Oct 21, 2012

Elegi Menggapai Purnakata




Oleh Marsigit

Orang tua berambut putih:
Wahai para elegi, berat rasanya aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu.


Para elegi:
Wahai orang tua berambut putih, janganlah engkau merasa ragu untuk menyampaikan sesuatu kepadaku. Berbicara lugaslah kepadaku, jangan sembunyikan identitasmu, dan jangan sembunyikan pula maksudmu.

Orang tua berambut putih:
Sudah saatnya aku menyampaikan bahwa saatnya kita berpisah itu juga sudah dekat. Mengapa? Jika aku terlalu lama dalam elegi maka bukankah engkau itu akan segera menjadi mitos-mitosku. Maka aku juga enggan untuk menyebut sebagai orang tua berambut putih. Aku juga ingin menanggalkan julukanku sebagai orang tua berambut putih. Bukankah jika engkau terlalu lama menyebutku sebagai orang tua berambut putih maka engkau juga akan segera termakan oleh mitos-mitosku. Ketahuilah bahwa orang tua berambut putih itu adalah pikiranku. Sedagkan pikiranku adalah diriku. Sedangkan diriku adalah Marsigit. Setujukah?

Para elegi:
Bagaimana kalau aku katakana bahwa Marsigit adalah pikirannya. Sedangkan pikirannya adalah ilmunya. Sedangkan ilmunya itu adalah orang tua berambut putih.

Marsigit:
Maafkan aku para elegi, bolehkah aku minta tolong kepadamu. Aku mempunyai banyak murid-murid. Apalagi mereka, sedangkan engkau pula akan segera aku tinggalkan. Maka murid-muridku juga akan segera aku tinggalkan. Mengapa aku akan segera meninggalkanmu dan meninggalkan murid-muridku? Itulah suratan takdir. Jika para muridku mengikuti jejakku maka dia melakukan perjalanan maju. Sedangkan jika aku tidak segera meninggalkan muridku maka aku aku akan menghalangi perjalanannya. Aku harus member jalan kepada murid-muridku untuk melenggangkan langkahnya menatap masa depannya.

Mahasiswa:
Maaf pak Marsigit. Saya masih ingin bertanya. Bagaimanakah menerapkan filsafat dalam kehidupan sehari-hari?

Marsigit:
Filsafat itu meliputi semuanya yang ada dan yang mungkin ada. Padahal dirimu itu termasuk yang ada. Maka dirimu itu adalah filsafat. Seangkan kehidupan sehari-hari itu juga meliputi yang ada dan yang mungkin ada, maka kehidupan sehari-hari itu adalah filsafat. Sedangkan pertanyaanmu itu disampiang telah terbukti ada, maka pertanyaan itu adalah awal dari ilmumu. Maka untuk menerapkan filsafat dalam kehidupan sehari-hari gunakanlah metode menterjemahkan dan diterjemahkan.

Mahasiswa:
Wahai Pak Marsigit, apakah sebenarnya filsafat pendidikan matematika itu? Dan apa bedanya dengan filsafat matematika? Dan apa pula bedanya dengan matematika?

Marsigit:
Pengertian matematika itu ada banyak sekali, sebanyak orang yang memikirkannya. Secara implicit, menurut Socrates matematika adalah pertanyaan, menurut Plato matematika adalah ide, menurut Arstoteles, matematika adalah pengalaman, menurut Descartes matematika adalah rasional, menurut Kant matematika adalah sintetik a priori, menurut Hegel matematika itu mensejarah, menurut Russell matematika adalah logika, menurut Wittgenstain matematika adalah bahasa, menurut Lakatos matematika adalah kesalahan, dan menurut Ernest matematika adalah pergaulan.

Mahasiswa:
Wahai Pak Marsigit, tetapi aku tidak pernah menemukan semua ungkapanmu itu dalam buku-buku referensi primer?

Marsigit:
Ungkapan-ungkapanku itu adalah kualitas kedua atau ketiga. Kualitas kedua atau ketiga itu merupakan hasil refleksi. Filsafat adalah refleksi. Jadi hanya dapat diketahui melalui kajian metafisik.

Mahasiswa:
Apa pula yang dimaksud metafisik?

Marsigit:
Metafisik adalah setelah yang fisik. Maksudnya adalah penjelasanmu tentang segala sesuatu. Jadi jika engkau sudah berusaha menjelaskan sesuatu walaupun sangat sederhana, maka engkau telah melakukan metafisik. Maka dirimu itulah metafisik.

Mahasiswa:
Lalu apa bedanya matematika dengan filsafat matematika?

