Oct 15, 2010

Elegi Pemberontakan Para Normatif




Oleh Marsigit

Subyek Formal Bersemi:

Hai anak-anak, walau engkau masih kecil-kecil, ini ni pelajari. Berapa ini dikali itu. Itu dibagi ini. Itu pangkat itu. Ini pangkat ini. Ayo jawab! Kok diam saja.

Obyek Normatif Mengintip:

Waduh sulit bu. Aku tidak bisa. Aku tidak mau. Aku emoh belajar dengan ibu. Ibu itu nakal. Suka mbentak-mbentak. Aku ingin pulang.

Subyek Formal Bersemi:
Jika engkau ingin pandai ya ini pelajari. Jika engkau tak mau belajar berarti aku gagal.

Obyek Normatif Mengintip:
Aku ingin menangis saja bu.

Subyek Formal Berkuncup:
Wahai muridku, engkau telah menyadari semuanya, bahwa satu-satunya sukses dan keberhasilan adalah lulus ujian nasional. Itu harga mati. Barang siapa tidak lulus UN maka tiadalah dia mempunyai harga. Jangankan di depan negara. Di depan calon mertua saja maka dia tidak mempunyai harganya. Oleh karena itu maka adalah wajib hukumnya bagi engkau untuk lulus UN. Nah marilah engkau aku beri kesempatan menempuh UN ini. Silahkan kerjakan!

Obyek Normatif Patuh:
Wah soalnya sulit. Yang ini aku belum mempelajari. Jangankan mempelajarinya, mendengan dan melihat saja aku belum pernah. Sedangkan yang telah aku baca dan pelajari kok tidak keluar dalam UN. Aku sebetulnya senang melukis, tetapi kenapa tidak ada ujian melukis? Aku sebetulnya ingin menjadi Dai dan sudah banyak belajar khotbah, tetapi dalam UN ini kok tidak ada soal bagaimana kothbah. Kok yang diujikan hanya 3 (tiga) mapel. Wah ini tidak adil. Tetapi bagaimana ya, saya itu kan harus patuh dengan Bapak guru dan sekolah. Ya sudah, saya pasrah saja.

Subyek Formal Berbunga:

Iya pak saya telah paham dan memahami. Ini adalah kebijakan maka saya juga percaya betul dengan apa yang Bapa katakan. Sudahlah, Bapak bicara apa saja, tanpa reserve tanpa ragu-ragu, aku pasti percaya dan siap melaksanakan. Tak usah khawatir, asalah Bapak konsisten yaitu menyediakan juga biaya dan fasilitas agar bisa dilaksanakannya, pasti beres. Bapak untung, saya kan juga boleh memperoleh keuntungannya. Perkara para obyek normatif, mereka tahu apa. Apapun yang kita programkan pastilah bisa dilaksanakan.

Subyek Formal Berbuah:
Wahai para Subyek Formal, lihat dan ketahuilah buah-buahku itu. Bukankan engkau tahu bahwa buah-buah itu dapat engkau nikmati, itu dikarenakan kepatuhanmu terhadap diriku. Oleh karena sekali lagi aku ingatkan. Jaganlah ragu-ragu akan keputusanku itu. Barang siap ragu-ragu terhadap keputusanku, maka hidupnya tidak akan tenteram. Apalagi jika menolaknya maka dia akan saya black list.

Obyek Normatif Kritis:
Wahai Subyek Formal berbuah, aku telah menemukan kecurangan dalam penyelenggaraan UN. Aku menemukan bahwa di lapangan atau di daerah-daerah UN telah berubah menjadi tujuan yang mengerikan. Mereka telah membentuk tim-tim sukses. Wah ini tidak baik. Tetapi memang kenapa. Kenapa UN hanya untuk beberapa mata pelajaran saja. Bukankah siswa belajar semua mapel. Tetapi kenapa UN tidak mengujikan semua mapel. Kenapa Tes nya berupa tes obyektif, atau pilihan ganda. Apakah engkau pikir hidup ini adalah pilihan ganda. Bukankah proses atau sikap para siswa juga perlu dilihat. Maka sebetulnya saya tidak setuju dengan UN. Bukankah aku juga memerlukan normatif dari sekedar formal?

Subyek Formal Berbuah:
Hai engkau. Jangan macam-macam. Simpan temuanmu dan usulmu itu. Jika engkau terus-teruskan sikap dan pikiranmu itu, maka engkau bisa dianggap membahayakan keamanan kebijakan pemerintah. Maka diamlah engkau di situ.

Obyek Normatif Kritis:
Tidak..tidak saya akan pertahankan pikiran kritisku.

Subyek Formal Berbuah:
Kalau begitu akan aku laporkan engkau kepada Kepala Sekolahmu. Ketahuilah bahwa Kepala Sekolahmu itu sudah aku tangkap dan tidak bisa berbuat apapun kecuali sebagai Subyek Formal anak buahku dikarenakan dia telah makan buahku.

Obyek Normatif Berbuah:
Wahai Subyek Formal Berbuah, ketahuilah bahwa yang dapat berbuah di dunia ini bukanlah hanya engkau saja. Lihat dan ketahuilah bahwa diriku juga berbuah. Oleh karena itu aku akan memperingatkan dirimu agar jangan engkau main paksa kepada murid-muridku yaitu kepada para Normatif.

Subyek Formal Berbuah:
Wahai Obyek Normatif Berbuah, yang membedakan antara dirimu dengan diriku adalah bahwa aku itu adalah subyek, sedangkan engkau itu adalah obyek. Sebenar-benar obyek tidaklah mampu mengalahkan subyek, walaupun dengan subyek kecil sekalipun.

