The purpose of this blog is to communicate aspects of life such as philosophy, spiritual, education, psychology, mathematics and science. This blog does not mean political, business oriented, pornography, gender and racial issues. This blog is open and accessible for all peoples. Google Translator may useful to translate Indonesian into English or vise versa. (Marsigit, Yogyakarta Indonesia)
Jul 16, 2012
Elegi Pertengkaran Para Orang Tua Berambut Putih
Oleh: Marsigit
Orang Tua Berambut Putih Duduk Sendiri:
Aku duduk di sini. Maka aku yang telah mengaku sebagai orang tua berambut putih serta merta aku menyadari bahwa ketika aku duduk di sini, aku menjumpai ada aku yang duduk di sini, aku merasakan ada duduk dan aku mengerti ada di sini.
Tetapi serta merta pula jika yang demikian aku renungkan maka aku menyadari ada diri yang bukan aku, ada diri yang sedang tidak duduk dan ada diri yang di sana. Kalau aku perjelas refleksiku itu maka aku menemukan bahwa aku yang duduk di sini menyebabkan ada yang bukan aku yang tidak duduk di sini maupun yang duduk di sana. Aku terkejut karena aku menemukan bahwa ada aku yang tidak duduk di sini, dan ada diri yang bukan aku duduk di sini. Padahal aku telah mengaku bahwa aku duduk di sisini. Maka aku bertanya siapakah aku yang tidak duduk di sini, dan siapakah diri bukan aku yang duduk di sini. Pertanyaan itu ternyata dapat saya lanjutkan, siapakah aku yang duduk di sini dan siapakah aku yang tidak duduk di sini? Saya juga bisa bertanya siapakah aku yang duduk di sini dan siapakah bukan aku yang duduk di sini? Ternyata pertanyaan itu menyebabkan pertanyaanku yang berikutnya. Kalau begitu apakah ada aku yang bukan aku, duduk yang tidak duduk, di sini tetapi tidak di sini?. Aku menjadi teringat dengan pepatah jawa “ngono ning ojo ngono”. Apakah ada ngono yang bukan ngono, dan ojo ning bukan ojo? Kalau orang jawa saja sejak nenek moyang sudah mempunyai ngono ning ojo ngono, maka enehkah jika sekarang aku bertanya aku tetapi bukan aku, duduk tetapi bukan duduk, dan di sini tetapi bukan di sini? Kalau ini masih dianggap aneh maka sesungguhnyalah kita telah kehilangan dan tidak mampu memahamiwarisan leluhur.
Orang Tua Berambut Putih (pertama) Bertemu Dengan Orang Tua Berambut Putih Yang Lain (kedua):
Orang Tua Berambut Putih kedua:
Salam. Sesungguhnyalah aku mengikuti segala yang engkau pikirkan. Akulah mungkin aku yang bukan dirimu. Kemudian engkau mungkin bertanya apakah aku itulah yang tidak duduk di sini, atau apakah akulah yang duduk di sana, atau apakah akulah yang tidak duduk di sana? Tetapi setidaknya engkau telah berkata bahwa aku duduk di sini. Maka aku pun kemudian bertanya siapakah yang engkau maksud sebagai aku yang duduk di sini? Siapakah yang engkau maksud sebagai bukan aku yang duduk di sini? Siapakah yang engkau maksud aku yang tidak duduk di sini? Siapakah yang engkau maksud aku yang duduk di sana? Siapakah yang engkau maksud aku yang tidak duduk di sana? Siapakah yang engkau maksud bukan aku yang tidak duduk di sana?
Orang Tua berambut Putih Pertama:
Salam kembali. Sesungguhnya pula aku juga menyadari bahwa engkau yang bukan aku telah mengetahui pikiranku sedari awal. Namun ketahuilah bahwa sebenar-benar yang terjadi bahwa aku juga mengerti tentang pikiranmu sedari awal seawal-awalnya. Maka aku juga ingin bertanya mengapa engkau bertanya tentang aku yang duduk di sini? Padahal engkau tahu bahwa aku telah duduk di sini dan engkau yang bukan aku juga duduk di sini. Jadi sebetulnya siapakah engkau yang duduk di sini? Apakah engkau yang tidak duduk di sini? Apakah engkau juga duduk tidak di sini? Apakah engkau juga tidak duduk tidak di sini?
Orang Tua Berambut Putih Kedua:
Sesungguh-sungguhnya aku telah mengerti bahwa engkau akan mengajukan pertanyaan seperti itu, tetapi aku ragu apakah aku mengerti atau tidak mengerti jawabanmu.
Orang Tua Berambut Putih Pertama:
Sesungguh-sungguhnya aku juga telah mengerti bahwa engkau akan memberi komentar seperti itu, tetapi aku ragu apakah aku mengerti atau tidak mengerti komentarmu.
Orang Tua Berambut Putih Kedua:
Sesungguh-sungguhnya aku juga telah mengerti bahwa engkau akan memberi komentar seperti itu, tetapi aku ragu apakah aku mengerti atau tidak mengerti komentarmu.
Orang Tua Berambut Putih Pertama:
Mengapa engkau selalu menirukanku?
