Feb 26, 2011

Elegi Menggapai Ontologi dan Epistemologi Jawa: Hubungan subyek predikat dalam Serat Sastra Gending

Oleh Marsigit

Ontologi menjawab hakekat yang ada. Serat Sastra Gending adalah karya Sultan Agung ing Mataram (1613-1645). Damarjati Supajar mengungkapkan bahwa karya ini mengandung nilai-nilai kefilsafatan yang tinggi. Di sini saya hanya fokus untuk mengungkap sebagian kecil saja dari isi Serat Sastra Gending yang menunjukkan adanya pemikiran tentang ontologi dan epistemologi hubungan SUBYEK-PREDIKAT. Hubungan subyek-predikat ini sejalan dengan pemikiran Immanuel Kant (1724-1802) yang akhirnya menghasilkan proses berpikir ANALITIK atau SINTETIK.



Berikut saya nukilkan hubungan subyek-predikat dalam Serat Sastra Gending (Damarjati Supajar, 2001):

1. Jika subyeknya DZAT, maka predikatnya SIFAT. Hubungannya dijelaskan sebagai berikut:

Jawa:
Dat lan sifat upami, Sayekti dingin datira, Dupi wus ana sipate, Mulajamah aranira, Awal lan akhirira, Kang sifat tansah kawengku, Marang dat kajatinira

Terjemahan:
Dzat dan sifat selalu, lebih dulu dzatnya, ketika sudah ada sifat, yang disebut Mulajamah, yang awal dan yang akhir, sifat selalu termuat, dalam hakekat dzat

2. Jika subyeknya RASA maka predikatnya PANGRASA, jika subyeknya CIPTA maka predikatnya RIPTA, jika subyeknya YANG DI SEMBAH maka predikatnya YANG MENYEMBAH. Hubungannya dijelaskan sebagi berikut:

Jawa:
Rasa pangrasa upami, Yekti dingin rasanira, Pangrasa kari anane, Kang cipta-kulawan ripta, Sayekti dingin cipta, Kang ripta pan gendingipun, Kang nembah lan kang di sembah.

Terjemahan:
Hati dan pikiran ibaratnya, lebih unggul pikiran pasti, dari keberadaan pikiran, Sedang kreasi dan perangkaian, tentu lebih utama kreasi, dari rangkaian tembang, seperti yang menyembah danyang disembah.

3. Jika subyeknya adalah KODRAT maka predikatnya adalah IRADAT. Jika subyeknya YANG KADIM maka predikatnya YANG BARU, jika subyeknya SASTRA maka predikatnya GENDING, jika subyeknya YANG DISEMBAH maka predikatnya YANG MENYEMBAH, jika subyeknya RASA maka predikatnya PANGRASA. Hubungannya dijelaskan sebagi berikut:

Jawa:
Yekti dingin kang pinuji, Kahanane kang anembah, Saking kodrating Hyang manon, Apan kinarya lantaran, Sajatining panembah, Wisesaning dat mrih ayu, Amuji ing dewekira.

Umpamane jalu lawan estri, Yen saresmi jroning rokhmat pada, Pranyata iku tandane, Tuhu tuhuning kawruh, Ing pamoring anyar lan kadim, Dat lawan sipatira,Sastra gendingipun, Kang rasa lawan pangrasa, Estri priya pamornya kapurba, Wening, Atetep tinetepan.

Terjemah:
Tentu lebih dulu yang disembah, dari pada yang menyembah, dari hakekat Hyang Agung, berguna sebagai sarana, hakekat penyembahan, kepada Dzat untuk keselamatan, memuja kepada Nya.
Seperti suami istri, bila bersetubuh dalam kebenaran, merupakan perumpamaan, bagi pengetahuan sejati, meleburnya yang fana dan baka, antara dzat dan sifat, antara sastra dan gending, antara hati dan pikiran, rahasis pria-wanita yang terangkum, menyatu dalam kesatuan.

