahal Obyek Bukan E itu banyaknya bermilyar-milyar dan mereka mempunyai hak yang sama untuk engkau katakan. Maka aku menemukan bahwa sebenar-benar Dirimu itu adalah Tidak Adil.
Menulis:
Pada suatu saat dan suatu tempat aku hanya bisa menulis satu hal saja. Nah ini aku sedang menulis Obyek F.
Obyek Bukan F Protes:
Wahai Menulis...kenapa engkau hanya menulis Obyek F saja? Padahal Obyek Bukan F itu banyaknya bermilyar-milyar dan mereka mempunyai hak yang sama untuk engkau tulis. Maka aku menemukan bahwa sebenar-benar Dirimu itu adalah Tidak Adil.
Berdoa:
Pada suatu saat dan suatu tempat aku hanya bisa berdoa satu hal saja. Nah ini aku sedang berdoa G.
Berdoa Bukan G Protes:
Wahai Berdoa...kenapa engkau hanya berdoa G saja? Padahal Berdoa Bukan G itu banyaknya bermilyar-milyar dan mereka mempunyai hak yang sama untuk engkau gunakan berdoa. Maka aku menemukan bahwa sebenar-benar Dirimu itu adalah Tidak Adil.
Memakan:
Pada suatu saat dan suatu tempat aku hanya bisa memakan satu hal saja. Nah ini aku sedang memakan Makanan H.
Makanan Bukan H Protes:
Wahai Memakan...kenapa engkau hanya memakan H saja? Padahal Makanan Bukan H itu banyaknya bermilyar-milyar dan mereka mempunyai hak yang sama untuk engkau makan. Maka aku menemukan bahwa sebenar-benar Dirimu itu adalah Tidak Adil.
Mengarah:
Pada suatu saat dan suatu tempat aku hanya bisa mengarah pada satu hal saja. Nah ini aku sedang mengarah ke Tujuan I.
Tujuan Bukan I Protes:
Wahai Mengarah...kenapa engkau hanya mengarah ke Tujuan I saja? Padahal Tujuan Bukan I itu banyaknya bermilyar-milyar dan mereka mempunyai hak yang sama kemana engkau mengarah. Maka aku menemukan bahwa sebenar-benar Dirimu itu adalah Tidak Adil.
Memegang:
Pada suatu saat dan suatu tempat aku hanya bisa memegang pada satu hal saja. Nah ini aku sedang memegang Obyek J.
Obyek Bukan J Protes:
Wahai Memegang...kenapa engkau hanya memegang Obyek J saja? Padahal Obyek Bukan J itu banyaknya bermilyar-milyar dan mereka mempunyai hak yang sama untuk engkau pegang. Maka aku menemukan bahwa sebenar-benar Dirimu itu adalah Tidak Adil.
Mencintai:
Pada suatu saat dan suatu waktu aku hanya bisa mencintai satu hal saja. nah ini aku sedang mencintai Obyek K.
Obyek Bukan K Protes:
Wahai mencintai...kenapa engkau hanya mencintai Obyek K saja? Padahal Obyek Bukan K itu banyaknya bermilyar-milyar dan mereka mempunyai hak yang sama untuk engkau cintai. Maka aku menemukan bahwa sebenar-benar Dirimu itu adalah Tidak Adil.
Berhenti:
Pada suatu saat dan suatu tempat aku hanya bisa berhenti di suatu tempat saja. Nah ini aku sedang berhenti di Tempat Ini.
Tempat Bukan Ini Protes:
Wahai Berhenti...kenapa engkau hanya berhenti di Tempat Ini saja? Padahal Tempat Bukan Ini itu banyaknya bermilyar-milyar dan mereka mempunyai hak yang sama sebagai tempat engkau berhenti. Maka aku menemukan bahwa sebenar-benar Dirimu itu adalah Tidak Adil.
Menjadi Subyek:
Pada suatu saat dan suatu tempat aku hanya bisa menjadi sebagai subyek tertentu saja. Nah ini aku telah menjadi Matematikawan.