Subyek Formal Mandireng:
Wahai para Subyek Formal dan Obyek Normatif, kenapa engkau bertengkar?

Subyek Formal Berbuah:
Begini Subyek Formal Mandireng, aku adalah subyek, engkau juga subyek. Tetapi engkau adalah subyekku, sedangkan aku adalah obyekmu. Maka tiadalah hukumnya disitu untuk saling berselisih paham. Maka apapun yang terjadi adalah bahwa engkau harus hanya mendengarkan apa yang aku katakan. Maka jangan engkau dengarkan kata-kata para obyek normatif itu.

Subyek Formal Mandireng:
Baik, tentu saja demikian. Maka laksanakan program-programmu maka aku akan dukung sepenuhnya.

Obyek Normatif Berbuah:

Wahai Normatif Agung. Aku tahu bahwa engkau bisa mewujudkan dirimu baik sebagai subyek maupun sebagai obyek. Maka aku ingin mengajukan protes dan usul terhadapmu, perihal perilaku para Subyek Formal. Para Subyek Formal telah tertutup normatifnya. Mereka main paksa. mereka telah berusaha mereduksi bahwa pendidikan itu telah identik dengan UN. Itulah keadaan menyedihkan yang telah membawa berbagai persoalan normatif. Oleh karena itu aku usul agar engkau dapat mewujudkan dirimu sebagai Subyek, sehingga mampu menghentikan sepak terjang para Subyek Formal.

Normatif Agung:
Dengan ini aku menyatakan bahwa “Aku melarang dilaksanakan Ujian Nasional”. Titik

43 comments:

  1. Muhammad Fendrik
    18706261001
    S3 Dikdas 2018
    Sebelumnya terima kasih Prof Marsigit untuk ilmunya hari ini. Saya akan mencoba mengomentari artikel ini sesuai dengan pemahaman saya.
    Setiap anak manusia pasti memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik itu potensi dan bakatnya, kemampuan nalarnya, rasionalnya, dan kemampuan lainnya. Akan tetapi dengan aturan dari penguasa yang bersifat harus diikuti maka kita mau tidak mau dan suka tidak suka maka harus mengikuti program yang dibuat oleh penguasa di negeri ini yang tidak melihat perbedaan kemampuan pada setiap individu. Karena sebenar-benar aturan yang sah dan diakui adalah aturan yang dibuat oleh penguasa itu sendiri.

    ReplyDelete
  2. Aizza Zakkiyatul Fathin
    18709251014
    Pps Pendidikan Matematika A

    Pendidikan di Indonesia memang belum terpusat pada kompetensi. Semua orang di Indonesia pasti menempuh pendidikan dari jenjang TK, SD,SMP, SMA dan dikatakan berhasil apabila setiap jenjang dapat lulus UN. Itu sudah menjadi kebijakan pemerintah pusat dan sudah berlaku bertahun-tahun. Berbicara mengenai UN merupakan hal yang sangat kompleks dari mulai persiapan, pelaksanaan, hasil, dampak dari hasilnya dan sebagainya. Namun, disamping berbagai masalah mengenai UN, kebijakan pemerintah mengenai pendidikan pastilah bertujuan untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia agar pendidikan Indonesia berkualitas. Hanya saja saat ini dalam pemerintah dalam menentukan kebijakan masih belum melihat kondisi pendidikan Indonesia secara komprehensif dari berbagai aspek. Sehingga terkadang kebijakan pemerintah masih menyulitkan pelaksana yang berada di lapangan.

    ReplyDelete
  3. Seftika Anggraini
    18709251016
    S2 PM A 2018

    Dalam elegi ini, tergambar perbedaan antara formal dan normatif. Menurut saya, formal itu semena-mena karena hanya mengutamakan kepentingan sendiri agar terlihat baik di mata orang lain. Kata "formalitas", yang mengandung kata "formal" merupakan gambaran sederhana seperti apa formal itu. Berbeda dengan normatif, normatif itu peduli, tidak semena-mena, dan melaksanakan programnya dengan mempertimbangkan banyak aspek dan tidak menindas golongan tertentu. Normatif memiliki tujuan mulia yaitu ingin melaksanakan program dengan sungguh-sungguh dan tidak merampas hak manusia lain.
    Terima kasih

    ReplyDelete
  4. Dini Arrum Putri
    18709251003
    S2 P Math A 2018

    Dalam elegi ini saya menyimpulkan bahwa UN itu termasuk formal artinya dengan adanya UN membuat kebanyakan siswa merasa keberatan karena kententuan lulus hanya beradasarkan seminggu UN dibanding dengan menuntut ilmu selama tiga tahun. Hal-hal seperti inilah yang disebut sebagai formal, hanya mementingkan kepentingan sendiri tanpa memetingkan pihak yang bersangkutan. Sementara Normatif adalah kebalikannya, yaitu sesuatu yang lebih dianggap penting daripada sekadar formal walau tidak terlalu terlihat

    ReplyDelete
  5. Hasmiwati
    18709251023
    S2 Pend.Matematika B 2018

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    Para normatif menganggap UN bisa menjadi patokan kelulusan sementara para formal menganggap UN tak mampu. Terlepas dari hal itu sebenarnya bahwa UN memang sebuah alat ukur, yaitu alat ukur kemampuan siswa secara kognitif pada mata pelajaran yang di teskan. Namun kenyataan di negara kita ini UN dijadikan sebagai acuan kelulusan. Nah seharusnya UN mengujikan semua aspek dalam diri siswa. Namun ternyata UN hanya menguji beberapa mata pelajaran saja tidak semua dan tidak menguji aspek afektif dan psikomotorik. Tentu saja ini justru tidak memanusiakan manusia karena belajar adalah membuat manusia menjadi benar-benar manusia. Namun ada pelajaran di balik peperangan tersebut. Kita sebagai manusia sudah seharusnya janganlah memaksakan kehendak dan apabila mengaplikasikan sesuatu haruslah dengan perhitungan yang dalam dan luas.