4. Jika subyeknya adalah YANG BERCERMIN maka predikatnya adalah BAYANGANNYA. Hubungannya dijelaskan sebagi berikut:

Jawa:
Mulajamah loroning ngatunggil, Tinggal rasa rasa kawisesan, Nging lamun dadi tuduhe, Wajib ing prianipun, Kadya ngakal pinurbeng alip, Lir warna jro paesan, Iku pamenipun, Kang ngilo jatining sastra, Kang wayangan gending, Sasirnaning cermin, manjing jatining sastra.

Terjemahan:
Mulajamah kesatuan dua hal, yang itu menjadi kiasan, substansi kejantanan, pemikiran yang bermula dari alif, itulah perumpamaan, yang bercermin ibarat sastra, danbayangan itu adalah gending, selesai bercermin, bayangan kembali kepada sastra.

5. Jika subyeknya adalah SUARA maka predikatnya adalah GEMA. Jika subyeknya adalah LAUTAN maka predikatnya adalah IKANNYA. Hubungannya dijelaskan sebagi berikut:

Jawa:
Lir kumandang lan swara upami, Kumandanging barat gending ngakal, Sastra upama swarane, Gending kumandang barung, Wangsul marang swara umanjing, Lir minojro samodra, Mina gendingipun sastra upama amandaya, Mina yekti anaya saking jaladri, Myang kauripanira.

Terjemahan:
Seperti gema dengan suara, gema itu perumpamaan gending, suara ibarat sastra, setelah gema gending berlalu, ia kembali kepada sastra, seperti ikan di lautan, ikan adalah gending, dan sastra adalah kehidupannya, ikan selalu kembali keair, yang menjadi kehidupannya.

6. Jika subyeknya adalah PRADANGGA maka predikatnya adalah GENDING. Hubungannya dijelaskan sebagi berikut:

Jawa:
Pejahing mina awor jaladri, Jro samodra pasti isi mina, Tan kena pisah karone, Malih ngibaratipun, Lir niyaga nabuh kang gending, Niyaga sastranira, Gending gendingipun, Barang reh purbeng niyaga, Kasebuting niyaga dening kang gending, Panjang yen cinarita.

Terjemahan:
Ikan hidup mati di lautan, di dalam laut pasti berisi ikan, keduanya tidak pernah terpisahkan, seperti perumpamaan, seperti alat musik dengan pemainnya, pemain adalah sastra, alat musik adalah gendingnya, setelah selesai memainkan musik,baru bisa dipilah pemain dan alat, panjang bila harus dijelaskan.

Demikian seterusnya. Di dalam Serat Sastra Ganding tersebut masih disebutkan dan diuraikan:
Jika subyeknya adalah PAPAN TULIS maka predikatnya adalah TULISANNYA, jika subyeknya YANG DISEMBAH maka predikatnya adalah yang MENYEMBAH, jika subyeknya adalah MANIKMAYA maka predikatnya adalah BATARA GURU, jika subyeknya adalah DALANG maka predikatnya adalah WAYANG, jika subyeknya adalah BUSUR maka predikatnya adalah ANAK PANAHNYA, jika subyeknya adalah WISNU maka predikatnya adalah KRESNA.

Berikut saya tambahkan lagi:

7. Jika subyeknya PAPAN TULIS maka predikatnya adalah TULISANNYA, jika subyeknya YANG DISEMBAH maka predikatnya adalah YANG MENYEMBAH.
Hubungannya dijelaskan sebagi berikut:

Jawa:
Dewa watak hawa sanga, Wus kanyatan gumlaring bumi langit, Iku kawruhana sagung, Endi kang luhur andap, Upamane papan lawan tulisipun, Kanyatan ingkang anembah, Kalawan ingkang pinuji

Terjemahan:
Dewa dan sembilan hawa nafsu, fenomena bumi dan langit, itu harus menjadi pengetahuan, tentang yang tinggi dan yang rendah, seperti papan tulias dengan tulisan, bagaikan hamba yang menyembah, dengan Tuhan yang disembah

8. Jika subyeknya MANIKMAYA maka predikatnya adalah BATARA GURU.
Hubungannya dijelaskan sebagi berikut:

Jawa:
Papan moting kawisesan, Manikmaya purbaning papan wening, Tulise mangsi Hyang Guru, Sastra upama papan, Gending ngakal upama mangsi wus dawuh, Yen dingin mangsinira, Ngendi nggone tibeng tulis.