Bukan Matematikawan Protes:
Wahai Menjadi Subyek...kenapa engkau hanya menjadi Matematikawan saja? Padahal Bukan Matematikawan itu banyaknya bermilyar-milyar dan mereka mempunyai hak yang sama sebagai subyek menjadimu. Maka aku menemukan bahwa sebenar-benar Dirimu itu adalah Tidak Adil.
Diriku:
Oh...hhh sang Bagawat kenapa setiap hal pada diriku selalu menghasilkan Ketidak Adilan?
Bagawat:
Itulah manusia yang mempunyai sifat serba terbatas. Dan itulah gunanya berpikir dan menyadari. Jikalau engkau telah menyadari betapa .....sangat sangat sangat sangat sangat ....sangat.... terbatas.... kemampuan dirimu itu, apalagi setiap hal pada dirimu selalu menghasilkan ke Tidak Adilan maka apakah lagi yang engkau banggakan dan engkau sombongkan pada dirimu itu. Tiada engkau sadari, maka engkau telah selalu berbuat dosa karenanya. Maka selalu mohon ampunlah kepada Tuhan Mu atas Ketidak Adilan yang setiap saat engkau produksi itu. Tiadalah manusia mampu menghilangkan kesombongan kecuali atas pertolongan Allah SWT. Amiin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Kemampuan manusia itu terbatas, tidak ada manusia yang mampu melakukan segalanya karena manusia bukanlah makhlum yang sempurna. Intinya keadaan kita di dunia ini adalah sebagai khalifah, terus beriman, mendekatkan diri kepada Allah, berikhtiar. Tiadalah gunanya untuk menyombongkan diri karena di atas langit masih ada langit, kita hanya perlu bersyukur atas apa yang kita miliki dan menerimanya.
Aizza Zakkiyatul Fathin
ReplyDelete18709251014
Pps Pendidikan Matematika A
Dari elegi ini Saya dapat mengaitkan dengan proses attention pada manusia. Berdasarkan teori “bottleneck” bahwa manusia memiliki keterbatasan pada attention. Manusia tidak dapat fokus pada beberapa objek. Maka benar bahwa manusia adalah mahluk dengan segala keterbatasannya. Tidak ada yang pantas bagi manusia untuk bangga akan kemampuannya. Padahal kemampuannya itu terbatas. Maka dari itu gunakan hati dan pikiran yang jernih untuk terhindar dari rasa bangga diri.
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 PM A 2018
Manusia tidak bisa mencapai titik adil. Yang bisa dilakukan manusia hanya berusaha adil. Hal ini dikarenakan manusia memiliki sifat keterbatasan. Manusia tidak bisa memberikan rasa adil ke beberapa obyek sekaligus. Untuk itu manusia perlu selalu rendah hati untuk apa yang telah dilakukannya. Sesuatu yang telah dikerjakan tersebut hanya sebagian kecil dari objek yang ada.
Terima kasih
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Kita sebagai manusia pasti memiliki kekurangan dan keterbatasan, meskipun tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, tetapi itu semua adalah kehendak Allah. Kita sebagai manusia pasti tidak dapat melakukan semuanya dengan sendiri tanpa kehendak Allah. Dengan demikian, seharusnya membuat kita berpikir dan menyadari bahwa tidak ada yang patut kita sombongkan dalam diri kita, karena apa pun yang kita lakukan selalu menghasilkan ketidakadilan. Maka marilah kita minta kepada Allah untuk selalu diberikan pengampunan-Nya.
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Manusia memiliki keterbatasan, dan hal inilah yang menyebabkan bahwa tiada manusia yang sempurna. Manusia sebagai salah satu ciptaan Yang Maha Sempurna diberikan beberapa kelebihan dibanding mahluk lainnya namun tidak berarti manusia dapat menguasai semuanya.
