Mar 20, 2013

Mathematics and Language 11





For those who may be puzzled by some of this discussion, let me say this:

In the academic world, there is a fair amount of nonsense published. You can do it yourself, in fact. Just go here: http://www.elsewhere.org/pomo/ -- a little light editing to insert the buzz-words of your field, plus perhaps a bit of Politically-Correct pieties, and you've got a publishable article!

But no one is actually supposed to take it seriously! The mathematics and science which the naked ape has painfully worked out over the last few hundred years really are the best approach to reality we have so far. And everyone knows it.

No one would want to fly in an airplane designed by people who think that truth is just something socially constructed, probably a reflection of the interests of the dominant hetero-normative white male power structures, blah blah blah. And you can be sure that when the post-modernist nonsense spouters collect their nice paychecks each month, they want them to be calculated according to THE laws of arithmetic, full stop.

But if, in this so often shocking and disappointing world, you need a little light entertainment, do go and read Fashionable Nonsense: Postmodern Intellectuals' Abuse of Science
[http://www.amazon.com/Fashionable-Nonsense-Postmodern-Intellectuals-Science/dp/0312204078/ref=sr_1_1?ie=UTF8&qid=1363703221&sr=8-1&keywords=sokal
]

or
The Sokal Hoax: The Sham that Shook the Academy [http://www.amazon.com/Sokal-Hoax-Sham-Shook-Academy/dp/0803279957/ref=sr_1_1?s=books&ie=UTF8&qid=1363703332&sr=1-1&keywords=sokal+hoax ]

It's how a wing of the modern intelligentsia amuse themselves on the taxpayers' dollar. As the late Alan Sokal put it, it's the reaction of a Disappointed Academic Left, who saw all their cherished utopias turn out to be horrible dystopias.

It's mainly confined to those areas of academia, like literary criticism and some corners of so-called "social science", where there really is no objectively-establishable truth, and whoever is the most clever (or obscure) debater is the winner. (For additional amusement, see here: http://denisdutton.com/bad_writing.htm )

I suppose it's better than working for the victory of those dystopias. But actually, I preferred the Old Left which wanted to appropriate not only the productive assets of the bourgeoisie, but also the educational system the bourgeoisie had developed for its own children (which very definitely taught that 1 + 1 = 2, that there was an objective reality, since they owned it) , and which the Old Left wanted to make available to all.

Not a bad aspiration, actually. (I guess there's a connection with Mathematics and Language here, mainly by way of negative examples.) 



@ Doug and others:
I try to response your notions, first before I read the webs you indicated; second, I will then try to learn them.

In my perception, based on my experiences, this is the forum of random people to express the ideas in which, to some extent, they have no strong ground. I found that some of them deliver ideas hypothetically and possibly not meet with a certain academic criteria. One’s utterances can be perceived as rubbish by the others. However, the strength of this forum is the freedom to express. We just take the benefit from this freedom; and learn each other while simultaneously reflect the selves in order to respect others. I admit that it is not easy for adults or powerful peoples to do so.

I feel strange if I then find the people from the sponsorship of freedom to be inconvenient with the situation. If it goes up into the level of impatient and furious realm then there should be a serious problem. The problems should come from the maker. It is very clear that the problem maker should not be the younger or powerless, but the adults or powerful people; because, they who have authority to do so.

It is the business of adults or powerful people to fly the airplane, to go to Mars, to produce sophisticated weapon, to name the stars, or even to buy the Planet. What are their motives trying to involve the kids in their business by teaching them very formal mathematics? The very clear motif is economy and business.

So I think, for many centuries, adults and powerful peoples have been employed their younger generations to achieve their ambitions and self-ego. They never and even not willing to hear the cry of young generation about their difficulties in learning formal mathematics.

You forgot (or may do not understand) the origin and the nature of all kinds of the (mathematics) laws. I suspect that you are not able to answer this question, because you probably only use or dig it up imperfectly. Purposefully I am still keeping this answer; to be hope next may be it can be a puzzle for you. I am not doing entertaining by this notions but trying to exchange that we possibly find something useful for our each younger generations.