    ReplyDelete
  6. Herlingga Putuwita Nanmumpuni
    18709251033
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Adanya perubahan-perubahan kebijakan di dunia pendidikan di negara kita sebenar-benarnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Sebagai evaluasi pendidikan untuk tingkat sd dan sederajat, smp dan sederajat, serta sma dan sederajat dipilihlah suatu evaluasi yang diberi nama Ujian Nasional. Ujian Nasional tersebut merupakan ujian yang terdiri dari beberapa mata pelajaran, sementara soalnya berbentuk pilihan ganda.
    UN yang dijadikan sebagai evaluasi pendidikan di Indonesia dianggap belum bisa benar-benar mengukur kualitas pendidikan dari Sabang sampai Merauke. Mengapa ? Karena seperti yang kita ketahui bahwa kualitas pendidikan termasuk sarana dan prasarana pendidikan di kota-kota besar tentulah berbeda dengan apa yang ada di daerah 3T. Benar bahwa gurulah yang mengetahui kemampuan siswanya sehingga guru dianggap yang paling berhak untuk mengevaluasi kemampuan siswanya. Tapi apakah guru juga dijamin akan melakukan evaluasi yang objektif terhadap murid-muridnya? Namun bagaimana caranya memperoleh standar dari keobjektifan guru-guru yang berbeda? Menurut beberapa pendapat disanalah keberadaan UN diperlukan.

    ReplyDelete
  7. Agnes Teresa Panjaitan
    S2 Pendidikan Matematika A 2018
    18709251013

    Membicarakan UN tentu tidak akan habis dengan pro dan kontra yang mengiringinya, yang pro menyatakan bahwa UN dapat menjadi motivasi siswa untuk belajar dengan lebih giat dan rajin sedangkan yang kontra atau tidak setuju dengan adanya kebijakan UN menyatakan bahwa UN akan memberikan ketakutan yang luar biasa bagi siswa. Menurut saya, untuk memberikan kebijakan dalam dunia pendidikan, pemerintah harus mempertimbangkan pertimbangan dari pihak yang pro maupun kontra. Dalam mengimplementasikan diperhatikan aspek-aspek yang ada di lapangan serta perlunya evaluasi setelah proses pengimplementasianya.

    ReplyDelete
  8. Endah Kusrini
    18709251015
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Formal adalah sesuatu yang berorientasi pada aturan. Sifatnya cenderung kaku. Sementara normative sifatnya lebih luwes, tidak memaksakan. Pendidikan di Indonesia saat ini memang hanya berorientasi pada UN. Kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilakukan diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan soal-soal UN. Artinya pendidikan Indonesia bersifat kaku, hanya tertuju pada aturan tertentu yakni lulus UN. Sementara siswa-siswa seharusnya mendapat pendidikan yang berkeadilan. Berkeadilan dari segala sisi, tidak dipaksakan, dan mampu memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan diri mereka.

    ReplyDelete
  9. Fany Isti Bigo
    18709251020
    PPs UNY PM A 2018

    Masalah nilai UN sekarang telah ditentukan oleh sekolah, tetapi hasilnya menjadi turun drastis karena kelulusan siswa hanya sebagai formalitas. Memang tujuannya baik yaitu guru yang mengajar adalah guru yang tahu juga kemampuan siswa, namun cenderung nilai siswa didongkrak oleh guru sehingga siswa bisa lulus 100%. Melihat kenyataan ini siswa pun berpikir agar mengurangi aktivitas berpikir dan tidak berupaya belajar dengan baik. Ini berkebalikan dengan UN yang seakan-akan yang dinilai bukanlah prosesnya akan tetapi hasil akhir dari proses tersebut. Tentunya hal ini juga akan menimbulkan tindakan negatif bagi setiap sekolah agar semua siswanya bisa lulus. Karena hasil akhir ujian nasional ini juga dapat mencerminkan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Mudah-mudahan masalah pendidikan di Indonesia bisa segera teratasi demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.

    ReplyDelete
  10. Bayuk Nusantara Kr.J.T
    18701261006

    Mengapa kualitas pendidikan kita masih jalan ditempat dikarenakan adanya kehendak dari sebagian orang yang mengampu jabatan pada struktur formal memutuskan suatu kebijakan berdasarkan kepentingan pribadi sehingga tidak mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan kepada orang-orang yang berada di bawahnya

    ReplyDelete
  11. Dita Aldila Krisma
    18709251012
    PPs Pendidikan Matematika A 2018