Orang Tua Berambut Putih Kedua:
Mengapa engka selalu menirukanku?
Orang Tua Berambut Putih Pertama:
Kalau begitu apa maumu?
Orang Tua Berambut Putih Kedua:
Kalau begitu apa maumu?
Orang Tua Berambut Putih Ketiga Menjumpai Ada Dua Orang Berambut Putih Berkelahi:
Wahai para orang tua. Mengapa sesama orang tua seperti engkau berdua saling berhantam? Apa kau pikir yang ada di sini cuma engkau berdua? Sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa aku telah mengerti pikiranmu berdua sedari awal. Apakah engkau berdua tidak mengerti bahwa sedari awal aku telah duduk di sini bersamamu? Maka apalah gunanya mengapa engkau saling bertengkar? Bukankah saling bertukar pikiran itu lebih baik dari pada berkelahi.
Orang Tua Berambut Putih Pertama dan Kedua Secara bersama-sama menjawab:
Sesungguhnya pula aku juga menyadari bahwa engkau yang bukan aku telah mengetahui pikiranku berdua sedari awal. Namun ketahuilah bahwa sebenar-benar yang terjadi bahwa aku berdua juga mengerti tentang pikiranmu sedari awal seawal-awalnya. Maka aku berdua juga ingin bertanya mengapa engkau bertanya tentang aku berdua yang duduk di sini? Padahal engkau tahu bahwa aku berdua telah duduk di sini dan engkau yang bukan aku berdua juga duduk di sini. Jadi sebetulnya siapakah engkau yang duduk di sini? Apakah engkau juga tidak duduk di sini? Apakah engkau juga duduk tidak di sini? Apakah engkau juga tidak duduk tidak di sini?
Orang Tua Berambut Putih Ketiga:
Sesungguh-sungguhnya aku telah mengerti bahwa engkau berdua akan mengajukan pertanyaan seperti itu, tetapi aku ragu apakah aku mengerti atau tidak mengerti jawabanmu berdua.
Orang Tua Berambut Putih Pertama dan Kedua Secara bersama-sama menjawab:
Sesungguh-sungguhnya aku berdua juga telah mengerti bahwa engkau akan memberi komentar seperti itu, tetapi aku berdua ragu apakah aku berdua mengerti atau tidak mengerti komentarmu.
Orang Tua Berambut Putih Ketiga:
Sesungguh-sungguhnya aku juga telah mengerti bahwa engkau berdua akan memberi komentar seperti itu, tetapi aku ragu apakah aku mengerti atau tidak mengerti komentarmu berdua.
Orang Tua Berambut Putih Pertama dan Kedua Secara bersama-sama menjawab:
Mengapa engkau selalu menirukanku?
Orang Tua Berambut Putih Ketiga:
Mengapa engkau selalu menirukanku?
Orang Tua Berambut Putih Pertama dan Kedua Secara bersama-sama menjawab:
Kalau begitu apa maumu?
Orang Tua Berambut Putih Ketiga:
Kalau begitu apa maumu?
Orang Tua Berambut Putih Keempat Menjumpai Ada Tiga Orang Berambut Putih Berkelai:
Wahai para orang tua. Mengapa sesama orang tua seperti engkau bertiga saling berhantam? Apa kau pikir yang ada di sini cuma engkau bertiga? Sebenar-benar yang terjadi adalah bahwa aku telah mengerti pikiranmu bertiga sedari awal. Apakah engkau bertiga tidak mengerti bahwa sedari awal aku telah duduk di sini bersamamu? Maka apalah gunanya mengapa engkau saling bertengkar? Bukankah saling bertukar pikiran itu lebih baik dari pada berkelahi.
Orang Tua Berambut Putih Pertama, Kedua dan Ketiga Secara bersama-sama menjawab:
Sesungguhnya pula aku juga menyadari bahwa engkau yang bukan aku telah mengetahui pikiranku berdua sedari awal. Namun ketahuilah bahwa sebenar-benar yang terjadi bahwa aku bertiga juga mengerti tentang pikiranmu sedari awal seawal-awalnya. Maka aku bertiga juga ingin bertanya mengapa engkau bertanya tentang aku bertiga yang duduk di sini? Padahal engkau tahu bahwa aku bertiga telah duduk di sini dan engkau yang bukan aku bertiga juga duduk di sini. Jadi sebetulnya siapakah engkau yang duduk di sini? Apakah engkau juga tidak duduk di sini? Apakah engkau juga duduk tidak di sini? Apakah engkau juga tidak duduk tidak di sini?
Orang Tua Berambut Putih Keempat:
Sesungguh-sungguhnya aku telah mengerti bahwa engkau bertiga akan mengajukan pertanyaan seperti itu, tetapi aku ragu apakah aku mengerti atau tidak mengerti jawabanmu bertiga.
Orang Tua Berambut Putih Pertama, Kedua dan Ketiga Secara bersama-sama menjawab:
Sesungguh-sungguhnya aku bertiga juga telah mengerti bahwa engkau akan memberi komentar seperti itu, tetapi aku bertiga ragu apakah aku bertiga mengerti atau tidak mengerti komentarmu.