Marsigit:
Untuk matematika 3+5 = 8 itu sangat jelas dan final, dan tidak perlu dipersoalkan lagi. Mengapa karena matematika itu adalah meneliti. Jadi 3+5=8 itu dapat dipandang sebagai hasil penelitian matematika yang sangat sederhana dan terlalu sia-sia untuk mempersoalkan. Tetapi bagi filsafat kita berhak bertanya mengapa 3+5=8. Mengapa? Karena filsafat itu refleksi. Ketahuilah 3+5=8 itu, bagi filsafat, hanya betul jika kita mengabaikan ruang dan waktu. Tetapai selama kita masih memperhatika ruang dan waktu maka kita bias mempunyai 3 buku, 3 topi, 3 hari, dst…5 pensil, 5 pikiran, 5pertanyaan, dst…Maka kita tidak bisa mengatakan 3pensil +5 topi = 8 topi, misalnya.

Mahasiswa:
Lalu apa relevansinya mempelajari filsafat dengan pendidikan matematika?

Marsigit:
Pendidikan itu dapat diibaratkan sebagai gerbong kereta api. Demikian juga pendidikan matematika. Filsafat itu dapat diibaratkan sebagai helicopter pengawal gerbong KA. Para pendidik, atau guru atau praktisi kependidikan jika tidak pernah mempelajari filsafat pendidikan atau filsafat pendidikan matematika, mereka itu ibarat penunmpang KA tersebut. Maka bagaimana mungkin penumpang KA bisa mengetahui semua aspek sudut-sudut gerbong KA dalam perjalanannya. Maka filsafat pendidikan matematika itu ibarat seorang penumpang KA itu keluar dari gerbong KA an kemudian naik helicopter untuk mengikuti dan memonitor laju perjalanan KA itu. Maka orang yang telah mempelajari filsafat pendidikan matematika jauh lebih kritis dan lebih dapat melihat dan mampu mengetahui segala aspek pendidikan matematika.

Mahasiswa:
Aku bingung dengan penjelasanmu itu. Bisakah engkau memberikan gambaran yang lebih jelas?

Marsigit:
Filsafat itu adalah refleksi. Maka filsafat pendidikan matematika adalah refleksi terhadap pendidikan matematika, meliputi refleksi terhadap semua yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Padahal pendidikan matematika itu meliputi guru, matematika, murid, ruang, kegiatan, alat dst..banyak sekali. Padahal guru itu mempunyai sifat yang banyak sekali. Jadi ada banyak sekali yang perlu direfleksikan. Maka dalam filsafat pendidikan matematika, tantanganmu adalah bagaimana engkau bisa memperbincangkan semua obyek-obyeknya. Maksud meperbincangkan adalah menjelaskan semua dari apa yang dimaksud dengan semua yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Jelaskanlah apa arti bilangan phi? Jelaskanlah apa hakekat siswa diskusi? Jelaskan apa hakekat LKS? Jelaskan apa hakekat media pembelajaran matematika? Itu semua merupakan pekerjaan filsafat pendidikan matematika? Maka bacalah elegi-elegi itu semua, maka niscaya engkau akan bertambah sensitive terhadap pendidikan matematika. Sensitivitasmu terhadap pendidikan matematika itu merupakan modal dasar bagi dirimu agar mampu merefleksikannya.

Mahasiswa:
Apakah filsafat itu meliputi agama?

Marsigit:
Filsafat itu olah pikir. Sedangkan agama itu tidak hanya olah pikir tetapi meliputi juga olah hati. Pikiranku tidak dapat memikirkan semua hatika. Artinya filsafat tidak mampu menjelaskan semua keyakinanku.

Mahasiswa:
Apa yang engkau maksud dengan jebakan filsafat?

Marsigit:
Jebakan filsafat itu artinya tidak ikhlas, tidak sungguh-sungguh, palsu, menipu, pura-pura, dsb. Maka jika engkau mempelajari filsafat hanya untuk mengejar nilai, itu adalah jebakan filsafat. Jika para guru peserta pelatihan, kemudian enggan melaksanakan hasil-hasil pelatihan setelah selesai pelatihan, itu adalah jebakan filsafat. Jika engkau pura-pura disipli maka itu jebakan filsafat. Maka bacalah lagi elegi jebakan filsafat.

Mahasiswa:
Apa pantangan belajar filsafat?

Marsigit:
Belajar filsafat itu tidak boleh sepotong-sepotong. Kalimat-kalimat filsafat juga tidak bisa diambil sepenggal-penggal. Karena jika demikian maka tentu akan diperoleh gambaran yang tidak lengkap. Pantangan yang lain adalah jangan gunakan filsafat itu tidak sesuai ruang dan waktunya. Jika engkau bicara dengan anak kecil perihal hakekat sesuatu maka engkau itu telah menggunakan filsafat tidak sesuai dengan ruang dan waktunya.