Sorry, for 1+ 1 = 2 I found not only objective reality but also subjective reality, contextual reality, intuition reality, psychological reality, anthropological reality, or even spiritual reality. One example, for space intuitively reality 1+1= 2 is not usually true e.g. 1 book + 1 pencil is not equal to 2 books or two pencils. This is still relevant with the relationship between mathematics and language.

24 comments:

  1. Yuntaman Nahari
    18709251021
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Matematika dan bahasa saling berkaitan. Sebagai contoh di atas adalah 1+1=2. Guru harus mampu menjelaskan kapan itu akan bernilai benar, tidak hanya menjelaskan secara formal saja dan memaksa siswa untuk menerima hal tersebut begitu saja. Padahal hal tersebut hanya akan bernilai benar berdasarkan ruang dan waktunya. Misalkan 1 meja ditambah 1 kursi tidak akan sama dengan 2 meja atau 2 kursi. Guru harus mampu menjelaskan hal tersebut kepada siswanya, agar tidak menimbulkan persepsi yang berbeda. Itulah salah satu makna bahasa dalam matematika. Karena di dalam setiap contoh matematika mengandung banyak arti, yakni realitas subjektif, masalah kontekstual, intuisi, filosofi, psikologi, antropologi, dan spiritual.

    ReplyDelete
  2. Agnes Teresa Panjaitan
    S2 Pendidikan Matematika A 2018
    18709251013

    Pertama-tama saya ingin memberikan komentar saya mengenai forum ini, pada awalnya saya berfikir bahwa forum yang membahas tentang mathematics and language adalah forum formal yang mempersyaratkan akademika, karena bahasannya cukup menarik dan membuka berbagai wawasan tentang matematika dan bahasa. Kedua, saya cukup memahami apa yang coba disampaikan oleh pak Marsigit, yaitu mengkomunikasikan matematika kepada young learner haruslah benar-benar diperhatikan, Karena young learner adalah awal dari perjalanan mereka memahami dan mengenal matematika. Oleh karena itu penting untuk guru memilih kosa kata yang sesuai dengan umur siswanya. Seperti contoh dalam memberitahu konsep operasi penjumlahan, seperti apa contohnya dan seperti apa aplikasinya. Agar, tidak ada kesalahpahaman terutama dalam pembelajaran konstekstual matematik.

    ReplyDelete
  3. Cahya Mar'a Saliha Sumantri
    18709251034
    S2 Pendidikan Matematika B

    Assalamualaikum wr.wb.
    Belajar matematika identik dengan berhitung, belajar Bahasa identik dengan pengucapan atau membaca. Bila dikaitkan diantara keduanya memang terkait, seperti belajar matematika dengan verbal. Belajar matematika bila hanya mengandalkan tulisan tanpa berbicara maka siswa akan merasa kebingungan maksud guru menulis itu apa, sehingga antara simbolik dan verbal seimbang agar lebih memadai para siswa untuk memahami materi yang dijelaskan tidak hanya dengan simbol tetapi juga dengan verbal. Guru akan mengajarkan cara membaca simbol-simbol yang terdapat dalam matematika dan membimbing siswa untuk melakukan hal yang sama. Bila sebaliknya, hanya verbal saat berbicara tentang materi, siswa hanya bisa membayangkan dengan tidak jelas bahkan menuju ke arah mengarang bebas ala siswa yang tidak mengetahui simbol atau pesan yang tersirat di dalam penjelasan guru.