Terjemahan:
Papan tempat kekuasaan, Manikmaya menjadi papan azali, Batara Guru menjadi tulisannya, Sastra adalah papan, Kata yang tertulis ibarat gending, bila harus lebih dulu tulisan, dimana ia akan diguratkan.

9. Jika subyeknya WISNU maka predikatnya adalah KRESNA
Hubungannya dijelaskan sebagi berikut:

Jawa:
Kayata Narendra Kresna, Lawan risang Batara Wisnumurti, Iku ngibarat satuhu, Loro-loroning tunggal, Tanggal cipta sarasa sauripipun, Hyang Wisnu umpama sastra, Sri Kresna umpama Gending.

Terjemahan:
Seperti raja Khrisna, dengan dewa Wisnu yang Agung, itu hakekatnya, dua hal yang satu adanya, menyatu dalam berbagai halnya, Wisnu ibarat sastra, Khrisna ibarat gendingnya.


Demikianlah hanya sebagian yang saya sampaikan. Semoga bermanfaat. Amiin

Referensi:
Dr. Damarjati Supajar, 2001, Filsafat Sosial Serat Sastra Gending, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru

23 comments:

  1. Aizza Zakkiyatul Fathin
    18709251014
    Pps Pendidikan Matematika A

    Dalam elegi ini mengenai filsafat dari serat gending jawa, Saya menjadi paham bahwa segala sesuatu didunia ini ada karena sesuatu (hukum sebab akibat). Sesuatu yang telah ditakdirkan kepada kita kadang memang tidak sesuai dengan harapan. Namun, Alloh pasti punya alasan terbaik mengapa sesuatu itu ditakdirkan untuk kita. Maka dari itu pelajaran yang dapat diambil adalah kita haruslah selalu berkhusnuudzon pada apa yang menjadi takdir kita.

    ReplyDelete
  2. Seftika Anggraini
    18709251016
    S2 PM A 2018

    Setiap objek filsafat memiliki ontologi dan epistemologinya. Ontologi menjelaskan apa objek itu dan epistemologi menjelaskan bagaimana cara objek itu bekerja. Dalam elegi yang membahas tentang Serat Sastra ini menunjukkan adanya hubungan ontologi dan epistemologi yang dihubungkan juga dengan subjek dan predikat. Salah satunya, subjek bercermin, predikatnya bayangan. Bayangan merupakan hasil dari bercermin. Tidak akan terbentuk bayangan jika tidak ada bercermin. Hal ini menunjukkan bahwa predikat tidak dapat berdiri tanpa subjek.
    Terima kasih

    ReplyDelete
  3. Dini Arrum Putri
    18709251003
    S2 P Math A 2018

    Ontologi dan epistomologi erat kaitannya dengan subjek dan predikat. Subjek tidak akan pernah lengkap tanpa adanya predikit begitu sebaliknya. Ontologi menjelaskan tentang apa sementara epistomologi tentang bagaimana. Sedangkan subjek dan predikit pun memiliki hubungan yang sama sehingga dapat disimpulkan bahwa di dunia ini selalu ada dan mungkin adanya tentang hubungan sebab akibat. Apa yang kita perbuat pasti ada akibatnya, semua tergantung pada perbuatan inidividu masing-masing baik buruk ataupun baik.

    ReplyDelete
  4. Agnes Teresa Panjaitan
    S2 Pendidikan Matematika A 2018
    18709251013

    Yang dapat saya pahami dalam elegi ini adalah adanya hubungan dari subyek dan prediket yang ada, seperti ontologi dan epistomologi yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Sehingga yang dapat saya simpulkan adalah setiap hal di dunia ini pasti memiliki hubungan satu sama lain. Hal ini patut dimaknai sebagai adanya pengaruh antara yang ada dan yang mungkin ada di kehidupan manusia.