Orang Tua Berambut Putih Keempat:
Sesungguh-sungguhnya aku juga telah mengerti bahwa engkau bertiga akan memberi komentar seperti itu, tetapi aku ragu apakah aku mengerti atau tidak mengerti komentarmu bertiga.
Orang Tua Berambut Putih Pertama, Kedua dan Ketiga Secara bersama-sama menjawab:
Mengapa engkau selalu menirukanku?
Orang Tua Berambut Putih Keempat:
Mengapa engkau selalu menirukanku?
Orang Tua Berambut Putih Pertama, Kedua dan Ketiga Secara bersama-sama menjawab:
Kalau begitu apa maumu?
Orang Tua Berambut Putih Keempat:
Kalau begitu apa maumu?
Orang Tua Berambut Putih Kelima Menjumpai Ada Empat Orang Berambut Putih Berkelahi:
.....
Orang Tua Berambut Putih Keseribu Menjumpai Ada Sembilan Ratus Sembilan Puluh Sembilan Orang Tua Berambut Putih Berkelai.
.....
Orang Tua Berambut Putih Ke-n Menjumpai Ada n-1 Orang Berambut Putih Berkelahi:
.....
Ada diri yang bukan mereka menjumpai mereka berkelahi:
Aku sendiri tidak tahu siapakah diriku. Apakah diriku itu diriku atau bukan diriku. Aku juga tidak tahu apakah diriku adalah satu dari mereka? Aku juga tidak tahu apakah aku tahu pikiran mereka sedari awal? Aku juga tidak tahu apakah aku duduk? Aku juga tidak tahu apakah aku di sini atau tidak di sini? Aku tidak tahu apakah mereka mengetahui pikiranku sedari awal. Aku tidak tahu apakah mereka tahu atau tidak tahu aku di sini atau tidak di sini, aku duduk atau aku tidak duduk? Aku tidak tahu apakah yang akan mereka tanyakan? Aku tidak tahu apakah yang mereka akan komentari. Aku tidak tahu apakah mereka akan selalu menirukanku? Aku tidak tahu apakah aku akan selalu menirukannya. Aku tidak tahu apakah aku juga akan berkelahi atau tidak akan berkelahi dengan mereka? Aku tidak tahu apakah jika aku berkelahi dengan mereka maka akan ada diri yang bukan diriku dan bukan diri mereka yang juga mengetahui pikiranku dan pikiran mereka sedari awal? Oleh karena aku banyak tidak tahu banyak maka aku tidak dapat mengatakan bahwa aku mengerti mereka atau tidak mengerti mereka. Tetapi ada yang aku tahu yaitu bahwa setidaknya aku tahu bahwa para orang tua itu saling merasa dan mengaku mengetahui para orang tua yang lainnya. Tidak hanya itu para orang tua itu bahwa saling bertengkar bahkan saling berkelahi. Tetapi aku juga tidak tahu apakah aku termasuk diantara mereka. Dan aku tidak tahu apakah aku sedang berkata tentang pengetahuanku atau ketidak tahuanku. Sehingga dapat aku simpulkan bahwa yang jelas-jelas aku tahu adalah aku tidak tahu siapakah diriku itu. Itulah sebenar-benar bahwa aku tidaklah mengatahui siapakah diriku itu. Tetapi aku mengetahui bahwa setidaknya aku bisa mengucapkan kalimatku yang terakhir. Maka akupun tidak tahu apakah itu batas ku yang ingin ku gapai. Artinya aku tidak bisa menjawab apakah aku bisa menggapai batasku.
Diantara Penonton Perkelahian Terdapatlah Guru Matematika Bersama Siswanya
Siswa:
Guru apakah engkau melihat perkelahian itu?
Guru matematika:
Ya aku sedang melihat perkelahian itu. Rupanya perkelahian itu sangat seru, tetapi aku tidak tahu mengapa mereka berkelahi, kapan mulai berkelahi dan kapan selesai berkelahi? Kelihatannya perkelahian diantara para orang tua berambut putih itu memang sebuah misteri.
Siswa:
Guru, bukankah engkau telah mengajariku matematika. Apakah aku bisa menggunakan matematika yang telah engkau ajarkan kepadaku untuk memecahkan misteri perkelahian itu.
Guru matematika:
Oh muridku pertanyaanmu sungguh cerdas. Tetapi ketahuilah bahwa matematika yang telah engkau pelajari hanya sebagian kecil saja dapat bisa memecah misteri perkelahian itu.
Siswa:
Apa contohnya Pak guru?
Guru matematika:
Jikalau engkau perhatikan, pertama ada 1 orang tua berambut putih, kemudian datang orang tua berambut putih ke 2, kemudian datang orang tua berambut putih ke 3, ke 4, ke 5, ... dst.
Siswa:
Oh aku tahu Pak Guru. Bukankah itu barisan bilangan? Kalau bilangan menunjukkan nomor urut dari orang tua berambut putih yang datang, maka aku menemukan barisan bilangan itu sebagai: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ..... dst.