    ReplyDelete
  4. Dini Arrum Putri
    18709251003
    S2 P Math A 2018

    Seperti yang sudah dibahas pada postingan tentang mathematics and language sebelumnya. Bahwa matematika dan bahasa berkaitan sangat erat. Mengapa? Anak perlu mempelajari matematika sejak kecil, karena matematila erat kaitannya dengan masalah kehidupan sehari-hari. Di jaman sekarang banyak persepsi siswa yang menganggp matematila itu susah sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar hal ini mungkin dikarenakan pada background pendidikan sebelumnya yang kurang membimbing anak dalam belajar matematika karena itulah sejak awal bahasa dalam matematika perlu diajarkan semudah mungkin agar anak dapat mengerti karena membahasakan matematila menjadi salah satu indikator penting anak tsb dikatakan mampu memecahkan masalah matematika , karena itulah guru harus pintar dan kreatif dalam membahasakan matematika lewat komunikasi atau interaksi kepada muridnya.

    ReplyDelete
  5. Nani Maryani
    18709251008
    S2 Pendidikan Matematika (A) 2018
    Assalamu'alaikum Wr.Wb

    Bahasa dalam matematika akan memiliki impact yang berbeda tergantung dengan siapa materi tersebut disampaikan. Misalnya saja jika mengajarkan matematika dan simbol-simbol matematis terhadap young learner. Hal ini tentunya membutuhkan perhatian yang lebih karena selain kita mengajarkan teknik pengerjaan matematis dan bahasa matematis, kita juga sekaligus mengajarkan konsep matematis yang benar kepada young learner. Pembelajaran matematika yang baik bagi young learner tentunya juga akan memperbaiki dan mengkonstruk pikiran mereka bahwa matematika merupakan hal yang mudah dan asyik untuk kita kerjakan.

    Wassalamu'alaikum Wr.Wb

    ReplyDelete
  6. Janu Arlinwibowo
    18701261012
    PEP 2018

    Matematika merupakan himpunan dari lambang, dimana peran lambang adalah untuk mengemukakan matematika dalam bahasa yang lebih singkat, lugas dan jelas. Lambang merupakan buah dari kesepakatan sehingga keberlakuaanya global. Matematika dapat dibaca sehingga dalam artian lain matematika merupakan suatu bahasa.

    ReplyDelete
  7. Rindang Maaris Aadzaar
    18709251024
    S2 Pendidikan Matematika 2018

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
    Matematika dan bahasa memiliki hubungan yang relevan. Hal ini seperti yang Pak Marsigiti ungkapkan dalam artikel yang ada di atas. Dari 1+ 1 = 2 dapat dilikat tidak hanya realitas objektif tetapi juga ada realitas subjektif, kontekstual, intuisi, psikologis, antropologis, atau bahkan realitas spiritual. Contoh dari ruang secara intuitif, realitas 5 + 5 = 10 biasanya tidak benar. Apabila 5 baju di tambah 5 celana tidak sama dengan 10 baju atau celana. Hal itu yang membuat bahasa dan matematika masih memiliki hubungan yang relevan.
    Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

    ReplyDelete
  8. Tiara Cendekiawaty
    18709251025
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Bahasa adalah kunci seseorang untuk memahami sesuatu, begitu juga penggunaan bahasa dalam matematika. Saya tertarik sekali dengan pembahasan diatas. Contoh diatas merupakan hal sederhana namun maknanya dalam. 1+1=2 akan bernilai benar dan salah sesuai dengan ruang dan waktunya. 1+1=2 memang bernilai benar tetapi bernilai salah apabila konteksnya sudah berbeda. Misalnya 1 baju + 1 celana hasilnya bukan 2 baju atau 2 celana melainkan tetap 1 baju dan 1 celana. Penggunaan bahasa memang sangatlah penting dalam matematika, karena bahasa dapat memperjelas suatu pernyataan matematika.

    ReplyDelete
  9. Bayuk Nusantara Kr.J.T
    18701261006
    PEP S3

    I would like to point out to this sentence "It is very clear that the problem maker should not be the younger or powerless, but the adults or powerful people; because, they who have authority to do so." Sometime we forget to look at our self in teaching. Sometime we blame the students why they cannot finish the homework. We forget that we have more authority in teaching.