    Tahun berganti, kebijakan tentang UN pun diperbaharui. Pembaharuan kebijakan UN mengupayakn perbaikan mulai dari kompisisi soal, antisipasi kecurangan dan penyediaan fasilitas serta praktisnya. UN saat ini moda ujian mengutamakan UNBK. Soal ujiannya pun berorientasi pada penalaran (HOTS) 10%-15% (mohon koreksi apabila salah). Kebijakan tersebut memberikan hasil UN dan tanggapan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Realita berbicara, berita hasil Nilai UN tahun 2018 yang mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya bukan lagi rahasia. Sudah semestinya pihak yang berwenang mengevaluasi soal dan pembuat soalnya. Selain itu, tidak sepenuhnya kita menyalahkan siswa atas ketidakmampuan mencapai hasil UN yang tinggi karena siswa sebagai objek pendidikan hanyalah sebagai penerima kebijakan, guru sebagai subjek pun perlu mengevaluasi model pembelajarannya, dan pemerintah sebagai pemegang subjek di atas perlu terus menerus melakukan riset dan evalausi terhadap UN agar menghasilkan kebijakan yang dapat diterima oleh semua pihak dan tidak memberikan keuntungan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

    ReplyDelete
  12. Yuntaman Nahari
    18709251021
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Para subjek formal telah mereduksi bahwa pendidikan identik dengan UN yang membawa berbagai persoalan normatif. Hal tersebut kini sudah tidak lagi terjadi. Sejak tahun 2015 UN sudah tidak lagi menjadi penentu kelulusan siswa. Sebelumnya, siswa dinyatakan kompeten atau lulus dari sekolah menengah jika mampu melewati nilai ambang batas UN untuk setiap mata pelajaran UN. Kemampuan siswa yang telah mengikuti pembelajaran tiga tahun di sekolah menengah hanya dilihat dari nilai UN saja. Tentunya hal tersebut tidak adil bagi siswa yang mengalami kegagalan UN. Karena nilai tidak sekedar dilihat dari nilai akhir saja, namun proses adalah nilai yang lebih penting dari sekedar nilai akhir. Di dalam proses tersebut, siswa memperoleh nilai pengalaman yang tidak dapat diperoleh selain melalui sebuah proses. Adanya kebijakan penghapusan nilai UN sebagai penentu kelulusan adalah cara terbaik pemerintah untuk terus meningkatkan sistem pendidikan yang ada di Indonesia

    ReplyDelete
  13. Eka Puspita Sari
    18709251035
    S2 PM B 2018

    Ujian Nasional ? jika ditanya setuju atau tidak maka saya akan menjawab keduanya. Mengapa? Pertama, tidak setuju karena benar bahwa Ujian Nasional memang nampaknya terkesan tidak adil karena hanya menguji beberapa mata pelajaran saja, jika memang tujuan sekolah hanya untuk Ujian Nasional mengapa siswa tidak diajarkan khusus materi yang akan diujikan saja, mengapa siswa dibebani dengan mata pelajaran yang sangat banyak namun ujung-ujungnya yang diujikan hanya beberapa mata pelajaran saja. Kedua, setuju karena dewasa ini nampaknya pemerintah sudah mulai memperbaiki sistem Ujian Nasional, bahwa kelulusan siswa sekarang tidak hanya berdasarkan hasil Ujian Nasional saja melainkan keputusan kelulusan diserahkan kepada pihak sekolah sepenuhnya yang lebih mengetahui bagaimana sikap dan sifat siswa selama bersekolah. Dan juga ujian merupakan Sunnatullah yang pasti dialami setiap manusia untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi lagi. Namun, hendaknya pemerintah lebih meninjau kembali materi Ujian Nasional yang lebih memiliki dampak nyata bagi kehidupan siswa pascasekolah.

    ReplyDelete
  14. Janu Arlinwibowo
    18701261012
    PEP 2018

    UN merupakan salah satu bentuk arogansi, dimana siswa dipaksa untuk mengerjakan soal pilihan ganda. Padahal kita ketahui Tes objektif merupakan suatu jenis tes yang untuk mengukur kemampuan siswa yang paling mudah dalam mengoreksi. Namun di sisi lain tes ini memiliki kekuranngan yang cukup fundamental dimana siswa dapat menjawab dengan benar tanpa tahu jawaban yang benar. Sering muncul jargon “gambling” saja dalam menjawab, atau dengan kata lain tes ini memungkinkan siswa untuk beradu nasib, atau judi. Dianggapnya UN sebagai cara untuk memetakan kemampuan peserta didik dirasa merupakan reduksi yang berlebihan, bahkan terlalu kejam.

    ReplyDelete
  15. Elsa Apriska
    18709251005
    S2 PM A 2018

    Dari elegi diatas Ujian Nasional digambarkan sebagai sesuatu yang Formal yaitu bersifat paksaan dan mengikat. Seperti yang kita ketahui beberapa tahun lalu Ujian Nasional dijadikan sebagai patokan utama dalam penentu kelulusan siswa. Jadi seperti yang dipaparkan dalam elegi ini, saat siswa tidak lulus Ujian Nasional maka tidak adalah harganya ia belajar bertahun-tahun. Memang sampai saat ini kebijakan mengenai Ujian Nasional selalu menjadi isu yang menarik setiap tahunnya

    ReplyDelete
  16. Rindang Maaris Aadzaar
    18709251024
    S2 Pendidikan Matematika 2018 (PM B 2018)

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
    Sesuai dengan Obyek Normatif Kritis katakan tentang UN dimana hanya menguji beberapa mata pelajaran saja untuk syarat kelulusan padahal mata pelajaran yang lain juga penting untuk dipelajari. Secara formatif memang harus dilakukan untuk kepentingan siswa sendiri. Lambat laun peraturan demi peraturan telah berubah dan kini semua mata pelajaran diujikan untuk kelulusan dalam USBN sehingga semua ilmu yang didapatkan akan menjadi penguji kelulusan bagi siswa
    Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