Guru matematika:
Bagus, betul sekali kamu. Untuk yang ini engkau mendapat nilai 10.
Siswa:
Tetapi guru, aku juga menemukan kalau kita ingin mengetahui banyaknya orang tua berambut putih pada stuatu saat maka aku juga bisa. Yaitu aku menemukan deret matematika sebagai:
1+1+1+1+1+1+1+... dst
Guru matematika:
Bagus, betul sekali kamu. Untuk yang ini engkau mendapat nilai 10.
Siswa:
Tetapi guru, kenapa mereka berkelahi?
Guru matematika:
Aku juga tidak tahu. Coba mari kita tanyakan kepada dosen yang pernah memberi kuliah Filsafat Pendidikan Matematika . Wahai dosen, dapatkah engkau menerangkan pertanyaan siswaku ini, mengapa para orang tua berambut putih itu saling berkelahi?
Dosen:
Terimakasih Pak Guru Matematika. Sebenarnya jawabanku hanyalah untuk Pak Guru saja, karena aku terikat oleh ruang dan waktu sehingga tidak mampu menjelaskan perkara ini kepada siswamu.
Guru matematika:
Baiklah, maka terangkanlah kepadaku, karena kebetulan siswaku tadi sudah pergi.
Dosen:
Menurut pengamatanku setiap orang tua berambut putih itu mengaku diri sebagai ilmu. Berarti aku dapat menyimpulkan bahwa mereka itu sebenar-benarnya adalah satu, yaitu ilmu itu sendiri.
Mengapa pada suatu saat kita melihat mereka sebagai banyak? Itulah sebenar-benar ilmu. Hakekat ilmu adalah multirupa. Dia bisa menempati satu titik sekaligus untuk wajahnya yang banyak, tetapi dia juga bisa menempati tempat yang banyak untuk wajahnya yang satu.
Guru matematika:
Mengapa dia mulai dari yang satu.
Dosen:
Saya tidak tahu persis darimana datang orang tua berambut putih pertama. Tetapi baiklah jikalau menganggap bahwa mereka dimulai dari seorang tua berambut putih, maka dapat aku katakan bahwa yang satu itupun disebut permulaan. Maka setiap permulaan selalu ada akhir di situ. Ketahuilah bahwa sebenar-benar pondasi adalah suatu permulaan. Maka jika mereka mengakui memulai dari seorang tua berambut putih, maka sebenar-benar mereka ingin menunjukkan bahwa mereka adalah suatu ilmu yang mempunyai pondasi. Itulah sifat suatu ilmu, bahwa suatu ilmu tentulah mempunyai pondasi.
Guru metamatika:
Dosen, mengapa setiap orang tua berambut putih yang datang kemudian terlibat perkelahian?
Dosen:
Hendaknya engkau waspada dan jernih dalam memandang. Mereka juga ingin menunjukkan kepada kita bahwa tiadalah suatu ilmu didapat tanpa perkelahian. Tetapi hendaknya engkau juga jangan salah paham. Perkelahian yang dimaksud di sini adalah perkelahian dalam arti yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya.
Guru matematika:
Aku belum paham penjelasanmu yang terakhir, dosen?
Dosen:
Ituylah yang pernah diakui oleh orang tua berambut puth yang lain. Bahwa sebenar-benar perkelahian dalam ilmu adalah metode sintetik yang sesuai dengan prinsip kontradiktif.
Guru matematika:
Aku semakin tambah bingung, dosen?
Dosen:
Ambil seumpama contoh pertanyaanku ini. "Apakah engkau seorang guru?"
Guru matematika:
Jelas. Siapa yang meragukan bahwa saya seorang guru?
Dosen:
Akulah orang pertama yang meragukan.
Guru matematika:
Kenapa engkau meragukan bahwa saya seorang guru?
Dosen:
Ya, karena sebenar-benar bahwa "engkau" tidaklah sama dengan "guru". Sebelum aku tahu persis siapa engkau, dan sebelum aku tahu persis siapa guru, maka aku tidak akan pernah mengatakan bahwa engkau sama dengan guru.
Guru matematika:
Aku dapat membuktikan bahwa aku memang betul-betul guru. Bahkan aku sudah mempunyai Sertifikat Pendidik Profesional. Ini sertifikatnya. Apakah engkau masih ragu?
Dosen:
Ya benar aku masih ragu, karena aku pun menemukan bahwa "sertifikat" itu tidak sama dengan "guru". Maka aku pun belum dapat mengatakan bahwa sertifikatmu menunjukkan bahwa engkau seorang guru.
Guru matematika:
Kalau begitu engkau adalah seorang dosen yang keterlaluan. Mengapa engkau tidak percaya dengan sertifikat yang engkau buat sendiri.
Dosen:
Jangan salah paham. Yang aku maksud dengan sertifikat adalah sebenar-benar sertifikat dalam arti yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Dan yang aku maksud sebagai guru, adalah guru dalam arti yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya.
Guru matematika:
Kalau begitu coba lihatlah. Aku akan tunjukkan kepadamu bagaimana aku bisa mengajar matematika di depan kelas. Lihatlah gerakanku, lihatlah murid-muridku, dengarlah suaraku.