Mahasiswa:
Apa tujuan utama mempelajari filsafat?

Marsigit:
Tujuan mempelajari filsafat adalah untuk bisa menjadi saksi. Mempelajari filsafat pendidikan matematika untuk menjadi saksi tentang pendidikan matematika. Tidaklah mudah menjadi saksi itu. Jika ada seminar tentang pendidikan matematika, tetapi engkau tidak ikut padahal mestinya engkau bisa ikut, maka engkau telah gagal menjadi saksinya pendidikan matematika. Itu hanyalah satu contoh saja. Jika ada perubahan kurikulum tentang pendidikan matematika dan engkau tidak menyumbangkan pemikiranmu padahal engkau mestinya bisa, maka engkau telah kehilangan kesempatanmu menjadi saksi. Jika ada praktek-praktek pembelajaran matematika yang tidak sesuai dengan hakekat matematika dan engkau tidak menyumbangkan pemikiranmu maka engkau telah gagal menjadi saksi. Dst.

Mahasiswa:
Wahai Pak Marsigit, kenapa engkau melakukan ujian-ujian untuk kuliah filsafat pendidikan matematika? Padahal aku sangat ketakutan dengan ujian-ujian.

Marsigit:
Ujian itu ada dan jika keberadaannnya tersebar sampai kemana-mana untuk berbagai kurun waktu maka mungkin ujian itu termasuk sunatullah. Maka aku mengadakan ujian itu juga dalam rangka menjalani suratan takdir. Padahal bagiku tidaklah mudah untuk mengujimu, karena akan sangat berat mempertangungjawabkannya.

Mahasiswa:
Kenapa bapak kelihatan berkemas-kemas mau meninggalkanku?

Marsigit:
Aku tidak bisa selamanya bersamamu. Paling tidak itu fisikku, tenagaku, energiku, ruangku dan waktuku. Tetapi ada hal yang tidak dapat dipisahkan antara aku dan engkau, yaitu ilmuku dan ilmumu. Diantara ilmuku dan ilmuku ada yang tetap, ada yang sama, ada yang. Tetapi komunikasi kita tidak hanya tentang hal yang sama. Kita bisa berkomunikasi tentang kontradiksi kita masing-masing dan kebenaran kita masing-masing.

Mahasiwa:
Apa bekalku untuk berjalan sendiri tanpa kehadiranmu?

Marsigit:
Ketahuilah bahwa akhir dari pertemuan kita dalam ruang dan waktu yang ini, adalah awal dari perjuangan kita masing-masing. Engkau semua akan memasukki hutan rimbanya kehidupan yang sebenarnya di masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan matematika. Ketahuilah salah satu hasil yang engkau peroleh dari belajar filsafat adalah kemerdekaan berpikir, kemandirian, keterampilan dan daya kritis, serta keteguhan hati. Itulah bekal yang engkau miliki. Selalu berusaha tingkatkanlah dimensi pikiran dan hatimu, dengan cara menterjemahkan dan diterjemahkan.

Mahasiswa:
Bagaimana tentang elegi-elegimu itu?

Marsigit:
Bacalah elegi-elegi itu. Itu adalah karya-karyaku yang semata-mata aku berikan kepadamu. Tetapi bacalah elegi-elegi dengan daya kritismu, karena engkau telah paham bahwa setiap kata itu adalah puncaknya gunung es. Maka sebenar-benar ilmumu adalah penjelasanmu tentang kata-kata itu.

Mahasiswa:
Bagaimana dengan elegiku?

Marsigit:
Buatlah dan gunakan elegi itu sebagai latihan untuk memperbincangkan yang ada dan yang mungkin ada. Tetapi gunakan dia itu sesuai dengan ruang dan waktunya. Sebenar-benar tantanganmu itu bukanlah elegi, tetapi adalah kemampuanmu menjelaskan semua yang ada dan yang mungkin ada dari pendidikan matematika. Sedangkan tugasmu adalah bagaimana murid-muridmu juga mampu mengetahui dan menjelaskan yang ada dan yang mungkin ada dari matematika sekolah yang mereka pelajari. Jika engkau ingin mengetahui dunia, maka tengoklah pikiranmu. Maka dunia matematika itu adalah pikiran siswa. Jadi matematika itu adalah siswa itu sendiri. Motivasi adalah siswa itu sendiri. Apersepsi adalah siswa itu sendiri. Maka berhati-hatilah dan bijaksanalah dalam mengelola tugas-tugasmu. Tugas-tugasmu adalah kekuasaanmu. Maka godaan yang paling besar bagi orang yang berkuasa adalah menggunakan kekuasaanmu. Padahal sifat dari kekuasaanmu itu selalu menimpa dan tertuju kepada obyek kekuasaanmu. Siapakah obyek kekuasaanmu itu. Tidak lain tidak bukan adalah murid-muridmu. Tiadalah daya dan upaya bagi murid-muridmu itu dalam genggaman kekuasaanmu kecuali hanya bersaksi kepada rumput yang bergoyang. Tetapi ingatlah bahwa suara rumput itu suara Tuhan. Maka barang siapa menyalahgunakan kekuasaan, dia itulah tergolong orang-orang yang berbuat dholim. Maka renungkanlah.