    ReplyDelete
  17. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  18. Erma Zelfiana Surni
    18709251009
    S2. P.Matematika A 2018

    Assalamualaikum Wr. Wb
    Suatu ketidakadilan bagi siswa jika kelulusannya harus ditentukan dari UN dimana tim penyusun soalnya adalah orang-orang yang tidak mengenal baik dan tidak berinteraksi langsung dengan para siswa. Bisa dibayangkan betapa tidak adilnya, siswa yang berproses selama 6 atau 3 tahun dalam belajarnya mereka harus diputuskan lulus tidaknya dari hasil tes yang hanya dikerjakan dalam beberapa jam selama 4-5 hari lengkap dengan batasan mapelnya. Kalaupun harus DIPAKSAKAN ada UN maka seharusnya para gurulah yang berhak menyusun soal dan melakukan penilaian. UN memang merupakan salah satu normatif dalam pendidikan yang menurut saya pribadi sudah tepat jika tidak lagi menjadi patokan utama dalam penentu kelulusan siswa saat ini.

    ReplyDelete
  19. Erma Zelfiana Surni
    18709251009
    S2. P.Matematika A 2018

    Assalamualaikum Wr. Wb
    Adanya orientasi utama pada UN saat itu memang sempat menuai banyak kasus termasuk terungkapnya beberapa kasus kecurangan dan kasus beberapa siswa yang bunuh diri karena depresi dengan UN. Dari adanya kasus kecurangan tentu membuka mata kita semua bahwa UN tidak hanya merusak karakter para siswa tetapi juga telah merusak karakter oknum para gurunya. Adanya kasus bunuh diri juga telah menunjukkan bahwa UN tidak hanya membunuh karakter siswa tapi sudah lengkap membunuh jiwa dan raganya. Kasus kasus inilah yang menggambarkan lahirnya disorientasi pendidikan pada saat itu. Harapan kedepannya, semoga kita semua dapat bersinergi saling bahu membahu mengembangkan pembelajaran karakter yang sudah diterapkan saat ini agar sistem pendidikan dinegara kita menjadi lebih baik lagi dan tetap berada pada tataran orientasinya.

    Sumber :
    http://www.tribunnews.com/regional/2010/05/07/lagi-siswa-gantung-diri-karena-tidak-lulus-un
    https://megapolitan.kompas.com/read/2013/05/19/10053313/takut.tak.lulus.un.seorang.siswi.gantung.diri
    http://www.tribunnews.com/regional/2014/05/08/siswi-smp-gantung-diri-karena-takut-tak-lulus-un
    https://www.liputan6.com/regional/read/2978796/nilai-un-jelek-berujung-gantung-diri-tragis
    https://www.liputan6.com/news/read/2671728/mendikbud-muhadjir-pelaku-kecurangan-ujian-nasional-adalah-guru
    https://news.detik.com/berita/2556064/forum-guru-minta-sindikat-kecurangan-un-dibongkar

    ReplyDelete
  20. Diana Prastiwi
    18709251004
    S2 P. Mat A 2018

    Ujian Nasional (UN) dilaksanakan pemerintah memiliki tujuan untuk mengetahui hasil belajar selama siswa berada di sekolah serta untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa dalam belajar. Dengan tujuan tersebut membuat siswa maupun orang-orang terkait melakukan segala cara untuk lulus dalam UN. Mencontek, membocorkan kunci jawaban seolah-olah menjadi cara yang digunakan agar siswa dapat lulus UN. Pada akhirnya nilai UN tidak dijadikan satu-satunya nilai kelulusan siswa. Meskipun begitu tetap saja masih diperlukan sebuah perubahan yang menjadikan UN sesuai tujuan utama tanpa dilabeli dengan citran yang buruk.

    ReplyDelete
  21. Diana Prastiwi
    18709251004
    S2 P. Mat A 2018

    Ujian Nasional (UN) khususnya pada mata pelajaran matematika ternyata mengalami penurunan selama 5 tahun terakhir. Standar yang ditetapkan pemerintah tentang soal-soal dalam UN meningkat. Hal tersebut tentu membuka pikiran kita, soal yang meningkat semakin baik ternyata memberikan hasil UN yang menurun. Kalau kita lihat pada soal Ujian Nasional ternyata terdapat soal-soal HOTS dan masih awam bagi siswa.

    ReplyDelete
  22. Yoga Prasetya
    18709251011
    S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
    Kebijakan mengenai Ujian Nasional dari zaman dulu hingga sekarang sering menjadi tanda tanya dalam dunia pendidikan. Ada pro dan kontra di dalam program tersebut. ada pihak yang merasa dirugikan dengan adanya UN sehingga menilai program yang tidak dibutuhkan dalam pendidikan. Pemerintah membentuk suatu kebijakan tentunya memiliki tujuan tertentu untuk bangsa semoga bukan untuk kepentingan politik semata. Semoga pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi hingga mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

    ReplyDelete
  23. Totok Victor Didik Saputro
    18709251002
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Selamat pagi Prof.
    Normatif artinya berpegang teguh pada aturan atau ketentuan yang berlaku. Artinya bersikap normatif berarti memiliki sikap yang setia dan loyalitas yang tinggi terhadap aturan atau ketentuan yang berlaku tersebut. Aturan tidaklah akan tetap sama. Artinya ada saat dimana aturan atau ketentuan yang berlaku sekarang akan berubah. Hal ini mengartikan bahwa adanya perkembangan dari keputusan yang dibuat mengenai aturan tersebut. Oleh sebab itu, para normatif dapat melakukan pemberontakan dalam kondisi ini. Tidaklah salah hal ini dilakukan melainkan sangat diperlukan demi keberlangsungan kehidupan, khususnya pendidikan di Indonesia. Terima kasih.