Dosen:
Aku juga menemukan bahwa ternyata "gerakanmu" tidaklah sama dengan "mengajar", "suaramu" tidaklah sama dengan "mengajar". "muridmu" tidaklah sama dengan "mengajarmu".
Guru matematika:
Lantas apa lagi, Dosen? Aku harus berbuat apa agar engkau yakin bahwa aku adalah seorang guru. Aku sebagai seorang gurupun engkau belum yakin, apalagi bahwa aku sebagai seorang guru matematika.
Dosen:
Baiklah, walaupun aku tidak dapat memperoleh keyakinanku seratus persen, tetapi setidaknya keyakinan itu sudah mulai ada. Karena penjelasanmu, karena uraianmu, karena contoh-contohmu, karena demonstrasimu itulah aku mulai yakin bahwa engkau adalah seorang guru, bahkan guru matematika. Itulah betapa sulitnya menjawab pertanyaanku yang pertama, yaitu "Apakah engkau seorang guru?".
Guru matematika:
Kalau Dosen sudah ada keyakinan bahwa aku seorang guru, maka bagaimana selanjutnya?
Dosen:
Itulah sebenar-benar jawaban pertanyaanmu yang lebih awal tadi, yaitu mengapa para orang tua berambut putih tadi berkelahi.
Guru matematika:
Aku belum jelas, Dosen?
Dosen:
Bukankah aku dan engkau baru saja berkelahi dan masih akan berkelahi sekedar dalam rangka memperoleh pengetahuan atau ilmu yang mengatakan bahwa "Engkau adalah guru". Jika engkau sadar maka adalah ilmuku dan ilmumulah yang sedang berkelahi. Padahal engkau tahu bahwa para orang tua berambut putih itu tidak lain tidak bukan adalah ilmu, yaitu ilmuku dan ilmumu juga. Maka sebenar-benar memperoleh ilmu adalah malalui perkelahian di antara pengetahuan-pengetahuannya itu sendiri. Ilmuku adalah tesisku. Tesisku adalah anti-tesismu. Ilmumu adalah tesismu. Tesismu adalah antitesisku. Maka sebenar-benar perkelahian itu adalah "sintesis" antara tesis dan anti-tesis. Perkelahian itu atau yang disebut sebagai sintesis kemudian menghasilkan tesis-tesis baru. Tesis-tesis baru itu berdatangan seperti datangnya para orang tua berambut putih itu. Dalam rangka memperoleh tesis-tesis baru itu lah maka para orang tua berambut putih itu berkelahi.Itulah yang kemudian disebut sebagai metode berpikir sintetik dalam berpikir. Itulah sebenar-benar tempat tinggal para orang tua berambut putih, yaitu batas pikiranku dan juga batas pikiranmu. Amien.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Yoga Prasetya
ReplyDelete18709251011
S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
Tak semua ilmu yang ada dipikiran selalu dibenarkan, tak semua ilmu yang ada dihati selalu disetujui. Ilmu memiliki pro dan kontra sesuai ruang dan waktu yang berbeda dan pada batasan pikiran yang berbeda. Pertentangan ilmu memiliki dampak yang positif maupun negatif, tergantung diri kita mengendalikan ilmu itu sendiri. Hakekatnya ilmu yang kita pilih adalah ilmu yang selalu bermanfaat untuk orang di sekitar kita.
Ibrohim Aji Kusuma
ReplyDelete18709251018
S2 PMA 2018
Untuk mempelajari ilmu terkadang terjadi pertentangan antara hati dan pikiran.
Pikiran akan menentukan benar dan salah sedang hati menentukan baik dan buruk. Pertentangan ini maksudnya adalah terdapat sintesis dan anti-tesis dalam pikiran kita. Meskipun demikian, melalui tahapan itu kita akan mampu membangun pengetahuan dan pengalaman kita.
Dini Arrum Putri
ReplyDelete18709251003
S2 P Math A 2018
Salah tugas manusia di dunia adalah terus mengembangkan dan mengevaluasi dirinya dengan terus mencari ide, ilmu dan pengetahuannya. Semakin kita mencari pengetahuan, semakin kita mencari ilmu dan ide maka semakin besar pula peluang kita untuk terjadinya pertengkara antara pengetahuan-pengetahuan yang yang terjadi di antara hati dan pikiran kita. Sehingga semua tergantung bagaimana dengan pandangan diri kita terhadap apa yang kita peroleh, semuanya harus sesuai dengan ruang dan waktunya, semuanya harus sinkron antara hati dan pikiran pula.
Agnes Teresa Panjaitan
ReplyDeleteS2 Pendidikan Matematika A 2018
18709251013
Elegi ini mencoba mengungkapkan bahwa dalam menggapai ilmu terkadang terjadi pertentangan-pertentangan antara tesis dan antitesis yang ada antar ilmu itu sendiri, dan yang ada antara hati dan pikiran. Tetapi perlu untuk mengingat bahwa pikiran dan hati memiliki keterbatasan dalam mengolah informasi.