Mahasiswa:
Terimakasih pak Marsigit.

Marsigit:
Maafkan jika selama ini terdapat kesalahan dan kekurangan. Pakailah yang baik dariku, dan campakkan yang buruk dariku. Semoga kecerdasan pikir dan kecerdasan hati senantiasa menyertaimu. Semoga kita semua selalu mendapat rakhmat dan hidayah dari Allah SWT. Amien. …Selamat berjuang.

31 comments:

  1. Yoga Prasetya
    18709251011
    S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A

    Menerapkan filsafat dalam kehidupan sehari-hari tergantung pada ruang dan waktunya. Filsafat merupakan kegiatan olah pikir yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, namun tak semua manusia menyadarinya. Dalam berfilsafat memiliki metode yaitu menterjemahkan dan diterjemahkan sesuatu dalam ruang dan waktunya. Maka kita harus siap akan hal itu (menterjemahkan dan diterjemahkan), agar dimensi pikiran dan hati kita meningkat.

    ReplyDelete
  2. Deden Hidayat
    18709251032
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Sebenar-benarnya berfilsafat adalah pikiran kita, karena filsafat merupakan olah pikir. Tujuan mempelajari filsafat yaitu agar kita bisa menampatkan ilmu yang kita miliki sesuai dengan ruang dan waktunya. Berpikir kritis dan keteguhan hati merupakan hasil yang diperoleh dari mempelajari filsafat. Dengan berfikir kritis dan keteguhan hati akan menghindarkan diri kita dari sifat kesombongan dan kemunafikan yang bisa berdampak buruk untuk kehidupan kita.

    ReplyDelete
  3. Anggoro Yugo Pamungkas
    18709251026
    S2 Pend.Matematika B 2018

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    Berdasarkan elegi menggapai purnakata diatas, dalam mempelajari filsafat kita harus hati-hati, jangan sampai kita mengartikan filsafat hanya sepengal-sepenggal kata. Karena kata-kata yang lengkap kadang sulit di pahami, apalagi kalau yang tidak lengkap dapat membuat salah arti atau gagal paham. Namun karena filsafat itu adalah refleksi, maka tidak masalah kata-kata yang sebelumnya dan sesudahnya berbeda, asalkan hampir sama.

    ReplyDelete
  4. Erma Zelfiana Surni
    18709251009
    S2. P.Matematika A 2018

    Assalamualaikum Wr. Wb
    Filsafat tidak berhenti pada perkuliahan dan elegi-elegi dalam blog ini saja. Filsafat bisa dibangun dimana dan kapan saja karna filsafat itu ada dalam diri kita sendiri. Namun yang paling penting yang harus kita pahami ialah jebakan dan pantangan dalam berfilsafat. Terkadang kita sudah merasa jelas terhadap sesuatu kemudian meyakininya padahal dibalik semua itu masih terdapat banyak penjelasan itulah jebakan filsafat. Pantangannya ialah harus berikhtiar baik dalam hati maupun dalam pikir untuk mampu berfilsafat seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Ketika enggan untuk mencari penjelasan dan kejelasan dari apa yang sudah jelas itulah sebenar benar melanggar pantangan yang akan membawa kita pada kesesatan. Disamping itu kita juga harus memperhatikan bahwa dalam berfilsafat antara hati dan pikir itu masing-masing sudah ada batas-batasnya dalam berikhtiar. Ketika berikhtiar pikir sudah melewati batas untuk memikirkan sesuatu yang sudah seharusnya menjadi ranahnya hati, disitulah kita menggapai sesat dalam keyakinan

    ReplyDelete
  5. Muh. Fachrullah Amal
    18709251036
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Filsafat adalah dirimu, maka setiap manusia mampu untuk berfilsafat. Ketika kita mampu menggunakan pikiran dalam bertindak maka kita telah berfilsafat. Berfilsafat sangat terikat oleh ruang dan waktu, sebenar-benar olah pikir adalah sesui dengan ruang dan waktu. Seperti halnya dalam dunia matematika bahwa 1+1 = 2, namun dalam berfilsafat 1+1 belum tentu hasilnya dua karena terikat oleh ruang dan waktu.