    ReplyDelete
  24. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
    Mendidik bukan berarti menakuti. Mendidik adalah mendekati. Jangan kau takut-takuti anakmu dengan didikanmu yang keras, otoriter. Justru anak akan menjadi anak yang pembangkang, anak yang penakut. Tapi didiklah anakmu dengan pendekatan. Pendekatan yang bagaimana? Dari hati ke hati. Ajaklah anak untuk mengembangkan sendiri kemampuannya. Jangan kau batasi begini begitu. Fasilitasilah tumbuh kembangnya. Terima kasih.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

    ReplyDelete
  25. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
    Jangan paksakan kehendak anak jika memang anak tak mampu, beri ruang untuk anak menemukan sendiri pengetahuannya. Anak itu bukan boneka. Ibarat sebuah lagu rocker “anak juga manusia, punya rasa punya hati’ Begitu. Sekarang begini, anak itu mempunyai kemampuannya sendiri-sendiri-sendiri. Anak A menonjol dalam hal musik misalnya, anak B menonjol dalam hal menari. Semua mempunyai kemampuannya sendiri-sendiri, sekarang tinggal bagaimana memfasilitasinya dan mendukungnya saja. Jangan memaksa anak jika memang kemampuan anak adalah G. Tapi justru beri ruang tumbuh kembang anak untuk menemukan sendiri pengetahuannya dalam menemukan kemampuannya yang lain. Terima kasih.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

    ReplyDelete
  26. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
    Sebenarnya sejak dini anak itu harus sudah diarahkan dengan bakat yang dimilikinya. Seharusnya sekolah menyediakan sarana untuk mengembangkan bakatnya. Misalkan anak A mempunyai bakat dalam bernyanyi. Seharusnya ada sekolah khusus bernyanyi yang dapat mengasah kemampuan anak. Memang ada ekstrakurikuler di sekolah pada umumnya, memang saya tahu itu. Tapi alangkah lebih baiknya jika sejak dini sekolah itu dijuruskan. Jadi anak itu tidak memikirkan beban yang terlalu banyak. Untuk pengetahuan dasar memang perlu ditanamkan tapi sekolah yang misal berfokus pada menyanyi saja, itu ditonjolkan dalam bernyanyinya. Karena saya sejujurnya merasa kasian kepada anak-anak SD yang sudah diberikan beban pelajaran begitu banyaknya. Terima kasih.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

    ReplyDelete
  27. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
    Jika engkau ingin dihargai oleh orang lain, maka belajarlah untuk menghargai diri sendiri terlebih dahulu. Bagimana caranya? Kenali lebih dalam dirimu. Kenapa? Karena ketika engkau sudah bisa mengetahui batas kemampuan yang engkau miliki, engkau tidak akan repot-repot untuk memikirkan atau bahkan memberikan respons apa terkait hal yang dilakukan oleh orang lain terhadapmu. Terima kasih.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

    ReplyDelete
  28. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
    Jangan pernah kau ciptakan kepatuhan diatas tekanan, ciptakanlah kepatuhan dalam ketentraman. Begini analoginya, kamu misalnya mempunyai sebuah usaha kue. Kamu adalah ownernya. Kebetulan, karyawanmu baru 5. Kamu mempunyai permintaan pasar yang melonjak banyak sekali sedangkan karyawanmu hanya 5, masing-masing hanya mempunyai dua tangan. Kamu sebagai owner, akan menekan karyawanmu atau akan menentramkan hati karyawanmu agar kue-kue itu nantinya jadi tepat waktu dengan rasa yang enak dan berkualitas? Hanya ada dua pilihan. Jika kau ciptakan kepatuhan diatas tekanan, oke nanti kue-kue pesanan itu jadi tapi kita tidak menjamin bagaimana rasanya karena 5 karyawanmu membuatnya dibawah tekananmu. Sedangkan jika kau ciptakan kepatuhan diatas ketentraman, kue-kuemu anak enak dan berkualitas karena 5 karyawanmu menjalaninya dengan enjoy karena senyumanmu dan kesabaranmu dan kamu yang selalu menenangkan mereka dengan semangatmu. Terima kasih.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

    ReplyDelete
  29. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
    Sejujurnya Negara kita hanya dikendalikan oleh petinggi Negara yang tidak mengerti keadaan Negara kita sebenarnya. Mereka hanya egois akan peraturannya. Seharusnya mereka terjun ke lapangan agar mengetahui fakta akan kemampuan anak negeri ini agar yang diukur tidak hanya hasil namun juga proses. Proses itu penting juga untuk dilihat. Kalau misalnya hanya melihat hasilnya saja, tentu banyak orang yang akan berlomba-lomba meraih hasil yang wah tapi dengan cara yang wah juga atau wu. Itu permasalahannya. Terima kasih.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

    ReplyDelete
  30. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
    Seharusnya pemerintah mendengar dan menampung pendapat orang-orang yang ingin menyampaikan aspirasinya dalam rangka membangun negeri ini menjasdi negeri yang lebih baik. Karena hal itu bisa menjadi masukan positif untuk pembangunan negeri ini. Ambil baiknya, buang buruknya. Jangan masuk telinga tangan keluar telinga kiri, namun masuk telinga kanan, terendap di otak, terealisasi di tindakan. Terima kasih.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