    ReplyDelete
  5. Hasmiwati
    18709251023
    S2 Pend.Matematika B 2018

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    Dalam elegi ini bisa dilihat bahwa ternyata filsafat juga ada dan dimiliki oleh orang-orang jawa, terbukti ditemukanya karya-karya yang mengandung nilai-nilai filsafat. Hal ini membuktikan bahwa filsafat itu tidak hanya dipelajari oleh orang-orang pendidikan tetapi filsafat itu untuk semua orang. Dan dalam serat Sastra Gending jawa selalu ada hubungan antara subyek dan predikat, dimana subyek selalu mendahului predikat dan predikat selalu mengenai sifat dari subyek. Suatu predikat merupakan identitas dari subjek nya. Sedangkan subjek merupakan keadaan atau nyata atau adanya.

    ReplyDelete
  6. Herlingga Putuwita Nanmumpuni
    18709251033
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Terdapat pola hubungan antara ontologi dan epistemologi layaknya hubungan diantara subyek dan predikat. Subyek adalah hal yang diterangkan dalam proposisi, sedangkan predikat adalah hal yang menerangkan dalam proposisi. Dapat pula dikatakan dimana subyek adalah predikat dan predikat semua yang termuat di dalam subyek. Keduanya bisa dikatakan saling menjatuhkan sifat satu sama lainnya.

    ReplyDelete
  7. Bayuk Nusantara Kr.J.T
    18701261006

    Subyek dan predikat merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Ada hubungan sebab-akibat yang sangat erat diantara keduanya sehingga bisa dikatakan bahwa keduanya itu adalah satu. Comtohnya dosen sebagai subyek maka mahasiswa adalah predikatnya. Tanpa adanya dosen maka keberadaan mahasiswa tidak ada begitupun sebaliknya.

    ReplyDelete
  8. Deden Hidayat
    18709251032
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Berdasarkan hubungan subyek dan predikat dalam Serat Sastra Gending bahwa subyek dan obyek merupakan dua hal yang saling berhubungan. Predikat selalu mengenai sifat dari subyek, sedangkan subyek selalu lebih dulu ada daripada predikat. Misalnya jika subyeknya yang disembah maka predikatnya yang menyembah, jika subyeknya adalah papan tulis maka predikatnya adalah tulisannya. Oleh sebab itu, subyek dan obyek merupakan dua hal yang saling terkait, jika subyek berbeda akan menghasilkan predikat yang berbeda juga.

    ReplyDelete
  9. Ibrohim Aji Kusuma
    18709251018
    S2 PMA 2018

    Subjek dan predikat merupakan penyusun utama kalimat. Bukan hanya itu, subjek dan predikat merupakan kerangka minimal dalam berkehidupan sehari-hari. Subjek adalah pelaku dan predikat adalah tindakan. Subjek saja tidak sempurna tanpa predikat dan predikat saja tidak sempurna tanpa subjek. Dalam istilah lain biasa disebut dengan subjek dan jargon.

    ReplyDelete
  10. Rindang Maaris Aadzaar
    18709251024
    S2 Pendidikan Matematika 2018 (PM B 2018)

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
    Menurut hubungan subjek dan predikat dari Serat Sastra Gending diatas, terdapat salah satu hubungan yaitu "Jika subyeknya adalah YANG BERCERMIN maka predikatnya adalah BAYANGANNYA". Dari hubungan tersebut artinya untuk merasakan bayangan yang ada, bagimana rasa, bagaimana pikiran merasakan bayangan seperti bagaimana pikiran yang ada dan yang mungkin ada. Bagaimana merasakan perasaan yang ada dan yang mungkin ada. Pikiran tidak akan mungkin bisa mengejar perasaan, ucapan tidak akan bisa mengejar pikiran, tulisan tidak akan bisa mengejar ucapan, tindakanmu tidak akan bisa mengejar tulisanmu.
    Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

    ReplyDelete
  11. Fany Isti Bigo
    18709251020
    PPs UNY PM A 2018

    Subyek dan predikat merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Subyek dan predikat saling terkait satu sama lainnya. Segala hal yang ada dan yang mungkin ada memiliki subyek dan predikat, dan saling berkaitan. Dimana ada subyek pasti ada predikat. Subyek merupakan pelaku, dan predikat adalah sesuatu yang dihasilkan oleh pelaku tersebut. Pada elegi ini telah digambarkan bagaimana hubungan antara subyek dengan predikatnya.