    ReplyDelete
  6. Muh. Fachrullah Amal
    18709251036
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Jika berfilsafat adalah kemampuan olah pikir, maka berfilsafat dalam beragama adalah kemampuan mengolah pikir dan hati. Karena tidak semua yang ada di hati dapat dipikirkan oleh pikiran namun yang ada dipikiran juga terdapat dihati. Berbicara tentang keyakinan maka sudah pasti berkaitan dengan perkara hati, setiap perbuatan seyogyanya harus dilandaskan dengan sebuah keyakinan. Sebab keyakinan dapat memudahkan langkah kita dalam menggapai tujuan yang ingin dicapai. Perbanyaklah doa dan ikhtiar dalam menggapai ridho Allah Ta’ala.

    ReplyDelete
  7. Hasmiwati
    18709251023
    S2 Pend.Matematika B 2018

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    Melalui artikel di atas, saya tahu bahwa filsafat adalah pikiran kita. Filsafat tidak mampu menjelaskan semua keyakinan kita, sehingga filsafat itu tidak termasuk agama, karena tidak hanya mencakup pikiran kita, tetapi juga hati kita. Filosofinya adalah refleksi. Jadi filsafat pendidikan matematika adalah refleksi pada pendidikan matematika, meliputi refleksi darisemua yang ada dan mungkin ada dalam pendidikan matematika, termasuk matematika, guru, siswa, kelas, dll.

    ReplyDelete
  8. Herlingga Putuwita Nanmumpuni
    18709251033
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Belajar adalah proses menyeluruh yang berkelanjutan. Jika kita hanya mengambil pelajarannya sebagian saja maka ditakutkan akan terjadi kesalahan dalam pemahaman makna yang justru dapat mengantarkan kita ke dalam penafsiran yang salah bahkan tindakan yang salah. Pak Marsigit mengatakan bahwa "jangan gunakan filsafat itu tidak sesuai ruang dan waktunya. Jika engkau bicara dengan anak kecil perihal hakekat sesuatu maka engkau itu telah menggunakan filsafat tidak sesuai dengan ruang dan waktunya". Segala sesuatu di dunia ini memang harus ada porsinya sendiri masing-masing, termasuk ruang dan waktunya sendiri. Membicarakan hakekat dengan anak kecil memanglah bukan hal yang baik. Yang ada anak tersebut justru akan mengalami kebingungan yang luar biasa. Membicarakan hal yang sederhana saja dengan anak kecil caranya tentu berbeda dengan cara berbicara dengan orang dewasa. Dengan mempelajari filsafat melalui elegi-elegi di blog ini dengan daya kritis kita masing-masing maka kita semakin dapat memahami bahwa semua yang ada dan yang mungkin ada memanglah terbatas pada ruang dan waktu. Dan sebenar-benar ilmu yang kita miliki adalah penjelasan atau komen kami tentang kata-kata pada elegi-elegi tersebut.

    ReplyDelete
  9. Aan Andriani
    18709251030
    S2 Pendidikan Matematika B

    Assalamualaikum wr.wb.
    Ketika masih menjadi siswa maupun mahasiswa, itu merupakan awal dari sebuah perjuangan. Sesungguhnya masih ada lagi tantangan yang harus dihadapi yaitu ketika berada di masyarakat. Pada saat mencari ilmu di jenjang pendidikan formal merupakan bekal untuk kehidupan yang lebih nyata. Apa yang dipelajari akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari. oleh sebab itu, belajar dengan sungguh-sungguh sangatlah penting. Bukan hanya untuk mendapatkan nilai, tapi juga bersungguh-sungguh untuk bisa dan kelak bisa berguna bagi orang lain. Jadi, dalam menimba ilmu perlu didasari dengan perasaan ikhlas, semangat, bahagia, dan lain sebagainya. Jika semua didasari dengan kebaikan, maka akan berakhir dengan kebaikan pula, begitupun sebaliknya.
    Wassalamualaikum wr.wb.

    ReplyDelete
  10. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
    Filsafat dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan metode menerjemahkan dan diterjemahkan. Filsafat merupakan refleksi. Filsafat adalah olah pikir, Kalau agama olah pikir dan olah hati. Tujuan mempelajari filsafat agar bisa menjadi saksi. Hasil belajar filsafat adalah kemerdekaan berpikir, kemandirian, keterampilan, daya kritis, dan keteguhan hati.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

    ReplyDelete
  11. Agnes Teresa Panjaitan
    S2 Pendidikan Matematika A 2018
    18709251013

    Filsafat yang adalah dirimu sendiri merupakan sesuatu yang dekat dengan kehidupan. Mempelajari filsafat tidak hanya berarti dari buku saja atau dari para filsuf secara langsung. Mempelajari filsafat dapat dimulai dengan mempelajari diri dan pikiran kita. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa filsafat artinya belajar mengenai kesesuaian ruang dan waktu. Ketika itu terjadi diperlukan hermeneutika(terjemahkan dan diterjemahkan).