    ReplyDelete
  31. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
    Janganlah menggunakan kekuasaanmu untuk menguasai dunia, tapi gunakanlah kekuasaanmu untuk membangun dunia. Kekuasaan yang engkau peroleh hanyalah duniawi semata, janganlah kau salahgunakan untuk menguasai dunia agar tunduk kepadamu. Diatas langit masih ada langit, dibawah tanah masih ada tanah. Dunia yang kau genggam, belum seberapa jika ternyata kau sadari bahwasanya ada dunia orang lain yang justru lebih besar yang tergenggam, Sadarilah bahwa kekuasaan itu adalah sebuah amanah. Jagalah amanah itu dengan baik, bukan dengan menyalahgunakannya untuk hal-hal yang tidak baik. Terima kasih.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

    ReplyDelete
  32. Kartianom
    18701261001
    S3 PEP 2018

    Normatif adalah sesuatu yang berpegang teguh pada aturan yang berlaku. Dulu ujian nasional merupakan satu-satunya ketentuan yang menjadi patokan kelulusan siswa. Namun sekarang ini ketentuannya telah berubah. Tapi dengan ketentuan yang baru seperti itu apakah ujian nasional masih diperlukan? Karena sekarang ini yang menentukan lulus atau tidaknya seorang siswa adalah pihak guru dan sekolah yang setiap hari berinteraksi dengan siswa tersebut.

    ReplyDelete
  33. Puspitarani
    19709251062
    S2 Pendidikan Matematika D 2019
    Terima kasih Bapak atas artikel elegi pemberontakan para normatif yang telah Bapak share kepada kami. artikel ini sangatlah bermanfaat untuk dibaca.Artikel ini membahas tentang persiapan dan kesiapan siswa dalam belajar menghadapi Ujian Nasional yang akan datang. Ada siswa yang sudah mempersiapkan dengan baik, ada siswa yang 50-50 persiapannya, dan ada siswa yang malas belajar. lalu mereka mendapat nasehat dari gurunya bahwa UN itu harga mati. mau tidak mau suka tidak suka semua siswa dari SD, SMP, SMA harus menghadapi UN. Dengan elegi diatas, terlihat bahwa ada aturan (norma) yang bersifat berkuasa atas segala sesuatu nya, padahal masih ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggapai aturan itu. Memang dalam pendidikan yang formal (sekolah) selalu dilaksanakan ujian dalam bentuk tes untuk mengetahui sejauh mana siswa menggapai dan memahami materi yang diajarkan, akan tetapi bukan hanya hasil tes yang mendominasi siswa dalam menggapai kelulusan, masih ada hal yang bisa dinilai dalam kelulusannya.

    ReplyDelete
  34. Zuari Anzar
    19701251006
    S2 PEP A 2019

    Elegi ini memberikan gambaran pada wajah Pendidikan di Negara kita yang lebih mengutamakan hasil kelulusan pada UN. Para normatif mengganggap UN bisa jadi patokan kelulusan sementara para formal menganggap UN tidak mampu. Terlepas dari hal itu sebenarnya UN adalah sebuah alat ukur, yaitu alat ukur kemampuan siswa secara kognitif pada mata pelajaran yang diteskan. Tetapi dengan adanya peraturan yang baru bahwa UN bukan lagi menjadi satu-satunya patokan kelulusan siswa namun yang menentukan adalah pihak sekolah yang setiap hari berinteraksi dengan siswa. Hal ini menimbulkan polemik baru apakah UN masih diperlukan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa atau semua dikembalikan kepada pihak sekolah, selaku yang mengetahui betul kemampuan siswanya.

    ReplyDelete
  35. Tiara Wahyu Anggraini
    19709251065
    S2 Pendidikan Matematika D 2019

    Berbicara tentang pelaksanaan UN menimbulkan pro dan kontra tentunya. Untuk pro terhadap pelaksanaan UN, masih banyak masyarakat dan pemerintah yang mendukung pelaksanaan UN. Mereka berpendapat bahwa masih perlu dilaksanakan UN karena UN memberikan beberapa dampak positf dan hasil dari UN bisa dijadikan acuan untuk ke jenjang pendidikan selanjutnya.
    Secara tidak langsung dampak positif dari pelaksaan UN bagi siswa adalah memotivasi siswa untuk lebih rajin belajar, karena siswa sadar bahwa persaingan dalam UN sangat ketat sekali dan hasil UN merupakan penentu masa depan mereka. Nah, dengan adanya kesadaran siswa-siswa untuk belajar lebih giat lagi, ini dapat membuat mutu pendidikan di Indonesia akan lebih meningkat.

    ReplyDelete
  36. Tiara Wahyu Anggraini
    19709251065
    S2 Pendidikan Matematika D 2019

    Selain banyaknya yang pro dengan pelaksanaan UN, tetapi banyak pula yang ingin menghapuskan pelaksanaan UN (kontra). Banyak orang yang ingin menghapus UN dan menggantinya dengan penelusuran minat dan bakat, dikarenakan langkah ini siswa nantinya dinilai lebih terarah dan konkrit. Pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan bakat akan membuat siswa lebih bersemangat belajar dan mengejar kesuksesan di bidangnya masing-masing. Mereka pun punya kelebihan yang harus diasah sesuai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Dengan begitu, siswa sudah terarah belajarnya sesuai minat dan bakat sehingga mereka lebih mudah menerima materi pelajaran. Ibaratnya mungkin seperti seorang yang bekerja sesuai passion-nya maka akan lebih tekun bekerja. Belajar pun seperti itu. Beberapa masyarakat setuju dengan pelaksanaan seperti ini daripada pelaksanaan UN, karena menurut mereka dengan adanya pelaksanaan UN membuat siswa harus dipaksakan mempelajari beragam ilmu yang tak dikuasainya yang akhirnya membuat mereka menjadi malas belajar, sedangkan gurunya pun kalang kabut mengejar materi pelajaran yang tertinggal. Tak hanya itu, orang tua juga kecewa dengan hasil belajar sang anak. Dan para pemerintah pun risau dengan capaian dunia pendidikan. Akibatnya, semuanya di limpahkan kesalahannya kepada guru akibat dari buruknya kualitas pendidikan.