    ReplyDelete
  10. Septia Ayu Pratiwi
    18709251029
    S2 Pendidikan Matematika 2018

    Saya rasa bahasa matematika sebenarnya sangat kompleks dan rumit. Seperti yang disebutkan dalam artikel diatas bahwa 1 + 1 = 2 dapat dicontohkan bahwa 1 buku + 1 buku = 2 buku akan tetapi akan berbeda esensinya jika 1 buku + 1 pensil maka tidak sama dengan 2 buku atau 2 pensil. Akan terjadi misunderstanding jika matematika formal diajarkan kepada anak karena matematika formal tersebut lebih cocok dan layak untuk diajarka kepada orang dewasa.

    ReplyDelete
  11. Septia Ayu Pratiwi
    18709251029
    S2 Pendidikan Matematika 2018

    Artikel diatas juga menjelaskan tentang keterkaitan ekonomi dan bisnis. Saat ini pendidikan juga dikaitkan dengan ranah industry atau biasa disebut industry pendidikan. Tempat sekolah dan universitas dijadikan ladang bisnis oleh pelaku industry di dunia. Sekolah tidak lagi murni menjadi institusi pendidikan namun juga tempat perdagangan. Tuntutan gelar yang tinggi dalam sebuah lowongan pekerjaan di sebuah perusahaan menjadi salah satu faktor pemicu adanya bisnis di perguruan tinggi. Mayoritas orang berlomba-lomba untuk mendapatkan gelar yang tinggi untuk mengejar mendapatkan jaminan gaji yang lebih tinggi di tempat kerja. Sehingga terkadang tidak semua orang yang bersekolah tinggi karena murni ingin mencari ilmu yang lebih tinggi dan lebih luas. Akan tetapi akan banyak pembahasan yang berbeda jika dilihat dari sudut pandang pendidikan, kasus diatas hanyalah salah satu contoh perputaran roda bisnis dan ekonomi dan keterkaitan antara institusi pendidikan dan praktik dunia industry.

    ReplyDelete
  12. Sintha Sih Dewanti
    18701261013
    PPs S3 PEP UNY

    Ketika belajar matematika, banyak menemukan definisi, aksioma, simbol, istilah, dan sebagainya yang terkadang membuat sebagian siswa merasa kesulitan. Guru sering menyebutkan bahwa itu semua merupakan kesepakatan oleh para pakar/ahli. Kesepakatan dalam matematika ini, sampai sekarang masih terus sepakat di mana pun dan kapan pun tidak mengenal ruang dan waktu. Dalam matematika, kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting. Dengan simbol dan istilah yang telah disepakati dalam matematika tentu akan berdampak pada belajar matematika yang menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan.

    ReplyDelete
  13. Rosi Anista
    18709251040
    S2 Pendidikan Matematika B

    Assalamualaikum wr wb
    Matematika erat kaitannya dengan simbol, sedangkan bahasa adalah kata-kata atau penggunaan bahasa (verbal). Kedua hal tersebut tentu sangat berkaitan, dalam pembelajaran matematika misalnya, sesuatu yang simbolik jika ditambahkan penjelasan secara bahasa tentu akan memudahkan pemahaman kita. Begitu juga dalam suatu bahasa, terkadang bahasa yang terlalu panjang akan susah untuk kita ingat, sehingga dibutuhkan simbol untuk mempermudah pemahamannya juga.

    ReplyDelete
  14. Diana Prastiwi
    18709251004
    S2 P. Mat A 2018

    Bahasa dan matematika saling melengkapi. Bahasa kita pakai untuk berkomunikasi, termasuk dalam pembelajaran matematika. Membahasakan matematika dengan baik, maka kompetensi matematika siswa yang ingin dicapai menjadi lebih mudah tercapai serta menurunkan miskonsepsi. seperti halnya konsep matematika formal yang menyatakan bahwa 1+1=2, namun jika konsep tersebut tidak dibahasakan dengan benar akan menjadi salah arti, karena dalam penafsiran berbeda maka akan menyebabkan salah konsepsi. dalam matematika 1+1=2 adalah benar, tetapi jika dibahasakan 1pensil ditambah 1buku tentu sama dengan bukan 2buku maupun 2 pensil.oleh kaarena itu, pembahsaan yang benar akan menyebabkan konsep yang benar. Dapat dilakukan dengan pemilihan kata yang tepat sesuai dengan siapa yang ada dihadapannya.