Hasmiwati
ReplyDelete18709251023
S2 Pend.Matematika B 2018
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pemahaman saya tentang elegi ini yaitu setiap ilmu yang dibangun memiliki pondasi, pondasi yang dimaksudkan disini adalah ilmu yang sudah ada. Untuk membangun ilmu baru biasanya didasari oleh ilmu lain yang sudah ada. Ilmu dibangun dari realitas atau pengalaman yang ada. Terkadang untuk memperoleh ilmu baru terjadi pertentangan dengan ilmu yang sudah ada atau pertentangan antar tesis-tesis dan inilah yang disebut dengan metode berpikir sintesis. Dalam elegi ini pengetahuan terbentuk karena adanya pertengkaran antar ilmu pengetahuan. Di dalam pertengkaran ini terjadi adu argument dari masing-masing disiplin ilmu, karena adanya pertengkaran inilah yang mengawali terjadinya ilmu pengetahuan baru. Jadi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan maka janganlah kita takut untuk melakukan perdebatan dengan pandangan dari disiplin ilmu yang lain, dengan demikian dari perdebatan itulah maka kita tertantang untuk melakukan analisis dan mendapatkan suatu ide atau gagasan baru yang akan membentuk pengetahuan kita.
Herlingga Putuwita Nanmumpuni
ReplyDelete18709251033
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Jika dipandang dari segi filsafah maka ilmu terbentuk karena manusia berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu haruslah dicari sepanjang hidup kita sebagai manusia. Namun karena luasnya ilmu itu sendiri dan segalanya yang ada di dalam bagiannya, serta adanya perbedaan sudut pandang dari para ilmuwan maka muncullah adanya perbedaan konsep dan penafsiran dari suatu ilmu. Jika kita tidak pandai dalam menyikapi perbedaan cara pandang tersebut maka tidak heran muncullah yang dinamakan pertengkaran bahkan pertentangan.
Seftika Anggraini
ReplyDelete18709251016
S2 PM A 2018
Ilmu ada banyak. Misalkan tentang definisi A, banyak ahli yeng berpendapat tentang definisi A. Pendapat-pendapat itu bisa saja sejalan atau berlawanan. Untuk selanjutnya, tugas kita adalah melakukan sintesis dari pendapat-pendapat tersebut. Sintesis yang dilakukan tentu dengan oleh pikir. Untuk itu, sebagai manusia kita perlu memiliki keterampilan untuk melakukan sintesis dengan melibatkan pikiran dan hati untuk dapat menentukan yang terbaik.
Terima kasih
Bayuk Nusantara Kr.J.T
ReplyDelete18701261006
Sebenar-benarnya ilmu yang kita punya tidak akan pernah menjadi ilmu yang sebenar-benarnya. Karena sebenar-benarnya ilmu akan selalu ada tesis dan anti tesisnya dan akan terus berputar hingga akhir zaman. Namun itulah sebenar-benarnya manusia yang sedang mencari ilmu.
Endah Kusrini
Delete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Saya setuju bahwa ilmu akan selalu ada tesis dan anti-tesisnya karena memang adanya perdebatan/ perselisihan/ perbedaan pendapat tentang suatu hal justru akan memicu perkembangan ilmu pengetahuan. Selagi apa yang diperdebatkan mampu dipertanggungjawabkan, mjustru hal tersebut akan semakin menambah khasanah ilmu pengetahuan yang telah ada.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Perkelahian orang tua berambut putih merupakan perkelahian antara dirinya dan bukan dirinya yang nilainya tidak terhingga. Perkelahian ini bagian daripada ketiksinkronan hati dan pikiran yang menyebabkan tindakan yang akan dilakukan berbeda. Suatu yang wajar dimiliki oleh manusia yaitu ketika apa yang dipikirkan tidak sesuai dengan keyakinan dalam hati. Hal ini dapat menyebabkan kita merasa ragu atas apa yang akan kita lakukan atau kerjakan.
Muh. Fachrullah Amal
ReplyDelete18709251036
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Menunjukkan identitas dengan niat ingin dikenal oleh banyak orang merupakan tindakan memamerkan diri kepada orang lain. Sebaik-baik manusia adalah yang tidak memamerkan identitasnya dengan sengaja. Orang tidak perlu tahu bahwa kita adalah seorang guru begitupun dengan profesi lainnya, karena bisa menimbulkan penyakit hati yaitu riya. Biarlah orang lain yang menemukan sendiri atau menyampaikannya apabila diminta atau menanyakannya.
Tiara Cendekiawaty
ReplyDelete18709251025
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Dalam memahami dan mencari ilmu terkadang terjadi perselisihan/pertengkaran antara pikiran dan hati. Terkadang apa yang dipikirkan tidak sesuai dengan hati dan apa yang ada di dalam hati tidak bisa diterima oleh pikiran. Untuk itu, dalam memahami dan mencari ilmu perlu pengendalian dan penyelarasan hati dan pikiran. Niatkan dalam hati dan fokus dalam pikiran.