    ReplyDelete
  12. Seftika Anggraini
    18709251016
    S2 PM A 2018

    Guru yang pernah belajar matematika akan menjadi guru dengan pemikiran yang lebih kritis dari pada guru yang belum bekajar filsafat. Dengan belajar filsafat, seorang guru akan dapat melaksanakan pembelajaran matematika yang mengutamakan kebutuhan siswa-siswa dan tidak mencari jalan pintas demi kemudahan dirinya.
    Terima kasih

    ReplyDelete
  13. Seftika Anggraini
    18709251016
    S2 PM A 2018

    Filsafat adalah refleksi. Filsafat juga merupakan olah pikir. Dari belajar filsafat, kami senantiasa melakukan refleksi diri sekaligus memikirkan apa yang sudah dikerjakan dan bagaimana keterlaksanannya serta memikirkan apa yang akan dikerjakan untuk meraih impian-impian kami. Terima kasih telah menuntun kami untuk belajar filsafat Pak Prof. Marsigit. Sangat banyak ilmu yang kami peroleh dari perkuliahan ini. Semoga kami dapat melanjutkan perjuangan ini dan dapat menjadi manusia yang seperti Prof inginkan.
    Terima kasih

    ReplyDelete
  14. Tiara Cendekiawaty
    18709251025
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Setiap manusia sejak lahir hingga mati pasti akan terus belajar. Salah satunya adalah belajar filsafat. Filsafat adalah olah pikir. Filsafat adalah diriku. Maka, filsafat adalah pikiranku. Dengan belajar filsafat, manusia terus menggunakan akal pikiran dan hatinya dan mampu merefleksikan diri. Yang perlu diingat ketika belajar filsafat adalah jangan sampai salah atau terjerumus. Bahayanya flsafat adala ketika tidak sesuai dengan ruang dan waktu dan sepenggal-sepenggal.

    ReplyDelete
  15. Endah Kusrini
    18709251015
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Pembelajaran di kelas adalah tentang bagaimana siswa belajar. Belajar adalah bagaimana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri. Begitu pula dalam pembelajaran matematika. Belajar matematika bukan lagi tentang bagaimana guru mampu mengajarkan atau mentransfer pengetahuan tentang matematika yang telah dimiliki oleh guru kepada para siswa-siswanya, akan tetapi tentang bagaimana siswa mampu menemukan dan membangun konsep-konsep matematika dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran yang telah ia lakukan. Sehingga peran guru bukan lagi transfer of knowledge, tetapi sebagai fasilitator.

    ReplyDelete
  16. Fabri Hidayatullah
    18709251028
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Sejauh yang saya pahami setelah membaca elegy ini ialah bahwa perkuliahan filsafat secara fisik akan segera berakhir. Bapak Prof. Dr. Marsigit tidak akan mungkin dapat selalu membersamai mahasiswanya. Tetapi beliau telah memberikan banyak sekali bekal kepada mahasiswa selama belajar filsafat. Filsafat merupakan olah pikir refleksif. Banyak sekali yang dapat direfleksikan, meliputi semua yang ada dan yang mungkin ada. Bekal yang diperoleh mahasiswa berkat belajar filsafat antara lain ialah kemerdekaan berpikir, kemandirian, keterampilan dan daya kritis, keteguhan hati serta sopan santun terhadap ruang dan waktu. Mahasiswa dapat menerapkan filsafat dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan metode menterjemahkan dan diterjemahkan. Dengan menjadikan sensitifitas terhadap pendidikan matematika, diharapkan semua mahasiswa dapat menjelaskan semua yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Dalam menjalani perannya sebagai guru matematika, kelak mahasiswa memiliki tugas untuk membuat bagaimana semua siswanya juga mampu mengetahui dan menjelaskan yang ada dan yang mungkin ada dari matematika sekolah yang mereka pelajari. Harapannya, mahasiswa dapat menyumbangkan pimikiran dari hasil olah pikir secara filsafat untuk mengembangkan pendidikan matematika.