    ReplyDelete
  15. Amalia Nur Rachman
    18709251042
    S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018

    Setiap individu memiliki kemampuan berbeda dalam mengartikan dan mengintepretasikan suatu kalimat matematika. Sebagai contoh, setiap orang bisa mengartikan 1 + 1 = 2, bahkan ada yang menyanggah 1 + 1 = 2. Hal ini tergantung pada ruang dan waktu serta kesadaran kita terhadap ruang dan waktu itu sendiri. 1 buku + 1 buku sama dengan 2 buku, tetapi 1 buku ditambah satu pensil tidak sama dengan 2 pensil atau buku.

    ReplyDelete
  16. Yoga Prasetya
    18709251011
    S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
    Bahasa adalah alat dalam menyampaikan ide, gagasan, ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Semua orang mampu memahami matematika, namun tidak semua orang mampu menjelaskan matematika dengan bahasa yang baik dan benar. Pembelajaran matematika yang benar sesuai dengan kesadaran ruang dan waktunya dan juga bahasa yang digunakan pun sesuai ruang dan waktunya.

    ReplyDelete
  17. Fabri Hidayatullah
    18709251028
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Dalam diskusi tersebut Prof. Dr. Marsigit, MA menyatakan keprihatinannya tentang kejadian di banyak negara bahwa orang orang dewasa seperti pembuat kebijakan dan pemilik kekuasaan memaksakan siswa demi ambisi dan egonya. Mereka tidak pernah dan bahkan tidak mau mendengar kesulitan siswa dalam belajar matematika formal. Padahal matematika formal tidak akan sulit dipahami oleh siswa karena sifat-sifat matematika formal tersebut. Misalnya siswa, terutama siswa di sekolah dasar akan sulit mengerti matematika jika matematika dimulai dari definisi atau prosedur tanpa ada komunikasi lain yang menjembataninya.

    ReplyDelete
  18. Herlingga Putuwita Nanmumpuni
    18709251033
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Pada bacaan di atas telah diberikan contoh relevan terkait dengan hubungan antara matematika dan bahasa. Contohnya yaitu untuk ruang secara intuitif kenyataan 1 + 1 = 2 biasanya tidak benar, misalnya 1 buku + 1 pensil tidak sama dengan 2 buku atau dua pensil. Contoh ini merupakan contoh dari pemahaman konsep. Untuk menanamkan konsep pada benak siswa diperlukan kehati-hatian guru dalam pelaksanaannya. Pada intinya pikiran siswa harus diawali melalui contoh yang konkrit yang lama kelamaan akan diarahkan menuju contoh yang abstrak.

    ReplyDelete
  19. Nur Afni
    18709251027
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
    Bahasa membantu menjelaskan yang benar atau yang salah. Bahasa juga dapat membantu mejelaskan prosedur dalam matematika. Bahasa dan matematika tidak dapat dipisahkan. Misalnya untuk mengajarkan bilangan cacah. 1 di bahasakan dengan 1 mangga, 2 dibahasakan 2 jeruk, dan seterusnya. Dengan demikian bahasa berperan penting dalam komunikasi matematika. terimakasih

    ReplyDelete
  20. Anggoro Yugo Pamungkas
    18709251026
    S2 Pend.Matematika B 2018