    ReplyDelete
  12. Eka Puspita Sari
    18709251035
    S2 PM B 2018

    Serat Sastra Gending Jawa dalam elegi tersebut mengingatkan kita pada hubungan antara subyek dan predikat yang tak pernah terpisahkan. Layaknya sebuah kalimat yang hanya bisa berdiri jika ada subyek dan predikat, dan tak akan menjadi kalimat lagi jika salah satunya tak ada. Begitu pula dengan kehidupan didunia ini, setiap subjek pasti memiliki predikatnya, juga sebaliknya setiap predikat pasti memiliki subjek. Pun begitu dengan ikan pasti selalu berada di air selalu mendekat kepada subyeknya, jika ikan tetap sombong ingin menjauhi air maka matilah ia. Berlaku sama pula dengan seorang hamba, yang secara kodrat subyeknya adalah Penciptanya. Maka tak pantas dan tak akan mampu seorang hamba menjauhi Tuhan nya, pun jika itu terjadi maka samalah nasibnya dengan ikan, matilah ia.

    ReplyDelete
  13. Elsa Apriska
    18709251005
    S2 PM A 2018

    Subjek dan predikat merupakan dual yang saling berkaitan. Dari elegi yang saya baca di atas, subjek dan predikat berhubungan dengan hukum sebab-akibat. Predikat terjadi sebab subjek. Seperti jika subjeknya yang bercermin maka predikatnya bayangannya. Artinya karena seseorang yang bercermin berkakibat adanya bayangan yang dihasilkan. Dalam kehidupanpun hukum sebab-akibat akan selalu berlaku. Segala yang kita lakukan bahkan yang kita terima itu adalah sebab perbuatan kita sendiri.Oleh karena itu senantiasalah berbuat baik agar apa yang kita terimapun baik. Terimakasih

    ReplyDelete
  14. Diana Prastiwi
    18709251004
    S2 P. Mat A 2018

    Subjek membutuhkan predikat untuk dapat dimaknai. Dalam elegi ini mengungkapkan bahwa subjek dan objek adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Semua makhluk yan ada di bumi ini membutuhkan subjek yang mampu menuntunnya mengetahui makna sesungguhnya tentang kehidupan yaitu Alla swt. Begitu juga membutuhkan suatu predikat sebagai sarana untuk mendapatkan kejelasan tentang kehidupan yang tengah dijalani.

    ReplyDelete
  15. Erma Zelfiana Surni
    18709251009
    S2. P.Matematika A 2018

    Assalamualaikum Wr. Wb
    Dari elegi ini saya memahami bahwa subyek dan predikat merupakan satu kesatuan yang memiliki makna jika tak terpisahkan. Tidaklah bisa suatu predikat memiliki makna predikatnya tanpa adanya subyek serta subyek pasti selalu memiliki predikat. Jika subyek dan predikat terpisah maka kesatuan maknanya hilang. Misal Tulisan bisa dikatakan tertulis jika tertulis pada papan tulis, setelah tulisan dihapus maka terpisahlah maknanya antara tulisan dan papan tulis.

    ReplyDelete
  16. Dita Aldila Krisma
    18709251012
    PPs Pendidikan Matematika A 2018

    Ontology dan epistemology jawa tersebut mencontohkan keberadaan subjek dan predikat. Apakah subjek itu? Bagaimanakah subjek itu? Apakah prediat itu? Bagaimanakah predikat itu? Jawaban dari pertanyaan tersebut dapat dicontohkan pada gending di atas. Antara subjek dan predikat saling berhubungan sebagai syarat minimal terbentuknya satu kalimat. Subjek dan predikat saling memberikan makna.

    ReplyDelete
  17. Yoga Prasetya
    18709251011
    S2 Pendidikan Matematika UNY 2018 A
    Selain subjek memiliki hubungan dengan objek, dalam elegi ini subjek menjelaskan mengenai hubungannya dengan predikat. Predikat ada karena subjek, predikat selalu melengkapi keberadaan subjek. Tidak akan tercipta predikat sebelum subjek. Tuhan Maha Tahu dengan segala ciptaan-Nya. Tidak ada di dunia yang tidak memiliki manfaat bagi sesama. Karena semua yang Tuhan ciptakan memiliki manfaat yang berbeda sesuai dengan ruang dan waktu tertentu.