    ReplyDelete
  17. Fany Isti Bigo
    18709251020
    PPs UNY PM A 2018

    Elegi ini sebenarnya mencari hubungan antara filsafat dan pendidikan matematika. Sebenarnya kita bisa melihat hubungan dari definisi kata perkatanya sendiri. Misalnya matematika menurut elegi matematika bisa bermacam macam definisi tergantung yang membuat definisi artinya matematika berbunga dengan semua segi / aktivitas manusia. Filsafat sendiri merupakan pola pikir yang berujung pada refleksi. Aktivitas manusia tentu harus ada yang merefleksi makanya filsafat diintegrasikan dalam matematika. Sedangkan agama adalah sebagai pelengkap . Filsahat untuk mengolah pikiran dan adama. Dan agama adalah untuk mengolah hati agar pikiran kita tidak terganggu oleh setan.

    ReplyDelete
  18. Totok Victor Didik Saputro
    18709251002
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Selamat malam Prof.
    Filsafat ada disekitar kita. Filsafat hadir menemani langkah hidup ini. Berfilsafat dapat melalui apapun. Dalam kondisi saat ini, elegi membantu kita dalam berfilsafat. Elegi yang dibaca tidaklah cukup hanya sekedar dibaca saja melainkan perlu dipahami secara utuh dan diyakin hadir dalam kehidupan. Hal ini diperlukan agar kita mampu menyadari kehadiran dan pentingnya berfilsafat dalam kehidupan. Terima kasih.

    ReplyDelete
  19. Amalia Nur Rachman
    18709251042
    S2 Pendidikan Matematika B UNY 2018
    Filsafat adalah olah pikir. Filsafat akan memberikan manfaat bagi yang mampu memahaminya, dan menjadikan diri mereka bijaksana, mampu memahami ruang dan waktu. Meski pun belajar filsafat itu sulit. Adanya pertemuan pasti ada pula perpisahan. Semua terjadi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Perpisahan merupakan sebuah pembelajaran agar kita tidak bergantung pada siapapun.

    ReplyDelete
  20. Septia Ayu Pratiwi
    18709251029
    S2 Pendidikan Matematika 2018

    Filsafat adalah sebuah pemikiran yang datang dari bayangan kita. Bisa disebut juga dengan sebuah pemikiran tentang bagaimana kita merealisasikan kondisi yang ada dengan gambaran-gambaran yang kita buat untuk mengutarakannya. Hasil yang kita dapat dari olah pikir kita adalah keterampilan berpikir serta ketepatan dalam mengasumsikan suatu masalah dengan baik.

    ReplyDelete
  21. Rosi Anista
    18709251040
    S2 Pendidikan Matematika B

    Sebenar-benar berfilsafat adalah berpikir, sehingga untuk menerapkan filsafat dalam kehidupan sehari-hari adalah melalui pikiran kita. Saat kita berpikir tentang sesuatu hal disitulah kita berfilsafat mencoba mencari suatu penyelesaian atau apapun yang harus kita lakukan. Pikiran tersebut tentunya harus dilandasi oleh keimanan yang kuta, keimanan kita terhadap Allah SWT.

    ReplyDelete
  22. Janu Arlinwibowo
    18701261012
    PEP 2018

    Tidaklah sesungguhnya berfilsafat jika tidak membaca pikiran para filsuf, tidaklah berfilsafat jika tidak membaca banyak hal. Berfilsafat adalah menerjemahkan, mengambil informasi dan diterjemahkan.

    ReplyDelete
  23. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  24. M. Ikhsan Ghozali
    19701261003
    PEP S3 2019

    Assalamu'alaikum wr.wb.
    Terima kasih Prof. atas uraiannya tentang banyak hal, seperti: (1) filsafat adalah tentang yang ada dan yang mungkin ada; (2) filsafat itu terkait dengan ruang dan waktu; (3) filsafat adalah tentang bagaimana mengubah mitos menjdi logos; (4) jebakan filsafat yang sering tidak disadari; (5) pantangan bagi yang belajar filsafat setengah-setengah; (6) menerapkan filsafat dalam keseharian dengan kesediaan menerjemahkan dan diterjemahkan; (6) ketidakmampuan filsafat menjangkau hati sebagaimana agama karena filsafat hanya pada tataran olah pikiran. Oleh karenanya, penting untuk tidak semata mengandalkan akal-pikiran, tetapi juga membersihkan hati sehingga muncul keikhlasan dalam menjalani kehidupan. Semoga Allah memberikan karunia dan lindungan-Nya. Aamiin.
    Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf dan terima kasih.
    Wassalamu'alaikum wr.wb.

    ReplyDelete
  25. Hidayatul wafiroh
    19701251010
    S2 PEP A 2019

    Dari elegi di atas, bahwa filsafat meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Belajar filsafat tidak boleh sepotong-potong. Seperti halnya dengan memperoleh ilmu, tidak boleh sepotong-potong dalam mempelajarinya. Ilmu dipelajari secara keseluruhan agar tidak terjadi pemaknaan yang berbeda dan tidak berada dalam jebakan filsafat. Filsafat adalah kemampuan olah pikir.