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    Berdasarkan artikel diatas, bahasa adalah suatu alat yang digunakan seseorang untuk berkomunikasi, begitu juga penggunaan bahasa dalam matematika, dimana simbol-simbol dalam matematika digunakan untuk menyampaikan suatu perhitungan atau sesuatu kepada pembaca. Dalam pembahasan diatas, saya cukup tertarik. Dari contoh diatas, saya melihat suatu hal yang sederhana namun maknanya cukup dalam. 1 + 1 = 2 bisa bernilai benar atau salah sesuai dengan ruang dan waktunya. 1 + 1 = 2 memang bernilai benar tetapi bernilai salah apabila konteksnya sudah berbeda. Misal 1 Apel + 1 Pisang hasilnya bukan 2 apel atau 2 pisang, tetapi 1 apel dan 1 pisang. Oleh karena itu, penggunaan bahasa yang baik dalam matematika memang sangatlah penting, karena bahasa yang baik dapat memperjelas suatu pernyataan matematika. Sehingga siswa dapat mudah memahami apa yang disampaikan oleh guru.

    ReplyDelete
  21. Umi Arismawati
    18709251037
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Assalamu'alaikum, Wr. Wb.
    Teknologi memang sangat bermanfaat dalam membantu proses pembelajaran.Dengan teknologi, pembelajaran menjadi lebih efisien dan dapat memberikan penjelasan seperti gambar menjadi lebih jelas. Untuk itu, seorang guru perlu menggunakan teknologi sebagai fasilitas pendukung dalam pembelajaran. Walaupun perlu diingat bahwa teknologi juga tidak selamanya mendukung. Penggunakan yang tidak tepat dapat menjadikan siswa menjadi kurang jelas. Dalam pembelejaran, penjelasan secara manual dengan ditulis atau digambar sediri masih diperlukan untuk pemahaman yang lebih mudah untuk siswa.

    ReplyDelete
  22. Samsul Arifin/18701261007/S3 PEP

    Bahasa Matematika adalah menyederhanakan sesuatu melalui simbol-simbol. Dalam matematika tidaklah ada jawaban yang mutlak, tergantung pembahasaan dari simbol tersebut. 1+1 belum tentu dan tidaklah selalu menjadi 2, tergantung pembahasaan dari simbol tersebut. Pemahaman konseptual seseorang akan berperan dalam membahasakan matematika tersebut. Dengan pemahaman kontual, akan diperoleh jawaban yang tepat mengikuti ruang dan waktu.

    ReplyDelete
  23. Diana Prastiwi
    18709251004
    S2 P. Mat A 2018

    Bahasa adalah kunci dunia. Bahasa sebagai alat komunikasi, termasuk dalam pembelajaran matematika. Membahasakan matematika dengan baik, maka kompetensi matematika siswa yang ingin dicapai menjadi lebih mudah tercapai serta menurunkan miskonsepsi. Seperti halnya konsep matematika formal yang menyatakan bahwa 1+1=2, namun jika konsep tersebut tidak dibahasakan dengan benar akan menjadi salah arti, karena dalam penafsiran berbeda maka akan menyebabkan salah konsepsi. Dalam matematika 1+1=2 adalah benar, tetapi jika dibahasakan 1pensil ditambah 1buku tentu sama dengan bukan 2buku maupun 2 pensil.oleh kaarena itu, pembahsaan yang benar akan menyebabkan konsep yang benar. Dapat dilakukan dengan pemilihan kata yang tepat sesuai dengan siapa yang ada dihadapannya.

    ReplyDelete
  24. Vera Yuli Erviana
    NIM 19706261005
    S3 Pendidikan Dasar 2019

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.
    Belajar matematika tidak semua menggunakan angka dan simbol. Tetapi juga diperlukan bahasa untuk dapat menyampaikan konsep yang akan disampaikan, Guru membimbing siswa dalam membaca simbol – simbol yang ada pada matematika dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Melalui penggunaan bahasa guru kepada siswa, siswa akan mendapatkan bayangan terhadap suatu materi yang dipelajarinya.

    ReplyDelete