Menurut saya hal ini menjadi pandangan dasar agar manusia tidak angkuh dan sombong akan kelebihannya. Apapun yang ada dalam diri manusia hanyalah titipan yang suatu saat bisa diambil oleh Yang Empunya. Sehingga, manusia yang melakukan segala sesuatunya dengan tidak adil maka memiliki keterbatasan untuk melakukannya dan bahkan hal tersebut dapat menjadi "boomerang" bagi manusia itu sendiri.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Meskipun tidak bermaksut tidak adil tapi manusia bisa dikatakan tidak adil, sebagaimana yang tertulis dalam elegi di atas. Hal ini dikarenakan benar bahwa manusia mempunyai sifat yang terbatas. Dengan menyadari bahwa sebagai manusia kita memiliki keterbatasan yang banyak maka diharapkan kita bisa terhindar dari sikap menyombongkan diri. Sebenarnya banyak hal yang ada pada diri manusia merupakan anugerah dan titipan dari Allah S.W.T., dimana titipan tersebut harus kita jaga dan kita gunakan untuk kebaikan. Sehingga sebenarnya tidak ada yang pantas kita sombongkan. Jika kita menyombongkan diri maka sebenarnya bisa dikatakan kita sedang melakukan ketidakadilan. Dan sungguh benar bahwa yang Maha Adil adalah Allah S.W.T..
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, karena manusia adalah makhluk ciptaan-Nya yang memiliki keterbatasan dalam segala hal. Elegi di atas, menjelaskan bahwa manusia tidak akan pernah adil hanya berusaha semaksimal mungkin untuk adil, karena Allah lah Sang Maha Adil. dan Jangan pernah sombong terhadap apa yang kita miliki baik kemampuan maupun materil karena semua hanya titipan-Nya.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Adil dan tidak adil atau setengah adil menjadi hal lumrah yang terjadi di kehidupan manusia sejak dulu. Seperti kakak yang tidak adil kepada adiknya dengan membagi makannya tidak sesuai aturan, kakak memperoleh makanan sedikit lebih banyak dibanding adik karena menganggap adik itu lebih kecil sehingga porsi pun ikut mengecil. Diri manusia yang seperti itu bentuknya, mempunyai sifat yang beragam sekali seperti mempunyai seribu banyangan dan seribu muka, hal itu akan menjadikan manusia menjadi tidak cepat puas bahkan tidak pernah puas akan hal. Sehingga satu-satunya cara dengan mengupayakan selalu bersyukur di setiap hal kecil yang diperolehnya, baik perolehan yang baik maupun perolehan yang buruk.
Fany Isti Bigo
ReplyDelete18709251020
PPs UNY PM A 2018
Saat kita sebagai manusia tidak bisa mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan/ kita inginkan seringkali menyebutnya dengan ketidakadilan. Ketidakadilan ini bisa menimbulkan rasa iri di dalam hati apabila melihat orang lain bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketikadilan juga berarti kita tidak dapat memberikan porsi yang sama kepada semua objek pikir kita. Salah satu cara untuk menghindari penyakit hati ini dengan cara bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan kepada kita.
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
dari elegi di atas, manusia merupakan penangkap ‘ada’ yang terbatas.karena keserbaterbatasannya dari keseluruhan ‘ada’ yang Tuhan ciptakan tidak semua bisa ditangkap oleh manusia,atau dari keseluruhan ‘ada’ yang tercipta berapa persen sebenarnya yang bisa manusia tangkap ‘ada’ yang bisa manusia tangkap oleh pengalaman dunia inderawinya itu dalam sains mewujud. sebagai ‘kebenaran empirik’, sedang dalam konsep agama ‘ada’ yang tak bisa ditangkap oleh pengalaman dunia indera manusia di konsep sebagai ‘alam gaib’.
Tiara Cendekiawaty
ReplyDelete18709251025
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Ketidakadilan terjadi karena adanya ditermin dan hanya melihat pada satu sisi. Manusia yang memiliki keterbatasan juga dapat menerima ketidakadilan karena dirinya sendiri. Karena setiap manusia keterbatasan tak terkecuali dengan diri kita, maka apalah gunanya kita sebagai manusia menyombongkan diri dengan apa yang kita miliki. Keterbatasan yang kita miliki seharusnya dijadikan sebagai acuan untuk selalu merefleksikan diri dan mengingat Allah.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Berdasarkan elegi tersebut, kita harus sadar bahwa manusia itu memiliki keterbatasan. Sifat terbatas manusia bisa dalam hal pikiran, penglihatan, pendengaran, perkataan, dan yang lainnya. Maka sungguh tidak pantas jika kita masih berperilaku sombong didalam keterbatasan yang kita miliki. Yang harus kita lakukan didalam keterbatasan yang kita miliki adalah berusaha untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik dengan selalu mendekatkan diri kita kepada Allah SWT dengan berdoa dan berikhtiar dijalanNya.