Deden Hidayat
ReplyDelete18709251032
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Adanya ilmu pengetahuan baru tentunya tidak dapat dipisahkan dari ilmu-ilmu pengetahuan sebelumnya. Pertengkaran yang dilakukan suatu ilmu memberikan kita sebuah gambaran bahwa awal terbentuknya suatu ilmu karena adanya kontradiktif dalam ruang dan waktu berbeda. Ilmu yang kita miliki merupakan hasil pemikiran yang kita lakukan terhadap suatu ilmu. Ilmu yang ada dalam diri kita bisa menjadi suatu tesis maupun anti tesis terhadap ilmu yang lainya. Tesis dan anti tesis yang ada kemudian kita sintesiskan sehingga menciptakan tesis-tesis baru, tesis baru tersebut yaitu berupa ilmu pengetahuan baru.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Ilmu muncul dari adanya gagasan seseorang tentang sesuatu. Kemudian ilmu yang pertama/ pondasi/ cikal bakal akan berkembang seriring dengan adanya gagasan-gagasan baru atau temuan-temuan baru. Gagasan-gagasan baru tersebut bisa jadi mendukung gagasan-gagasan sebelumnya atau bisa jadi bertolak belakang dengan gagasan-gagasan sebelumnya. Meskipun demikian, segala ilmu baik yang bertentangan maupun yang mendukung keduanya mempunyai sumbang sih yang besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Endah Kusrini
ReplyDelete18709251015
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Contoh pertentangan antar ilmu adalah adanya teori yang mennyatakan bahwa bumi merupakan pusat tata surya dengan benda-benda langit lainnya, termasuk matahari bergerak mengelilingi bumi. Teori ini diyakini kebenarannya selama bertahun-tahun. Hingga kemudian ada ahli yang berpendapat dan mengajukan teori bahwa sesungguhnya, pusat dari tata surya adalah matahari, dengan benda-benda langit lainnya, termasuk bumi beredar mengelilingi matahari. Ketika teori yang kedua ini diutarakan, maka muncul perdebatan yang luar biasa. Bahkan sang penemu teori sampai dianggap sebagai orang gila. Namun pertengkaran-pertengkaran tersebut lambat laun justru semakin menambah khasanah ilmu pengetahuan dan mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan hingga sekarang.
Luthfannisa Afif Nabila
ReplyDelete18709251031
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Apa yang kita pikirkan, itulah yang kita lakukan. Kita ini akan seperti apa yang kita pikirkan mengenai diri kita sendiri karena sugestinya hanya kita sendiri yang tau bagaimananya kita. Misalnya aku berpikir bahwa aku hanya rengginang yang remuk maka realisasinya kita akan merasa minder seperti rengginang yang remuk. Jadi, ubah pola pikir kita jika pola pikir kita itu hanya membuat kita berpikir negatif. Terkadang dalam berpikir, akan muncul dua versi yang berbeda yang membuat kita bingung dan gelisah. Ingatlah bahwasanya setiap pengetahuan baru itu muncul dari perkelahian adu argument antara tesis dan anti tesis. Namun kembali lagi pada diri kita bagaimana kita menyikapi argument yang berbeda itu, dengan pikiran yang logis atau dengan pikiran yang bengis? Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Elsa Apriska
ReplyDelete18709251005
S2 PM A 2018
Dalam elegi ini pengetahuan tercipta karena adanya pertengkaran antar ilmu pengetahuan. Pertengkaran yang dimaksudkan disini tentu tidak dalam arti yang sebenarnya, melainkan adanya perdebatan dari masing-masing disiplin ilmu. Karena adanya perdebatan inilah akhirnya tercipta ilmu pengetahuan yang baru. Jadi tidak perlu takut untuk mengutarakan pendapat yang kita miliki karena dari situlah muncul pengetahuan-pengetahuan baru yang belum ada sebelumnya.
Totok Victor Didik Saputro
ReplyDelete18709251002
S2 Pendidikan Matematika A 2018
Selamat pagi dan Selamat Tahun Baru 2019 Prof.
Pengetahuan diperoleh dengan usaha. Usaha ini terwujudkan melalui pengalaman. Pengalaman akhirnya melahirkan pengetahuan baru kembali. Proses ini mungkin tidaklah semulus dan sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran. Terkadang apa yang dipikirkan tidaklah sejalan dengan tindakan. Artinya adanya tantangan yang dapat memunculkan pertikaian terhadap diri sendiri dalam kondisi ini. Tidaklah menyusahkan ketika kita mampu menghargai kemampuan yang dimiliki. Oleh sebab itu, bersyukur adalah langkah yang harus senantiasa diambil sehingga dapat selalu ikhlas dalam hati, pikiran, dan perbuatan. Terima kasih.
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
Memahami ilmu bukan suatu hal yang mudah. Butuh melalui proses yang panjang. Contoh saja dalam elegi tersebut, proses yang dilalui guru untuk membuktikan bahwa dirinya seorang guru kepada dosen begitu panjang. Guru harus menunjukkan sertifikatnya, harus mendemonstrasikan bagaimana ia mengajar, dan sebagainya. Bahkan saat sudah melalui proses panjang tadi, dosen belum percaya bahwa guru adalah seorang guru.