    ReplyDelete
  18. Endah Kusrini
    18709251015
    S2 Pendidikan Matematika A 2018

    Subjek dan predikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tiadalah disebut subjek tanpa adanya objek, begitupula tiadalah sesuatu disebut objek tanpa adanya subjek. Subjek dan objek merupakan posisi. Artinya masing-masing objek di dunia ini memiliki posisi-posisi tertentu. Demikian juga dengan manusia. Dan sebaik-baik manusia adalah manusia yang paham akan posisinya dan terus menerus berikhtiar dalam kebaikan sesuai dengan porsinya masing-masing. Terima kasih.

    ReplyDelete
  19. Luthfannisa Afif Nabila
    18709251031
    S2 Pendidikan Matematika B 2018
    Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
    Sastra Jawa Gending Ontologi yang memiliki hakekat. Dalam Sastra Jawa Gending terdapat subyek hubungan predikat. Hubungan subyek predikat tersebut menghasilkan pemikiran yang analitik dan sintetik. Dalam hal itu, hubungan subyek predikat saling berkesinambungan. Berkesinambungan dengan menghasilkan pemikiran nilai-nilai filsafat yang tinggi. Terima kasih.
    Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

    ReplyDelete
  20. Nur Afni
    18709251027
    S2 Pendidikan Matematika B 2018

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
    Jawa memang sangat kental dengan budayanya. Banyak sekala budaya Jawa yang mengajarkan tentang hidup. Jika kita mau menggalinya lebih dalam dan mau memikirkan dan merefleksikannya,kita akan menemukan lebih banyak lagi pelajaran hidup yang bermanfaat dari budaya jawa. Hanya saja, perlajaran-pelajaran hidup tersebut tidak disampaikan secara langsung atau secara eksplisit, melainkan disampaikan secara tidak langsung atau tersembunyi. Bisa dengan menggunakan tokoh perwayangan, dongeng, kalimat-kalimat, lagu, dan lain-lain. Contohnya, berdasarkan elegi ini, kita dapat merefleksikan salah satu cerita pewayangan dalam budaya jawa yang dapat ditarik 3 makna penting, yaitu mengenai kesadaran akan ruang dan waktu, memikirkan secara luas dan mendalam, dan selalu berusaha menggapai logos (tidak berhenti mencari ilmu). Ini baru salah satu dari sekian banyak budaya Jawa yang bisa kita ambil pelajarannya, kita bisa menemukan lebih banyak lagi jika kita mau berpikir.

    ReplyDelete
  21. Samsul Arifin/18701261007/S3 PEP

    Semua di dunia ini adalah tentang sebab dan akibat. Tiada bayangan tanpa bercermin, begitulah ontology dan epistemology yang dihubungkan dengan subjek predikat. Hubungan subjek dan predikat yang berhubungan dengan ontology dan epistemology inilah yang mendasari hukum sebab akibat.

    ReplyDelete
  22. Zuari Anzar
    19701251006
    S2 PEP A 2019

    Hubungan antara subyek dan predikat seperti digambarkan pada elegi ini merupakan hal yang bisa ditemukan disela-sela kehidupan. Subyek tidak mungkin menjadi predikatnya dan sebaliknya kecuali pada kasus berbeda. Suatu predikat merupakan identitas dari subyeknya. Sedangkan subyek merupakan keadaan atau nyata atau adanya. Jadi predikat adalah sifatnya dari adanya tersebut.

    ReplyDelete
  23. Wilis Putri Hapsari
    19701251017
    S2 PEP A 2019

    Penjelas selalu membutuhkan barang yang dijelaskan, sedangkan hal dijelaskan selalu membutuhkan barang yang yang akan menjelaskannya.Serat Sastra Gending yang diuraikan pada tulisan ini menerangkan bahwa segala subyek akan selalu berhubungan dengan predikat agar bermakna. Predikat diartikan sebagai penjelas yang menjelaskan subyeknya, sedangkan subyek adalah hal yang perlu diterangkan oleh predikatnya.

    ReplyDelete