Yuntaman Nahari
ReplyDelete18709251021
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Tidak ada manusia yang mampu berlaku sebenar-benarnya adil. Sebenar-benar keadilan adalah milik Allah SWT. Ketidak Adilan yang ada dalam diri manusia disebabkan karena keterbatasan berpikir manusia. Manusia hanya mampu berpikir sampai batas yang ditetapkan. Maka mohon ampunlah kepada Allah atas segala kesombongan yang selama ini kita lakukan.
Ibrohim Aji Kusuma
ReplyDelete18709251018
S2 PMA 2018
Pada hakikatnya manusia memiliki banyak keterbatasan. Karena keterbatasan yang kita miliki, maka kita terkadang berlaku tidak adil terhadap orang lain. Meskipun sudah berusaha sekuat tenaga tidak mungkin kita bisa memuaskan setiap orang yang ada. Oleh karena itu, kuncinya adalah berdoa dan memohon ampun.
Rindang Maaris Aadzaar
ReplyDelete18709251024
S2 Pendidikan Matematika 2018 (PM B 2018)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Seadil-adilnya dirimu, sesunggunya engkau belum adil sepenuhnya. Setiap manusia memiliki keterbatasan. Untuk adil dengan dirinya sendiri saja tidak bisa. Seperti menunjuk bagian tubuh yang ada, setiap manusia tidak akan bisa menunjuk seluruh bagian tubuhnya karena keterbatasan tangan yang dimiliki. Oleh karena itu janganlah engkau bersikap sombong
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Eka Puspita Sari
ReplyDelete18709251035
S2 PM B 2018
Elegi tersebut mengingatkan kepada kita akan kelemahan-kelemahan manusia. Kelemahan manusia karena keterbatasannya, kelemahan manusia yang selalu berpotensi tidak adil. Bahkan pada diri sendiri saja terkadang tidak adil, tidak adil memberikan hak-hak diri, seperti misalnya terlalu memforsir diri tanpa memberikan istirahat yang cukup bagi diri atau tidak memberikan hak-hak batiniah berupa mendekatkan diri dengan sang pencipta. Yang perlu dilakukan bukanlah merasa rendah diri karena keterbatasan tersebut, sebaliknya justru keterbatasan tersebut seharusnya mampu membuat kita sadar bahwa tidak ada yang perlu di sombongkan, karena semua hanyalah titipan semua yang kita miliki dan semua hal mampu kita lakukan hanyalah bentuk kasih sayang sang Pencipta. Kembali dan bertaubatlah wahai diri.
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Dari elegi di atas kita bisa bisa melihat bagaimana manusia walaupun sebagai makhluk sempurna yang Allah SWT ciptakan tetap memiliki keterbatasan yaitu keadilan. Pada dasarnya manusia itu memang tidak akan mampu untuk berbuat adil yang sebanar-benar adil, karena itu hanya kuasa Allah SWT sebagai zat yang Maha Adil. Contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari bahkan bagi diri sendiripun terkadang kita tidak bisa adil. Yang manusia bisa lakukan hanyalah berikhtiar dan berdoa. Oleh karena itu tidak pantas sedikitpun manusia sombong.
Diana Prastiwi
ReplyDelete18709251004
S2 P. Mat A 2018
Dari elegi tersebut dapat diketahui bahwa manusia adalah tempatnya kekurangan, ketidaksempurnaan, dan keterbatasan. Sedangkan kelebihan, kesempurnaan, dan ketidakterbatasan adalah milik Allah swt. Oleh karenanya manusia hanya bisa sabar, tawakal, dan ikhlas dalam menghadapi segala cobaan, karena sejatinya janji Allah swt itu pasti dan hanya Allah swt Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu yang ada di alam semesta. Maka tidak pantas jika manusia berlaku sombong.