    ReplyDelete
  26. Ngaenun Nangim
    19709251058
    S2 Pendidikan Matematika D 2019

    Tuhan menciptakan dikotomi kehidupan. Laki-laki perempuan. Siang malam. Baik buruk. Tinggi rendah. Berat ringan. Luar dalam. Besar kecil. Tua muda. Kaya miskin. Hitam putih. Awal Akhir. Saat di awal ada perjumpaan. Saat di akhir ada perpisahan. Itulah kodratnya dan tidak ada yang bisa melawan kehendak untuk terjadinya dikotomi tersebut. Namun, sebagai manusia, perlu kiranya mengusahakan yang terbaik saat berjumpa agar saat berpisah yang tertinggal adalah kenangan manis yang pantas untuk diingat bukan memori buruk yang condong untuk dilupakan. Oleh sebab itu, kebermaknaan diperlukan agar perjumpaan menjadi berkesan.

    ReplyDelete
  27. Vera Yuli Erviana
    NIM 19706261005
    S3 Pendidikan Dasar 2019

    Assalamualaikum Wr. Wb.
    Filsafat merupakan olah pikir dari diri kita sendiri. Tujuan seseorang mempelajari filsafat yaitu supaya orang dapat menempatkan sesuai dengan ruang dan waktu. Setap manusia mampu untuk berfilsafat. tetapi filsafat adalah kemampuan mengolah hati, karena tidak semua yang ada di hati dapat dipikirkan oleh yang ada dipikiran.

    ReplyDelete
  28. Zuari Anzar
    19701251006
    S2 PEP A 2019

    Bahwa setiap ada yang datang maka akan ada yang pergi. Namun ilmu itu tiadalah kata berhenti untuk mencarinya. Kita telah dibekali berbagai macam ilmu dan pelajaran sejak kecilnya kita. Filsafat bukanlah untuk dipamerkan. Filsafat adalah untuk menterjemahkan dan diterjemahkan. Filsafat hadir untuk menciptakan harmoni dan rahmat bagi semesta alam. Filsafat adalah suatu hasil olah pikir. Filsafat adalah hasil refleksi. Refleksi hanya dapat diketahui dari kajian metafisik. Metafisik adalah menjelaskan akan segala sesuatu. Agama tidak termasuk filsafat karena dalam agama terdapat olah pikir dan olah hati sedangkan filsafat adalah olah pikir. Olah pikir dalam filsafat tidak dapat menjelaskan semua hati kita sehingga tak mampu menjelaskan keyakinan kita.

    ReplyDelete
  29. Sarah desiana pahu
    19709251063
    S2 PM D 2019
    Paparan diatas seperti pengingat juga bagi kita semua bahwa belajar filsafat itu jangan dianggap enteng. Seperti jangan belajar filsafat sepenggal-sepenggal karena akan mengubah gambaran filsafat yang sebenarnya. Ini mungkin tidaklah mudah untuk dilakukan, tetapi untuk menghindari yang namanya kesesatan kita harus memperdalam pengetahuan kita dengan membaca maupun merefleksikan filsafat dalam kehidupan kita. Terima kasih.

    ReplyDelete
  30. Sarah desiana pahu
    19709251063
    S2 PM D 2019
    Matematika dan filsafat matematika itu dalam pemahaman saya setelah membaca paparan diatas memiliki perbedaan yaitu dalam ruang dan waktu. Kalau matematika 2 + 3 = 5 yaudah memang itu hasilnya tetapi kalau filsafat matematika 2 + 3 = 5 dapat menjadi pertanyaan bagaimana dan mengapa hasilnya begitu. Filsafat menjadikan kita berpikir lebih dalam, membuat kita tertarik untuk menggali apa yang belum dipikirkan sebelumnya. Sangat hebat sekali para filsuf zaman dulu karena mampu menciptakan filsafat matematika yang luar biasa. Terima kasih.

    ReplyDelete
  31. Sarah desiana pahu
    19709251063
    S2 PM D 2019
    "Tujuan mempelajari filsafat adalah untuk bisa menjadi saksi. Mempelajari filsafat pendidikan matematika untuk menjadi saksi tentang pendidikan matematika. Tidaklah mudah menjadi saksi itu"
    Saya sengaja mengutip ini, karena selama ini masih ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri saya apa itu tujuan filsafat yang sebenarnya. Namun pertanyaan saya sudah terjawab dan ini jawabannya. Terima kasih untuk Prof. Marsigit yang sudah memberikan pencerahan bagi saya. Memang tidak mudah menjadi saksi tentang pendidikan matematika tapi tidak ada salahnya pelan-pelan berusaha mencoba. Terima kasih.

    ReplyDelete