    ReplyDelete
  37. Lovie Adikayanti
    19709251068
    S2 Pendidikan Matematika D
    Assalamualaikum wr.wb
    Lagi-lagi dilematis. Benar-benar suguhan yang sangat dilematis. Para normatif menganggap UN bisa menjadi patokan kelulusan sementara para formal menganggap UN tak mampu. Terlepas dari hal itu sebenarnya bahawa UN memang sebuah alat ukur, yaitualat ukur kemampuan siswa secara kognitif pada mata pelajaran yang di teskan.
    Namun kenyataan di negara kita ini UN dijadikan sebagai acuan kelulusan. Nah seharusnya UN mengujikan semua aspek dalam diri siswa. Namun ternyata UN hanya menguji beberapa mata pelajaran saja tidak semua dan tidak menguji aspek afektif dan psikomotorik. Tentu saja ini justru tidak memanusiakan manusia karena belajar adalah membuat manusia menjadi benar-benar manusia.
    Namun ada pelajaran di balik peperangan tersebut. Kita sebagai manusia sudah seharusnya janganlah memaksakan kehendak dan apabila mengaplikasikan sesuatu haruslah dengan perhitungan yang dalam dan luas

    ReplyDelete
  38. Wilis Putri Hapsari
    19701251017
    S2 PEP A 2019

    Elegi pemberontakan normatif memberikan membelajaran bahwa sistem standarisasi pendidikan berupa tes nasional atau UN merupakan aturan formal yang mengedepankan output dari pada proses. Agar output tersebut dapat selaras maka diperlukan kajian lapangan yang mempertimbangkan aspek-aspek formal dari tiap daerahnya. Untuk itu, UN harus memenuhi syarat sebagai instrumen standarisasi kemampuan akademik dengan mempertimbangkan kepentingan esensial dari aspek normatif disetiap daerahnya.

    ReplyDelete
  39. Hajra Yansa
    19701251012
    S2 PEP A 2019

    Elegi pemberotakan normatif menggambarkan UN adalah aturan formal yang ditetapkan pemerintah sebagai alat evaluasi, yang merupakan bentuk lain dari Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) yang sebelumnya dihapus. UN menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pendidikan Indonesia. sedangkan secara normatif UN harus mampu mengukur kompetensi peserta didik dan diselenggarakan secara jujur tanpa ada kecurangan.

    ReplyDelete
  40. Hajra Yansa
    19701251012
    S2 PEP A 2019

    Tahun 2019, setelah pergantian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan baru yaitu akan dihapuskannya UN. yang digantikan dengan asesmen secara berkala. Itu menjadi mekanisme evaluasi. asesmen berkala harus menjadi parameter pemetaan dunia pendidikan secara nasional. Baik bagi peserta didik maupun pendidik. Sekolah dan pemerintah daerah harus secara jujur melakukan pemetaan. Dengan demikian, asesmen tersebut menjadi acuan dalam perbaikan mutu pendidikan.

    ReplyDelete
  41. Dhamar Widya Safitri
    19701251009
    S2 PEP A 2019

    Assalamualaikum.
    Pada tahun 2021 ujian nasional akan dihapuskan dan diganti dengan Penilaian Kompetensi Minimum dan Survei Karakter. Diharapkan dengan dihapuskannya UN, siswa tidak hanya terpaku untuk belajar mata pelajaran yang di-UN-kan saja. Siswa memiliki kelebihan yang bisa diperdalam sesuai dengan kemampuan mereka. Jika anak belajar sesuai dengan minat dan bakat mereka, maka mereka akan mudah untuk mempelajari sesuai dengan bidang mereka.
    Terimakasih

    ReplyDelete
  42. Dhamar Widya Safitri
    19701251009
    S2 PEP A 2019

    Assalamualaikum.
    Ujian yang sekarang disebut Ujian Nasional mengalami perubahan nama dan juga aturan yang berubah. Banyak orang yang memandang UN sangat penting sehingga tidak memperdulikan dari mana hasil UN itu didapat. Mereka mengejar nilai UN tinggi dengan berbagai cara. Baik belajar giat bahkan kini ada jual beli jawaban UN. Tentu jika seseorang mendapat hasil dengan cara yang salah, maka untuk langkah selanjutnya ia akan mendapatkan buah dari kecurangannya.
    Terimakasih

    ReplyDelete
  43. Alfiana Dewi
    19701251005
    S2 PEP A 2019

    Berbicara mengenai UN, para siswa sudah tidak lagi was was akan ini, bahkan mereka acuh, karena sudah menganngap UN adalah standar kelulusan yang diputuskan pada sekolah dan pasti dinyatakan lulus demi sebuah nama baik lembaga pendidikan, sehingga UN dimata siswa suatu hal yang tidak memiliki arti penting. dan tahun 2021 menteri akan mengubah UN menjadi suatu assement penilaian yang bersatandar PISA.

    ReplyDelete