Erma Zelfiana Surni
ReplyDelete18709251009
S2. P.Matematika A 2018
Assalamualaikum Wr. Wb
Dari elegi ini kita bisa sama-sama memahami bahwa manusia diciptakan dengan kesempurnaan lengkap dengan ketidaksempurnaannya, ketakhinggaan lengkap dengan keterbatasannya. Maka tidak ada yang perlu disombongkan dalam diri setiap manusia. Dari keterbatasan itulah, tidak sepantasnya manusia selalu berbangga unjuk diri. Mengaku paling tahu padahal apa yang diketahuinya masih sangat kecil ibarat secuil debu dari pengetahuan yang ada dan yang mungkin ada. Mengaku banyak berdoa padahal apa yang didoakan masih sangat sedikit dari yang ada dan yang mungkin ada. Mengaku adil sekalipun, sudah menjadi suatu kesombongan karena didalam diri setiap manusia tersimpan sifat tidak adil dalam berpikir, merasa, mendengar, berdo'a, dst. Ketidakadilan dalam diri manusia itu disebabkan kerena ketidakmampuan manusia dalam mengjangkau semua yang ada dan yang mungkin ada pada satu waktu dan tempat atau dalam ruang dan waktu yang sama.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Manusia memang makhluk yang tidak sempurna. Setiap saat manusia akan dihadapkan pada berbagai pilihan. Dengan menjatuhkan pilihan pada suatu hal, artinya manusia telah berlaku tidak adil untuk hal yang lainnya. Hal ini memang wajar. Karena sejatinya manusia memang tak akan pernah mampu untuk berlaku adil. Bahkan adil terhadap diri sendiri saja manusia tak pernah mampu, apa lagi berlaku adil terhadap hal lain di luar dirinya.
Dita Aldila Krisma
ReplyDelete18709251012
PPs Pendidikan Matematika A 2018
Manusia yang diciptakan dengan sempurna, dibekali akal pikiran, dapat berkarya, mengembangkan kemampuan pada akhirnya harus mengakui keterbatasannya. Dalam keterbatasan ini, manusia hendaknya senantiasa rendah hati atau tidak menyombongkan diri. Karena sesungguhnya manusia tidak dapat merengkuh semuanya secara bersamaan dan tidak bisa adil secara mutlak.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Selesaikanlah satu urusanmu terlebih dahulu baru menyelesaikan urusan yang lain. Allah berfirman dalam Qur’an Surat Al-Insyirah ayat 7 yang artinya “Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”. Ingatlah, bahwasanya manusia mempunyai sifat terbatas yang hanya mampu melakukan sesuatu dalam satu ruang dan waktu. Janganlah serakah. Gunakanlah waktumu dengan baik. Ingat, waktu adalah pedang, maka barang siapa tidak bisa menggunakan dengan baik maka ia akan dilibas masa depannya. Jadi, jangan buang-buang waktumu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Ada sebuah jeruk di atas meja dan dua adik perempuan ingin memakannya. Bisa jadi sang kakak pilih kasih dengan salah satu adik yang akhirnya memberikan buah jeruh lebih banyak ke salah satunya. Itu merupakan salah sat bentuk ketidakadilan yang sering terjadi di lingkungan. Bisa dipahami bahwa sang kakak yang memang kepribadiannya sering melakukan ketidakadilan kepada teman-temannya atau kepada dirinya sendiri. Tidak adil dalam membagi waktu untuk dirinya agar bisa beristirahat, tidak adil pada jam makan yang tidak disegerakan. Hal-hal itu merupakan bentuk ketdakadilan pada diri sendiri. Letak dasarnya ada pada pikiran yang sudah disetting untuk berlaku sesuka hati tanpa membawa perasaan.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat siang Prof.
Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sebagai anugerah yang dilimpahkan oleh Tuhan. Sebagai manusia, kita menentukan pilihan baik atau buruk, dan perlu atau tidaknya untuk dilakukan. Terkadang kita membebani diri sendiri dalam menentukan dan menjalani pilihan tersebut. Artinya memaksakan apa yang seharusnya belum mampu dilakukan tetapi sangat ingin dilakukan dengan segera. Dapat disimpulkan, ketidakadilan atas diri sendiri muncul dalam kondisi ini. Hal ini terjadi karena pikiran, hati, dan tindakan belum bersinergi atau tidak selaras. Perlunya introspeksi diri sehingga menghasilkan pandangan yang dapat mengubah hal tersebut lebih baik lagi. Terima kasih.