Umi Arismawati
ReplyDelete18709251037
S2 Pendidikan Matematika B 2018
Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
Seorang yang telah memiliki ilmu harus dapat membuktikan ilmu yang dimilikinya. Pembuktian ini tidaklah mudah. Untuk itu penting bagi kita untuk tidak menjadi seorang yang sombong hanya karena sudah menguasai suatu ilmu. Karena sebenarnya ilmu itu sangat luas dan sangat dalam. Mungkin saja kita merasa sudah menguasainya, namun ternyata masih banyak yang harus dipahami dalam ilmu tersebut. Menjadi seorang guru tidaklah lantas berbangga diri karena memahami banyak ilmu, karena ilmu yang dikuasai haruslah disalurkan kepada siswa-siswanya. Dalam setiap harinya juga seorang guru harus terus belajar bagaimana memfasilitasi siswa dengan baik.
Septia Ayu Pratiwi
ReplyDelete18709251029
S2 Pendidikan Matematika 2018
Dalam mengapai sesuatu pastilah ada pertentangan-pertentangan yang membuat hati dan pikiran seseorang tidaklah sama. Setiap orang memiliki suatu keterbatasan dalam pemikiran masing-masing. Ada kalanya seseorang menemui jalan buntu atas suatu permasalahan, yang mengakibatkan perdebatan antara pikiran dan hati.dari sinilah kita harus belajar bahwa untuk mencari solusi dari permaslahan diperlukan keselarasan hati dan pikiran.
Janu Arlinwibowo
ReplyDelete18701261012
PEP 2018
Ilmu itu tanpa batas, atau mungkin terbatas namun batasnya tidak pernah dapat diketahui. Yang terbatas adalah manusia dalam mengaksesnya. Dengan demikian maka antar manusia bisa jadi memiliki penguasaan yang berbeda karena himpunan ilmu yang dimiliki pun berbeda. Belum lagi saat dihubungkan dengan sudut pandang individual, kombinasinya menjadi lebih kompleks lagi.
Zuari Anzar
ReplyDelete19701251006
S2 PEP A 2019
Bahwa ilmu pun tidak luput dari perkembangan, ilmu tidaklah statis. Kadangkala ilmu itu harus dibenturkan dengan ilmu lain agar ia berkembang. Paling tidak untuk membuktikan bahwa ilmu itu adalah benar-benar ilmu dan bukan mitos. Itulah ilmu yang tidak hanya diam dan terduduk disinggasananya saja. Ketika satu ilmu dengan ilmu lain diperbenturkan bisa saja akan terlahir ilmu baru dari perbenturan tadi.
Lovie Adikayanti
ReplyDelete19709251068
S2 Pendidikan Matematika D
Assalamualaikum wr.wb
Elegi ini menggambarkan bahwa dalam memperoleh jawaban atau ilmu lain kita menggunakan ilmu-ilmu yang telah kita miliki sebelumnya. Terdapat pertengkaran dalam elegi maksudnya kita selalu bertanya-tanya atau berpikir seperti a pakah ini bener?mengapa?kok bisa seperti itu? Dan lain-lain ketika kita sedang dalam mencari suatu ilmu (kebenaran).
Pertengkaran-pertengkaran itu tiada lain bahwa kita sedang menemukan titik temu dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak kita dengan ilmu-ilmu yang telah kita ketahui sebelumnya. Karena tak cukup kita memandang sesuatu itu hanya dari satu sisi.
Membangun diri, membangun bangsa
Dhamar Widya Safitri
ReplyDelete19701251009
S2 PEP A 2019
Assalamualaikum.
Tiadalah suatu ilmu didapat tanpa perkelahian. Artikel di atas terdapat perkelahian antara dosen dan guru matematika. Perkelahian di sini adalah proses diskusi antara dosen dan guru matematika. Setelah diskusi dan debat dilakukan, muncullah pemahaman baru. Itulah yang disebut tidak ada suatu ilmu yang didapat tanpa perkelahian.
Terimakasih
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Musuh terbesar dari kita adalah diri kita sendiri. Karena menerima diri sendiri pun rupaya sangat sulit untuk dilakukan bahkan untuk orang tua berambut putih sekalipun. Dialog-dialog yang dialami dalam diri sendiri adalah cara seseorang mensistensiskan permaknaan yang diterima dari lingkungan luar, apabila proses tersebut berhasil maka keluarlah keputusan yang tampak di muka dan dapat diamati atau dirasai oleh orang yang bersangkutan.
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Dari percakapan guru dan siswa dapat diambil pelajaran bahwa setiap kejadian pasti terdapat sebuah pembelajaran yang bermakna, seperti yang dapat ditangkap oleh guru untuk diajarkan kepada murid. Muridpun dengan lapang mampu menerima dan memaknai apa yang diungkapkan oleh guru dari fenomena yang mereka amati bersama.
Wilis Putri Hapsari
ReplyDelete19701251017
S2 PEP A 2019
Secara garis besar, berikut adalah hikmah yang dapat diambil dari elegi diatas:
1.Menerima diri sendiri
2.Berpikir sebelum bertindak
3.Mengambil hikmah
4.Takdzim kepada guru
5.Lapang menerima hal baru