Amalia Nur Rachman
ReplyDelete18709251042
S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
Pada hakikatnya setiap orang diciptakan sesuai dengan batasnya masing-masing. Dalam batas tersebut, kita tidak boleh melampauinya, begitupun dengan adil atau tidaknya kita dapat melakukan hal adil sesuai dengan porsinya masing-masing. Sehingga ketidakadilan dapat kita minimalkan, tentunya dengan mengharap Ridho Allah
Cahya Mar'a Saliha Sumantri
ReplyDelete18709251034
S2 Pendidikan Matematika B
Assalamualaikum wr.wb.
Setelah melakukan refleksi diri, maka diriku yang awalnya mengira bahwa sudah berbuat adil kepada setiap saaraf yang melaluinya, ternyata belum sepenuhnya adil karena banyak hal yang perlu dipikirkan dan diresapi setiap jengkal permasalahan. Bila memang sudah merasa adil maka tidak akan ada keraguan dalam pikiran untuk berpikir kembali atas suatu permsalahan. bila merasa tidak adil maka pikiran akan masih memikirkan hal-hal yang tidak sepatutnya dipikiran sehingga bisa menjadi beban pikiran manusia dan juga hati yang tidak diikutsertakan menjadi beban tambahan bagi beban pikiran yang ternyata tidak adil terhadap semua bagian tubuh manusia terhadap lingkungan sekitarnya.
Samsul Arifin/18701261007/S3 PEP
ReplyDeleteManusia tidak akan pernah bisa adil. Sekuat apapun manusia berusaha untuk adil, tetap saja manusia tidak bias dibilang adil. Manusia hanya bisa berusaha menjadi seadil mungkin, karena keadilan hanyalah milik Allah SWT. semata. Dengan begitu, hendaknya manusia bersyukur dan ikhlas menerima apapun pemberian Allah SWT.
Zuari Anzar
ReplyDelete19701251006
S2 PEP A 2019
Bahwa adil itu sendiri mengandung makna objektif nyata. Manusia yang adil adalah yang tidak melebihi wenangannya, beradab berarti berbudaya. Manusia yang beradab adalah manusia yang merupakan olah pikir manusia dan dijadikan pedoman berperilaku. Keterbatasan-keterbatasan dalam tubuh kita yang menjadi sebab kita tidak bisa berbuat adil ke beberapa objek sekaligus. Olehnya itu tepatlah yang dikatakan Bagawat bahwa karena kita mempunyai sifat terbatas maka selalu memohon ampunan atas ketidak adilan yang setiap saat kita produksi.
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Ketidak adilan akan selalu hadir dari masa ke masa, keberadaannya merupakan suatu keniscayaan yang hakiki. Untuk melawan ketidak adilan dibutuhkan kriteria dan parameter yang jelas, serta kebijaksanaan untuk dapat memahami dan membawanya menjadi sebuah definisi untuk dapat disebut adil.
Ketidakadilan juga mungkin hadir dalam sebuah penilaian, maka dari situlah evaluasi perlu dilakukan agar keadilan dapat hadir dalam proses yang diinginkan. dan ketika keadilan telah dapat ambil bagian penelitian perlu ambil peran untuk terus mengkaji kemungkinan-kemungkinan terhadap keberadaan ketidakadilan.
Dhamar Widya Safitri
ReplyDelete19701251009
S2 PEP A 2019
Assalamualaikum.
Manusia dilahirkan dengan keterbatasan. Otak manusia hanya mampu untuk memikirkan sedikit dari milyaran ilmu yang ada. Masih banyak hal yang berada di luar jangkauan manusia. Jadi, manusia tidak memiliki hak untuk sombong dengan apa yang dimiliki, sementara apa yang dimiliki adalah sepermilyaran dari apa yang ada.
Terimakasih